Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.

7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

ANALISIS DAMPAK EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT PENAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN SAWANG ACEH SELATAN
Zulkifli 1*)
1) Dosen

Fakultas Ekonomi universitas Syiah Kuala Jurusan Ekonomi Pembangunan *) zulkifli_aja2003@yahoo.com

ABSTRAK
Penambangan emas di Gampong Panton Luas kecamatan Sawang Aceh Selatan dimulai dengan ditemukannya Bukit Emas Gunong Meuh di gampong tersebut pada tahun 2008 pada lahan yang telah ditinggallkan oleh perusahaan penambangan PT. Pinang Sejati yang tidak berhasil memperoleh Emas. Semenjak saat itu perubahan Drastis telah terjadi di di gampong tersebut dan kawasan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sehingga situasi gampong sekarang seperti sebuah kota kecil yang tidak pernah sepi dan terus berdetak kegiatannya selama 24 jam. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah seberapa besar dampak ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan penambangan emas. Tujuannya adalah menganalisis dampak yang ditimbulkannya. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan langsung pada lokasi objek penelitian yaitu Gampong Panton Luas dan gampong di sekitarnya. Metode sampel yang digunakan adalah metode Purposif Sample , yaitu sampel merupakan perwakilan tertentu yang dianggap bisa mewakili pendapat dari populasi. Indikator yang dikaji adalah indikator-indikator dari faktor ekonomi, soial budaya dan kesehatan masyarakat. Hasil dari penelitian ini bahwa penambangan emas telah menyebabkan peralihan pekerjaan masyarakat menjadi penambang emas, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadi imigrasi penduduk yang sangat banyak ke gampong tersebut namun potensi konflik hampir tidak ada karena besarnya pengaruh aparat gampong dalam mengatur kegiatan penambangan disana. Sedangkan di bidang kesehatan telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat akan sanitasi yang baik akibat adanya berbagai himbauan terhadap akan adanya pencemaran lingkungan disekitar lokasi dan area sekitar penambangan dan pengolahan tambang emas. Kata Kunci : Tambang Emas, dampak ekonomi, dampak sosial budaya, dampak kesehatan

1. Pendahuluan

Kata Kunci : Bonus Demografi

Aceh Selatan adalah sebuah kabupaten dikawasan Barat Selatan propinsi Aceh,

Kabupaten ini sudah berdiri sejak tahun 1945 dengan ibukota Tapaktuan dengan jarak 430 Km dari Banda Aceh. Luas wilayah Kabupaten adalah 4.005,10 Km2 adalah dengan 16

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

kecamatan, 43 kemukiman dan 248 buah Gampong/desa. Sebagai daerah yang jauh dari ibukota propinsi seperti didaerah lainnya maka pembangunan di kabupaten ini juga masih tertinggal dibanding dengan kabupaten wilayah utara timur propinsi Aceh yang lebih dulu terlepas dari isolasi jalan dan prasarana publik lainnya pada masa lalu. Aceh Selatan menjadi terkenal karena salah seorang ulama besar Abuya Tgk Syekh Mudawaly berasal dari daerah ini. Sampai sekarang beberapa kecamatan yang kita masuki memasang papan selamat datang dengan menyebut daerahnya sebagai daerah pendalaman dan pengkajian ilmu Tasawuf Islam. Suasana islami tercermin dari berbagai budaya dan kegiatan sehari-hari yang berlaku di Aceh Selatan yang masih sangat terpengaruh oleh kharismatik Abuya Mudawaly dan penerusnya di pasantren Labuhan Haji. Dari sudut tinjauan ekonomi, kabupaten Aceh Selatan sangat terkenal dengan hasil produksi pala disamping produk pertanian dan perkebunan lainnya, sehingga sering dindentikkan dengan kabupaten Pala. Harga komoditi ini yang cukup tinggi dan iklim alamnya yang cukup mendukung membuat masyarakat kabupaten ini menjadikan pala sebagai jenis tanaman perkebunan yang sangat diminati saat itu. Berdasarkan data ststistik yang dirilis Badan Statisik Aceh Selatan tahun 2011, sumbangan sektor pertanian pada tahun 2010 masih menduduki urutan pertama sebesar 41,48 persen dari total PDRB Aceh Selatan (Rp 1.031.269.160.000 adalah sumbangan sektor pertanian dibanding total PDRB sebesar 2.486.224.880.000), kemudian disusul oleh sektor konstruksi, sektor jasajasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran; baru kemudian menyusul sektorsektor lainnya termasuk sektor pertambangan dengan nilai Rp.31.362.120.000 . Masa kejayaan pala kelihatan akan segera berakhir dengan adanya penyakit massal yang menyerang hampir seluruh perkebunan pala di Aceh Selatan, diperkirakan pendapatan daerah dari sektor pertanian juga akan mengalami penurunan yang signifikan akibat kejadian tersebut, dampak berikutnya adalah hilangnya mata pencaharian dan pendapatan sebagian masyarakat yang mengandalkan komoditi ini. Berita baiknya adalah ditemukannya sumber tambang emas di Aceh Selatan pada

permulaan tahun 2008. Daerah potensial tambang emas antara lain adalah menggamat dan Gampong Panton Luas di kecamatan Sawang Aceh selatan. Kegiatan pencarian dan penambangan emas telah membawa perubahan besar di daerah ini, meskipun dikelola oleh masyarakat secara tradisional, tambang emas dikabupaten ini telah banyak memberikan peningkatan ekonomi dan mendorong munculnya berbagai kegiatan ekonomi lain akibat multiplier efek dari penambangan tersebut, meskipun kegiatan ini juga menimbulkan dampak lain berupa dampak sosial , budaya, dan lingkungan di sekitarnya. 2. Lokasi penambangan Emas Panton Luas Gampong Panton Luas awalnya hanyalah sebuah desa yang sangat menderita akibat konflik yang melanda Aceh. Hampir semua bangunan rumah musnah terbakar akibat konflik tersebut, masyarakatnya sebahagian besar mengungsi kedaerah lain atau ke ibukota kecamatan yang lebih aman. Sawah, ladang, hewan peliharaan dan berbagai kegiatan ditinggalkan tanpa terurus, akibatnya hampir tidak ada kegiatan ekonomi yang menggembirakan berlaku didaerah ini. Pasca Tsunami Aceh dan perjanjian perdamaian MoU Helsinki, masyarakat kembali ke gampong ini dengan potensi ekonomi tersisa seadanya, beruntung pembangunan rumah korban konflik oleh BRR telah sedikit meringankan penderitaan masyarakat yang kehilangan rumah dan tempat tinggalnya di gampong tersebut. Perubahan besar-besaran terjadi saat ditemukannya kandungan emas dalam bebatuan yang digali di sebuah bukit di gampong tersebut, berhubung adanya penemuan material tambang tersebut maka bukit itu sekarang terkenal dengan sebutan Gunong Meuh atau gunung emas dalam bahasa Indonesia. Menurut Guchik Panton Luas dan berbagai sumber yang berkompeten di gampong tersebut, awalnya lahan tempat penemuan emas tersebut adalah tempat yang telah ditinggalkan oleh perusahaan penambangan PT. Pinang Sejati karena tidak ditemukannya cadangan emas oleh mereka. Setelah ditinggalkan oleh perusahaan, beberapa warga gampong Panton Luas yang punya pengalaman penggalian emas di Gunong Ujeun Aceh Jaya melakukan pengga-

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

lian secara tradisional di tempat tersebut. Penemuan kandungan emas pertama sekali diperoleh pada kedalaman hanya 2 meter dalam tanah, sejak itu maka semakin banyak masyarakat yang mengadu nasib mencari emas di lokasi gunong meuh tadi. Semakin lama semakin banyak orang yang ingin mencoba peruntungan mencari emas di Gunong Meuh. Dulunya penduduk desa ini yang mengandalkan pertanian/ perkebunan sebagai mata pencahaiannya kini beralih menjadi pengelola, buruh penggali lobang, mandor, lansir, pemecah material batu emas, buruh gelondongan, dan berbagai kegiatan lain yang muncul akibat adanya penambangan batu mulia di gampong itu. Pencari emas tidak hanya berasal dari gampong Panton Luas atau kecamatan Sawang saja, tetapi banyak sekali yang datang dari daerah lain dipropinsi Aceh dan juga dari Propinsi propinsi lain di Indonesia seperti Sumatera Utara, dan bahkan banyak buruh penggali lubang datang dari Bogor Jawa Barat. Masyararakat Gampong Panton Luas agaaknya sangat terbuka terhadap perubahan dan keanekaragaman, pendatang dari luar gampong hanya perlu melapor kepada perangkat Gampong dan selanjutnya mereka boleh langsung melakukan penggalian di lokasi penambangan. Derasnya arus keluar-masuk/ mobilitas penduduk serta aktivitas pertambangan menyebabkan aktivitas perdagangan barang dan jasa lain tumbuh dengan subur di gampong tersebut. Ketika kita memasuki kawasan ini maka kita akan menjumpai bengkel-bengkel sepeda motor, bengkelbengkel las untuk pembuatan gelondongan, warung-warung makan, kedai kopi, kedai dan warung yang menyediakan kebutuhan tambang dtambah lagi dengan jejeran gelondongan pemecah batu yang memenuhi sepanjang jalan gampong. Perubahan tersebut telah merubah Panton Luas dari sebuah gampong menjadi seperti sebuah kota kecil yang lebih ramai dan lebih sibuk dari ibukota kecamatan didaerah ini. setiap hari akan dijumpai ratusan sepeda motor petambang dan pelansir material lalu lalang di jalan gampong, bunyi mesin gelondongan material emas seakan tidak pernah berhenti baik siang maupun malam, mobil mobil mewah juga memasuki gampong yang dimiliki oleh toketoke penambang dan penampung emas.

Meskipun bergerak dalam kegiatan penambangan yang bersifat instan dan spekulatif, harga-harga barang-barang dan jasa-jasa di gampong ini tidak terlalu tinggi atau berbeda dengan tempat lain yang tidak ada tambang, ini terjadi karena lokasi gampong dengan ibukota kecamatan tidak jauh, lokasi penambangan juga tidak jauh dari gampong sehingga biayabiaya transportasi tidak bertambah dan persaingan sesama penjual menyebabkan mereka tidak bisa semena-mena menentukan harga. Satu hal lagi yang menarik bahwa ada larangan dari perangkat gampong untuk tidak berjualan dilokasi penambangan tetapi hanya boleh diperkampungan agar kegiatan ekonomi lebih merata diperoleh dan dirasakan oleh seluruh masyarakat dan tidak menyebabkan kenaikan harga yang tinggi di lokasi penambangan. Penambangan emas di gampong Panton Luas telah mengubah gampong ini dan sekitarnya menjadi lebih ramai dari sebelumnya, berbagai manfaat yang nyata telah dinikmati oleh masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan perangkat gampong dan perangkat kepemudaan, semua masyarakat di gampong tersebut sekarang bekerja dan memperoleh penghasilan dari tambang emas. Tidak hanya orang dewasa saja, anak-anak sekolah pada hari libur dibolehkan juga ikut menambang dan bekerja pada kegiatan penambangan, pada hari sekolah maka gampong melarang anak-anak sekolah bekerja. Pengaturan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi mereka memperoleh rahmat dari adanya penemuan emas ini namun tetap menjaga dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menikmati pendidikan.

3. Hasil Kajian Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya dan Kesehatan


a. Dampak Ekonomi. Kajian data primer purposif sampel yang dilakukan dengan mengambil 15 sampel penduduk Panton Luas, 6 sampel dari desa lainnya dalam kecamatan Sawang, 4 sampel dari kecamatan lainnya dalam kabupaten Aceh Selatan, 6 sampel dari kabupaten lainnya dalam propinsi Aceh serta 5 orang sampel dari propinsi diluar

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

10

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

Aceh menunjukkan bahwa 74,9% responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga 4 orang keatas, sedangkan sisanya 25,1% mempunyai beban tanggng jawab 3 orang kebawah. Temuan ini menunjukkan bahwa tambang ini memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup khususnya dalam bidang ekonomi. Penemuan emas telah pula menyebabkan adanya peralihan pekerjaan hampir seluruh masyarakat gampong Panton Makmur dan sebahagian masyarakat gampong lainnya disekitar tambang emas tersebut. Data kajian menunjukkan bahwa banyak sekali petambang awalnya memiliki pekerjaan sebagai petani/pekebun/peternak yaitu 63,9%, kemudian buruh/tukang/karyawan Swasta sebesar 19,4%, dan sisanya untuk berbagai pekerjaan yang lain. Banyaknya peralihan pekerjaan dari petani dan pekebun berdampak pada lahan yang menganggur karena ditinggalkan untuk bekerja ditambang. Hasil produksi pertanian yang umumnya membutuhkan masa tunggu yang lama menyebabkan masyarakat lebih memilih ketambang yang lebih instan dan dianggap lebih menguntungkan dengan nilai yang lebih menggiurkan. Untuk pekerjaan sambilan sebelum ada tambang mayoritas responden (41,7%) memilih untuk tidak menjawab yang berarti tidak punya pekerjaan sampingan, 22% menjawab kelompok pekerjaan yang sama yaitu petani,pekebun atau peternak : bukti ini mempertegas pula bahwa selain telah membuka lapangan pekerjaan yang baru, keberadaannya juga telah mengurangi masyarakat yang bekerja disektor pertanian yang pada akhirnya nanti akan menyebabkan produsi sektor pertanian terutama tanaman pangan dan perkebunan akan menurun. Setelah bekerja ditambang emas, hasil kajian menunjukkan bahwa masing-masing responden lebih terpaku pada pekerjaannya baik itu sebagai pemilik/pengelola tambang, buruh atau penyedia barang/jasa terkait langsung dengan tambang, atau penyedia barang/jasa lainnya. Kenyataan ini dipertegas pula dengan hasil quesioner yang menunjukkan bahwa 66,7% responden tidak mengisi pilihan untuk pekerjaan sambilan disamping pekerjaan utamanya ditambang. Alasan ekonomi, lebih menguntungkan dan pendidikan keluarga berurutan (55,6%,

16,7% dan 13,9%, ) menjadi pemicu utama mereka bekerja di tambang emas, selanjutnya 5,6% menjawab tidak punya pekerjaan lain serta alasan lainnya sebesar 8,3%. Harapan yang sangat besar digantungkan pada penambangan emas, mereka umumnya berharap penambangan emas ini akan membawa perubahan ekonomi yag besar pada pendapatan mereka saat ini dan keadaan kehidupan pada masa yang akan datang. Sebahagian besar responden telah menikmati perbaikan ekonomi dan kesejahteraan yang sangat mencolok dibanding sebelumnya, dengan bekeja ditambang 38,9% responden telah menikmati tambahan pendapatan setengah hingga satu kali lipat dari pendapatan sebelumnya, 13,9% menikmati tambahan pendapatan lebih dari satu kali lipat hingga dua setengah kali lipat, 19,4% responden menikmati tamabahan pendapatan dua setengah kali lipat hingga lima kali lipat, demikian pula yang menikmati tambahan pendapatan hingga lebih dari lima kali lipat juga 19,4%, sedangkan yang menjawab tidak ada tamabahan pendapatan, bertambah kurang dari seperempat pendapatan awal dan sampai setengah dari pendapatan awal hanya dijawab oleh masing-masing 2,8% responden atau masing-masing satu orang sampel. Tingginya tingkat penambahan pendapat-an kurang berpengaruh besar pada tingkat tabungan yang bisa dilakukan oleh masyarakat sampel penambang, sesuai dengan kebiasaan dikawasan yang baru berkembang maka tambahan pendapatan pada awalnya lebih cenderung digunakan untuk kegiatan yang sifatnya konsumtif seperti membangun rumah yang baru atau merenovasinya, membeli kenderaan bermotor baru, menambah konsumsi alat-alat elektronik dan komunikasi yang lebih mahal dan lainnya. Maka tidak mengherankan rumah-rumah di gampong Panton Makmur dan sekitarnya lebih besar dan lebih mewah dengan peralatan yang lengkap, dibanding sebelumnya yang hanya merupakan kawasan hitam konflik Aceh yang umumnya menghuni rumah bantuan BRR yang relatif kecil dan sederhana ukurannya. Masyarakat petambang khususnya sangat sensitif bila mendengar adanya rencana penutupan areal penambangan, agaknya mereka telah terbiasa dan lebih

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

11

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

enak bekerja ditambang dengan pendapatan dan kemungkinan pendapatan saat ini, makanya ketika dikonfirmasi tentang alternatif pekerjaan kalau tambang ditutup atau tidak manghasilakn emas lagi, 30,6% menjawab tidak Jelas pekerjaan apa yang akan dilakukan, berikutnya 27,8% tidak menjawab yang berarti juga tidak mempunyai gambaran terhadap masa depan pekerjaannya, sedangkan 22,2% responden akan mencoba peruntungannya pada usaha dagang/ wiraswasta, 16,7% akan kembali ke pekerjaan asalnya yaitu pada sektor pertanian,kehutanan,dan perikanan serta 2,8% responden memilih jenis usaha lain. Jika dilihat dari tanggapan responden terhadap ketersediaan bahan baku produksi, 41,75% responden mengatakan lancar dan tidak ada masalah dengan hal itu, 44,4% mengatakan tersedia meskipun tidak begitu lancar, sedangkan 5% mengatakan tidak lancar. Responden yang menjawab tidak lancar ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa lobang yang digali atau dikelola saat ini belum menghasilakn material tambang yang mengadung emas. Terakhir, jika ditinjau dari aspek pemasaran maka mayoritas responden (58,3%) menjawab lancar dan cepat terutama bagi sipengelola dan buruh tambang yang tambangnya sedang menghasilkan kandungan emas. Emas yang sudah dipisahkan langsung bisa dijual di gampong tersebut dengan harga yang sangat bersaing karena banyaknya penampung yang akan membeli emas ditempat itu. Mereka bisa membawanya ke Tapaktuan atau labuhan haji, tetapi untuk emas dalam jumlah sedikit hampir tidak ada beda harga jualnya di banding dengan harga di gampong. 33,3% dari responden menjawab akses pemasaran agak tersendat dan 8,3% menjawab tidak lancar, setelah dikonfirmasi maka terlihat bahwa responden yang menjawab demikian adalah responden yang lobangnya hanya sedikit menghasilkan kandungan emas, beberapa tukang lansir material yang tidak selalu lancar memperoleh material angkutan dan buruh gelondongan yang lobang pengelolanya belum atau hanya sedikit menghasilkan kandungan emas. Dari berbagai indikator ekonomi di atas, maka sekarang kita dapat melihat masyarakat gampong Panton Makmur dan

gampong disekitarnya telah berubah secara drastis. Sebahagian besar masyarakat dengan mata pencaharian utama pertanian, perkebunan atau peternakan telah berubah menjadi masyarakat petambang , efek luar biasa juga melebar ke berbagai kegiatan ekonomi lainnya, banyak sekali pekerjaan dan sumber pendapatan yang lain muncul akibat langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pertambangan emas, maka tidaklah berlebihan bila kita sekarang menyebut kawasan sekitar penambangan emas sawang menjadi sangat lebih baik perekonomiannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2010) terhadap dampak ekonomi tambang emas di kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan dan oleh Refles (2012) terhadap dampak penambangan emas di Kabupaten Sijunjung. b. Dampak Sosial Budaya Ada gula ada semut, demikian pula dengan adanya temuan tambang emas di Panton Luas telah mendorong orang pergi kesana untuk mengadu nasib dan keberuntungan. Suasana sangat terbuka dan bersahabat dikawasan tambang dan kawasan Gampong yang dtunjukkan oleh masyarakat Sawang dan gampong Panton Makmur adalah alasan utama sehingga orang lebih memeilih kesana. Semua responden(100%) yang terlibat dalam penelitian mennganggap bahwa hubungan antara kelompok masyarakat disana harmonis dan baik, hubungan ini meliputi hubunganantar kelompok suku, kelompok pekerja tambang, kelompok pendatang, dan sebagainya. Hubungan antara kelompok masyarakat dengan tokoh masyarakat dan hubungan sesama tokoh masyarakat juga dinilai 100% baik oleh responden. Meskipun lokasi tambang terletak di gampong Panton Luas, aparat gampong dan tokoh masyarakat tidak terlibat langsung lagi dalam pengelolaan tambang emas sejak kejadian musibah yang merenggut 6 orang petambang yang sedang beristirahat diatas lobang galiannya. Tokoh dan aparat gampong hanya mengatur syarat-syarat yang harus dipatuhi bila datang dan tinggal sementara untuk menggali emas di gampong tersebut. Tidak ada pungutan yang harus dibayar oleh sipetambang kecuali untuk perbaikan

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

12

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

jalan tambang, pungutan ini sama bagi penduduk desa atau pendatang yang mengunakan jalan ketambang yang harus secara teratur dirawat agar akses ketambang selalu terjaga. Pungutan lainnya adalah berupa sumbangan untuk kegiatan yang akan dilakukan oleh gampong dan membutuhkan dana besar seperti pemotongan sapi megang bagi anak yatim di kecamatan Sawang, ataupun kegiatan sosial lainnya dan ini dibuat dan diatur sepenuhnya dengan musyawarah di gampong. Berkaitan dengan petanyaaan tetang adanya konflik di gampong dalam masa penemuan emas ini, 72,2% responden menjawab tidak ada, sedangkan 27,8% menjawab ada, dan dalam penjabarannya konflik yang dimaksud adalah konflik bersifat kecil yang sering terjadi di pertambangan atau mata pencaharian lain seperti klaim wilayah tambang, penentuan jarak antar lobang galian, persaingan perebutan langganan lansir material,dan persoalan sederhana lainnya. Sampai saat ini aparat gampong dan tokoh masyarakt masih dipercaya masyarakat sebagai penengah dan pemecahan konflik yang ada, buktinya 52,8% responden menjawab konflik tersebut diselesaikan oleh musyawarah gampong dan hukum adat yang berlaku disitu. Prosentase yang tidak menjawab cara penyelesaian konflik juga tinggi yaitu 47,2%, namun setelah dikonfirmasi mereka menjelaskan biasanya konflik itu akan selesai sendiri antara sesama mereka berdasarkan atas kesepatan yang telah dibuat oleh perangkat desa dan kebiasaan yang berlaku ditambang, seperti harus berhenti menggali atau mengalihkan lobang bagi siapa saja yang bertemu dengan lobang tambang orang lain yang lebih awal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Raden et all (2010) dimana pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara menimbulkan efek positif dan juga efek negatif terhadap sosial budaya masyarakat daerah tersebut. c. Dampak Kesehatan Kawasan desa panton Luas yang dulunya merupakan gampong pegunungan dengan berbagai keasrian lingkungannya kini menjadi sebuah gampong yang gampong yang sudah layak kita sebut gampong Industri. Menurut Geuchik, jumlah orang yang tinggal didesa

tersebut meningkat tajam sampai dengan 6.000 jiwa dengan berbagai kegiatan pertambangan atau kegiaan pendukung tambang lainnya. Dengan adanya tambahan penduduk yang sangat besar tersebut akan berdampak buruk pada penyediaan sarana kesehatan dan sanitasi masyarakat. Sebelum adanya penambangan emas, mayoritas penduduk gampong mengunakan sungai alur sebagai sumber air minum, mandi cuci, dan kakus, namun setelah hampir semua lokasi gampong dipenuhi dengan penduduk, maka kebiasaan tersebut berubah dengan semakin banyak masyarakat yang mengunakan sumur bor atau sumur gali untuk air minim dan sanitasi. Penghasilan dari tamabang emas membuat mereka juga tidak sulit untuk memiliki sumur bor/gali sndiri dan juga untuk membuat WC pribadi dirumah mereka. Berdasakan hasil kajian, 88% responden sudah mengkonsumsi air sumur bor/sumur gali untuk air minum, dan 66,6% responden menggunakan air sumur bor/ sumur gali untuk mencuci dan mandi, sedangkan untuk buang hajat besar baru 36, 1% responden yang berhajat besar di WC pribadi, 13,9% di WC umum , 38,9% berhajat di sungai atau alur dan 11,1% di kolam/tambak atau semaksemak. Terkait dengan pengelolaan sampah rumah tangga, 50% responden sudah memiliki tempat sampah dirumah, 22% membuat lubang galian, 13,9% membuangnya di tempat pembuangan sampah desa, 5,6% membuang di sembarang tempat dan 2,8% ditempat lainnya. Tekanan penduduk baru yang berdatangan juga menyebabkan tekanan terhadap fasilitas drainase yang ada di gampong, tekanan ini membuat 38,9 % menganggap darinase di gampong tersebut menganggap darainase sudah tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan. Gambaran tentang konsumsi air dan pola santasi menunjukkan kearah perbaikan yang lebih baik. namun alasan semakin banyak masyarakat untuk menggali sumur bor/ sumur gali dan WC pribadi adalah lebih banyak karena kekhawatiran akan pencemaran air sungai/alur yang dulunya banyak digunakan untuk kegiatan pertambangan termasuk membuang limbah gelondongan emas. Akhir-akhir ini kekhawatiran terhadap kwalitas air sungai semakin pudar saat di temukan kandungan emas dalam limbah yang

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

13

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

dulunya dibuang, limbah dari gelondongan sekarang malah di jaga sebaik-baiknya agar tidak bocor karena endapannya laku dijual dengan harga yang mahal. Dampak lain yang terjadi adalah tingkat kebisingan dan polusi udara yang meningkat drastis, suara mesin gelondongan, deru sepeda motor para pelansir tambang umumnya berkenalpot blong adalah rutinitas seharian di gampong tersebut. Namun sebahagian masyarakat sudah bisa menerima keadaan ini akibat efek positif kehidupan yang mereka nikmati dengan adanya pertambangan dirasakan telah membuat mereka menjadi lebih sejahtera. Terkait dengan penyakit yang paling sering di derita oleh responden dan anggota keluarganya, 58,3% mereka sering menderita penyakit Flu/demam, menyusul 19,4% sering menderita Malaria Yang diduga banyak disebabkan oleh sumber pengembang biakan Nyamuk di genangan air di kolam limbah yang tidak digunakan lagi. Penyakit batuk yang sering diderita dijawab oleh 8,3 responden, 5,6% sering menderita penyakit pernafasan/ISPA, 2,8% sering menderita gatal-gatal dan selebihnya responden (5,6%) sering menderita penyakit- penyakit lainnya. Untuk tempat pelayanan kesehatan, puskesmas adalah tempat yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu 58,3%, kemudian klinik kesehatan 19,4%, rumah sakit umum dan mantri kesehatan masing-masing 8,3%, sedangkan yang memilih tabib atau dukun hanya satu orang atau 2,8%. Pemilihan puskesmas sebagai tempat berobat utama didasarkan pada penyakit yang umumnya diderita oleh mereka tidak terlalu parah dan bisa ditangani ditingkat puskesmas di tambah pelayanan kesehatan di puskesmas umumnya gratis dengan program JKA (Jaminan Kesehatan Aceh). Ditinjau dari dampak kesehatan secara umum, fasilitas pribadi dan umum berkaitan dengan kesehatan, maka terjadi peningkatan kesadaran untuk kesehatan yang lebih baik oleh masyarakat setelah adanya kegiatan penambangan dan pengolahan tambang didaerah mereka, masyarakat menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan air dan terjadi peningkatan pemilihan cara berobat tradisional ke cara yang lebih modern. Persepsi d. Masyarakat Keberadaan Tambang Emas Terhadap

Aspek lain yang ikut dikaji adalah perpektif makro masyarakat terhadap keberlangsungan pertambangan emas, perasaan yang sudah dirasakan serta akibat baik buruk yang akan dirasakan pada masa yang akan datang. Semua responden (100%) yang terlibat dalam kajian ini menjawab setuju dengan keberadaan dan keberlangsungan pertambangan emas, argumen untuk mendukung jawaban setuju adalah penambangan tersebut telah mampu meningkatkan perekonomian terutama perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan ditambah peningkatan kesehatan yang lebih mampu mereka dapatkan akibat adanya tambahan pendapatan yang besar dari penambangan emas didaerah tersebut. Selain hal-hal tersebut diatas kemampuan responden mempersiapkan biaya pendiddikan bagi anakanak mereka menjadi lebih mudah sehingga diharapkan akan berpengaruh pada pendidikan generasi penerus di kawasan tersebut. Pengalaman dan pengetahuan mereka tentang dampak penambangan emas sebelumnya ditempat lain juga menggambarkan bahwa dampak positif yang dihasilkan lebih besar. Terhadap dampak negatifnya sebahagian besar responden menjawab adalah kebisingan, polusi udara dan air bila kegiatan penambangan tidak diatur. Oleh karena itu mayoritas responden menginginkan campur tangan pemerintah untuk mengatur pola penambangan rakyat agar kemungkinan dampak negatif dari penambangan bisa ditanggulangi dan dikurangi. Beberapa tokoh masyarakat dan perangkat gampong menginginkan pemerintah menyetujui pembentukan sebuah kelompok koperasi usaha pertambangan yang dilegalkan oleh pemerintah untuk pengaturan dan pengorganisasian para petambang, namun masih terkendala beberapa peraturan yang belum mengatur tentang hal itu. namun sangat menolak bila pemerintah memberikan lahan tersebut untuk dikelola oleh perusahaan tertentu karena akan menghilangkan kesempatan dan keuntungan langsung bagi penduduk dan kawasan tersebut.

4.

Penutup

Penambangan emas di Sawang Aceh Selatan dari faktor ekonomi, soial budaya dan kesehatan masyarakat sangat tampak

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

14

Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Vol.IV No.7 Maret 2013

ISSN :

2086-6011

dampaknya. Khusunya dalam factor pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi rakyat. Dari penelitian yang dilakukan, penambangan emas telah menyebabkan peralihan pekerjaan masyarakat menjadi penambang emas, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadi imigrasi penduduk yang sangat banyak ke gampong tersebut namun potensi konflik hampir tidak ada karena besarnya pengaruh aparat gampong dalam mengatur kegiatan penambangan disana.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Selatan. (2012). Aceh Selatan Dalam Angka 2011. BPS Aceh Selatan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Selatan. (2012). Sawang Dalam Angka 2011, BPS Aceh Selatan. Pasaribu, Arman. (2010). Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan

Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Raden, Ince et all. (2010). Kajian Dampak penambangan Batubara terhadap pengembangan sosial ekonomi dan Lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Laporan Penelitian. Refles. (2012). Kegiatan pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kanagarian Mundam Sakti kecamatan IV Nagari, kabupaten Sijunjung, Artikel Penelitian, Program Pascasarjana Universitas Andalas. Sevilla. G.Consuelo et all. (1993). Pengantar Metode Penelitian, UI-PRESS, Jakarta.

Riwayat Penulis:
Zulkifli, SE., M.Si Dosen pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas

15

You might also like