You are on page 1of 6

1

Tujuan

Back Cover

Ekspedisi #SejutaDataBudaya bertujuan untuk melakukan pendataan elemen kebudayaan yang diduga banyak variasinya dan kemungkinan besar tersebar di suatu daerah. Selain itu, ekspedisi juga dapat diadakan karena elemen kebudayaan tersebut memerlukan penanganan khusus dalam hal pendokumentasiannya. Misalnya untuk bangunan megalitikum, candi, rumah tradisional, ritual adat, dll.

Persiapan
1. Kenali lokasi dengan informasi yang cukup: Moda transportasi menuju & dari lokasi. Pastikan sudah didapat cukup informasi terkait biaya dan jadwal fasilitas transportasi. Moda transportasi antar lokasi. Jadwal sangat penting khususnya jika lintas pulau kecil. Fasilitas Akomodasi dan Penginapan Kondisi aktual tentang Suhu / Cuaca. Ketersediaan ATM yang biasa digunakan. Buat rute perjalanan dan tentukan lokasi tertentu sebagai base dan perkiraan lama tinggal.

2.

3.

4. 5. 6. 7.

Penentuan base: Idealnya adalah kota, sehingga cukup mudah untuk dapatkan penginapan, tempat makan, ATM dan moda transportasi. Cukup dekat dengan lokasi-lokasi lainnya. Usahakan untuk mendapatkan kontak orang setempat. Idealnya, tas untuk ekspedisi berbeda dengan tas pakaian. Buat checklist alat dan foto keseluruhannya. Surat Keterangan lembaga yang ditujukan kepada instansi terkait (setempat).

Di lokasi (base)
1. Diskusikan kembali rute perjalanan dengan warga setempat. Perubahan rute dapat dilakukan jika dibutuhkan selama bersesuaian dengan durasi/ timeline ekspedisi. Idealnya sesegera mungkin bertemu dengan instansi terkait dengan membawa surat yang sudah disiapkan. Lakukan Gali informasi tentang seluruh lokasi atau objek yang akan dituju.Ceritakan tentang jadwal perjalanan, sehingga instansi tersebut bisa dapat gambaran dan mungkin memberikan masuka. Jika mungkin adakan kerjasama (yang dapat kita berikan sebatas hasil dokumentasi). Setibanya di lokasi ada baiknya tidak menghindar tatkala dihampiri warga.

2.

Keberangkatan
1. 2. 3. 4. Pastikan peralatan (termasuk elektronik) sudah masuk ke tas yang digunakan ketika ekspedisi. Asumsikan bahwa begitu tiba di lokasi (dan transit) kegiatan pendataan dapat langsung dilakukan. Jika gunakan pesawat, maka tas ekspedisi tidak masuk bagasi. Jika dilanjutkan dengan moda darat, maka tas ekspedisi tetap tidak masuk bagasi.

3.

Pendokumentasian Bangunan
Pemotretan Sisir Sisi Metode ini adalah untuk memfoto sisi tertentu dari sebuah bangunan. Ambil kasus bangunan yang memiliki ukiran Gorga. Penggunaan metode ini bermanfaat untuk membuat sebuah gambaran utuh dari satu sisi bangunan tersebut. Selain itu, dengan cara menyisir, bentuk atau objek yang mungkin luput dari informasi awal bisa terdokumentasi. Jika jarak pemotretan dengan objek cukup jauh, maka bisa

gunakan tripod. Jarak ini bisa diasumsikan dengan maksimum zoom kamera. Tempat yang agak tinggi ideal untuk meletakkan tripod. Gambar 1.1 adalah contoh pemotretannya. Patut diigat bahwa setting kamera adalah manual dan tidak ada perubahan lainnya selama proses ini. Kemudian mulailah dengan memotret objek secara utuh terlebih dahulu. Jika objek tidak bisa dipotret dari jarak yang jauh, maka pemotretan dilakukan di beberapa titik. Mudahnya: 1. Ambil garis khayal di depan objek, sebagai 2. acuan berdiri. Potret di beberapa titik di bagian terbawah mulai dari kiri atau kanan, ulangi lagi hingga di bagian puncak.

tersendiri. Misalnya ornamen yang umumnya ada di bagian tengah bangunan. Untuk ornamen yang 3 dimensi, sebisa mungkin diambil dari minimal 2 sudut, untuk memberikan kesan pasti bahwa ukiran tersebut berbentuk 3 dimensi.

Sapu Ornamen Setelah menyisir sisi, kemudian dilakukan pemotretan terhadap ornamen-ornamennya. Jika cukup panjang atau banyak bisa hanya memotret sampelnya saja. Misalkan untuk ukiran gorga, diketahui bahwa ukirannya simetris antara bagian kanan dan kiri. Oleh karenanya, bisa diambil hanya salah satu bagian. Ornamen yang unik wajib dipotret

Sering kali dijumpai ada motif yang berulang-ulang, untuk hal ini, bisa diambil bentuk dasarnya. Namun untuk menjamin bentuk perulangannya, maka sebaiknya diambil gambar 2 kali perulangan. Lebih aman jika diambil secara keseluruhan, dengan cara memotret sepanjang ukiran tersebut. Misalnya bagian horizontal di Gambar 1.2 adalah bentuk perulangan, maka potret bagian tersebut berulang kali hingga tuntas panjangnya. Sedangkan untuk bagian yang tidak horizontal (miring) bisa dilakukan seperti pada Gambar 2.1 dengan kotak-kotak hitam.

Informasi Bangunan
Di beberapa bangunan biasanya memiliki penjaga (kuncen, pengawas, pengelola). Sebisa mungkin temui pihak tersebut untuk mendapatkan keterangan berikut: a. Kapan dibangun dan diresmikan? b. Diresmikan oleh siapa? c. Siapa arsiteknya? d. Apakah masih dihuni? e. Apakah pernah direnovasi? f. Jika pernah, bagian apa saja yang direnovasi? Informasi lain yang harus didapat adalah koordinat & orientasi bangunan tersebut.

Pendokumentasian Situs Purbakala

Untuk ukuran situs yang tidak terlalu besar maka hal yang perlu dilakukan adalah: 1. Potret keseluruhan kompleks. Sebaiknya dari berbagai sudut. 2. Jika terdapat kelompok atau cluster-culster maka masing-masing cluster tersebut juga dipotret secara utuh. 3. Untuk masing-masing cluster, setiap objek atau artefak harus dipotret setidaknya 2 kali. a. Pertama dengan bantuan skala (misalnya gunakan pulpen dengan merk & jenis yang umum). Gambar kiri. b. Tanpa informasi skala. Gambar kanan. 4. Jika dirasa bahwa ada ukiran atau bentuk yang tidak dapat terwakili dengan 2 kali pemotretan bisa ditambahkan pemotretan dari sudut yang berbeda.

Pemotretan Waktu terbaik untuk potret situs adalah pada saat sepi. Pagi hari adalah waktu yang aman. Oleh karenanya usahakan tiba pagi hari dan prioritaskan memotret pada saat sepi.

Keterangan Lain
1. 2. Jika pemandu tersebut sedang memberikan informasi kepada pengunjung, aktifkan recorder. Buatkan sketsa seluruh kompleks. Untuk-

3. 4. 5.

memudahkan potret seluruh bagian kompleks. Contohnya dengan panorama atau 180. Catat koordinat kompleks. Jika cukup luas, catat koordinat masing-masing cluster. Sentuh & rasakan batu-batuan situs. Jika dimungkinkan, angkat salah satu benda situs.

Pendokumentasian Kampung
Pemotretan Kampung biasanya terdiri dari beberapa bangunan. Untuk sebuah kampung (huta) Batak misalnya, umumnya terdiri dari 3 7 bangunan rumah dan 1 bangunan gudang (serbaguna). Langkah pendokumentasiannya: 1. Jika terlalu banyak, ambil beberapa bangunan saja. Prioritaskan yang dianggap tua. 2. Gunakan cara seperti memotret bangunan. 3. Pastikan bahwa seluruh bangunan sudah terdokumentasi, minimal gambaran besarnya. Hal ini sebaiknya dilakukan terlebih dahulu. 4. Jika diizinkan, masuklah ke dalam bangunan untuk memotret bagian dalam. Informasi lain 1. Catat koordinat & orientasi arahnya. 2. Gali informasi tentang bangunan yang ada, misalnya: a. Usia bangunan b. Apakah pernah direnovasi? 3. Carilah sumber mata air di kampung tersebut. Dari manakah mereka mendapatkan air? 10

Catatan Bagi sobat budaya yang ingin melakukan ekspedisi sebaiknya menghubungi IACI (www.Budaya-Indonesia.org) . Hal ini diperlukan agar IACI dapat: 1. Membuat surat keterangan atau pengantar 2. Menyediakan alat tambahan. 3. Menginformasikan kepada jaringan IACI (jika ada) Selain itu, sobat budaya yang melakukan ekspedisi juga wajib melaporkan hasil ekspedisinya kepada IACI.

11

You might also like