Pernahkah kamu mengangkat sesuatu yang terlalu berat untukmu,
kemudian ada yang datang dan membantu? Kamu mungkin merasa
senang atas bantuan itu.
Sepanjang hari kita akan bertemu dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan kita, dan jika mungkin hendaknya kita memberikan uluran tangan. Sewaktu kita membantu orang lain, kita memperagakan kebaikan hati dan sifat tenggang rasa. Salah satu cara penting kita bisa membantu orang lain adalah dengan bersikap ramah dan sopan.
Kadang-kadang tidak mudah membantu orang lain, atau mungkin menyebabkan kita tidak bisa melakukan apa yang kita sukai. Bahkan apabila sulit, membantu orang lain itu penting.
Wajah-wajah penuh harap mengawasi jam dinding yang berdetak perlahan menunjukkan pukul setengah empat. Selang beberapa saat, dari pengeras suara terdengar nada yang menunjukkan bahwa jam sekolah sudah selesai. Anak-anak kelas enam berhamburan keluar dari kelas, bersemangat untuk pulang. Mereka berduyun-duyun menuju ke koridor dan saling bersahut- sahutan mengucapkan selamat jalan kepada satu sama lain.
Chandra berjalan perlahan-lahan menuju ke koridor sekolah. Beberapa hari yang lalu kakinya terkilir, dan sekarang dia harus berjalan dengan bantuan tongkat. Hari ini hari pertamanya di sekolah dan hari itu terasa panjang sekali. Terpincang-pincang dia berjalan perlahan sambil membawa sejumlah buku pelajaran. Kemudian terjadilah. Gedebuk! Ada yang tergesa-gesa, melewati Chandra dan Chandra Kehilangan keseimbangan bukubuku yang dibawanya berserakkan di lantai menimbulkan suara keras. Dia mendengar gelak tawa dan seruan. Anakanak terus berlalu lalang dan bergegas bagaikan air sungai yang mengalir, melewati tumpukan buku Chandra. Dia melihat sepatu-sepatu olah raga model mutakhir melangkah dengan pasti. Sepatu keren dan kaos kaki trendi melewatinya. Chandra merasa seolah-olah dirinya tidak terlihat. Kemudian, sepasang sepatu yang rasanya sepatu ke seribu berhenti di dekat Chandra. Si empunya adalah seorang anak lelaki dengan senyum tersungging di bibirnya, usianya tidak terpaut jauh dari dirinya. Mari saya tolong, katanya dan mulai mengumpulkan buku-buku pelajaran Chandra. Dalam waktu singkat dia sudah membantu Chandra berdiri lagi dengan tongkatnya dan berjalan bersamanya ke gerbang sekolah. Chandra tidak lagi merasa sendirian. Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus apakah hukum yang paling penting, dan Yesus menjawab bahwa yang pertama adalah mengasihi Tuhan Allah dan yang kedua, yang hampir sama adalah mengasihi sesama. Orang itu bertanya kepada Yesus siapakah sesamanya. Kemudian Yesus berkisah tentang seseorang yang dirampok dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat di jalan yang berdebu, di antara dua kota. Seorang pemuka agama melintas dan melihat ada orang yang terluka di tepi jalan, tetapi dia tidak menolongnya. Seorang alim lainnya melintas. Akhirnya, seorang Samaria melihat orang yang terluka itu dan membalut lukanya, menempatkannya di atas keledainya dan membawanya ke tempat penginapan.
Di akhir cerita, Yesus bertanya kepada ahli Taurat itu mana dari ketiga orang yang melewati orang yang terluka itu adalah sesamanya, ahli Taurat itu menjawab orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya (Baca Lukas 10:3037.) Kita dapat belajar dua poin yang penting dari orang Samaria yang Baik di sini dan dari cerita Hari Pertama Chandra di Sekolah:
1. Kasih diperlihatkan melalui perbuatan.
2. Kasih tidak mengenal batasan; kita hendaknya memperlihatkan kasih kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan. Kita hendaknya bukan hanya mengasihi orang yang cantik, atau orang yang berasal dari negara yang sama dengan kita, atau orang yang mempunyai kesukaan sama dengan kita, atau orang yang mudah diajak bergaul. Tetapi kita hendaknya mengasihi SETIAP ORANG.
Ini adalah kisah tentang pangeran tetapi ia berupa patung berlapis emas dan bertahtakan batu permata yang meminta burung walet untuk mengantarkan batu permata ke ibu tukang jahit miskin, yang anaknya sedang sakit. Burung itu melakukannya dan terus membantu pangeran, melucuti batu permata dan lapisan emasnya untuk diberikan kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Namun musim dingin tiba dan burung walet yang menemani pangeran itu mati kedinginan. Tak lama kemudian, pak walikota melihat patung pangeran sudah tidak lagi berlapis emas dan tidak ada batu permata. Iamemerintahkan agar patung itu disingkirkan.
Di Sorga, Tuhan memerintahkan malaikatmalaikat-Nya untuk mengambil dua benda yang paling berharga, maka malaikat membawakan hati pangeran itu dan jasad si burung walet. Tuhan mengatakan bahwa malaikat mengambil keputusan yang benar dan pangeran beserta burung walet akan hidup bersama-sama Dengan Tuhan untuk selama-lamanya, sebab mereka telah memperlihatkan kebaikan hati, bahkan dengan mengorbankan diri, supaya orang lain bisa gembira.
*
Dari cerita Pangeran yang Gembira kita belajar sementara manusia tidak selalu melihat bahwa kebaikan hati bisa mempunyai pengaruh yang besar, Tuhan melihatnya dan memberi imbalan atas kebaikan hati dan kepedulian akan orang lain. Kebaikan hati bagaikan kebun, Pemikiran yang baik bagaikan akar, Kata-kata ramah bagaikan bunga, Perbuatan ramah adalah buahnya. Peliharalah kebunmu, Dan jauhkanlah ilalang; Penuhilah dengan sinar matahari, Kata-kata ramah dan perbuatan ramah. Henry Wadsworth Longfellow Stories courtesy of My Wonder Studio.
Image credits:
Page 1: Motivated magazine Page 2 - 9: My Wonder Studio Page 10: Didier Martin Page 11: Microsoft clipart