Aplikasi Google Maps API

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Aplikasi Google Maps API untuk Pembuatan Sistem Informasi Geografis Batas

Maritim Indonesia Berbasis Internet

I W. G. Krisna Arimjaya, V. Haga Mursa, I N. Nala Aswina, I M. Andi Arsana


Email kontak: madeandi@ugm.ac.id

Jurusan Teknik Geodesi


Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta, 55281
P: (0274) 902122 F: 520226 E: geodesi@ugm.ac.id, http://geodesi.ugm.ac.id

Intisari
Indonesia adalah negara kepulauan yang berbatasan dengan sepuluh negara
tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua
Nugini, Australia dan Timor Leste. Indonesia sudah menetapkan batas maritim dengan
beberapa negara tetangga yang dimulai sejak tahun 1969 dengan Malaysia. Meski
demikian, masih ada beberapa batas maritim yang harus diselesaikan denagn negara
tetangga. Penetapan batas maritim dengan Filipina, Palau dan Timor Leste, misalnya,
belum dilaksanakan hingga penulisan ini dilakukan.
Belum tuntasnya penyelesaian batas maritim memicu terjadinya kasus-kasus
batas maritim. Kasus Blok Ambalat di awal tahun 2005, penetapan batas maritim dengan
Malaysia dan Singapura yang belum tuntas, penangkapan nelayan Indonesia oleh
Malaysia dan Australia serta berbagai kasus lain merupakan indikasi hal ini. Yang
menarik untuk disimak adalah adanya reaksi yang sangat keras dari masyarakat dalam
menyikapi kasus-kasus batas maritim semacam ini. Emosi dan nasionalisme masyarakat
Indonesia relatif mudah tersulut sehingga seringkali memberikan reaksi yang tidak
proporsional. Selain itu, reaksi seperti ini sering sekali tanpa didasari oleh pemahaman
akan hukum laut dan batas maritim internasional yang memadai.
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya pemahaman akan batas
maritim Indonesia dengan pendekatan geospasial. Dalam hal ini dibangun suatu sistem
informasi batas maritim Indonesia yang menampilkan dan mendeskripsikan batas maritim
Indonesia dalam sistem informasi geografis berbasis internet. Sebagai sistem informasi
geografis, ini dapat menampilkan posisi batas maritim sekaligus deskripsi batas maritim
tersebut secara rinci. Sistem ini dibuat dengan Google Maps API dengan data domain
publik sehingga akan tercipta sistem yang murah dan bisa diakses dengan mudah.

Kata kunci: batas maritim, Sistem Informasi Geografis, Google Maps API, delimitasi
I. Pendahuluan
Indonesia mempunyai batas maritim yang potensial dengan sepuluh negara
tetangga. Menurut Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982, maka Indonesia berhak
untuk menetapkan batas-batas terluar beberapa zona maritim seperti Laut Teritorial,
Zona Tambahan, Zona Ekonomi Ekslusif, dan Landas kontinen. Pada setiap zona
terdapat kedaulatan atau hak berdaulat yang penting bagi Indonesia. Itulah yang
menyebabkan penetapan zona maritim dan penyelesaian batas maritim dengan negara
tetangga mendesak untuk dilakukan.
Sementara itu, pemanasan global (global warming) memberi dampak tersendiri
bagi wilayah perairan Indonesia, khususnya mengenai batas maritim Indonesia. Film The
day after tomorrow dan an inconvenient truth, memberikan gambaran tentang bagaimana
perubahan iklim ini dapat berakibat buruk bagi dunia dan mahluk hidup di dalamnya.
Mencairnya es di kutub yang meningkatkan volume air laut akan menyebabkan terjadinya
perubahan garis pantai. Sementara itu untuk menentukan sebuah garis pangkal, muka
surutan air laut terendah digunakan sebagai acuan dalam menentuk zona-zona maritim
dan batas maritim dengan Negara tetangga. Dengan meningkatnya volume air laut, maka
garis pantai akan semakin bergeser ke daratan. Dengan kata lain klaim zona perairan
yang dapat diajukan akan berubah.
Fenomena lain yang bisa diamati terkait batas maritim adalah kurangnya
pemahaman masyarakat. Tidak banyak yang mengetahui batas maritim yang sudah
ditetapkan dan belum ditetapkan dengan negara tetangga, misalnya. Kurangnya
pemahaman ini bisa menimbulkan kesalahpahaman dan reaksi yang tidak proporsional
ketika terjadi kasus perbatasan dengan Negara tetangga. Hal ini memotivasi perlunya
pembuatan sistem informasi yang dapat menampilkan dan menjelaskan batas maritim
Indonesia dengan Negara tetangga. Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis internet
adalah salah satu pilihan. Sebelum pembahasan SIG batas maritim Indonesia, berikut
disajikan informasi tentang batas maritim Indonesia dengan Negara tetangga, baik yang
sudah diselesaikan maupun yang belum.

II. Batas Maritim Indonesia


Dari sepuluh negara tetangga, Indonesia sudah berhasil membuat kesepakatan
dengan 7 negara, sedangkan 3 negara lainnya masih belum disepakati sama sekali.

II.1. Batas Maritim yang Sudah Disepakati


II.1.1. Indonesia – India. Batas maritim yang telah disepakati adalah perpanjangan garis
batas landas kontinen antara Laut Andaman dan Samudra Hindia, yang ditarik dari titik
pertemuan 3 negara (Indonesia, India dan Thailand, 07º47’00” LU 95º 31’48” BT) ke arah
barat daya, dan mempunyai koordinat 07º46’06” LU ; 96º31’12” BT.1 Kesepakatan ini

1
Lihat http://www.siki.dkp.go.id/PANGKALAN%20DATA/A-
Butr%203/Perjanjian%20atau%20Persetujuan/Persetujuan%20Indonesia-India-
Thailand%20Tahun%201978.htm (menjelaskan koordinat batas maritim Indonesia-India-Thailand)
ditandatangani di New Delhi pada tanggal 14 Januari 1977, dan disahkan di Indonesia
pada tanggal 16 Agustus 1978.
II.1.2. Indonesia – Thailand. Garis batas dasar laut yang telah disepakati adalah garis
lurus di sekitar Laut Andaman, yang ditarik dari titik pertemuan 3 negara ke arah
Tenggara sampai ketitik yang mempunyai koordinat 07º48’00” LU ; 95º32’48” BT.
Kesepakatan ini juga ditandatangani di New Delhi pada tanggal 26 Juni 1978.
II.1.3. Indonesia – Singapura. Penegasan batas negara mulai di adakan sejak awal
1970an, setelah dilakukan perundingan, akhirnya kedua negara menyepakati 6 titik
koordinat sebagai batas laut. Kesepakatan ini berlaku mulai tanggal 8 Desember 1973.
Namun setelah itu masih terdapat beberapa perundingan, yang terakhir berlangsung
pada 29 Maret 20072.
II.1.4. Indonesia – Vietnam. Rangkaian perundingan landas kontinen bergulir sejak tahun
1972. Akhirnya kata sepakat dicapai pada tanggal 23 Juni 2003, dengan prinsip main
land to main land (landas kontinen ditarik dari pulau besar ke pulau besar), dan disahkan
4 tahun kemudian pada tanggal 13 februari 2007. 3
II.1.5. Indonesia – Papua Nugini. Berdasarkan perundingan yang berlangsung dari tahun
1971 – 1980, diperoleh titik-titik batas daerah dasar laut, yaitu garis lateral yang
menghubungkan 6 buah titik batas di depan pantai selatan Irian, dan 2 titik batas di
depan pantai utara Irian. Kesepakatan ini di tandatangani pada tanggal 13 November
1980, dan di sahkan pada tahun 1982 oleh pemerintah Indonesia.4
II.1.6. Indonesia – Australia. Sampai saat ini Indonesia telah menyepakati 6 perjanjian
batas maritim, beberapa diantaranya murni atas nama Australia dan sisanya atas nama
Papua Nugini. Kesepakatan yang ada mulai tentang batas landas kontinen di Laut
Arafuru dan Laut Timor, batas maritim di sebelah selatan Pulau Tanimbar, Pulau Rote
dan Pulau Timor, batas maritim di Samudra Pasifik sampai yang terakhir pada tanggal 14
Maret 1997 untuk tubuh air, ZEE, dan dasar laut.
II.1.7. Indonesia- Malaysia. Hal yang telah disepakati adalah garis batas antar kedua
negara yang teletak di Selat Malaka yang sempit , yaitu di selat yang lebar antara garis
dasar kurang dari 24 mil. Dilakukan dengan metode garis tengah, yaitu garis yang
menghubungkan titik-titik yang sama jaraknya . Kesepakatan ini berlangsung di Kuala
Lumpur pada tanggal 21 Desember 1971 dan disahkan pada tanggal 11 Maret 1972.5

II.2. Batas Maritim yang Belum Disepakati.


II.2.1. Indonesia – Filipina. Pada awalnya ada 2 permasalahan pokok yang menyebabkan
Filipina dan Indonesia belum menemukan kata sepakat. pertama mengenai masih
diberlakukannya Traktat Paris 1989 dan Traktat 1930, yang mengakibatkan wilayah
maritim Filipina berbentuk kotak. Di lain pihak Indonesia cenderung mengacu pada

2
Lihat http://www.unmit.org/legal/IndonesianLaw/uu/Uu197307.htm (untuk batas maritim Indonesia-Singapura)
3
Lihat http://hukumonline.com/detail.asp?id=16105&cl=Berita (untuk batas maritim Indonesia-Vietnam)
4
Lihat http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=88 (untuk batas maritim Indonesia-PNG)
5
Lihat http://www.theceli.com/dokumen/produk/1971/2-1971.htm (untuk batas maritim Indonesia-Malaysia)
UNCLOS. Permasalahan kedua adalah sengketa kepemilikan ganda Pulau Miangas.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan kedua negara bersepakat untuk mengacu
kepada UNCLOS dan menetapkan Miangas sepenuhnya milik Indonesia. Meski
demikian, perundingan antara kedua negara belum mencapai kata sepakat dan masih
terus berlangsung, saat penulisan ini dilakukan.
II.2.2. Indonesia – Palau. Hal yang paling mendasar yang timbul mengapa belum terjadi
kesepakatan adalah belum terjadinya hubungan diplomatik antar kedua negara. Dan
sejauh ini palau belum menerima usulan penyelesaian batas Maritim yang diajukan
Indonesia. Meski demikian, penjajagan untuk membuka hubungan diplomatik sudah
dilakukan sehingga harapannya penyelesaian batas segera bisa dirundingkan.
II.2.3. Indonesia – Timor Leste. Timor Leste melepaskan diri dari bagian NKRI dan
memplokamirkan kemerdekaanya pada tanggal 20 Mei 2002. Dengan demikian timbul
permasalahan baru antara kedua negara, dikarenakan seiring pemisahan diri itu maka
batas wilayah maritim harus diselesaikan. Terdapat 3 daerah potensi lokasi batas maritim
Indonesia-Timor Leste. Penanganan batas maritim belum bisa dilaksanakan dikarenakan
harus menunggu penyelesaian batas darat terlebih dahulu (batas darat baru + 97 % yang
terselesaikan).

III. Kasus- kasus Batas Maritim di Nusantara


Dengan sudah terjadinya kesepakatan mengenai batas maritim Indonesia
dengan negara tetangga, bukan berarti tidak terjadi sengketa di dalamnya. Jika ingin
dilihat secara global, masih banyak permasalahan atau sengketa yang timbul mengenai
batas maritim antara Indonesia dengan beberapa negara tetangga.

III.1. Kasus Ambalat (Indonesia – Malaysia)


Blok Ambalat terletak di Laut Sulawesi, sebelah timur Pulau Borneo. Kasus ini
terkait dengan hak berdaulat (sovereign rights) bukan kedaulatan (sovereignty) karena
terjadi di kawasan landas kontinen, bukan di laut teritorial. Awal mula terjadinya konflik
adalah ketika tanggal 16 Februari 2005 perusahaan minyak Malaysia (Petronas)
memberikan konsensi untuk esksplorasi minyak kepada perusahaan Shell asal Inggris.
Sementara Ambalat yang oleh Indonesia disebut dengan blok Ambalat dan blok East
Ambalat itu sendiri adalah wilayah yang padanya Indonesia telah melakukan
eksplorasi/eksploitasi. Indonesia sudah memberikan konsensi eksplorasi kepada
perusahaan Italia (ENI) pada tahun 1999. Sedangkan untuk blok East Ambalat diberikan
kepada perusahaan Amerika Serikat (UNOCAL) pada tahun 2004.6
Terjadinya sengketa ini terkait erat dengan belum terselesaikannya batas maritim
antara Indonesia dengan Malaysia di Laut Sulawesi. Diberikannya kedaulatan atas
Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia tahun 2002 oleh Mahkamah Internasional, dalam
beberapa hal juga berpengaruh atas sengketa ini. Secara teoritis, Malaysia mungkin

6
Lihat http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/14/opi01.html (penjelasan konsesnsi ke perusahaan asing)
memperlebar klaimnya ke arah selatan karena kepemilikannya atas Sipadan dan Ligitan.
Sayangnya, ketika sengketa atas kedua pulau itu dibawa ke Mahkamah Internasional,
Indonesia dan Malaysia tidak sekaligus meminta mahkamah menetapkan batas maritim.
Idealnya, untuk mengetahui siapa yang berhak atas ambalat, kedua negara harus duduk
bersama dalam meja perundingan dan menentukan garis batas maritim di Laut Sulawesi.
Hingga penulisan ini dilakukan, indonesia dan Malaysia sedang merundingkan
penyelesaian delimitasi batas maritim di kawasan tersebut.

III.2. Kasus Reklamasi Pantai (Indonesia – Singapura)


Setelah kesepakatan antara Indonesia – Singapura telah sama-sama diratifikasi,
sebenarnya tidak ada sengketa yang timbul diantara kedua belah pihak pada tahun 1974.
Namun baru-baru ini isu batas maritim kembali merebak, hal ini dikarenakan Singapura
melakukan reklamasi pantai. Reklamasi ini merupakan kegiatan memperluas daerah
daratan Singapura dengan penimbunan dan membentuk area baru. Dengan demikian
bisa dikatakan ini akan menyebabkan perubahan garis pantai. Dalam kondisi tertentu, hal
ini bisa mengakibatkan perubahan garis pangkal Singapura. Perlu untuk diantisipasi
bilamana Singapura mengklaim garis pangkal baru untuk kepentingan delimitasi batas
antara Indonesia dengan Singapura di segmen yang hingga kini belum terselesaikan. 7

III.3. Kasus Penangkapan Nelayan


Belakangan sering terdengar penangkapan kapal-kapal nelayan tradisional
Indonesia oleh pemerintah Australia di daerah perbatasan Indonesia-Australia. Kasus
ini juga terkait dengan batas maritim. Dalam hal ini bukan karena tidak ada garis batas
tetapi lebih karena kurangnya pemahaman akan garis batas terutama oleh nelayan.
Selain itu, bisa juga disebabkan oleh tidak dihormatinya (oleh Australia) kesepakatan
yang ada seperti Memorandum of Understanding 1974 tentang hak penangkapan ikan di
sekitar Pulau Pasir oleh nelayan Indonesia meskipun secara hukum Pulau Pasir adalah
milik Australia.8 Yang tidak diizinkan ialah penangkapan kura-kura (turtles).
Pada contoh lain, penangkapan nelayan di Selat Malaka juga terjadi. Perlu diingat bahwa
pada kawasan Selat Malaka bagian utara, indonesia dan Malaysia belum menegaskan
batas maritim ZEE sehingga secara hukum tubuh air belum terdelimitasi.
Konsekuensinya, belum bisa dikatakan adanya pelanggaran batas oleh nelayan.
Sayangnya Malaysia bersikukuh menganggap bahwa batas landas kontinen adalah
sekaligus batas ZEE. Ini adalah akar persoalannya yang sampai kini belum terselesaikan.

7
Lihat Arsana, I M. A. (2007), Indonesia-Singapore talks on maritime borders making progress, The Jakarta
Post, 5 April 2007, Jakarta
8
Lihat http://www.indonesia-ottawa.org/information/printfriendly.php?id=1667&type=news (zona nelayan
tradisional)
IV. Pendekatan Sistem Informasi Geografis berbasis Internet.
Untuk memahami batas maritim Indonesia dengan lebih baik, informasi
mengenai batas maritim Indonesia, yang telah di sepakati dan yang belum dispakati,
akan disajikan dalam sebuah sistem informasi geografis.

IV.1. Apa, dan Mengapa Dipilih Sistem Informasi Geografis berbasis Internet
Sistem Informasi geografis (SIG), hingga saat ini merupakan sistem yang selalu
dibuat untuk interaktif dan dapat mengintegrasikan data spasial dan atribut. Yang
menarik, SIG sebagai perangkat lunak mempunyai kemampuan kartografis yang bisa
menjawab serta menganalisis masalah yang berkaitan dengan spasial, atribut serta
kombinasi dari dua hal tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan
mendekati keadaan yang sebenarnya, SIG juga mempunyai kemampuan untuk
menampilkan keadaan 3 dimensi sebagai alat bantu pemodelan yang mewakili keadaan
bumi.
Seiring dengan bergesernya waktu, kebutuhan yang semakin bertambah serta
teknologi yang semakin canggih, maka orang mulai berfikir mungkinkah SIG bisa diakses
oleh seluruh pengguna dimana saja, secara interaktif, dan tanpa harus bertemu secara
fisik antar satu pengguna dengan penggunan lainnya (Prahasta, 2006). Oleh karena itu,
internet sebagai salah satu hasil perkembangan teknologi yang bisa menjembatani
pertanyaan itu mulai di kupas secara detail, agar SIG bisa mempunyai akses ke
dalamnya.
Pada karya ilmiah ini tim penulis memanfaatkan internet sebagai media untuk
membuat Sistem Informasi Geografi Batas Maritim Indonesia dengan memanfaatkan
Google Maps API. Untuk masalah teknis akan dibahas pada sub bab di bawah ini.

IV.2. Langkah Pembuatan SIG Internet menggunakan Google Map API


IV.2.1. Melakukan Pendaftaran untuk mendapatkan API key. Sebelum dapat
menampilkan suatu peta pada website pribadi, maka harus dilakukan pendaftaran untuk
mendapatkan Google API key. Untuk melakukan pendaftaran, harus disediakan URL dari
situs yang akan menggunakan Google API key tersebut. Sebaiknya URL yang
didaftarkan adalah direktori utamanya. Dengan mendaftarkan direktori utama, maka
dapat ditampilkan peta di seluruh situs tersebut, baik pada direktori utama maupun pada
sub-direktori. Misalnya: diberikan alamat URL http://www.contoh.com/, maka dengan
Google API key yang sama dapat ditampilkan peta pada sub-direktori dari situs tersebut,
misalnya http://www.contoh.com/contohlagi/ tetapi tidak demikian sebaliknya.
IV.2.2. Memodifikasi Template yang Tersedia. Setelah selesai melakukan pendaftaran,
maka akan didapatkan key yang diperlukan beserta template kode program yang
diberikan oleh Google API yang selanjutnya bisa dimodifikasi. Secara defaul Google API
menyediakan template berikut :
<script
src="http://maps.google.com/maps?file=api&v=2&key=ABQIAAAAbta1OAo0jfu19DOUPNVgsBRah
oqnFz9wDouIHgNBziz_TZ8v_RR9gSgVN1FuRitL_JIvEbUH4dBMTA"
type="text/javascript"></script> <script type="text/javascript">
function initialize() {
if (GBrowserIsCompatible()) {
var map = new GMap2(document.getElementById("map_canvas"));
map.setCenter(new GLatLng(-6.337308, 106.679392), 16);
map.setMapType(G_SATELLITE_MAP);
map.addControl(new GSmallMapControl());
map.addControl(new GMapTypeControl());
}
}
</script>
</head>
<body onload="initialize()" onunload="GUnload()">
<div id="map_canvas" style="width: 800px; height: 600px"></div>
</body>
</html>

IV.2.3. Menampilkan Peta dan Menentukan Bagian Peta yang Ditampilkan. Template
yang disediakan oleh Google Maps tersebut dapat diedit sesuai dengan keinginan
pemrogram. Baris pertama sampai ketiga digunakan untuk memanggil API dengan
menggunakan key yang dimiliki. Proses penampilan peta baru dimulai pada baris
keenam, dengan syarat browser yang digunakan oleh pengguna kompatibel, maka peta
yang diambil dari Google API akan menampilkan peta dengan titik tengah peta menunjuk
ke koordinat (-6.337308,106.679392) serta memiliki zoom level 16 (di mana zoom level
paling kecil bernilai 1). Baris kesembilan menunjukkan bahwa yang ditampilkan adalah
peta satelit sebagai default tampilan peta. Terdapat 3 buah tampilan peta yang dapat
dipilih yaitu map, satellite dan hybrid.
IV.2.4. Koordinat dalam Google Maps API. Untuk dapat membuat garis batas wilayah,
maka harus dimasukkan dahulu nilai koordinat titik-titik batas tersebut baru kemudian
menggunakan garis untuk menyambungkan garis tersebut sehingga garis batasnya
dapat terlihat dengan jelas. Google Maps API dapat menerima input koordinat dalam
format derajat lintang dan derajat bujur, tanpa mengenal menit dan detik dengan tanda
positif untuk Lintang Utara dan Bujur Timur, sedangkan untuk Lintang Selatan dan Bujur
Barat digunakan tanda negatif. Perlu diketahui bahwa Google Maps menggunakan
ellipsoid referensi WGS’84, jadi data koordinat yang dimasukkan juga harus
menggunakan WGS’84 sebagai ellipsoidnya.
Untuk bisa membuat garis maka digunakan GPolyline. GPolyline menggambarkan garis
dengan menggunakan kemampuan dari tiap-tiap browser dalam melakukan pembuatan
vektor, bisaanya pada Internet Explorer digunakan VML dalam melakukan
penggambaran vektor tersebut, sedangkan browser lainnya menggunakan SVG.
IV.2.5. Pembuatan Titik dan Garis. Apabila ingin dibuat garis batas Indonesia-Thailand
yang memiliki titik-titik batas di koordinat (7°46’06”N, 95°33’06”E), (7°5’48”N, 96°36’30”E),
(7°5.8’N, 96°36.5’E), (6°21.8’N, 97°54.0E) maka untuk membuat polyline yang melewati
titik-titik tersebut digunakan syntax (lihat juga Gambar 1):

var indothai = new GPolyline


([new GLatLng(7.768333,95.55167), new GLatLng(7.085556,96.60139),new
GLatLng(6.352222,97.9),new GLatLng(5.95,98.01806)],"#ff0000", 1);

Gambar 1 Perbatasan Indonesia-Thailand

Dalam syntax tersebut dapat diatur koordinat titik yang dilewati dengan
menggunakan GLatLng. Pada script di atas koordinat dimasukkan dengan
menggunakan new GLatLng(lintang, bujur), warna dari garis dapat diatur dengan
memasukkan angka heksadesimal pada kolom GPolyline. GPolyline hanya menerima
input warna dalam angka heksadesimal, jadi tidak bisa menggunakan “red” untuk
membuat warna merah. Tebal-tipisnya garis juga dapat diatur dengan mengganti tipe
garis berupa angka.
Perintah GPolyline digunakan untuk menampilkan suatu obyek dan Google map
akan menggambarkannya sebagai kumpulan titik-titik yang relatif mudah dilakukan, tetapi
hal ini mengakibatkan proses yang dilakukan tidak compact. Suatu garis yang panjang
dan rumit akan memerlukan jumlah memory yang besar, memakan lebih banyak
bandwidth dan akan mengakibatkan proses penggambaran menjadi lebih lama.
Kekurangan lainnya adalah ketika dilakukan peningkatan zoom level. Suatu polyline akan
tetap tergambar pada peta walaupun garis tersebut tidak ditampilkan pada muka peta.
Google Maps API menyediakan solusi bagi masalah tersebut dengan menyediakan fitur
encoded polyline, yang menyajikan kumpulan titik-titik untuk membentuk suatu polyline
dengan menggunakan format yang telah terkompres dan dilambangkan dengan
menggunakan karakter ASCII. Dengan menggunakan fitur encoded polyline ini maka
garis yang tidak terlihat pada muka peta tidak akan digambarkan oleh browser sehingga
akan lebih menghemat memory, bandwidth dan waktu penggambaran.
Contoh dari penggunaan encoded polyline ini adalah pada saat pembuatan garis
batas dari Indonesia-Malaysia, di mana terdapat 25 titik yang harus dihubungkan dengan
garis. Syntax dalam pembuatan encoded polyline dapat dilihat pada script di bawah:

var indomalay1 = new GPolyline.fromEncoded({


color: "#FF0000",
weight: 1,
points:
"omg`@}q|vQl{dB_cmAvruDwciExuf@obd@rouEm~yFv}sAc~nBbw`A{pvAjql@_ieAjseAsa}AvsMwo
|@",
levels: "BBBBBBBBBB",
zoomFactor: 32,
numLevels: 4
});

Pada script tersebut color menyatakkan warna dalam format heksadesimal.


Sedangkan weight menyatakan tingkat ketebalan dari garis tersebut. Points menunjukkan
kode ASCII titik-titik yang harus dilewati oleh garis polyline tersebut, algoritma dan cara
pembuatan kode ASCII ini dapat dilihat langsung pada situs Google Maps. Levels, zoom
factor dan numLevel mengatur tentang zoom level. Mengatur warna garis bisa sangat
membantu dalam proses membedakan garis batas dengan dua Negara yang berbeda
tetapi disambungkan dengan suatu trijunction.
IV.2.6. Pemberian Label dengan Menggunakan Marker. Garis merupakan suatu obyek
yang berformat vektor yang ketika dioverlay garis tersebut akan berformat VML/SVG.
Agar dapat diklik dan menghasilkan informasi, dierlukan java script yang terletak di
tempat yang terpisah. Dalam file java script tersebut dinyatakan apa saja yang harus
dilakukan ketika mouse berada di atas polyline ataupun ketika mouse mengklik polyline
tersebut.
Marker mengidentifikasikan titik yang ada di peta. Secara default, akan
digunakan icon yang diberikan Google Maps, yang sesungguhnya bisa diganti dengan
ikon lain. Dalam pembuatan GMarker harus disertakan GLatLng untuk menentukan
koordinat posisi marker tersebut. Suatu marker didesain sebagai icon yang interaktif,
pada settingan defaultnya suatu marker akan menerima “click” event, dan bisaanya
disertakan juga suatu event listeners yang akan menampilkan window baru yang
bisaanya berisi informasi tambahan mengenai lokasi marker tersebut.
Misalnya akan memberikan keterangan pada salah satu titik batas antara
Indonesia dengan India maka harus dibuat sebuah jendela yang memuat keterangan
tentang titik batas tersebut. Untuk memuat keterangan tersebut sebaiknya digunakan
window baru yang akan muncul apabila marker diklik. Window tersebut dibuat dengan
script berikut:
var WINDOW_inaindia = '<div style="width: 210px; padding-right:
10px"><center><b>PERBATASAN INDONESIA-INDIA<b> </center><\/div>';

Pada window_inaindia tersebut akan ditampilkan tulisan “PERBATASAN


INDONESIA-INDIA” untuk menginformasikan bahwa titik tersebut merupakan salah satu
titik yang merupakan perjanjian batas antara Indonesia dengan India. Untuk bisa
menampilkan marker yang akan memuat window tersebut digunakan script berikut
sehingga muncul jendela seperti pada Gambar 2.

var inaindia = new GMarker(new GLatLng(4.027778,92.39861));


map.addOverlay(inaindia);
GEvent.addListener(inaindia, "click", function() {
inaindia.openInfoWindowHtml(WINDOW_inaindia);
});

Gambar 2 Perbatasan Indonesia-India

Hal serupa bisa diterapak untuk titik lain seperti trijunction point dan sebagainya,
seperti yang terlihat di Gambar 3.

9
Gambar 3 Trijunction Point India-Indonesia-Thailand

9
Gambar-gambar dalam tulisan ini merupakan prototype dari SIG Batas Maritim Indonesia. SIG ini masih
dalam tahap pembuatan dan belum dipublikasikan
V. Kesimpulan
Pembuatan system informasi geografis berbasis internet yang memuat dan
mendeskripsikan batas meritim Indonesia merupakan salah satu alternatif untuk
memberikan pemahaman yang benar tentang batas maritim Indonesia. Dengan system
ini, masyarakat umum akan bisa mengetahui dengan jelas batas maritim yang sudah
ditetapkan dan yang belum. Kemudahan mengakses informasi ini akan memicu
kesadaran Bangsa Indonesia untuk memelihara dan mengelola wilayah perbatasan,
termasuk memotivasi penyelesaian sengketa batas maritim dengan lebih cepat. Selain
itu, pemahaman yang baik dan proporsional akan menghindarkan masyarakat dari reaksi
yang tidak proporsional dalam menghadapi kasus batas maritim.
Penggunaan Google Maps API untuk pembuatan sistem ini merupakan opsi yang
baik karena bersifat gragis dan kompatibilitasnya tinggi. Dengan adanya sistem informasi
geografis batas maritim Indonesia berbasis internet diharapkan akan tercipta sistem yang
berbiaya tetapi cukup efektif dalam hal penyebaran informasi untuk kepentingan
masyarakat.

VI. Daftar Pustaka


_____. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.Diakses tanggal 14
Februari 2008 dari http://hukumonline.com/detail.asp?id=16105&cl=Berita
_____. Embassy Of The Republic Of Indonesia . Diakses tanggal 11 Maret 2008
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/14/opi01.html
_____. Kelompok Keilmuan Geodesi ITB. Diakses tanggal 10 Maret 2008 dari
http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=88
_____. Persetujuan Pemerintah Indonesia,Pemenrintah India ,Pemerintah Thailand
tentang Penetapan Batas Maritim di Laut Andaman. Diakses tanggal 10 Maret
2008 dari http://www.siki.dkp.go.id/PANGKALAN%20DATA/AButr%203/
Perjanjian%20atau%20Persetujuan/Persetujuan%20Indonesia-India-
Thailand%20Tahun%201978.htm
_____. UU No.2 Tahun 1971 . Diakses tanggal 13 Maret 2008 dari
http://www.theceli.com/dokumen/produk/1971/2-1971.htm
_____. UU No.7 Tahun 1973. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari
http://www.unmit.org/legal/IndonesianLaw/uu/Uu197307.htm
Arsana, I M. A. (2007), Indonesia-Singapore talks on maritime borders making
progress, The Jakarta Post, 5 April 2007, Jakarta
Arsana, I.M.A. 2007. BATAS MARITIM ANTAR NEGARA Sebuah Tinjauan Teknis dan
Yuridis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Azizy, A. 2005. Menyikapi Kasus Ambalat. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/14/opi01.html
Prahasta, E. 2007. Membangun aplikasi web-based GIS dengan Map Server.
Informatika. Bandung 2006.
Sudjiono. 2005. Sengketa dengan Negara Lain. Suara Merdeka. Diakses tanggal 5 Maret
2008 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0504/28/opi4.htm.

You might also like