You are on page 1of 3

Media, Development, and Institusional Change

By: Christopher J. Coyne and Peter T. Leeson

Media dengan kemampuannya dapat memberi persepsi yang kuat bagi


masyarakat, diakui dapat membantu para elit politik atau pemerintah
mempertahankan kekuasaannya jika memang sudah dalam
pengawasan yang ketat. Namun jika saja, terdapat media yang luput
dari pengawasan dan ternyata ia juga memiliki khalayak yang walaupun
tidak tinggi tapi tetap saja mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kepercayaan publik pada pemerintahnya. Seperti yang pernah
terjadi di negara Peru dengan rezim Fujimori dan Montesimo sebagai
penyokong rezim tersebut.

Pada rezim tersebut masyarakatnya tidak yakin untuk melakukan


pergerakan karena mereka semua tak memiliki bukti atau pengetahuan
tentang pemimpinnya tersebut. Ia melakukan banyak suap terhadap
media yang ada, menyuap pengadilan dan berbagai intitusi di
negaranya sampai dengan melakukan jual-beli narkotika. Kemudian
lawan politik dari rezim presiden Fujimori dengan sengaja menyebarkan
video tentang semua bukti kebusukan dari penyokong dan sang
Presiden melalui sebuah stasiun tv yang tidak berada dalam kekuasaan
rezimnya yakni Channel N karena dianggap memiliki angka khalayak
rendah sehingga tak perlu dikhawatirkan.

Juga karena selama ini rezimnya telah mampu munyuap media-media


yang besar dinegaranya bahkan dengan angka yang jauh lebih besar
dari angka yang ia beri pada institusi yang lainnya. Sehingga ia merasa
aman akan status dan kekuasaannya. Hal ini yang menyebabkan
sebagian media di negara Peru tak memiliki kebebasan dalam
mendistribusikan informasi yang bersifat krusial seperti dalam kasus ini.
Pemerintah tak pernah diberitakan miring oleh media manapun.

Setelah kebusukan terbongkar dan semua masyarakat paham dengan


apa yang dilakukan presiden dan orang-orangnya tersebut, timbul
pergerakan massa yang dapat menjatuhkan rezim ini. Walaupun pada
awalnya masyarakat tak ingin kasus ini diajukan ke pengadilan namun
akhirnya mereka semua yang terbukti bersalah dapat ditangkap dan
diadili.

Dari kasus diatas dapat kita lihat bagaimana sebuah media yang bebas
dan yang tak bebas dapat mempengaruhi khalayak. Media yang otonom
tentu akan sejalan dengan berbagai nilai demokratis yang konon selalu
berpihak pada kepentingan masyarakat termasuk kedalam pengawasan
terhadap institusi pemerintah. Dan kita juga sudah banyak mengetahui
bahwa tak semua media mendapat kebebasan dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai pengawas dan penyalur informasi bagi
masyarakat.
Dalam Freedom of The Press dari Freedom House dinyatakan bahwa
terdapat beberapa indikator pengukuran kebebasan media, yakni
kondisi legalitas lingkungan seperti hukum, regulasi, ketentuan
konstitusi atau yang lainnya yang dapat membatasi pengoperasian
media. Kedua, kondisi politik seperti yang dilakukan Fujimori dan
kawannya dalam melakukan kontrol media dengan penyuapan
misalnya. Ketiga, kondisi ekonomi seperti adanya kepemilikan media,
pajak, subsidi media dan lain-lain. Freedom House juga menggolongkan
media berdasarkan level kebebasannya yaitu, media bebas, setengah
bebas dan tidak bebas.

Berdasarkan riset dan data yang terdapat dalam buku ini, banyak fakta
yang menunjukkan peran media sebagai sebuah mekanisme
pengawasan terhadap pemerintah dan jika terjadi kesalahan pada
pemerintah maka media juga mampu menggerakkan masa untuk dapat
melakukan perubahan.

Menurut Djankov terdapat 2 bentuk kepemilikan media, yaitu


pemerintah dan swasta. Sedangkan menurut masyarakat kepemiikan
media oleh swasta dianggap lebih baik daripada pemerintah karena
pemerintah lebiah banyak capur tangan dalam pengoperasian media
termasuk kedalam distribusi informasi penting untuk masyarakat.
Padahal kepemilikan swasta juga tak sepenuhnya baik bagi masyarakat,
kepemilikan manapun tetap memiliki potensi manipulasi.

Analisa ekonomi juga dapat digunakan sebagai pendekatan, yakni


dengan menyingung institusi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi
kondisi ekonomi dalam suatu negara. Pendekatan ini juga dapat
membantu kita dalam memahami hubungan antara media dan
perkembangan media serta peran dalam pengawasan terhadap
pemerintah.

Media membutuhkan beberapa institusi yang dapat melindung mereka


dalam kinerjanya, seperti dalam perlindungan hak-hak publik yang kini
sering dilanggar oleh para penguasa media baik swasta ataupun
pemerintah. Media sendiri memiliki dua fungsi penting menurut Coyne,
yakni media dapat mempengaruhi pemerintah dalam mengambil
keputusan akibat transparansi media kepada khalayaknya dan lainnya
adalah media dapat mempercepat perubahan sosial ataupun istitusi
pada masyarakat baik secara drastis ataupun berangsur-angsur.

Perubahan tersebut diakibatkan oleh efek-efek media seperti dibawah


ini:

– Gradual Effect, yang dapat mempengaruhi ide atau persepsi


hingga dapat berangsur-angsur membuat perubahan
– Punctuation Effect, yang dapat mempengaruhi perubahan institusi
secara besar
– Reinforcement Effect, dimana media dapat mempertahankan dan
memperkuat keseimbangan atau pengetahuan yang telah ada
dalam masyarakat. Atau menciptakan pengetahuan baru dalam
menjawab kebutuhan masyarakat dengan benar.

Laporan bacaan Ayu Astria RA (208 0000 33)

You might also like