Timunasu

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

J.

Agrivigor 8(1): 15-23, September-Desember 2008; ISSN 1412-2286

HASIL DAN KUALITAS HASIL MENTIMUN DENGAN APLIKASI PUPUK N-COATED DAN PUPUK ORGANIK CAIR
Yield a n d yield quality of cucumber with application of N-coated and organic soluble fertilizers Jajang S a u m a n Hamdani Jumsan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Karnpus Jatinangor 40600 Telp/Fax:(022) 7796320

ABSTRACT The experiment was aimed to study the interaction between N - Coated fertilizer dosages and organic soluble concentrations on yield and quality of cucumber cultivar Bella. The experiment conducted from April until Juni 2008 located on, Majalaya, Bandung, in the rice 3 field at an altitude of about 680 m above the sea level, soil type Inceptisols, and D rainfall type according to Oldeman climate classification. The experiment arranged in Randomized Block Design with factorial pattern, consisting two factors and three replications. The first factor was N - Coated fertilizer dosages consisting four levels (nl = 200 kg Urea ha-' (92 kg N), n2 = 400 kg N - Coated ha-1 (92 kg N), n3 = 300 kg N - Coated ha-1 (69 kg N), n4 = 200 kg N - Coated ha-1 (46 kg N)) and the second factor was the concentrations of Organic = soluble consisting three levels (01 0 mL L-1,02 = 2 mL L-1,03 = 4 mL L-1). The results of the experiment showed that there were no interaction effect between N Coated fertilizer dosages and soluble organic concentrations on yield and quality of cucumber cultivar BeUa. The application of 200 - 400 kg ha-1 N - Coated (equal with 46 - 92 kg N) did not give the significantresults to 200 kg ha-1 urea (92 kg N) in all variables tested. The 2 mL L-1 concentrations of soluble organic application gave the significant effects on female flower developing fruits, number of fruit per plant, yield per plot, yield per hektare, and fmit qualities A. The 2 mL L-1 concentrations of organic extract application gave the highest yield per plot about 11,18 kg plot' or equal to 22,3 t. ha-1 Key Word :Cucumber, N-coated, and Soluble organic fertilizer

PENDAHULUAN
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang sangat diienal dan banyak dikonsumsi masyarakat, baik dalam bentuk segar sebagai lalaban maupun dalam bentuk olahan seperti asinan, acar dan salad. Kegunaan lain dari mentimun dapat dimanfaat-

kan sebagai bahan obat dan sebagai bahan kosmetika untuk kecantikan. Salah satu jenis mentimun yang banyak ditanarn d a n mempunyai nilai ekonomis adalah kultivar Bella. Karakteristik kultivar i i buahn nya berukuran kecil, bebas rasa pahit, tekstur buah renyah sehingga banyak disenangi dan digunakan sebagai sayuran lalaban segar. Dengan demikian kualitas

Hasil dan kualitas hasil mentimun dengan aplikasi N-coated dan pupuk organik cair

buah menjadi sangat penting apalagi untuk memenuhi permintam pasar swalayan Sehubungan dengan ha1 itu, maka diperlukan teknik budidaya yang dapat menunjang dalam peningkatkan kuantitas dan kualitas mentimun kultivar Bella. Selain memerlukan tanah yang subur dan gembur tanaman mentimun juga memerlukan pasokan nutrisi dalam jumlah yang cukup besar. Salah satu teknik budidaya yang dapat meningkatkan pasokan nutrisi bagi tanaman adalah dengan cara pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik. N (Nitrogen) merupakan salah satu unsur hara utama yang diperlukan dalam jumlah yang paling banyak, sebab nitrogen merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan (Mengel and Kirkby, 2001). Tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pupuk urea (CO(NH2)z merupakan salah satu jenis pupuk yang biasa digunakan untuk menyuplai kebutuhan nitrogen bagi tanaman. Urea mengandung 46 % nitrogen. Karakterislik urea antara lain adalah sangat higroskopis, mudah larut dalam air dan bereaksi cepat serta mudah menguap dalam bentuk amonia. Konsekuensinya, efisiensi pupuk urea termasuk sangat rendah yaitu 29-45% (Novizan, 2002), sedangkan menurut Simarmata (2001) dapat mencapai 90%. Upaya untuk meningkatkan efisiensi urea adalah melalui teknologi pelapisan (coated) yang bertujuan. untuk.,, me&.. . ..... . .:.. . ran& sifat higroskopis, reaktivitg dan memperkecil bidang kontaknya. Bahan pelapis yang prospektif dan murah adalah . . -. . ... .... . mherai zeolit yang depositnya banyak di Indonesia. Zeolit merupakan mineral alumino. silikat yang bermuatan negatif ,
, ,
~

. ,

dengan kapasitas tukar kation (KTK) berkisar 100-140 me 100 gram-'. Zeolit selain mampu mengikat amonium dari urea, juga berperan sebagai pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk urea yang dilapisi dengan zeolit mengandung 20-237, unsur N dengan perbandingan antara urea dan zeolit sebesar 1 : 1. Pelapisan urea dengan zeolit tersebut diharapkan mampu memberikan peningkatan efisiensi N (Simarmata et al., 2006 ) Minato (1968) dikutif Saeful Bahrein (2002) melaporkan bahwa pemberian zeolit Clinoptilolite yang dikombinasikan dengan pupuk an organik pada lahan sawah dapat meningkatkan ketersediaan N(N6)sebesar 63% dibandingkan dengan kontrol (tanpa zeolit).Sedangkanhasil penelitian Abdulrachman dan Pahim ( 2000) menunjukkan bahwa pupuk control release nitrogen (CRN) lebih efisien 65% dibandingkan dengan urea prill sebagai kontrol. Selain penggunaan N -Coated pemberian pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik secara terpadu (Farida dan Hamdani, 2001; Hamdani dan Simarmata, 2003; Simarmata, 2005). Selanjutnya Musnamar 62005) mengatakan, bahwa penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Pupuk organik cair merupakan hasil fermentasi dari berbagai b&an organik yang mengandung berbagai macam asam amino, fitohormon, dan

Jajang Sauman Hamdani

vitamin yang berperan dalam meningkatkan dan merangsang pertumbuhan mikroba maupun rhizosfir tanah. Pascual et al. (2000) menyatakan bahwa adanya pasokan substrat organik dan nutrisi dalam pupuk organik cair akan memacu partumbuhan danperkembangan mikroba pengurai (dekomposer) yang secara alami banyak terdapat di dalam tanah sehingga proses penguraian berbagai bahan organik (pupuk kandang, kompos dll) berlangsung lebih cepat (Simarmata, 2005). Selain itu aplikasi pupuk organik cair yang langsung disiramkan pada tanah dapat meresap lebih cepat di rhizosfir sehingga dapat memacu partumbuhan dan perkembangan mikroba dalam tanah penghasil fitohormon, penamabat N, mikroba pelarut fosfat, dan lainnya (Divers, 2002; Abbott and Murphy, 2004; Simarmata dan Joy, 2006), keadaan i i akan menunn jang ketersediaan nutrisi pada tanaman mentimun yang umumya relatif singkat. Menurut Hamdani dan Simarmata (2003); Simarmata et al. (2005); Hamdani (2007) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik cair dapat meningkatkan hasil sayuran seperti, jahe, tomat dan buncis. Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti lebih lanjut sejauh mana intesaksi antara penggunaan pupuk urea berlapis (N-Coated) dan penambahan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun kultivar Bella yang ditanam di lahan sawah dataran Medium Majalaya.

BAHAN DAN METODE


Percobaan dilaksanakan di Majalaya, Kabupaten Bandung, pada lahan sawah dengan ketinggian tempat 680 m dpl, jenis tanah Inceptisols, tipe curah

hujan DQ berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman (1975). Fercobaan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan JUN2008. Bahan yang digunakan pada Percobaan adalah benih mentimun kultivar Bella, Pupuk N-Coated (23% N, 0.07% Mg, 0.32% Fe, 0.29% Potassium, 1.75 pprn Cu, 6.75% Zn, 0,02%Mn, 70-80% KTK (me 100 @), urea (46% N), SF-36 (36% Pz.05) dan KC1 (60% KzO), Pupuk Cair Organik Amazinng Bio Growth (6.63% C-org, CaO, 6.68% N, 7.47% Pz05,8.93% KzO, 1% 0.8% MgO, 1% 2 pprn B, 0.04 pprn Fe, S, 00.06 pprn Zn, 0.04% Mn, 0,04% Mn, 205 pprn Auksin, 26 pprn Sitokinin, 300 pprn Giberelin, 258 pprn Asam Amino, 2 x 10 7 cfu mL-1 Bakteri Felarut Fosfat, 2 x 10 7 cfu mL-1 Azotobacter, 2 x 10 7 cfu mL-1 Azospitillurn), Pestisida: Curacron 500 EC , Antracol70 WP dan Dithane M-45. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial. Faktor pertama adalah dosis pupuk N Coated (N), terdiri dari empat taraf, yaitu: nl= 200 kg Urea ha-'(92 kg N). nz =400 kg N - Coated ha-1 (92 kg N), I = 300 kg N % Coated ha-1 (69 kg N) m 4 0 0 kg N Coated ha-'(46 kg N). Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk organik cair (0), terdiri O dari tiga taraf, yaitu : 01 = m L L-I (tanpa pupuk organik cair), 0 2 =2 mL L-1, dan 03 = 4 m L L-1 Lahan yang ditanami mentimun merupakan lahan sawah yang awalnya ditanam padi. Pertama-tama lahan dibersihkan dari gulrna dan sisa tanaman padi kemudian dicangkul dengan kedalaman bidang olah 30-35 cm, lalu dikeringkan. Tanah yang telah kering selanjutnya dibuat bedengan sebagai petak percobaan. Setiap pefak percobaan krukrrran 3 x 1 m dengan tinggi bedengan kurang lebii 40

Hasil dan kualitas hasil mentimun dengan aplikasi N-coated dan pupuk organik cair

cm. Petakan dibuat sebanyak 36 buah yang terdiri dari 12 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Jarak tanam dalam barisan adalah 50 cm dan jarak tanam antar barisan 40 cm. Setiap lubang tanam ditumbuhkan satu tanaman mentimun. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk bokasi kotoran domba dengan dosis 10 ton hektarl atau sebanyak 333,3 g lubangl tanam diberikan dengan cara dibenamkan. Pemberian pupuk SP-36 dan KC1 dengan dosis masing-masing 200 kg hektar' diberikan sekaligus 14 hari setelah tanam, sebanyak 6,6 g lubang' tanam yang diletakkan di samping kiii dan kanan lubang tanam berjarak 3 cm. Aplikasi pupuk urea dan pupuk N-Coated dilaksanakan dua kali dengan dosis masingmasing setengah untuk setiap apliiasi sesuai dengan perlakuan yaitu pada 14 dan 21 hari setelah tanam bersamaan dengan pembumbunan tanaman. Pupuk organik cair mulai diberikan pada umur 17 hari setelah tanam se-

banyak lima kali aplikasi, dengan interval pemberian 3 hari sekali dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Cara pemberian pupuk organik cair adalah dengan menyiramkannya ke tanah di sekeliling tanaman mentimun dengan volume siram sebesar 200 mL larutan per tanaman. Pemeliharaan meliputi penyiraman, pengguludan, penyiangan, perambatan, penyulaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara mekanis maupun kimiawi dengan cara disemprot dengan Curacron 500 EC dan Decis 2.5 EC, Furadan 3G untuk mengendalikan hama dan Dithane M-45 untuk pencegahan penyakit Pemanenan dilakukan dengan interval 2- 3 hari sekali. Respons yang diamati meliputi komponen hasil, terdiri dari prosentase bunga betina jadi buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, hasil per petak, hasil per hektar, prosentase kualitas hasil A, B dan BS serta kadar gula (Tabel 1).

Tabel 1.Kriteria penilaian kualitas hasil tanaman mentimun Kriteria Kualitas Hasil B BS Penilaian A 10 - 14 cm 14 cm dan Panjang buah 10 - 14 cm < 10 cm Diameter 3,O - 5,O cm < 3,O cm dan > 5O cm , 3O - 4,5 cm , Bentuk Lurus, bulat Lums atau Melengkung, diameter sedikit tidak rata, melengkung, bula~t abnormal Warna Hijau Merata Hijau atau hijau Hijau kekuningan/ agak kuning/ putih putih Tingkat Tidak ada cacat Tidak ada cacat Terdapat cacat mekanis/ kerusakan biologis Permukaan Mulus dan rata Mulus dan rata Tidak merata Sumber :Survey Pasar (2006) dan Bimandiri Lembang, Bandung (2006).

Jajang Sauman Hamdani

HASIL DAN PEMBAHAN


Komponen Hasil dan Hasil Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pupuk NCoated dan pupuk organik cair terhadap komponen hasil dan hasil tanaman mentimun kultivar Bella. Hasil uji lanjut menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa dosis pupuk N-Coated 200 sampai 400 kg ha-1 (setara dengan 46 - 92 kg N) memberikan hasil yang tidak berbeda dengan pemupukan urea prill200 kg ha-1 (92 kg N) terhadap seluruh komponen hasil yaitu persentasi bunga jadi buah, jumlah buah tanaman-l, bobot buah tanaman-1, bobot buah petak-1 dan hasil hektarl. Keadaan ini dimungkiian karena pemberian NCoated dengan bahan urea yang dicampur dengan zeolit dapat meningkatkan efisiensi pemupukan melalui pengurangan kehilangan N03-N karena pencucian dan perkolasi, meningkatkan ketersediaan amonium terutama pada tanah yang relatif kurang subur melalui penekanan proses nitrifikasi dan volatilisasi NH4, meningkatkan penyerapan N oleh tanaman dan mengurangi keracunan tanaman karena ammonia dan nitrat yang berlebihan (Polat et al., 2004). Dalam hal ini, ammonium yang dipertukarkan oleh zeolit dilepaskan secara lambat sehingga berperan sebagai slow release fertilizer, sedangkan mineral zeolitnya sendiri berperan sebagai penyangga (reservoir) ammonium yang berasal dari penguraian urea yang pada akhirnya akan mene-kan toksisitas ammonium dan nitrat melalui penekanan aktivitas bakteri dalam proses nitrifikasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Simarmata et al. (2005) bahwa penggunaan 300 kg urea berlapis mem-

berikan hasil padi yang tidak berbeda dengan penggunaan 300 kg urea prill dengan dernikian efisiensi pupuk N-berlapis zeolit paling tidak setara dengan satu kg pupuk urea. Sedangkan menurut Abdulrachman dan Pahim (2000) pupuk Control Release Nitrogen (CRN) yang diaplikasikan pada tanaman padi, hasilnya CRN Iebih efisien sekitar 65 % dibandingkan dengan urea prill sebagai kontrol Pengaruh mandiri pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh yang berbeda pada semua komponen hasil dan hasil tanaman metimun. Konsentrasi pupuk organik cair 2 mL L-1 dan 4 mL L-1 menunjukkan persentase bunga jadi buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, hasil per petak, dan hasil per hektar yang lebih tinggi dan berbeda bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik cair. Pada tanaman yang dimanfaatkan buahnya, pembagian asimilat pada fase pertumbuhan vegetatif maupun reproduktif sangat penting. Pembagian selama fase vegetatif akan menentukan luas daun terakhir, perkembangan akar dan percabangan. Sementara pembagian selama fase reproduktif penting untuk tanaman budidaya penghasil bunga, buah, dan biji karena pertumbuhan buah menuntut banyak nutrisi mineral yang menyebabkan terjadinya mobilisasi dan transpor dari bagian vegetatif ke tempat perkembangan buah dan biji. Asimilat dapat didistribusikan dari hasil foto-sintesis daun dan remobilisasi dari hasil asimilasi cadangan (Gardner et al., 1985) Peningkatan jumlah buah per tanaman, hasil per petak dan hasil per hektar ini disebabkan karena pupuk organik mampu menydiakan nutrisi dalam bentuk sederhana yang sesuai

Hasil dan kualitas hasil mentimun dengan aplikasi N-coated dan pupuk organik cair

dengan kebutuhan tanaman. Pupuk cair organik yang diaplikasikan dengan cara disiramkan memungkinkan senyawa organik (asam-asam amino) dan nutrisi (hara makro maupun mikro) yang terkandung di dalamnya mudah menyebar dalam tanah dan dapat langsung meningkatkan dekomposisi pupuk organik padat, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mikroba tanah seperti penambat N, penghasil hormon tumbuh dan pelarut fosfat (Simarmata, 2005). Selain itu, senyawa hormon tumbuh yang terdapat dalam pupuk organik tersebut merangsang pertumbuhan dan regenerasi perakaran tanaman. Selanjutnya (Reeves, 1997; Hoflich et al., 2000; Abbott and Murphy, 2004; dan Simarmata, 2005) menyatakan bahwa berbagai asam-asam organik, vitamin, dan lain-lainnya yang dieksresikan akar tanaman davat meningkatkann aktivitas mikroflora dan fauna yang menguntungkan di rhizosfir

tanaman sehingga terdapat suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan tanaman dengan mikroba tersebut Perlakuan tanpa pupuk organik cair berdasarkan uji lanjut memberikan jumlah buah terendah, hasil per petak terendah, dan hasil per hektar terendah. Rendahnya buah yang dihasilkan dimungkinkan karena kurangnya fotosintat yang dapat digunakan untuk pembentukan buah karena kurangnya suplai nutrisi. Kualitas Buah Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pupuk N Coated dan pupuk organik cair terhadap kualitas buah mentium kultivar Bella. Hasil uji lanjut menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa pengaruh mandiri dosis pupuk N -

Tabel 2. Pengaruh Dosis Fupuk N - Coated dan Konsentrasi Pupuk organik cair Terhadap PersentaseBuah Kualitas A, B, dan BS serta Kadar Gula. Kualitas Perlakuan A B BS Kadar Gula

nl

(%) (%I Dosis Fupuk N - Coated 71,26 a 14,29 a 14,48 a

(%I

(Brix) 3.00 a

01

Konsentrasi Pupuk organik cair 45..08 a 40.,50 a 15,43 a

3.04 a

Keterangan : Nilai rata - rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda ny ata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5.

Jajang Sauman Hamdani

Coated tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap persentase buah kualitas A, kualitas B, dan BS serta kadar gula buah mentimun. Keadaan ini sama seperti pada komponen hasil dan hasil bahwa dosis pupuk N-Coated 200 sampai 400 kg ha-1 (setara dengan 46 - 92 kg N) mem-berikan hasil yang tidak berbeda buah kualitas A dibandingkan dengan tanpa pupuk organik cair. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berperan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman. Fengaruh pupuk organik baik dalam bentuk cair maupun padat selain mampu meningkat-kan populasi organ-isme tanah mengun-tungkan yang berperan dalam menjaga kesehatan tanah, juga dapat menekan ber-bagai penyakit dan meningkatkan kese-hatan tanaman (Weltzein, 1990; Hoflich et al., 2000; Simarmata, 2005). Tanaman yang sehat akan menghasilkan buah yang sehat dan kualitas yang baik. Menurut Worthington (2001) buah-buahan dan sayuran organik menunjukkan kandungan nutrisi yang lebih 'ting@ dibandingkan dengan sayuran non organ&, dalam ha1 kadar gula, vitamin C, besi, magnesium dan fosfor. Hasil analisis Kadar gula tanaman mentimun kultivar Bella, menunjukkan tidak ada perbedaan. Keadaan ini dimungkinkan karena faktor genetik lebih menentukan. Menurut Nonnecke (1989); Yamaguchi (1983) bahwa proses pembungaan tanaman mentimun dipengaruhi baik oleh faktor lingkungan, terutama fotoperiode dan temperatur, maupun oleh faktor genetik atau internal, terutama hormon pengatur tumbuh dan hasil fotosintesis.

dengan pemupukan urea prill 200 kg ha-1 (92 kg N). Artinya bahwa N-Coated dengan kandungan 46 sampai 92 kg N dapat mensubtitusi pengguna-an pupuk urea prill 200 kg ha" (92 kg N). Secara mandiri pemberian pupuk organik cair sebanyak 2 dan 4 mL L-1 berpengaruh dapat mkningkatkan bo-bot

KESIMPULAN
Fenggunaan pupuk N-Coated dengan dosis 200 sampai 400 kg ha-1 (setara dengan 46-92 kg N) didapatkan h a d dan kualitas hasil yang tidak berbeda dengan penggunaan pupuk urea dengan dosis 200 kg ha-1 (92 kg N) pada berbagai respon yang diamati. Femberian pupuk organik cair 2 mL L-1 meningkatkan persentase bunga betina menjadi buah, j u d a h buah per tanaman-l, bobot buah tanaman-I, hasil petak-1 h a d hektarl, dan kualitas A buah mentimun. Femberian ekstrak organik 2 mL L-1 memberikan h a d 11,18 kg petak-1 atau setara dengan 22,3 ton ha.-1

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Pacific Mineralindo Utama, yang telah memfasilitasi penelitian, kelompok tani Barokah Langensari Majalaya, serta Deden Syarifudin dan Basyir Suhendar yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian hi.

Hasil dan kualitas hasil mentimun dengan aplikasi N-coated dan pupuk organik cair

DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., dan Pahim. 2000. Urea super granule dan kontrol release nitrogen pupuk efisien untuk tanaman padi. p. 737-747. Pros. Kongres Nasional VII HIT1 Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Sesuai dengan Potensinya Menuju Keseimbangan Lingkungan Hidup dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Abbot, L.K., and D.V. Murphy. 2004. Overview of soil biology tests. Soil biology in agriculture. p. 70. 78. Proc. of a workshop on current research into soil biology in agriculture tam worth sustainable farming training centre 11-12 August 2004. NSW. Department of Primary Industries. Divers, S. 2002. Compost teas for plant disease control. Available on line at http/:www. a&a.ncat. org. Diakses tanggal 10 Juli 2003. Farida dan J. S. Hamdani. 2001. Pertumbuhan dan hasil bunga gladiol pada dosis pupuk organik bokashi dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda. J. Bionatura: Biologi Terapan 3( 2): 68-76. Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1985. Physiology of crop Plants. The Iowa State University Press. Hamdani, J. S., dan T. Simarmata. 2003. Pertumbuhan dan hasil jahe (Zingiber officlnale Rosc.) cultivar gajah yang dipanen muda pada berbagai jenis dan dosis pupuk organik d m anorganik. J. Kultivasi 2(2): 26-32. Hamdani, J. S. 2007. Pertumbuhan dan hasil buncis dengan pemberian

pupuk organic padat olahan dan pupuk organic cair di lahan sawah dataran medium Majalaya. hal. 243248. Pros. Simposium dan Sem. Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi). Bandung. G. Hoflich., M. Tauschke, G. Kuhn and J. Rogasik. 2000. Influence of agricultural crops and fertilization on microbial activity and microorganism in the rhizosphere. J. Agron. and Crop Sci. 184: 49-54 Mengel K and EA Kirkby. 2001. Principles of plant nutrition; Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, The Netherlands. Nonnecke, L. I. 1989. Vegetable production. Van Norstrand. Reinhold. Canada. p.505-526 Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Pascual J.A., C. Garcia, T. Hernandez, J. L. Moreno, and M. Ros. 2000. Soil microbial activity as a biomarker of degradation and remediation process. Soil Biol. and Biochem. 32: 1877-1883 Polat, E., K. Mehmet, D. Halil, and A. N. Onus. 2004. Use of natural zeolite (Clinoptilolite) In Agriculture. J. of Fruit and Ornamental Plant Res. 12: 183-189. Available at http://www. insad.pl/wydaw/wydaw2004spec/ full2004-22spec. pdf. Diakses 22 Juni 2006. Reeves, D.W. 1997. The role of soil organic matter in maintaining soil quality in continuous cropping systems. Soil Till. Res. 43 : 131-167 Saeapul, B. 2002. Pemanfaatan mineral zeolit dalam peningkatan produktivitas tanah dan efisiensi pemupuk-

Si

Jajang Sauman Hamdani

an anorganik. J. Agrikultura 13(1): 22-29. Simarmata, T. 2001. Pengaruh pupuk majemuk lengkap tablet terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis pinenensis Jacq.) pada tanah Ultisols. J. Agrikultura 12(1):47-51. . 2005. Aplikasi pupuk biologis dan pupuk organik untuk meningkatkan kesehatan tanah dan hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) pada Inceptisols di Jatinangor. J. Agroland 12(3): 261-266. . K. S. Ririn, dan J. S. , Hamdani. 2005. Aplikasi ekstrak organik untuk meningkatkan efisiensi pupuk kandang ayam pada Inceptisol dengan indikator hasil tanaman tomat. J. Agrikultura 16(2): 137-142. ., dan 8. Joy. 2006. Revitalisasi kesehatan ekosistem lahan pertanian dengan memanfaatkan pupuk organik dan bio(bioferti1izers) untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tanah secara berkelanjutan. Makalah Seminar di Universitas Mulawarman, Samarinda, 17-18 Februari 2006

., J. S. Hamdani, Rianto, dan L. Dani. 2006. Uji efektivitas pupuk N gajah putih (Zeolite coated urea) dalam mensubsitusi pupuk urea dan meningkatkan hasil tanaman padi. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian W A D . Weltzein, H.C. 1990. The use of composted materials for leaf disease suppression in field crops. pp. 115-120 In : Crop Protection in Organic and Low-Input Agriculture. BCPC Monographs No. 45. British Crop Protection Council, Farham, Surrey, England. Worthington, V. 2001. Nutritional quality of organic versus conventional fruits, vegetables and grains. The J. of Alternative and Complementary Medicine 7(2): 161-173.http://www. foodisyourbestmedici.com.Diakses 28 Februari 2006. Yamaguchi, M. 1983. World vegetable principles, producttion and nutritive value. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. P.313-321

You might also like