IATMI 2006-09: Korelasi Empirik Untuk Memperkirakan Kinerja Reservoir Dengan Bottom-Water Setelah Tembus Air

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

IATMI 2006-09

PROSIDING, Simposium Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2006
Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 15-17 November 2006

KORELASI EMPIRIK UNTUK MEMPERKIRAKAN KINERJA RESERVOIR


DENGAN BOTTOM-WATER SETELAH TEMBUS AIR
Asep Kurnia Permadi, Institut Teknologi Bandung
Mangasi D.G. Simanjuntak, Pertamina
ABSTRACT
Water coning has been a costly problem in many oilproducing wells. It increases the lifting cost and
reduces the efficiency of depletion mechanism which
in turn results in reducing the oil recovery. The
phenomenon has long been investigated and reported
in literature. However, most of the work has focused
only on efforts to delay the coning to occur such as
developing correlations for critical rate and
breakthrough time. Well performance after
breakthrough, on the other hand, has not received
much attention.
In this study, an empirical correlation for predicting
bottom-water
reservoir
performance
after
breakthrough in a vertical well has been developed
using skin concept. By this we mean that the coned
water is viewed as restriction for oil to enter the well.
An extensive sensitivity analysis on water coning
occurrence was first performed using numerical
simulation. Based on dimensional analysis, an
empirical correlation to model water cone
development along the perforation interval was then
developed using the basic flow equations. The
resulting correlation can be used to predict water-oil
ratio after breakthrough. Furthermore, water cone
volume that develops further was presented as skin
index so that it can be used to predict oil production
rate.
The correlation was tested against simulation and a
previously developed correlation and was found to be
reliable and accurate.
RINGKASAN
Water coning yang terjadi pada sumur-sumur
produksi minyak akan meningkatkan biaya operasi
dan mengurangi efisiensi mekanisme pengurasan
yang pada akhirnya akan mengurangi perolehan
minyak. Dalam literatur, studi water coning
umumnya terfokus pada penentuan laju alir kritis dan
waktu tembus air. Sedangkan kinerja sumur setelah
tembus air kurang mendapat perhatian.1
Studi ini mengembangkan suatu korelasi empirik
untuk memprediksi kinerja reservoir bottom-water

setelah tembus air pada sumur vertikal dengan


menggunakan konsep skin. Dalam hal ini, kerucut
air dipandang sebagai penghambat masuknya minyak
ke lubang sumur. Studi diawali dengan melakukan
analisis sensitivitas terhadap kejadian water coning
menggunakan simulasi numerik. Berdasarkan analisis
dimensional dan analisis regresi yang didasarkan
pada persamaan dasar aliran dibentuk korelasi
empirik untuk memodelkan volume kerucut air pada
selang perforasi. Korelasi yang dihasilkan dapat
digunakan untuk memprediksi WOR setelah tembus
air. Volume kerucut air di selang perforasi
selanjutnya dinyatakan dalam bentuk indeks skin
sehingga dapat digunakan untuk memprediksi laju
produksi minyak.
Korelasi empirik yang diperoleh telah diuji dengan
simulasi dan korelasi sebelumnya dan diketahui
bahwa korelasi tersebut dapat digunakan dengan
sangat baik dan akurat.
PENDAHULUAN
Produksi dari reservoir minyak melalui sumur
vertikal dengan zona air di bawahnya (bottom water)
selalu berkaitan dengan fenomena water coning. Pada
saat minyak diproduksikan, air akan ikut naik dan
membentuk kerucut (cone) di sekitar lubang sumur
sehingga pada suatu saat setelah air sampai di
perforasi maka air akan ikut terproduksi (Gambar 1).
Water coning terjadi karena penurunan tekanan di
sekitar lubang sumur akibat aktivitas produksi lebih
besar dari perbedaaan tekanan gravitasi air-minyak,
yaitu tekanan yang mengendalikan agar minyak tetap
berada di atas air.1
Water
Coning
Minyak
Air
Gambar 1. Kejadian water coning

Fenomena water coning telah banyak dipelajari yang


umumnya menggunakan metode empirik dan
terfokus pada penentuan laju kritis (untuk mencegah
terproduksinya air) dan penentuan waktu tembus air
(untuk menunda terproduksinya air).1,2,3,4,5 Namun,
pembatasan laju produksi ini seringkali menyebabkan
sumur menjadi tidak ekonomis disamping waktu
pengembalian modal yang menjadi sangat lambat
sehingga sebagian operator memilih untuk
memproduksikan sumur pada laju yang lebih tinggi
dan menangani masalah air yang ikut terproduksi
kemudian. Dalam kasus demikian, maka prediksi
kinerja sumur setelah tembus air (post water
breakthrough) menjadi sangat penting. Metode untuk
memprediksi kelakuan water coning yang berkaitan
dengan prediksi water oil ratio (WOR) setelah
tembus air telah pernah dilakukan antara lain oleh
Bournazel dan Jeanson,1 Kuo dan DesBrisay,4 dan
Yang dan Wattenbarger5 dengan pendekatan yang
berbeda satu sama lain.

1. Tidak ada aliran pada batas-batas pinggir reservoir


(closed-edge boundary).
2. Reservoir mempunyai bottom aquifer.
3. Hanya ada satu interval perforasi.
4. Reservoir homogen dan anisotropik
5. Reservoir terdiri dari dua fasa, air-minyak.
6. Tekanan kapiler diabaikan.
Selanjutnya, dalam menghitung volume cone,
diasumsikan bahwa air mendorong minyak dengan
sistem piston sehingga pergerakan water oil contact
(WOC) dapat ditentukan dengan menggunakan
metode material balance dan ketinggian cone di
selang perforasi diasumsikan sebagai fungsi dari
jumlah air yang terproduksi (water cut).
MODEL RESERVOIR
Secara skematik, model reservoir yang digunakan
diperlihatkan pada Gambar 2 yang merupakan model
2D radial. Dengan sistem koordinat silinder (r-,z),
jumlah blok grid adalah 10 x 1 x 20 = 200 blok.
Ukuran blok grid ke arah z mempunyai harga yang
bervariasi, ke arah mempunyai satu ukuran, dan ke
arah r bervariasi menggunakan skala logaritmik
berikut:

Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dari studi ini adalah:
1. Membuat korelasi empirik untuk meramalkan
WOR setelah tembus air dengan pendekatan yang
berbeda dengan metode sebelumnya yaitu dengan
menggunakan konsep skin. Dalam hal ini,
kerucut air dipandang sebagai penghambat aliran
minyak dari reservoir ke lubang sumur (restricted
entry).

ri +1 / 2 = ri

(1)

ri +1/2 = ri 1 / 2

(2)

r
= e
rw

2. Menyatakan parameter water coning dalam bentuk


indeks skin yang merupakan fungsi dari volume
cone yang terbentuk di selang perforasi sehingga
dapat digunakan untuk memprediksi laju produksi
minyak.

ri =

Metodologi dan Batasan-batasan


Dalam studi ini, parameter yang berpengaruh secara
signifikan terhadap terjadinya water coning diperoleh
melalui serangkaian simulasi menggunakan simulator
reservoir komersial. Data yang digunakan pada
analisis sensitivitas ini merupakan data sintetis hasil
modifikasi data yang digunakan oleh Yang dan
Wattenbarger.5 Model dan proses simulasi reservoir
menggunakan berbagai parameter reservoir yang
meliputi parameter batuan, fluida, laju alir, dan
geometri reservoir. Setelah parameter sensitif dapat
ditentukan, persamaan volume kerucut tanpa dimensi
(dimensionless cone volume) diperoleh dengan
analisis dimensional berdasarkan persamaan dasar
aliran dan persamaan korelasi WOR diperoleh
dengan analisis regresi.

IMAX

(3)

( ri +1 / 2 ) ( ri 1 / 2 )

(4)

Initial WOC

Gambar 2. Sistem grid model simulasi


Satu sumur vertikal terletak di tengah-tengah
reservoir dengan lubang perforasi berada pada grid
blok 2 sampai 6 pada arah z ke bawah. Kedalaman
original water oil contact berada pada blok grid 20
pada arah z atau pada kedalaman 8881 feet di bawah
permukaan laut. Dengan anggapan reservoir
homogen dan anisotropik, data porositas dan
permeabilitas baik secara horizontal maupun vertikal
menggunakan satu harga untuk seluruh blok grid.
Tekanan awal reservoir sebesar 3553 psi pada

Model reservoir yang digunakan dalam simulasi


merupakan reservoir tertutup yang mempunyai
aquifer di bagian bawah dan diproduksikan melalui
satu sumur vertikal yang terletak ditengah-tengah
reservoir. Asumsi yang digunakan pada model
simulasi meliputi:
2

kedalaman datum 8881 feet di bawah permukaan


laut.

antara volume cone dengan parameter dasar yang


mewakili sifat fisik dan geometri reservoir dapat
dituliskan sebagai berikut:

Model di-run dengan menggunakan simulator


komersial IMEX CMG dimana mula-mula digunakan
data dasar (base case) sebagai acuan dan selanjutnya
di-run dengan mengubah-ubah satu parameter
reservoir sedangkan parameter lainnya dibuat tetap.
Data reservoir dan grid, data PVT dan permeabilitas
relatif terdapat pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.

Vc = f (kh, kv, re, h, hp, hap, o, w, , Qt, g)


Volume cone, Vc merupakan dependent variable
sedangkan parameter lainnya merupakan independent
variables. Dengan menggunakan metode Phi
Buckingham diperoleh hubungan antara volume cone
dengan independent variables (dimensionless cone
volume) sebagai berikut:7
Vc
k k r h p h ap w
= h , v , e ,
,
,
,
h o
h3
h2 h2 h h

ANALISIS SENTIVITAS
Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan
simulasi 38 kasus dengan 11 parameter reservoir
yang diubah-ubah yang meliputi parameter batuan,
fluida, laju alir, dan geometri reservoir. Tabel berikut
menunjukkan parameter sensitivitas yang digunakan
dalam model simulasi dimana harga yang dicetak
tebal dan miring merupakan kasus dasar (base case).

g 2 h 3 Q t
,
o h
o2

Qt, B/D

(5)

Selanjutnya, semua independent variables yang


terdapat pada Pers. (5) dikelompokkan berdasarkan
persamaan dasar aliran fluida di reservoir. Sebelum
itu, semua variabel tersebut diubah terlebih dahulu
menjadi variabel tanpa dimensi.

Tabel 1. Parameter dalam analisis sensitivitas.


kh, mD
kv, mD
, %
o, cp
w, cp
re, ft
h, ft
hap, ft
hp, ft
, psi/ft

6000; 4000; 3000; 2000


50; 100; 200; 400; 800
10; 20,7; 30; 40
0,5; 1,5; 3,0; 4,0
0,2; 0,31; 0,4; 0,5; 0,7
1000; 1300; 1600; 1800
100; 160; 200; 260
3,75; 13,75; 23,75; 43,75
8,75; 16,25; 26,25; 36,25
0,0779; 0,0893; 0,0996;
0,1102; 0,1198; 0,1239
500; 1000; 1500; 2500; 3500

Variabel Tanpa Dimensi QD


Variabel yang mempengaruhi laju produksi total
fluida dapat dinyatakan sebagai berikut:

Qt = f (o, kh, , h, g)
Selanjutnya dengan menggunakan metode Phi
Buckingham akan diperoleh hubungan Qt dengan
independent variables seperti berikut ini:
Q t
k
g 2 h 3
= h ,

o h
o2
h2

Sehingga variabel tanpa dimensi QD dapat dituliskan


sebagai berikut:7

Hasil yang diperoleh dari simulation runs di atas


memperlihatkan bahwa bila perbandingan volume
air-minyak (WOR) diplot terhadap volume cone pada
kertas grafik semilog, volume cone yang terjadi
setelah waktu tembus air, membesar sejalan dengan
meningkatnya harga WOR. Kenaikan harga Vc pada
seluruh kasus memperlihatkan sifat yang unik yaitu
berupa garis lurus (linier) setelah dilakukan
pengaturan terhadap harga logaritmik WOR dengan
cara menambahkan suatu konstanta c. Hasil
pengamatan pada saat terjadi tembus air
menunjukkan bahwa makin besar harga volume cone,
maka kurva makin bergeser ke kanan dan waktu
tembus air akan makin besar. Data parameter
sensitivitas dan hasil simulasi ke 38 kasus tersebut
terdapat pada Tabel 5 serta Gambar 3 s/d 13.

QD =

Q t o
k h h 2 g

(6)

Variabel Tanpa Dimensi re


Dengan cara yang sama, variabel yang
mempengaruhi spasi sumur, re, dinyatakan sebagai
berikut:

re = f (h, kh, kv)


Selanjutnya dengan menggunakan metode Phi
Buckingham akan diperoleh hubungan re dengan
variabel tersebut seperti berikut ini:
kh
re
h
=
,
h
h
k v

Sehingga variabel tanpa dimensi reD dapat dituliskan


sebagai berikut:7

ANALISIS DIMENSIONAL6
Analisis dimensional6 dilakukan untuk menentukan
hubungan tanpa dimensi antara volume cone dengan
seluruh parameter sensitif yang dikelompokkan
berdasarkan persamaan dasar aliran. Hubungan

r
reD = e
h

kv
kh

(7)

tembus air perubahan WOR terhadap volume cone


merupakan garis lurus setelah harga WOR diatur
dengan menambahkan suatu harga konstanta sebesar
0.09. Hasil plot diperlihatkan pada Gambar 3 s/d
Gambar 13. Dari hasil plot tersebut ditentukan
parameter sensitif yang akan digunakan untuk
membentuk persamaan korelasi. Perhitungan volume
cone dan m untuk seluruh kasus pada saat tembus air
terjadi terdapat pada Tabel 5.

Variabel Tanpa Dimensi M


Rasio mobilitas, M, merupakan variabel tanpa
dimensi yang dapat dituliskan sebagai berikut:
k
(8)
M = o rw
w k ro

Selanjutnya dengan mengelompokkan variabelvariabel tanpa dimensi pada Pers. (6), (7) dan (8) ke
dalam Pers. (5) dan dengan penyelesaian matematika
sederhana diperoleh hubungan volume cone dengan
parameter sensitif sebagai berikut:
h p h ap
Vc

(9)
= (reD ) (Q D ) (M )

h3
h h
Pers. (9) merupakan persamaan dasar korelasi
empirik yang selanjutnya akan diselesaikan dengan
menggunakan metode analisis regresi seperti
ditunjukkan pada paragraph berikut.

Persamaan korelasi Vc dan m.


Pers. (5) yang merupakan persamaan dasar hasil
analisis
dimensional
diselesaikan
dengan
menggunakan analisis regresi multi-variabel nonlinier untuk mendapatkan koefisien dan pangkat
masing-masing variabel. Konsep dasar multiple
regression adalah mencari kombinasi dari variabel
bebas yang akan dikorelasikan sedekat mungkin
dengan variabel yang tidak bebas. Bentuk persamaan
dasar regresi multi-variabel non-linier dapat
dituliskan sebagai berikut:

PENURUNAN PERSAMAAN KORELASI


Model simulasi pertama-tama dijalankan dengan
menggunakan data dasar yang menjadi acuan dan
kemudian dijalankan per kasus yaitu dengan
mengubah satu parameter reservoir dengan parameter
lainnya tetap. Parameter yang diubah-ubah meliputi
permeabilitas horizontal, permeabilitas vertikal,
porositas, viskositas minyak, viskositas air, jari-jari
pengurasan ketebalan formasi, ketebalan di atas
perforasi, panjang selang perforasi, perbedaan
densitas air-minyak dan laju produksi total fluida.
Dari seluruh data hasil simulasi dilakukan
perhitungan ketebalan lapisan minyak rata-rata di
bawah lubang perforasi (hbp) atau jarak antara lubang
perforasi terbawah dengan garis water oil contact
(WOC) yang baru. Dengan anggapan bahwa air
mendorong minyak dengan sistem piston, metode
material balance dapat digunakan untuk menentukan
pergerakan WOC tersebut. Persamaan material
balance untuk menghitung ketebalan lapisan minyak
rata-rata di bawah lubang perforasi dapat diturunkan
sebagai berikut:7
Np
h bp = h
h ap h p
A (1 S wc Sor )
(10)
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap volume
cone yang merupakan volume kerucut dimana tinggi
kerucut (hc) yang digunakan merupakan penjumlahan
ketebalan lapisan minyak rata-rata di bawah lubang
perforasi (hbp) dengan ketinggian air pada selang
perforasi. Dengan anggapan bahwa tinggi air di
selang perforasi dicerminkan oleh jumlah air yang
terproduksi (water cut) sehingga persamaan untuk
menghitung volume cone dapat dituliskan sebagai
berikut:

qw

Vc = rre2 h bp +
h p (11)
3

q w + qo
Apabila WOR diplot terhadap volume cone di atas
kertas grafik semi-log, dapat dilihat bahwa setelah

V = m o A m1 B m 2 C m3 D m 4 E m5
(12)
Pers. (12) di atas dapat disederhanakan menjadi
bentuk linier dengan transformasi logaritmik sebagai
berikut:
Y = C + m1X1 + m 2 X 2 + m 3 X 3 + m 4 X 4 + m 5 X 5
(13)
dimana:
Y = log V
C = log mo
X1 = log A
X2 = log B
X3 = log C
X4 = log D
X5 = log E
Selanjutnya Pers. (13) diselesaikan dengan metode
least squares dalam bentuk penyelesaian suatu
matriks yang dapat dilakukan baik dengan metode
langsung maupun dengan metode iterasi.
Dengan melakukan analisis regresi terhadap Pers. (5)
yang telah dikelompokkan berdasarkan persamaan
dasar aliran, yaitu Pers. (6), (7) dan (8), diperoleh
hasil perhitungan untuk seluruh kasus seperti yang
terdapat pada Tabel 6 dan Tabel 7, sehingga
persamaan korelasi untuk volume cone pada saat
tembus air dapat dituliskan sebagai berikut:
1
= 454,25
3
h
reD

Vcbt

0, 3

1
Q D 0,05

1+ M

5, 29

0,63 0,19

(14)
Sedangkan untuk kemiringan grafik m diperoleh
persamaan korelasi sebagai berikut:
1
m = 1,21 10 6
reD

0,37

Q D 0,08 (1+ M )1,09 0,74 0,02

(15)
4

dimana Vc @ (%WC) adalah volume cone pada


berbagai harga kadar air dan Vc @ (WC=0%) adalah
Vcbt yaitu volume cone pada saat tembus air.

dimana:

reD =
QD =

re
h

kv
kh

(16)

Data hasil simulasi 38 kasus untuk menentukan


indeks skin selanjutnya diplot terhadap volume
cone seperti terlihat pada Gambar 14 dan hasilnya
berupa garis lurus (linier). Dengan metode interpolasi
linier, diperoleh persamaan indeks skin sebagai
berikut:

2492.1 Qt Bo o
k h k ro h

hp
h

h ap
h
k
M = o rw
w k ro

Indeks skin = 5,67E-08 (Vc - Vcbt)

Indeks skin selanjutkan dapat digunakan untuk


memprediksi laju produksi minyak setelah tembus air
terjadi yaitu dengan membuat korelasi antara QD
dengan indeks skin. Dari data hasil simulasi yang
sama, QD diplot pada kadar air 25%, 50%, 75% dan
100% terhadap indeks skin seperti terlihat pada
Gambar 15. Dari hasil plot diperoleh hubungan
antara QD dan indeks skin, S, berupa polinomial
yang dapat ditulis sebagai berikut:

Laju produksi tanpa dimensi, QD merupakan


perbandingan antara laju produksi total fluida dengan
laju produksi minyak. Dari Pers. (14), hubungan
antara volume cone dan laju aliran tanpa dimensi, QD
berbanding lurus atau makin besar QD, maka volume
cone akan makin besar pula. Sedangkan QD
berbanding terbalik dengan laju produksi minyak
sehingga makin kecil produksi minyak, maka volume
cone air akan makin besar.

QD = 322,97 S3 149,41 S2 + 18,653 S + 1,0822


(20)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa laju
produksi tanpa dimensi, QD merupakan perbandingan
antara laju produksi total fluida, Qt, dengan laju
produksi minyak sehingga dengan diketahuinya harga
QD, laju produksi minyak dapat diprediksi.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa setelah


tembus air terjadi, grafik WOR terhadap perubahan
volume cone akan berupa garis lurus bila diplot pada
kertas grafik semilog setelah ditambahkan suatu
konstanta c sebesar 0,09 pada harga logaritmik WOR.
Dengan demikian, secara matematis hubungan antara
WOR dengan volume cone setelah tembus air terjadi
dapat ditulis sebagai berikut:

PENGUJIAN PERSAMAAN KORELASI


Pengujian terhadap persamaan korelasi yang
dikembangkan dalam studi ini dilakukan dengan
mengamati hasil plot antara WOR terhadap waktu.
Dengan metode visual, pengamatan dilakukan
dengan membandingkan hasil perhitungan yang
diperoleh dengan korelasi dengan hasil perhitungan
bila menggunakan metode lain. Metode yang
dijadikan pembanding adalah metode simulasi dan
metode Yang dan Wattenbarger.5

Log(WOR+0,09) = m(VcVcbt) + Log(0,09)


Vc Vcbt

(17)

Pers. (17) di atas dapat digunakan untuk meramalkan


perbandingan air minyak (WOR) setelah terjadi
tembus air.

Hasil plot WOR terhadap volume cone antara


persamaan korelasi dengan hasil simulasi serta hasil
perhitungan dengan metode Yang dan Wattenbarger
diperlihatkan pada Gambar 16 sedangkan tabulasi
data terdapat pada Tabel 8.

Persamaan Indeks Skin


Persamaan indeks skin dibentuk dari data hasil
simulasi dengan mengamati hubungan antara volume
cone pada saat tembus air terjadi dan volume cone
setelah tembus air terjadi; yaitu pada saat kadar air
25%, 50%, 75% dan 100%. Dengan mendefisikan
bahwa indeks skin = 0 pada saat tembus air terjadi
atau kadar air = 0% dan indeks skin = 1 pada saat
kadar air = 100%, indeks skin pada saat kadar air =
25%, 50% dan 75% dapat ditentukan dengan cara
membagi selisih volume cone yang terbentuk pada
masing-masing kadar air dengan volume cone pada
kadar air = 100% atau secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:

Indeks " skin" =

(19)

Dari hasil plot dapat disimpulkan bahwa persamaan


korelasi yang dikembangkan dalam studi ini
memberikan hasil perhitungan yang mendekati hasil
simulasi dan hasil perhitungan dengan metode Yang
dan Wattenbarger.5
KESIMPULAN
1. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada
kejadian water coning adalah permeabilitas
horizontal dan vertikal, viskositas air dan minyak,
jari-jari pengurasan, ketebalan lapisan, ketebalan
kolom minyak di atas perforasi, ketebalan

Vc @ (%WC) Vc @(WC = 0%)


Vc @(WC = 100%)
(18)
5

perforasi dan laju produksi. Sedangkan yang tidak


atau kurang berpengaruh adalah porositas dan
perbedaan densitas air-minyak.
2. Studi ini telah berhasil mengembangkan
persamaan korelasi empirik untuk memperkirakan
kinerja reservoir dengan bottom-water setelah
tembus air sebagai berikut:
1
= 454,25
3
h
reD

Vcbt

0,3

1
Q D 0,05

1+ M

5, 29

0,63 0,19

0,37

m = 1,21 10 6
Q D 0,08 (1+ M )1,09 0,74 0,02

r
eD
Log(WOR + 0,09) = m(Vc Vcbt) + Log(0,09)
Vc Vcbt

dimana:

reD =
QD =

re
h

kv
,
kh

2492,1 Q t B o o

k h k ro h 2

hp
h
h ap
=
h
okrw
M=
wkro
Sedangkan persamaan untuk memperkirakan laju
produksi minyak menggunakan indeks skin, S,
adalah sebagai berikut:
=

Permeabilitas relatif air, md


Kemiringan grafik WOR setelah tembus air
Rasio mobilitas air-minyak
Volume minyak di tempat, stb
Kumulatip produksi minyak, stb
Laju produksi minyak, stb/d
Laju produksi air, stb/d
Laju total produksi tanpa dimensi
Laju total produksi, stb/d
Jari-jari sumur, ft
Jari-jari pengurasan, ft
Jari-jari pengurasan tanpa dimensi
Indeks skin
Saturasi air connate
Saturasi minyak
Saturasi minyak sisa
So Saturasi minyak rata-rata
Vc Volume kerucut air setelah tembus air, ft3
Vcbt Volume kerucut air saat tembus air, ft3
WC Kadar air, %
o Viskositas minyak, cp
w Viskositas air, cp
o Densitas minyak, psi/ft
w Densitas air, psi/ft

Porositas
Perbedaan densitas air-minyak, psi/ft

Fraksi interval perforasi

Fraksi tinggi kolom minyak di atas perforasi


krw
m
M
Ni
Np
qo
qw
QD
Qt
rw
re
reD
S
Swc
So
Sor

DAFTAR PUSTAKA
1. Smith, C. R., Tracy, G. W., and Farrar, R. L.:
Applied Reservoir Engineering, Vol. 2, OGCI
Publications, Tulsa, OK, 1992.
2. Recham, R., Osisanya, S. O., and Touami, M.:
Effects of Water Coning on the Performance of
Vertical and Horizontal Wells A Reservoir
Simulation Study of Hassi Rmel Field, Algeria,
SPE/PSCIM Paper No. 65506, 2000.
3. Sobocinski, D.P. and Cornelius, A.J.: A
Correlation for Predicting Water Coning Time,
JPT (May 1965), 594-600.
4. Kuo, M.C.T. and DesBrisay, C.L.: A Simplified
Method for Water Coning Predictions, SPE
Paper No. 12067, 1983.
5. Yang, W. and Wattenbarger, R. A.: Water
Coning Calculations for Vertical and Horizontal
Wells, SPE Paper No. 22931, 1991.
6. Munson, B.R., Young, D.F., and Okiishi, T.H.:
Fundamentals of Fluid Mechanics John Wiley &
Sons, Inc., 3rd edition, NY, 1998.
7. Mangasi, D.G.S.: Korelasi Empirik Untuk
Peramalan Kinerja Reservoir Bottom-Water
Setelah Tembus Air, Tesis ITB, Bandung, 2003.
8. Muskat, M. and Wyckoff, R.D.: An Approximate
Theory of Water Coning in Oil Production,
Trans. AIME, 1935.
9. Addington, D.V.: An Approach to Gas Coning
Correlation for A Large Grid Cell Reservoir
Simulator, JPT (Nov. 1981), 2267-74.

Indeks skin = 5,67E-08 (Vc - Vcbt)


QD = 322,97 S3 149,41 S2 + 18,653 S + 1,0822
3. Hasil perhitungan WOR dengan menggunakan
persamaan korelasi empirik di atas telah dapat
divalidasi oleh simulasi dan metode Yang dan
Wattenbarger.5
DAFTAR SIMBOL
A
Luas penampang reservoir, ft2
Bo Faktor volume formasi minyak, stb/rb
g
konstanta percepatan gravitasi bumi, ft/sec2
h
Ketebalan kolom minyak mula-mula, ft
hap Ketebalan kolom minyak di atas perforasi, ft
hbp Ketebalan kolom minyak di bawah perforasi, ft
hc Tinggi kerucut air, ft
ho Ketebalan kolom minyak saat ini, ft
hp Panjang lubang perforasi, ft
ht
Ketebalan formasi, ft
hwb Ketebalan kolom minyak saat tembus air, ft
h
Ketebalan rata-rata kenaikan zone air, ft
kh Permeabilitas horizontal, md
kv Permeabilitas vertikal, md
ko Permeabilitas efektif minyak, md
kro Permeabilitas relatif minyak, md
B

Tabel 2
Data Reservoir dan Grid Simulasi

Kedalaman Top formasi, ft


Original Water Oil Contact, ft
Saturasi air connate, Swc %
Saturasi residual minyak, Sor %
Tekanan awal reservoir (@ 8881 ft ss), psia
Tekanan bubble, Pb, psia
FVF minyak @ Pb, RB/STB
Densitas minyak, psi/ft
Viscositas minyak, cp
Compressibilitas minyak, 1/psi
FVF air mula-mula, RB/STB
Densitas air, psi/ft
Viscositas air, cp
Compressibilitas air, 1/psi
Porositas, %
Compressibilitas baruan, 1/psi
Jari-jari sumur, ft
Jari-jari pengurasan, ft
Jumlah grid blok arah radial
Ukuran grid blok arah radial, ft
Jumlah grid blok vertikal

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

8721.0
8881.0
0.2
0.26
3553.0
353.0
1.1136
48.8976
1.52
3.73E-7
1.0423
63.23
0.31
2.68E-6
20.7
3.00E-6
0.35
1300
10
0.446, 1.016, 2.310, 5.256,
11.958, 27.205, 61.892, 140.805,
320.336, 728.78
: 20

Tabel 3
Data PVT

p
353.0
3553.0

Rs
1.0E-6
2.0E-6

Bo
1.1136
1.1336
B

1/Bg
1190
1200

o
1.52
1.50

g
0.0228
0.0238

Tabel 4
Data Permeabilitas Relative

Sw

krw

kro

pcow

0.200
0.300
0.420
0.440
0.465
0.510
0.560
0.610
0.655
0.700
0.740
1.000

0.0000
0.0100
0.0158
0.0167
0.0180
0.0360
0.0580
0.0760
0.1000
0.1200
0.1500
1.0000

1.0000
1.0000
1.0000
0.9244
0.8300
0.5000
0.2700
0.1100
0.0600
0.0300
0.0000
0.0000

0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

co
3.73E-7
3.73E-7

Tabel 5
Data Untuk Analisis Sensitivitas dan Hasil Simulasi
Case

Base
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

kh

kv

re

hap

hp

Qt

Vcbt

md

md

cp

cp

ft

ft

ft

ft

psi/ft

stb/d

x 106 ft3

4000
3000
2000
6000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000

200
200
200
200
50
100
400
800
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200

0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.100
0.300
0.400
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207
0.207

1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
0.5
3.0
4.0
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5

0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.20
0.40
0.50
0.70
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31

1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1000
1600
1800
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300
1300

160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
100
200
260
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160
160

3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
13.75
23.75
43.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75

16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
8.75
26.25
36.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25
16.25

0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996
0.0779
0.0893
0.1102
0.1198
0.1239
0.0996
0.0996
0.0996
0.0996

2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
2500
500
1000
1500
3500

48.27
47.38
46.25
49.72
52.67
50.39
46.47
45.08
48.23
48.27
48.31
50.42
46.65
46.08
47.02
49.07
49.82
51.09
29.46
71.45
89.36
26.22
63.98
88.73
44.86
41.31
33.99
50.64
45.03
41.69
47.64
47.68
47.73
47.76
47.77
49.87
48.79
48.47
48.22

1.78E-07
1.72E-07
1.63E-07
1.92E-07
2.34E-07
1.98E-07
1.60E-07
1.54E-07
1.75E-07
1.77E-07
1.79E-07
1.72E-07
1.99E-07
2.12E-07
1.88E-07
1.74E-07
1.72E-07
1.73E-07
3.22E-07
1.09E-07
8.69E-08
3.18E-07
1.42E-07
1.17E-07
1.72E-07
1.70E-07
1.74E-07
1.50E-07
2.23E-07
3.10E-07
1.70E-07
1.71E-07
1.71E-07
1.72E-07
1.72E-07
1.93E-07
1.71E-07
1.76E-07
1.77E-07

WOR

1.0E+02

WOR

1.0E+02

1.0E+01

1.0E+01

Qt=2500 B/D

Qt=2500 B/D

Kh=2000 md
1.0E+00

Kh=3000 md

Kv=50 md

1.0E+00

Kv=100 md

Kh=4000 md

Kv=200 md

Kh=6000 md

1.0E-01

1.0E-01

Kv=400 md
Kv=800 md

1.0E-02

1.0E-02

10

20

30

40

50

60

70

10

20

30

40

50

60

Vc x 10 (ft )

Gambar 3. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga kh

Gambar 4. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga kv

WOR

1.0E+02

Vc x 106 (ft3)

70

WOR

1.0E+02

1.0E+01

1.0E+01
Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

1.0E+00

Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

1.0E+00

VISCO=0.5 cp

POR=0.100

VISCO=1.5 cp

POR=0.207
POR=0.300

1.0E-01

VISCO=3.0 cp

1.0E-01

VISCO=4.0 cp

POR=0.400

1.0E-02

1.0E-02
0

10

20

30

40

50

60

70

10

20

30

60

70

Gambar 6. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga o

Gambar 5. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga

WOR

WOR

1.0E+02

re=1000 ft
re=1300 ft
1.0E+01

1.0E+01
Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05
VISCW=0.20 cp

1.0E+00

50

Vc x 10 (ft3)

Vc x 10 (ft3)

1.0E+02

40
6

Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

re=1600 ft
re=1800 ft

1.0E+00

VISCW=0.31 cp
VISCW=0.40 cp

1.0E-01

1.0E-01

VISCW=0.50 cp
VISCW=0.70 cp

1.0E-02

1.0E-02
0

10

20

30

40

50

60

70

20

40

60

80

100

Vc x 106 (ft3)

Vc x 106 (ft3)

Gambar 7. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga w

Gambar 8. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga re

120

WOR

1.0E+02

WOR

1.0E+02

h=100 ft
h=160 ft

1.0E+01

Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

1.0E+01

h=200 ft

Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

h=260 ft
1.0E+00

hap=3.75 ft

1.0E+00

hap=13.75 ft
hap=23.75 ft

1.0E-01

1.0E-01

1.0E-02

hap=43.75 ft

1.0E-02

20

40

60

80

100

120

10

20

Vc x 106 (ft3)

Gambar 9. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga h

40

50

60

70

Gambar 10. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga hap`

WOR

1.0E+03

30

Vc x 106 (ft3)

WOR

1.0E+02

Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

1.0E+02

1.0E+01

Qt=2500 B/D
Kv/Kh = 0.05

dY=0.0779

1.0E+01

dY=0.0893

hp=8.75 ft

1.0E+00

dY=0.0996

hp=16.25 ft

1.0E+00

dY=0.1102

hp=26.25 ft

1.0E-01

dY=0.1198

1.0E-01

hp=36.25 ft

dY=0.1239

1.0E-02

1.0E-02
0

10

20

30

40

50

60

70

20

30

40

50

60

Gambar 11. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga hp`

Gambar 12. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga

1.0E+01
Kv/Kh = 0.05
Qt=500 B/D

1.0E+00

Qt=1000 B/D
Qt=1500 B/D
1.0E-01

Qt=2500 B/D
Qt=3500 B/D

1.0E-02
0

10

Vc x 106 (ft3)

WOR

1.0E+02

Vc x 106 (ft3)

10

20

30

40

50

60

70

Vc x 106 (ft3)

Gambar 13. Plot WOR vs Vc pada berbagai harga Qt

10

70

Tabel 6
Perhitungan Konstanta dan Pangkat Persamaan Korelasi Vcb Dengan Analisis Regresi

x1

Case

=hp/h

=hap/h

(1+M)

reD

QD

Base
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1625
0.0813
0.0625
0.1016
0.1016
0.1016
0.0547
0.1641
0.2266
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016

0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0375
0.0188
0.0144
0.0859
0.1484
0.2734
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234

1.0629
1.0627
1.0550
1.0704
1.1010
1.0798
1.0550
1.0467
1.0716
1.0615
1.0639
1.0260
1.1102
1.1465
1.0855
1.0544
1.0435
1.0345
1.0758
1.0599
1.0526
1.0491
1.0735
1.0991
1.0627
1.0552
1.0469
1.0629
1.0629
1.0627
1.0627
1.0627
1.0627
1.0627
1.0627
1.0735
1.0674
1.0655
1.0670

1.817
2.098
2.569
1.483
0.908
1.285
2.569
3.634
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.398
2.236
2.516
2.907
1.453
1.118
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817

1.0204E+00
1.3605E+00
2.0408E+00
6.8026E-01
1.2002E+00
1.0441E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
3.4013E-01
2.0408E+00
2.7210E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
2.6122E+00
6.5305E-01
4.4921E-01
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.3046E+00
1.1381E+00
9.2224E-01
8.4834E-01
8.2027E-01
2.0408E-01
4.0816E-01
6.1223E-01
1.4285E+00

11

x2

x4

ln

ln

ln
(1+M)

-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-1.8171
-2.5102
-2.7726
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.9061
-1.8075
-1.4847
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871

-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.2834
-3.9766
-4.2389
-2.4541
-1.9076
-1.2967
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534

0.061
0.061
0.053
0.068
0.096
0.077
0.053
0.046
0.069
0.060
0.062
0.026
0.105
0.137
0.082
0.053
0.043
0.034
0.073
0.058
0.051
0.048
0.071
0.094
0.061
0.054
0.046
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.071
0.065
0.063
0.065

x5

x6

ln (reD)

ln
(QD)

ln
(Vcbt/h3)

0.597
0.741
0.944
0.394
-0.096
0.251
0.944
1.290
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.335
0.805
0.923
1.067
0.374
0.112
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597

0.02
0.31
0.71
-0.39
0.18
0.04
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
-1.08
0.71
1.00
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.96
-0.43
-0.80
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.27
0.13
-0.08
-0.16
-0.20
-1.59
-0.90
-0.49
0.36

3.42
3.33
3.21
3.58
3.92
3.65
3.23
3.09
3.42
3.42
3.43
3.66
3.25
3.19
3.29
3.51
3.59
3.73
3.06
3.72
3.90
4.29
3.08
2.73
3.57
3.72
4.02
3.29
3.59
3.77
3.35
3.36
3.36
3.37
3.37
3.60
3.48
3.44
3.42

Tabel 7
Perhitungan Konstanta dan Pangkat Persamaan Korelasi m Dengan Analisis Regresi

Case

=hp/h

=hap/h

(1+M)

reD

QD

Base
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1625
0.0813
0.0625
0.1016
0.1016
0.1016
0.0547
0.1641
0.2266
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016
0.1016

0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0375
0.0188
0.0144
0.0859
0.1484
0.2734
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234

0.0629
0.0627
0.0550
0.0704
0.1010
0.0798
0.0550
0.0467
0.0716
0.0615
0.0639
0.0260
0.1102
0.1465
0.0855
0.0544
0.0435
0.0345
0.0758
0.0599
0.0526
0.0491
0.0735
0.0991
0.0627
0.0552
0.0469
0.0629
0.0629
0.0627
0.0627
0.0627
0.0627
0.0627
0.0627
0.0735
0.0674
0.0655
0.0670

1.0629
1.0627
1.0550
1.0704
1.1010
1.0798
1.0550
1.0467
1.0716
1.0615
1.0639
1.0260
1.1102
1.1465
1.0855
1.0544
1.0435
1.0345
1.0758
1.0599
1.0526
1.0491
1.0735
1.0991
1.0627
1.0552
1.0469
1.0629
1.0629
1.0627
1.0627
1.0627
1.0627
1.0627
1.0627
1.0735
1.0674
1.0655
1.0670

1.817
2.098
2.569
1.483
0.908
1.285
2.569
3.634
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.398
2.236
2.516
2.907
1.453
1.118
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817
1.817

1.0204E+00
1.3605E+00
2.0408E+00
6.8026E-01
1.2002E+00
1.0441E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
3.4013E-01
2.0408E+00
2.7210E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
2.6122E+00
6.5305E-01
4.4921E-01
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.0204E+00
1.3046E+00
1.1381E+00
9.2224E-01
8.4834E-01
8.2027E-01
2.0408E-01
4.0816E-01
6.1223E-01
1.4285E+00

12

x1

x2

x3

x4

ln

ln

ln
(1+M)

-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-1.8171
-2.5102
-2.7726
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.9061
-1.8075
-1.4847
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871
-2.2871

-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.2834
-3.9766
-4.2389
-2.4541
-1.9076
-1.2967
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534
-3.7534

0.061
0.061
0.053
0.068
0.096
0.077
0.053
0.046
0.069
0.060
0.062
0.026
0.105
0.137
0.082
0.053
0.043
0.034
0.073
0.058
0.051
0.048
0.071
0.094
0.061
0.054
0.046
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.071
0.065
0.063
0.065

x5

ln (reD)

ln
(QD)

ln (m)

0.597
0.741
0.944
0.394
-0.096
0.251
0.944
1.290
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.335
0.805
0.923
1.067
0.374
0.112
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597
0.597

0.02
0.31
0.71
-0.39
0.18
0.04
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
-1.08
0.71
1.00
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.96
-0.43
-0.80
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.27
0.13
-0.08
-0.16
-0.20
-1.59
-0.90
-0.49
0.36

-15.5
-15.6
-15.6
-15.5
-15.3
-15.4
-15.6
-15.7
-15.6
-15.5
-15.5
-15.6
-15.4
-15.4
-15.5
-15.6
-15.6
-15.6
-14.9
-16.0
-16.3
-15.0
-15.8
-16.0
-15.6
-15.6
-15.6
-15.7
-15.3
-15.0
-15.6
-15.6
-15.6
-15.6
-15.6
-15.5
-15.6
-15.6
-15.5

1.0
0.9

S = 5.67E-08 (Vc-Vcbt)
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
0.0E+00

2.0E+06 4.0E+06

6.0E+06 8.0E+06

1.0E+07

1.2E+07

1.4E+07

1.6E+07

1.8E+07 2.0E+07

(Vc-Vcbt), f t 3

Gambar 14. Plot Indeks Skin, S terhadap Volume cone

250.00

200.00

150.00

QD = 322.97 S3 - 149.41 S2 + 18.653 S + 1.0822

100.00

50.00

0.00
0.00E+00

2.00E-01

4.00E-0 1

6.00E-01

8.00E-01

1.00E+00

Index " Skin" , S

Gambar 15. Plot QD terhadap Index Skin, S

13

1.20E+0 0

Tabel 8
Perbandingan Hasil Perhitungan Masing-masing Metode

WOR

Vc x 106

Yang &
Wattenbarger5
WOR
Vc x 106

0,09
0,09
0,09
0,14
0,28
0,43
0,86
2,14
3,57

4,13E+01
4,52E+01
4,75E+01
4,91E+01
5,09E+01
5,20E+01
5,38E+01
5,62E+01
5,75E+01

0,09
0,09
0,09
0,20
0,25
0,36
0,63
1,85
2,47

Simulasi

Korelasi Usulan

3,83E+01
4,22E+01
4,61E+01
4,85E+01
4,91E+01
5,00E+01
5,14E+01
5,40E+01
5,52E+01

WOR

Vc x 106

0,09
0,09
0,09
0,17
0,31
0,45
0,92
2,23
3,71

4,20E+01
4,61E+01
4,64E+01
4,99E+01
5,13E+01
5,21E+01
5,40E+01
5,65E+01
5,79E+01

10.00
Simulasi

Weiping Yang

Ko relasi

k h=4000 md
k v=200 md
re=1300 ft
h=160 ft
hap=3,75 ft
hp=16,25 ft
o=1,5 cp
w=0,31cp
=0,207
Qt =2500 b/d

WOR

1.00

0.10

0.01
0

10

20

30

40

50

60

70

Vc x 106
Gambar 16. Perbandingan WOR korelasi dengan Simulasi dan Korelasi Yang dan Wattenbarger5

14

You might also like