You are on page 1of 6

Jurnal Kimia Indonesia

Vol. 2 (1), 2007, h. 1-6 Artikel Review

Modifikasi Asetilkolinesterase dengan Mutasi Kombinasi Secara In Silico


Untuk Biosensor Organofosfat
Sudarko, Devit Suwardiyanto dan A.A Istri Ratnadewi
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
Email: darko@unej.ac.id

Abstrak. Pengawasan lingkungan dari insektisida yang mempengaruhi kesehatan manusia dan
ekosistem, telah menjadi pusat perhatian karena penggunaan insektisida di dunia. Deteksi insektisida
di lingkungan dapat dilakukan dengan biosensor yang menggunakan asetilkolinesterase. Dalam
penelitian ini telah dilakukan modifikasi asetilkolinesterase Torpedo californica secara in silico
(simulasi komputer). Modifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan sensitifitas dan kespesifikan
terhadap organofosfat. Modifikasi asetilkolinesterase dilakukan secara in silico dengan program
Modeller 6.2 dan untuk mengetahui efek modifikasi terhadap sensitifitas dan kespesifikannya
digunakan program AutoDock 3.0. Strategi yang digunakan untuk memperoleh mutan yaitu dengan
kombinasi mutan tunggal yang diharapkan dapat meningkatkan sensitifitas enzim terhadap
organofosfat. Dalam penelitian ini tidak dapat diperoleh asetilkolinesterase yang lebih sensitif dan
spesifik terhadap organofosfat. Kesulitan prediksi efek mutasi terhadap inhibisi organofosfat terjadi
karena adanya dua model pengikatan organofosfat yang dipengaruhi oleh konsentrasi. Namun dengan
strategi ini diperoleh mutan yang lebih sensitif dan spesifik terhadap karbamat. Hasil terbaik untuk
peningkatan sensitifitas dan kespesifikan karbamat terjadi pada mutan F330A dengan peningkatan ki
sebesar 0,42 untuk karbaril dan 0,31 untuk karbofuran.
Kata kunci: asetilkolinesterase, biosensor, insektisida, pemodelan homologi, docking.

sebesar dua kali lipat. Mutasi yang sama dapat


Pendahuluan
dilakukan pada asetilkolinesterase Torpedo c.,
Pengawasan lingkungan dari insektisida yang yaitu pada F331 dan Y334 (Barril et.al, 2001).6(??)
mempengaruhi manusia dan ekosistem, telah Modifikasi asetilkolinesterase Drosophila m.
menjadi pusat perhatian. Organofosfat dan untuk deteksi insektisida yang dilakukan oleh
karbamat merupakan insektisida yang banyak Boublik et al7, menunjukkan bahwa mutasi F330L,
digunakan dan memiliki kemampuan untuk Y370A, dan F371I dapat meningkatkan sensitifitas
menggantikan organoklorin seperti DDT, aldrin, enzim terhadap organofosfat. Subtitusi residu
lindane, dan lain-lain. Insektisida ini memiliki F371I menghasilkan sensitifitas yang lebih tinggi
persistansi lingkungan yang rendah dibanding dibanding subtitusi residu F371A. Mutasi yang
organoklorin, tetapi memiliki tingkat keracunan sama dapat dilakukan pada asetilkolinesterase
yang lebih tinggi.1 Torpedo c., yaitu pada residu F290, Y330, dan
Biosensor berdasar inhibisi pada aktifitas F331.
beberapa enzim telah digunakan untuk pengukuran Salah satu strategi untuk meningkatkan kinerja
polutan dalam lingkungan.2 Hal ini, karena sistem asetilkolinesterase untuk biosensor organofosfat
sensor tersebut telah mampu memberikan cara adalah dengan meningkatkan kespesifikan dan
analisis suatu polutan secara cepat, mudah dan sensitifitas enzim terhadap organofosfat. Pada
handal pada jumlah renik. Dalam pengembangan penelitian ini dilakukan modifikasi sisi aktif
biosensor, penggunaan enzim sangat bermanfaat asetilkolinesterase secara in silico (simulasi
dan menjanjikan.3,4 komputer), selanjutnya untuk mengetahui
Dari penelitian yang telah dilakukan Kovarik et kespesifikan dan sensitifitas enzim hasil modifikasi
al5 dapat diketahui bahwa subtitusi residu F338A tersebut dilakukan uji interaksi antara enzim hasil
dan Y337A (penomoran berdasarkan modifikasi dengan substrat maupun beberapa jenis
asetilkolinesterase tikus), menghasilkan inhibitor (heptenofos, diklorfos, karbofuran,
peningkatan konstanta inhibisi organofosfat karbaril).

Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki


Sudarko, Devit Suwardiyanto dan A.A Istri Ratnadewi

Metode Penelitian Docking. AutoDock merupakan program yang


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dikembangkan untuk memprediksi interaksi ligand
2005 sampai Juni 2005 di Jurusan kimia, Fakultas dengan target biomakromolekul. Dalam AutoDock,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ligand pada awalnya diacak diluar protein,
Universitas Jember. Alat yang digunakan dalam kemudian melakukan translasi, orientasi, dan
penelitian ini antara lain; komputer Intel Xeon 2,4 konformasi sampai sisi ideal ditemukan.11 Program
MHz dual prosessor dengan memori 512 MB dan AUTOTORS menentukan ikatan yang mungkin
system operasi Linux Debian Sarge Testing yang berotasi pada molekul ligand. Titik grid yang
dilengkapi dengan program aplikasi digunakan dalam penelitian ini sebesar 80x80
AutoDockTools, Autodock 3.05 dan TRITON 3.0; dengan spasi grid 3,75 Å yang dipusatkan pada sisi
serta komputer Intel Pentium 4 2,26 MHz dengan aktif serin. Energi potensial setiap titik grid
memori 128 MB dan sistem operasi Microsoft dihitung menggunakan program AUTOGRID.
Windows XP Pro, Linux Debian Sarge Testing Kemudian program AutoDock menghitung energi
yang dilengkapi dengan program aplikasi interaksi antara konformasi ligand fleksibel dan
AutoDockTools, AutoDock 3.05, Pymol dan setiap titik grid melalui kombinasi algoritma
ChemOffice 2000 pencarian. Tahap translasi yang digunakan sebesar
Preparasi Ligand dan Protein. Ligand dibuat 0,2 Å dan tahap rotasi 5°. Posisi awal dan sudut
menggunakan ChemOffice 2000. Pertama, struktur dihedral dipilih secara acak dan terakhir simulasi
2D ligand digambar dengan ChemDraw Ultra 150 docking dijalankan untuk memperoleh struktur
(modul ChemOffice 2000). Kemudian, struktur 2D kompleks dari ligand yang secara statistik diterima.
diekspor ke struktur 3D dengan Chem3D, struktur AutoDock 3.0 dapat menggunakan algoritma
3D diminimalisasi energinya dengan teori PM3 genetik (AG) Lamarckian sebagai fungsi pencarian
dalam MOPAC 7 (modul ChemOffice 2000). untuk simulasi docking. Konsep AG berdasar pada
Struktur mutan dan wild type Torpedo c. dibuat evolusi biologis. Dalam simulasi docking, penataan
dengan mutasi virtual dari pemodelan homologi. ligand didefinisikan dengan sebuah set variabel
Pemodelan Homologi. Struktur X-ray tunggal keadaan yang mendefinisikan translasi, orientasi,
digunakan sebagai template untuk pemodelan dan konformasi ligand. Dalam AG, setiap variabel
homologi. Struktur X-ray diperoleh dari protein sesuai dengan genotip dan koordinat atom sesuai
data bank (E105). Data struktur dimanipulasi dengan fenotip. Dari gen tersebut, fenotip ligand
menggunakan MODELLER 6.2 yang terdapat pada dapat dihitung energinya berdasar fungsi energi
TRITON 3.0. MODELLER mengimplementasikan bebas.
pendekatan pemodelan menggunakan AutoDock menggunakan AG sebagai metode
perbandingan struktur protein. (Sali et al., 1993).8 pencarian global dan sebuah pencarian lokal (PL)
Pemodelan dimulai dengan penataan sequence adaptive. Pencarian lokal diturunkan dari sebuah
yang akan dimodelkan (target) dengan struktur algoritma oleh Solis dan Wets, dimana langkah-
protein tiga dimensi yang telah diketahui (cetakan). langkahnya ditentukan, dan konformasi baru yang
Setelah itu dilakukan penghitungan batasan pada diperoleh dievaluasi dengan fungsi energi.
sequence target yang dihitung dari penataannya Perubahan energi antara dua konformasi dihitung
dengan struktur tiga dimensi template. Batasan seperti pada algoritma Monte Carlo. Jika
tersebut diperoleh dari analisis statistik hubungan perubahannya lebih disukai, maka diterima dan
pasangan-pasangan protein homolog. Analisis ini sebalikknya jika tidak, maka algoritma akan
berdasar pada database penataan 105 famili yang mengambil langkah yang berlawanan.12
termasuk 416 protein yang telah diketahui strukrur Hasil dan Pembahasan
tiga dimensinya.9 Dengan penelusuran database,
Proses Mutasi in Silico. Mutasi kombinasi
akan diperoleh tabel mengenai berbagai korelasi,
mutan tunggal pada asetilkolinesterase, yang
seperti korelasi antara jarak ekivalen Cα - Cα, atau
meliputi F288L, F290L, F330A, F331I, dan
sudut dihedral dari dua protein yang berhubungan.
Y334A dilakukan dengan program MODELLER.
Selanjutnya, batasan hubungan dan term energi
Proses tersebut membutuhkan waktu kurang lebih
CHARM memperkirakan stereokimia yang cocok,
40 menit untuk tiap mutan. Kombinasi kelima
dan mengombinasikannya ke dalam fungsi
macam mutan tunggal tersebut menghasilkan tiga
objektif. Terakhir, model diperoleh dengan
puluh dua macam mutan termasuk
mengoptimasi fungsi objektif dalam ruang
asetilkolinesterase asli (wild type) hasil optimasi
kartesian.10
MODELLER.

2 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 2(1), 2007


Modifikasi Asetilkolinesterase dengan Mutasi Kombinasi secara In Silico untuk Biosensor Organofosfat

Efek Mutasi Asetilkolinesterase pada Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa mutan
Substrat Asetilkolin sebagai substrat didocking ke F290L/F330A memilki ki yang lebih tinggi dari
semua mutan dan dibandingkan hasilnya dengan wild type. Ki heptenofos pada mutan F290L/F330A
asetilkolinesterase wild type. Proses perhitungan mengalami peningkatan ki sebesar 0,105x10-5
docking membutuhkan waktu rata-rata delapan jam terhadap ki wild type. Akan tetapi mutan tersebut
tiap perhitungan. Dari hasil docking diketahui tidak dapat digunakan karena terjadi peningkatan
bahwa mutan tunggal dan kombinasinya k1 substrat yang cukup besar, yaitu sebesar
meningkatkan k1 substrat (data hasil docking pada 4,44x10-5.
semua mutan tidak ditampilkan pada artikel ini). Mutan F290L/F330A memiliki orientasi
Kombinasi mutan tunggal yang dilakukan pengikatan heptenofos pada sisi periperal, seperti
dalam penelitian ini menyebabkan bertambah pada Gambar 4. Heptenofos membentuk ikatan
besarnya ruang gorge asetilkolinesterase. hidrogen dengan residu S122 dan terjadi interaksi
Bertambahnya ukuran ruang menyebabkan energi dipol-dipol induksi antara gugus C=O residu N85
internal ligand berkurang dan substrat lebih mudah dan Y70 dengan gugus –CH3 organofosfat.
ke sisi aktif, sehingga k1 substrat meningkat. Pada
beberapa mutan, perbesaran ruang gorge 20.00
18.00

menyebabkan perubahan orientasi substrat. Dari 16.00


14.00
hasil docking, beberapa mutan memilki

ki (10 )
12.00

-5
10.00
probabilitas pengikatan substrat pada sisi periperal. 8.00
6.00
Ikatan asetilkolin seperti pada Gambar 1, 4.00
2.00
distabilkan oleh kantung oksi anion yang terdiri 0.00

dari residu G118, G119, dan A201. Gugus asetil

F2 / F3 I/Y3 A

I/Y A
L/ A/ 4A

4A
F2 L/ F A/Y A
L 4A

A 4A

L/ 1I 4A
F2 L/ Y A

F2 L/ F A
F2 / F3 L

F3 L/ Y 1I
A
F2 e

F3 L

F2 / F I
1

31 3 4
88 30 34
88 290
p
88

88 30

90 30
30

90 33
88 33

90 33 33

33
88 33 33
90 33

30 33
Ty

F3 Y3
F2 F3 / Y3
F2 / F3
F

F /Y
ild

asetilkolin terikat pada kantung oksi anion melalui

1
W

90 30
F2

L
ikatan hidrogen antara gugus karbonil asetilkolin

F2
dengan gugus NH peptida. Gugus ekor kuarterner Mutan

trimetilamonium terikat pada sisi anionik yang Gambar 2. Grafik k1 Substrat dengan Probabilitas
terdiri dari residu W84, Y130 dan E199. W84 dan Lebih Besar dari 50%
Y130 berikatan dengan bagian kation melalui
interaksi kation-π dan interaksi hidrofobik, 1.200
sedangkan E199 melalui interaksi elektrostatik. 1.000
0.800
ki (10 )
-5

0.600
0.400
0.200
0.000
90 33 Y3 A

I/Y 4A
F3 /Y A

4A
90 F3 /Y A
F2 L/ F 4 A

88 F3 /Y3 A
F2 / F 31I/ 34A
F2 8L/ Y 30 A

F2 0L 0 A

30 Y3 I
F2 L/ F 0 L
A
F2 8L/ F 31I
F2 pe
F3 8L

F3 0L/ 331

F2 L/ F 1 I/ 3 4
L/ 0 A 3 4
F2 8L/ 0 A 334
A 34
30

31 33
33
88 29

90 33
Ty

9 33
8 F3

3 3
8 3

9 /F

8 33 Y
i ld
W

F2

L
F2

Mutan

Gambar 3. Grafik k1 Substrat dengan Probabilitas


Gambar 1. Model Pengikatan Substrat pada Sisi Aktif Lebih Besar dari 50%
Serin
Dari data probabilitas orientasi substrat dapat
dikelompokkan substrat yang memiliki jumlah
probabilitas orientasi substrat ke sisi aktif serin
dengan nilai lebih besar dari 50% disajikan pada
Gambar 2.
Efek Mutasi Asetilkolinesterase pada
Inhibisi Organofosfat Data hasil perhitungan
docking heptenofos dapat dibuat grafik seperti
pada Gambar 3 (grafik hanya menampilkan mutan
yang orientasi substratnya ke sisi aktif serin). Gambar 4. Ikatan Heptenofos pada Mutan F290L/
F330A

3
Sudarko, Devit Suwardiyanto dan A.A Istri Ratnadewi

Data hasil perhitungan docking diklorfos dapat berikatan dengan sisi periperal terlebih dahulu
dibuat grafik seperti pada Gambar 5. Dari Gambar walaupun dengan probabilitas yang kecil.
tersebut dapat diketahui bahwa mutan Secara keseluruhan, pemodelan inhibisi
F290L/F330A/Y334A memiliki ki yang lebih organofosfat pada asetilkolinesterase dengan
tinggi dari wild type. Konstanta inhibisi diklorfos AutoDock tidak dapat memprediksi pengaruh
mutan F290L/F330A/Y334A mengalami mutasi. Hal tersebut disebabkan inhibisi
peningkatan sebesar 4,2x10-5 terhadap ki wild type. organofosfat memiliki lebih dari satu tahap inhibisi
Akan tetapi pada mutan tersebut juga terjadi dan dipengaruhi oleh konsentrasi. AutoDock
peningkatan k1 substrat yang cukup besar, yaitu memiliki keterbatasan tidak dapat memprediksi
65,75 x 10-5. Model pengikatan diklorfos pada model inhibisi yang dipengaruhi oleh konsentrasi.
mutan F290L/F330A/Y334A seperti pada Gambar AutoDock hanya dapat memprediksi probabilitas
6. terbesar keadaan akhir model pengikatan suatu
45 ligand pada makromolekul.
40
35
Ada dua macam model inhibisi organofosfat,
30 yaitu fosforilasi irreversibel pada sisi aktif dan
ki (10 )
-5

25
20 interaksi reversibel pada sisi peripheral.13
15
10 Pengikatan organofosfat pada asetilkolinesterase
5
0
juga dipengaruhi oleh konsentrasi organofosfat.
Pada konsentrasi rendah organofosfat menyerang
F2 / F3 1 I/Y 4A

I/Y 4A
L/ A/ 4A

4A
F2 8L/ 0 A/ 4A
F2 / F3 A

A/ 4 A

F2 / F3 I/ Y 4A
F2 L/ Y 0 A

F2 0L/ 0 A
F3 / Y 1 I
F2 L/ F 0 L
A

F2 / F 1I
F2 e
F3 L

L 4
p
88
30

3
88 F3 3

31 33
90 30 33

33
3 33
1 3
88 29

90 33

30 33
Ty

88 33

3
90 F3

sisi periperal. Ketika sisi periperal telah jenuh,


90 F3 Y3
88 F3 3 Y3

F3 Y
i ld

L
W

L 3
9

organofosfat akan menyerang sisi aktif serin.14


F2

L
8

Model kinetika inhibisi organofosfat pada sisi


F2

Mutan
periperal asetilkolinesterase dapat diilustrasikan
Gambar 5. Grafik Konstanta Inhibisi Diklorfos pada Gambar 7. Konstanta kecepatan k+1 dan k-1
menjelaskan ikatan reversibel AB ke sisi periperal,
dan dua titik sebelah kiri asetilkolinesterase
menunjukkan ikatan reversibel AB ke sisi
periperal. ki’ menunjukkan perubahan ki sebagai
hasil adanya ikatan pada sisi periperal. Sedangkan
k3 menunjukkan reaktifasi enzim.14
Dengan mendocking ulang kompleks ligand
yang telah terikat pada sisi periperal
asestilkolinesterase akan diperoleh kompleks
organofosfat yang terikat di sisi periperal dan sisi
aktif sekaligus. Organofosfat kedua memiliki
probabilitas 100% masuk ke sisi aktif
asetilkolinesterase dengan nilai ki sebesar 1,31x10-5
Gambar 6. Ikatan diklorfos pada mutan untuk heptenofos dan 4,14x10-5 untuk diklorfos.
F290L/F330A/Y334A Hal tersebut sesuai dengan asumsi Kardos and
Dari hasil docking diperoleh probabilitas Sulfatos14 bahwa organofosfat dapat membentuk
terbesar pengikatan organofosfat terjadi pada sisi kompleks AB--AChE-A.
periperal dan hanya beberapa run (ulangan) yang
menghasilkan orientasi organofosfat ke sisi aktif. ki k3
AB + AChE AChE-A AChE
Pada asetilkolinesterase wild type yang diinhibisi + +
diklorfos, diperoleh tiga belas run dari 150 run B A
k-1 k+1
yang menunjukkan orientasi ligan ke sisi aktif.
Sedangkan yang mengunakan inhibitor heptenofos
diperoleh dua belas run dari 150 run. Probabilitas ki'
AB AChE-A
k2
AB AChE
AB + AB AChE
pada mutan lainnya juga menunjukkan +
kecenderungan pengikatan ke sisi periperal. Hal B
tersebut menunjukkan bahwa organofosfat juga Gambar 7. Kinetika Inhibisi Organofosfat pada
dapat langsung memfosforilasi sisi katalitik tanpa Asetilkolinesterase.14

4 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 2(1), 2007


Modifikasi Asetilkolinesterase dengan Mutasi Kombinasi secara In Silico untuk Biosensor Organofosfat

Efek Mutasi Asetilkolinesterase pada


Inhibisi Karbamat. Dari hasil docking karbaril
dan karbofuran pada semua asetilkolinesterase
mutan dan wild type dapat dibuat grafik seperti
pada Gambar 8. Untuk memperoleh mutan yang
spesifik untuk karbamat, perlu dibandingkan
konstanta inhibisi karbaril dengan karbofuran.
Mutan yang memiliki peningkatan konstanta
inhibisi yang hampir sama bersifat spesifik untuk
karbamat.
Jika dibandingkan dengan k1 substrat maka
mutan yang paling bagus adalah F330A dan
F331I. Pada mutan F331I k1 karbaril meningkat Gambar 9. Inhibisi Karbaril pada Mutan F331I
dari 1,42x10-5 ke 1,78 x10-5 dan k1 karbofuran
meningkat dari 1,02x10-5 ke 1,45x10-5. Model
pengikatan karbaril pada mutan F331I ditunjukkan
pada Gambar 9. Atom oksigen karbonil karbaril
berikatan hidrogen dengan residu S200 dan gugus
benzil mengarah pada sisi anionik. Inhibisi
karbofuran mengalami perubahan orientasi ligan.
Orientasi ligan berubah dari sisi esterase ke sisi
periperal, seperti ditunjukkan pada Gambar 10.
Perubahan tersebut disebabkan perbesaran ruang
kantung asil dan perubahan kepolaran residu 331.
Subtitusi F331I menyebabkan berkurangnya
kepolaran residu tersebut.
Subtitusi residu F330A menghasilkan k1 yang
hampir sama dengan mutan F331I. Peningkatan k1 Gambar 10. Inhibisi Karbofuran pada Mutan F331I
ini sesuai dengan eksperimen secara in vitro yang
Seperti pada Gambar 11 dan 12, orientasi karbamat
dilakukan oleh Boublik et al7 pada Drosophila m.
tetap pada sisi aktif serin dan tidak menyebabkan
Konstanta inhibisi karbaril meningkat dari
perubahan yang besar pada aktifitas
1,42x10-5 ke 1,84x10-5 dan konstanta inhibisi
asetilkolinesterase terhadap substrat. Subtitusi
karbofuran meningkat dari 1,02x10-5 ke 1,33x10-5.
F330A tidak mempengaruhi ruang kantung asil.
Mutan F330A bersifat lebih spesifik untuk
Gugus CH3 karbofuran berinteraksi dengan gugus
karbamat dibandingkan dengan mutan F331I.
A330 melalui interaksi hidrofobik. Gugus benzil
karbaril dan karbofuran mengarah pada sisi
3
anionik.
2.5

2
ki (10 )
-5

Karbaril
1.5
Karbofuran
1

0.5

0
F2 F 3 I /Y A
F2 L/F A/Y 4A

F2 /F 3 I/Y A

I/Y A
F2 e

F2 L/Y A

F2 /F 3 A
F2 L/F A

A/ 4A

L/ A/ 4A

4A
F2 L/F 1I

F3 L/Y 1I
F3 L

F2 L/F L

1 34
p
88
30

L 4

31 34
0
0

90 30
88 F33

90 33

88 30 33
Ty

90 33 33

90 30 33

33
90 33

30 33
88 29

88 33

88 F33 Y3

F 3 Y3
ild
W

1
F2

L/

L
F2

Mutan

Gambar 8. Grafik Perbandingan Konstanta Inhibisi


Karbaril dengan Karbofuran Gambar 11. Inhibisi Karbaril pada Mutan F330A

5
Sudarko, Devit Suwardiyanto dan A.A Istri Ratnadewi

4. Wolfbies, O.S.; Li, H. Flourescence Optical Urea


Biosensor with an Ammonium Optrode as
Transducer. Biosensors&Bioelectronics, 1993, 8,
161-166.
5. Kovarik, Z.; Radic, Z.; Berman, H.A.; Simeon-
rudolf, V.; Reiner, E.; Taylor, P.
Acetylcholinesterase Active Center and Gorge
Conformation Analised by Combinatorial mutations
and Enantiomeric Phosphonates. Biochem.J., 2003,
373, 33-40.
6. Barril, X.; Kalko, S. G.; Orozco, M.; Luque, F. J.
Rational Design of Reversible Acetylcholinesterase
Inhibitors. Mini Rev Med Chem., 2002, 2(1), 27-36.
Gambar 12. Inhibisi Karbofuran pada Mutan F330A 7. Boublik, Y.; Aguet, P. S.; Lougarre, A.; Arnaud, M.;
Villatte, F.; Mondacca, S. E.; Fournier, D.
Kesimpulan Acetylcholinesterase engineering for detection of
insecticide residues. Protein Eng., 2002, 15, 43-50.
Pengaruh modifikasi asetilkolinesterase 8.
terhadap inhibisi organofosfat tidak dapat 9. Sali, A.; Overington, J. P. Derivation of rules for
diprediksi menggunakan AutoDock 3.0 karena comparative protein modeling from a database of
organofosfat memiliki dua model pengikatan, protein structure alignments. Protein Sci., 1994, 3,
yaitu pengikatan ligand pada sisi periperal dan sisi 1582-1596.
aktif serin. Oleh sebab itu perlu dilakukan 10. Sali, A.; Webb, B.; Madhusudhan, M.S.; Shen,
penelitian lebih lanjut untuk mempelajari M.Y.; Renom, M.A.M.; Eswar, N.; Alber, F.; Oliva,
B.; Fiser, A.; Sanchez, R.; Yerkovich, B.;
mekanisme inhibisi organofosfat.
Badretdinov, A.; Melo, F.; Overington, J.P.; Feyfant,
Mutan yang spesifik untuk karbamat yaitu E. Manual : MODELLER (A Program for Protein
mutan F330A. Mutan F330A memiliki konstanta Structure Modeling), 2004, Release 7v7.
inhibisi satu setengah kali lebih besar dibanding 11. Morris, G. M.; Goodsell, D. S.; Halliday, R. S.;
dengan asetilkolinesterase wild type. Dari hasil Huey, R.; Hart, W. E.; Belew, R. K.; Olson, A. J.
penelitian ini perlu dilakukan eksperimen lebih Automated Docking Using a Lamarkian Genetic
lanjut untuk memperoleh asetilkolinesterase yang Algorithm and an Empirical Binding Free Energy
lebih spesifik dan sensitif untuk karbamat, yaiutu Function. J. Comp. Chem, 1998, 19, 1639-1662.
dengan subtitusi residu F330A. 12. Morris, G. M.; Goodsell, D. S.; Huey, R.; Hart, W.
E.; Halliday, S.; Belew, R.; Olson, A. J. User’s
Pustaka Guide : AutoDock Version 3.0.5. 2001.
1. Kok, F.N; Bozoglu, F.; Hasirci, V. Constustion of an 13. Friboulet, A.; Rieger, F.; Goudou, D.; Amitai, G.;
Acethylcholinesterase-Choline oxidase biosensor for Taylor, P. Interaction of an organophosphate with
aldicarb detection. Biosensors and Bioelectronics, peripheral site on acetylcholinesterase.
2002, 17, 531-539 Biochemistry, 1990, 29, 914-920.
2. Kuswandi, B.; Mascini, M. Enzyme Inhibition 14. Kardos, S.A.; Sultatos, L.G. Interactions of the
Based Biosensor for Environmental Monitoring. Organophosphates Paraoxon and Methyl Paraoxon
Current Enzyme Inhibition, 2005, 1, 11-20. with Mouse Brain Acetylcholinesterase.
3. Kuswandi, B.; Narayanaswamy. R. A Simple Toxicological Sciences, 2000, 58, 118-126.
Optical Flow Injection Ammonia sensors. Anal.Lett,
1998, 31, 395-410.

6 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 2(1), 2007

You might also like