Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Permata yang

Hilang
Bram, si keong, sedang menikmati berjalan-
jalan di rumput yang hangat, ketika matahari
bersinar. Terutama dia senang menemukan
pernak pernik yang dapat dipakainya untuk
menghias rumahnya.
Pada suatu pagi, ketika sedang berjalan-
jalan, Bram menyenandungkan lagu gembira
ketika dia melihat sesuatu yang berkilauan.
Hmmm, itu apa ya..
Di bawah sebuah jamur yang besar
tergeletak sebutir batu permata berwarna biru.
Bram mengangkatnya. Ketika terkena sinar
matahari, batu itu berkilauan. Indah sekali!
serunya. Ini akan nampak cantik di rumahku.
Dengan berhati-hati, Bram membawa batu
itu dan melanjutkan perjalanan.
Setelah itu, Bram mempelajari batu tersebut
dengan lebih seksama. Dia tersenyum
gembira ketika dilihatnya bahwa batu itu
sangat mempesona.
Semua temanku harus melihat ini! katanya
dengan bangga.
Jadi keesokan harinya dia memanggil
tetangga dan teman-temannya,
mengundang mereka untuk melihat harta
yang baru ditemukannya.
Tak lama kemudian, lusinan keong dan
serangga berkumpul di rumahnya untuk
melihat batu permata itu sambil terkagum-
kagum. Selama beberapa hari, batu permata
Bram menjadi pembicaraan para tetangga;
tidak ada seorang pun yang pernah melihat
sesuatu yang begitu indah. Bram dengan hati-
hati memoles batu itu setiap malam untuk
memastikan batu itu berkilau secerah sinar
matahari.
Pada suatu malam yang dingin terdengar
ketukan di pintu Bram. Seekor laba-laba yang
mengetuk.
Namaku Spindel, tuan, laba-laba itu
memulai pembicaraan, dan aku ingin
bertanya jika ada tempat bagiku untuk
bermalam.
Bram mengundang Spindel masuk dan
menawarkan makanan.
Setelah hidangan yang hangat, Bram
bertanya,Coba ceritakan, Spindel, apa yang
membuat kamu mengembara? Nampaknya
kamu jauh dari rumah.
Beberapa bulan yang lalu, kata Spindel,
aku mengunjungi keluargaku di lembah
yang jauh. Sahabatku memberi sebuah
permata indah sebagai tanda pertemanan
kami sebelum dia pindah. Karena aku akan
mengembara ke tempat yang jauh, aku tidak
dapat membawa apa-apa selain makanan
dan kebutuhan pokok, jadi aku meninggalkan
permata itu di rumah.
Sayangnya, ketika aku pulang beberapa
saat kemudian, batu permata itu tidak lagi
kutemukan. Aku mencari ke seluruh pelosok
rumahku, tetapi permata itu sudah hilang. Aku
telah mencarinya ke mana-mana, dan tidak
tahu lagi harus ke mana.
Aduh! seru Bram. Aku tidak dapat
membayangkan bagaimana rasanya kalau
permataku hilang.
Kamu juga punya permata? Spindel
bertanya.
Raut bangga terlihat di wajah Bram.
Oya, permataku yang cantik! Aku harus
memperlihatkannya kepadamu.
Bram mengambil permata dari tempatnya
dan memperlihatkannya kepada Spindel.
Itu dia! seru Spindel. Permataku sudah
ditemukan!
Wajah Bram memerah karena marah.
Dengan cepat ia menutupi permata itu
dengan tangannya. Berani sekali kamu
mengklaim permataku sebagai permatamu!
Tapi itu persis seperti permataku yang
hilang, kata Spindel berlinang airmata. Aku
sudah mencari ke mana-mana. Namun
dengan sedihmungkin itu bukan punyaku.
Bram mengucapkan selamat malam
dengan tergesa-gesa. Dia masih memegang
permata itu erat-erat dan berkata bahwa
laba-laba boleh tidur di dekat perapian.
Aku yang menemukan permata ini!
Bram marah, dan tak ada yang dapat
mengambilnya daripadaku! Tetapi seraya dia
berbaring, dia tidak bisa tidur. Bagaimana
kalau itu memang permata milik Spindel?
Tidak benar kalau aku mengambilnya. Tetapi
permata itu begitu cantik, dia berdebat.
Dan aku menghabiskan banyak waktu
memolesnya dan membuatnya terlihat cantik.
Tentunya adil kalau aku menyimpannya.
Betapa kerasnya pun Bram berusaha,
dia tidak dapat mengusir bayangan wajah
Spindel yang sedih dari benaknya. Akhirnya,
Bram turun dari tempat tidur dan pergi ke
tempat di mana Spindel berbaring di dekat
perapian.
Spindel. Spindel, bisiknya dengan lembut.
Ya. Ada apa? tanya Spindel.
Kamu benar, kata Bram. Saya rasa ini adalah
batu permatamu! Beberapa waktu yang lalu,
ketika sedang berjalan-jalan, aku menemukannya.
Aku senang sekali menemukan permata ini,
dan sudah lama menjadi bahan pembicaraan
para tetangga. TetapiBram menggeleng-
gelengkan kepalanyatidak mengembalikannya
kepadamu adalah perbuatan salah.
Sungguh? tanya Spindel dengan gembira.
Ya, sungguh. Aku sudah banyak menerima
berkat. Tuhan memberiku banyak barang.
Aku tahu Ia akan memberkati aku karena
berbuat yang benar, dan yang benar adalah
mengembalikan batu permata ini kepadamu. Aku
mungkin tidak punya batu permata, tetapi aku
punya banyak barang lain yang dapat kunikmati.
Dan mungkin pada suatu hari nanti Tuhan akan
memberikan batu permata lainnya, yang sama
cantiknya seperti yang ini.
Kamu baik sekali! seru Spindel. Aku tidak tahu
bagaimana harus berterima kasih. Kamu telah
membuatku sangat gembira!
Bram juga merasa sangat gembira. Ia menepuk-
nepuk punggung Spindel, dan tersenyum:
Memang benar lebih diberkati untuk memberi
daripada diberi.
Author unknown. Illustrations by Y. M. Design by Stefan Merour.
Published on My Wonder Studio. Copyright 2014 by The Family International

You might also like