Professional Documents
Culture Documents
Handry Satriago CEO GE Indonesia Profiler
Handry Satriago CEO GE Indonesia Profiler
Handry Satriago CEO GE Indonesia Profiler
Menjadi Pemenang
Tak salah jika mengatakan Handry adalah seorang pemenang. Ia bukan hanya menghadapi kesulitan tapi ia terus mencoba menaklukkannya. Yurnalis Indra, sang Ibu, mengenang betapa sering kali setiap habis pulang sekolah Handry menaruh kursi rodanya dan berjalan merambat sekeliling rumah. Setelah berjalan keliling rumah ia akan berbalik melihat kursi rodanya dan bilang: kursi roda siapa tuh? kenangnya. Keteguhan ia temukan dalam kesempitan. Laki-laki yang senang bermain gitar di saat senggangnya ini merasa kondisinya yang berbeda membuatnya harus lebih dari rata-rata orang kebanyakan. Dia harus menjadi pemenang. Saya tertantang dengan kondisi saya sendiri. Intinya, Kita harus terus berubah, sehingga tak hanya jadi standar industri, ungkap Handry. Ia mengungkapkan dunia saat ini berubah dengan cepat. Sesuatu yang sifatnya istimewa dapat cepat menjadi jamak dalam dunia industri. Bagi laki-laki kelahiran Pekanbaru, Riau, ini salah satu senjata menghadapi perubahan adalah pendidikan. Menjadi mahasiswa terbaik nasional bukannya tanpa halangan. Saat menghadapi ujian akhir S-1 nya di Institut Pertanian Bogor kanker kembali menyerangnya, namun Handry berhasil mengalahkan penyakit itu. Menang dari kanker untuk kedua kalinya membuat langkahnya tak terbendung. Handry meraih Master of Business Administration di IPMI Business School dengan Cum Laude. Gelar itu membuat dirinya ditawari Business Manager di General Electric. Tak cukup dengan karir di perusahaan multinasional, ia melihat MBA sudah ketinggalan zaman, Dulu orang banyak kejar MBA, tapi sekarang sudah banyak. Saya ambil Phd, katanya. Ia pun dikukuhkan menjadi Doktor Manajemen Strategis dari Universitas Indonesia pada 2010 lalu.
Keajaiban Imajinasi
Handry adalah orang yang senang menantang bahaya dalam menghadapi hidup dan menghadapi bisnis. Salah satu buku yang kerap menginspirasinya adalah buku yang ditulis Andy Grove, CEO Intel, yang berjudul Only the Paranoid Survive. Kutipan yang cukup diingatnya dalam buku itu adalah hard time made people think the unthinkable Saat sulit membuat orang berpikir akan sesuatu yang tidak terpikirkan. Ia menuturkan pengalamannya saat berkunjung ke Jukkasjrvi, kota yang paling dingin di Swedia. Menurutnya, kota itu adalah contoh yang baik tentang cara berpikir kreatif di luar pakem. Yang mereka punya cuma es, dingin, gelap dan basah. Nggak ada yang bisa dijual, ujarnya. Namun penduduk kota itu tidak menyerah. Dalam keadaan yang serbadingin itu mereka malah membuat Ice Hotel . Hotel yang semuanya terbuat dari es, mulai dari tempat tidur, meja makan, hingga gelasnya. Orang pun berduyun-duyun ke sana untuk merasakan pengalaman baru. Di saat ada kesempitan. Sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin. Di situlah imajinasi tercipta, ujarnya. Pilot project GE Indonesia mengatasi kelangkaan listrik dengan gasifikasi batu bara adalah hasil dari imajinasi. Selama ini batu bara berkualitas tinggi banyak yang diekspor. Indonesia hanya mempunyai batu bara berkalori rendah. Kalau dipaksakan untuk memproduksi listrik, harganya akan amat mahal, sedangkan kebutuhan untuk sumber energi listrik alternatif amat mendesak. Imajinasi dibutuhkan untuk memecahkan kepelikan itu. GE pun menyodorkan teknologi yang dapat membuat batu bara rendah kalori ini menjadi gas (gasifikasi) untuk menggerakan turbin pembangkit tenaga listrik. Masalah lingkungan teratasi, dan biaya pun tidak terlalu mahal, ungkapnya.
Semangat Merah Putih Awal prestasi Handry di perusahaan ini adalah menggenjot pendapatan GE Lighting salah satu unit bisnis di GE dari nol sampai mencapai 3 juta dollar AS dalam tiga tahun. Beberapa proyek yang tercatat dalam portofolionya adalah pencahayaan Bandar Udara Ngurah Rai, Bali; Pencahayaan Candi Prambanan; dan mengeluarkan 1.400 lampu
pijar untuk jalan di Jakarta. Dalam satu kesempatan ia mengatakan bahwa strategi bisnisnya tidak hanya memproduksi lampu, tapi juga perawatan dan pencahayaan. Pemikiran Handry memang dikenal menjangkau batas-batas. Dialah sosok di balik berubahnya perspektif GE saat ini yang melihat Indonesia bukan lagi sebagai pasar masa depan, namun pasar saat ini. Ia berusaha menampilkan corak Indonesia dalam produk-produk GE. Di bawah kepimpinannya perusahaan multinasional ini minim ekspatriat. Pucuk-pucuk pimpinan GE Indonesia dan semua urusan bisnisnya dipegang oleh orang-orang Indonesia. Kita harus ada gunanya buat Indonesia. Alasan kita ada di perusahaan ini adalah orang Indonesia bisa menikmati GE dalam konteks teknologi atau human development, katanya. Program yang cukup kencang baru-baru ini adalah pemberdayaan orang-orang Indonesia berbakat. Bersama dengan Pertamina, Handry mendirikan GE Oil and Gas University untuk melatih Insinyur-Insinyur Pertamina. Hal yang sama coba dikembangkannya dengan Garuda dan Perusahaan Gas Nasional lewat program pelatihan kepemimpinan. Ia ingin orang-orang berbakat Indonesia terimbas oleh standar internasional. Semangatnya maju bersama dan membuktikan bahwa bangsa Indonesia itu mampu dan tidak kalah dengan bangsa lain. Saya dan teman-teman di sini punya satu semangat. Itu yang membuat saya menikmati pekerjaan sampai sekarang ini, katanya. Penulis beberapa buku tentang lingkungan dan bio industri ini merasakan naluri orang Indonesia untuk berkompetisi tidak terlalu tinggi. Budaya Indonesia sering melihat kompetisi sebagai sesuatu yang negatif. Hal itu harus cepat-cepat dihapus, sebab saat ini kompetisi bukan hanya berlangsung di tingkat lokal, tapi global. Kalau Indonesia tidak mampu berkompetisi kita akan terus menjadi obyek dari globalisasi, ujarnya.
Sumber Kekuatan
Menghadapi Handry bicara seperti berhadapan dengan pembangkit energi. Semangatnya menyalakan semangat orang-orang di sekitarnya. Inilah kekuatan yang sama yang dimilikinya sejak remaja dan bahkan telah menguat berkali-kali lipat. Tentang hal ini, Yurnalis mengenang bahwa di saat mereka mengetahui Handry mengidap kanker, justru Handrylah yang menenangkan orang tuanya, bukan sebaliknya. Putra tunggalnya itu dengan kuat menyuruhnya untuk tenang dan tidak terbawa kesedihan. Agar tak kalah tegar, Yurnalis sering berlari ke kamar mandi untuk menyembunyikan tangis. Ia yang berulang kali menenangkan saya. Ia menyuruh saya untuk sabar, ucap Yurnalis. Wajar untuk bertanya dari mana sumber kekuatan Handry dari dulu sampai sekarang. Jawabnya sederhana, Pastinya Allah yang memberikan kekuatan itu. Saya tersadarkan bahwa kanker, penyakit atau kesusahan apa pun ternyata telah memberikan lebih banyak kenikmatan kepada saya daripada mengambilnya. .