Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 19

Working Paper Series No.

4
July 2006, First Draft

MANAJEMEN SWAKELOLA SAMPAH


DUSUN SUKUNAN DAN GONDOLAYU LOR
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri

Katakunci:
participation, waste self-management, management

-Tidak Untuk Disitasi-

Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta 2006
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Waste Self-Management
in Sukunan and Gondolayu Lor Village Province of Yogyakarta
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri

Background: The problem of waste arises excessively in line with the


advance of time. Therefore, it is time to involve people in waste
management. The people’s participation in managing waste was known as
waste self-management. Sukunan and Gondolayu Lor village represent
the society that implements waste self-management. This study was found
out the benefit of waste self-management, managerial implementation of
waste self-management, level of achievement of waste self-management,
type of participation in waste self-management, and was aimed at finding
out the factors that influence the participation in Sukunan and Gondolayu
Village.
Method: This research was qualitative with case study design. The
subject was taken with purposive sampling. The analysis unit was waste
self-management in Sukunan and Gondolayu Lor village. As subject were
stakeholder related to waste self-management of Sukunan and Gondolayu
Lor village. Data were gathered through indepth interviews dan
observation. The supporting data was taken from relevant documents in
order to triangulation.
Results: The benefit of waste self-management was comprised of aspect
of public health, psychology, and social-economy. Waste self-
management was done by regional community. Factors that influence
waste self-management were community histories, self-belonging of the
people, internal issue of organization, structure of community, capacity
and role of local leader, intermediary organization, and external condition
of organization.
Conclusion: Waste self-management was a policy in community to help
government solve waste’s problem. The leader was important aspect in
empowerment. The participation of people of Sukunan was a strategy to
get support from their society, while that of Gondolayu Lor was a policy.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 2


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Latar Belakang

Sampah berpotensi menciptakan masalah kesehatan lingkungan. Se-


makin maju dan kompleksnya kebudayaan manusia menyebabkan se-
makin beragamnya jenis dan komposisi sampah. Semakin bertambahnya
volume sampah berarti akan menambah lahan untuk tempat pembuangan
akhir dan mengurangi lahan pemukiman maupun lahan produktif (pertani-
an, perternakan, ataupun industri). Sampah juga menjadi tempat strategis
perkembangbiakkan wabah penyakit seperti tikus, lalat, jamur, bakteri,
virus, dan hewan patogen lainnya.
Menurut masyarakat, sampah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
tidak lagi dikehendaki dan bersifat padat. Sampah yang dimaksud disini
ada yang mudah membusuk dan ada yang tidak mudah membusuk.
Sampah yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik
seperti sisa sayuran, sisa daging, daun, dan lain-lain; sedangkan sampah
yang tidak membusuk dapat berupa plastik, karet, logam, kertas, abu,
bahan bahan bangunan bekas, dan lain-lain1. Pengolahan akhir sampah
sampai saat ini dilakukan di TPSA dengan berbagai metode seperti
sanitary landfill, insinerasi, dan open dumping2. Selama ini pemerintah
yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah. Akan tetapi,
munculnya permasalahan lingkungan seperti Bandung Lautan Sampah
membuktikan pemerintah mulai kewalahan memikul tanggung jawab
tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen pengelolaan
sampah baru yang hendaknya dapat mengatasi sampah sejak dari
sumber.
Perencanaan strategis dilakukan dengan manajemen yang baik dan
melibatkan organisasi masyarakat. Manajemen yang baik merupakan
hasil kerja sama antara sektor pemerintah dan swasta. Bagian terpenting
dari manajemen pengelolaan sampah adalah pembangunan
3
berkelanjutan . Desain organisasi yang baik dibentuk dengan
menggunakan analisis stakeholder dan mengoptimalkan sumber daya
yang ada di wilayah tersebut4. Masyarakat sebagai sumber penghasil
sampah terbanyak diharapkan dapat ikut berperan serta dalam
pengelolaan sampah. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
sampah dikenal dengan istilah swakelola5. Swakelola sampah dapat
dimasukkan dalam inovasi masyarakat. Inovasi masyarakat memiliki
beberapa komponen yaitu partisipasi, pengambilan keputusan, kemitraan,
pemerintahan, ilmu pengetahuan dan informasi, pengembangan yang
berkelanjutan, serta gaya hidup. Masyarakat diartikan sebagai
sekelompok orang yang berkumpul dengan alasan berbeda, yaitu dapat
dengan alasan geografi, ekonomi, sosial, politik/administrasi, dan alasan
lain6 . Konsep masyarakat dapat dipahami dengan dua teori yaitu teori
sistem ekologi dan sistem sosial7.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 3


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Perasaan memiliki bagi masyarakat (sense of community) mengambil


peranan penting dalam mengukur partisipasi mereka dalam masyarakat
tertentu. Perasaan tersebut diartikan sebagai perasaan menjadi bagian
dari suatu kelompok, memiliki rasa kebersamaan antar anggota dalam
kelompok, dan memiliki komitmen bersama dan berkerja sama untuk
melaksanakan komitmen tersebut8. Penanganan masalah sampah sudah
saatnya melibatkan masyarakat untuk mengatasi keterbatasan
pemerintah. Pemberdayaan masyarakat diperlukan ketika masyarakat
sudah apatis atau masa bodoh, selalu bergantung pada penguasa atau
pimpinan mereka, termarjinalkan, atau karena alasan apa saja yang pada
akhirnya masyarakat hanya berperan sebagai objek. Usaha untuk
menjadikan masyarakat berpartisipasi adalah dengan pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah usaha menjadikan
masyarakat semakin berdaya untuk berpartisipasi dalam kebijakan publik9.
Pemberdayaan masyarakat adalah dinamika kekuatan berkualitas suatu
kebersamaan antara dua orang atau lebih, kebersamaan tersebut
mengurangi ketidakseimbangan dan perbedaan kekuatan dalam
mendapatkan sumber daya10. Pemberdayaan masyarakat meliputi banyak
aspek seperti pembangunan masyarakat, psikologi, pendidikan, ekonomis,
sosiologi, dan pembelajaran tentang pergerakan masyarakat dan
organisasi. Pemberdayaan merupakan proses sosial yang multidimensi
mengontrol kehidupan bermasyarakat, baik kehidupan pribadi, komunitas,
dan kehidupan sosial meraka11.
Partisipasi sering diberi makna keterlibatan seseorang secara sukarela
tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah. Faktor yang mendorong
seseorang untuk berpartisipasi adalah karena punya kepentingan atau
karena solidaritas. Mutlak dibutuhkan kesepakatan dalam melaksanakan
partisipasi, artinya segala hal yang semula bersifat individual harus secara
sukarela diubah dan diolah menjadi tujuan dan kepentingan kolektif.
Keinginan berpartisipasi harus diimbangi dengan wadah atau saluran atau
akan menjadikan niat tersebut terpendam atau tersalurkan pada sasaran
yang tidak tepat. Oleh karena itu dibutuhkan penggerak dan kegiatan
pembangkit partisipasi12. Faktor-faktor yang menyebabkan kesuksesan
atau kegagalan partisipasi antara lain kapasitas organisasi, kapasitas dan
peran pemimpin lokal, peran “intermediary agensies”, dan situasi-kondisi
eksternal organisasi13.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat swakelola
sampah bagi masyarakat Dusun Sukunan dan Gondolayo Lor, untuk men-
getahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan manajemen
swakelola sampah di Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor, dan untuk men-
getahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Dusun
Sukunan dan Gondolayu Lor dalam swakelola sampah.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 4


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus. Lokasi
penelitian adalah Dusun Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yo-
gyakarta dan Gondolayu Lor, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. Tampat
tersebut diambil sebagai lokasi penelitian karena merupakan daerah yang
dianggap berhasil berkesinambungan melaksanakan swakelola sampah di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Unit analisis merupakan system of action
swakelola sampah Sukunan dan Gondolayu Lor. Subjek penelitian terdiri
dari warga masyarakat yang melaksanakan swakelola di Dusun Sukunan
dan Gondolayu Lor, panitia/seksi swakelola, perangkat desa swakelola,
pemuka masyarakat, pemerintah daerah (kelurahan, kecamatan setem-
pat), petugas pengangkut sampah di daerah swakelola, wakil Dinas Ke-
bersihan/DKKP/DLH, Dinas Kesehatan, Bapedalda, dan LSM seperti Wa-
lhi-Shalink DIY dan Environment Services Program. Data pendukung
diambil dari dokumen-dokumen terkait dalam rangka triangulasi. Data
dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran
dokumen. Sampel tersebut diambil secara proposive sampling, yaitu data
diambil dari stakeholder yang terkait swakelola sampah Sukunan dan
Gondolayu Lor.

Hasil dan Pembahasan

1. Manfaat Swakelola Sampah

Manfaat apapun wujudnya tetap menjadi motivasi utama seseorang untuk


melakukan sesuatu pekerjaan. Harapan terhadap keuntungan yang
mendasari penerapan menajemen swakelola sampah di daerah tersebut
terbukti efektif melanggengkan kegiatan. Apalagi setelah terbukti apa yang
diharapakan dapat tercapai.
Tabel 1. Manfaat Swakelola Sampah
di Sukunan dan Gondolayu Lor dalam Public Health Sector
Public health
Sukunan Gondolayu Lor
sector
Lingkungan yang “... tumpukan sampah sudah ”...dengan melaksanakan
bersih dan sehat tidak ada lagi di tempat kami, swakelola sampah, lingkungan
lingkungan semakin bersih dan rumah warga semakin bersih,
indah ...” (Responden 1) indah, dan asri....” (Responden
29)
Perubahan gaya ”...terjalin kerjasama untuk ”... masyarakat mau memisah-
hidup menciptakan lingkungan yang misahkan sampahnya ...”
bersih, sehat, dan nyaman...” (Responden 24)
(Responden 3)
Terciptanya sistem ”...tercipanya pola pengelolaan “...Gondolayu ini dapat
pengelolaan sampah sampah yang menguntungkan dijadikan pilot projek bagi
berbasis masyarakat masyarakat ...” (Responden 3) daerah perkotaan yang lain ...”
(Responden 23)

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 5


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Mengurangi beban ”...Sukunan tidak lagi ”...memang Gondolayu telah


pemerintah menyisakan sampah untuk mengurai volume sampah yang
mengelola sampah dibuang ke tempat di buang ke tempat
pembuangan akhir semua pembuangan akhir Piyungan...”
sampah diolah sendiri oleh (Responden 23)
masyarakat...” (Responden 2)

Public health sector merupakan salah satu keuntungan yang diharapkan


dapat mempengaruhi pembuat kebijakan. Keuntungan berupa terciptanya
lingkungan yang bersih dan sehat merupakan bagian dari public health.
Lingkungan di Sukunan dan Gondolayu Lor bebas dari sampah. Tidak ada
tumpukan sampah yang membusuk di sudut-sudut rumah atau
pekarangan. Sampah anorganik yang berpotensi sebagai tempat
pembiakan vektor-vektor penyakit, seperti kaleng dan botol bekas, tidak
ditemukan. Lingkungan bersih, asri, dan nyaman. Lingkungan yang bersih
menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat. Salah satu perilaku hidup bersih yang dicanangkan
pemerintah adalah menjaga kebersihan lingkungan. Swakelola sampah
menjadi salah satu cara mewujudkan kondisi tersebut.
Perubahan gaya hidup sangat sulit dilakukan. Masyarakat yang sudah
terlanjur memiliki kebiasaan tidak sadar lingkungan akan sulit digerakkan
untuk peduli lingkungan. Butuh kesabaran dan usaha yang keras dalam
mengubah perilaku. Swakelola sampah memaksa masyarakat di dusun
Sukunan dan Gondolayu Lor untuk mengelola sampah. Mereka diajak
untuk konsekuen mengelola sampah sebagai wujud rasa tanggung
jawabnya sebagai anggota masyarakat. Masyarakat dusun tersebut
bekerja sama untuk mewujudkan tujuan swakelola sampah. Perilaku telah
menjadi gaya hidup di dua dusun tersebut. Mereka memisahkan sampah
antara organik dengan anorganik. Sampah organik dikomposkan untuk
mendapat pupuk cair dan pupuk kompos. Sampah anorganik
dikelompokkan untuk dijual.
Swakelola sampah merupakan sistem pengelolaan berbasis masyarakat.
Dalam sistem ini, masyarakat diajak untuk mengelola sampah secara
mandiri dengan harapan dapat menjadi solusi penanganan permasalahan
sampah dan mengambil manfaat dari sampah. Sistem ini sangat efektif
karena mengatasi sampah sejak dari sumbernya. Apabila sistem ini
dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dapat dipastikan
permasalahan sampah akan teratasi dengan baik. Sampah tidak lagi
dibuang ke tempat pembuangan akhir. Hal tersebut merupakan salah satu
usaha untuk mengurangi beban pemerintah untuk mengelola sampah.
Tabel 2. Manfaat Swakelola Sampah
di Sukunan dan Gondolayu Lor dalam Psikologis
Psikologis Sukunan Gondolayu Lor
Prestasi yang Juara I Lomba Kreasi daur “...kami pernah mendapat
membanggakan Ulang Sampah Tingkat penghargaan KALPATARU
Nasional Tahun 2004 yang yang diberikan oleh Universitas
diselenggarakan Kementrian Gadjah Mada karena

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 6


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Lingkungan Hidup kebersihan daerah pinggiran


berkerjasama dengan kali Code...” (Responden 24)
Kementrian Pemberdayaan
Perempuan (Observasi)
Kepuasan batin “...tumbuh kepuasaan “ ...kami puas dan senang
mengelola sampah sejak dari kerena telah berhasil mengelola
rumah tangga secara sampah...” (Responden 26)
konsekuen ...” (Jamharris,
2005)
Peningkatan kualitas ”...masyarakat dapat ”...lingkungan rumah warga
hidup menjalankan kehidupannya semakin bersih, indah, dan asri.
secara berkualitas karena Tanaman-tanaman menjadi
berada di lingkungan yang semakin subur karena pupuk
sehat...” (Responden 6) cair dari sampah...”
(Responden 29)

Prestasi pasti akan didapatkan ketika usaha maksimal telah dilakukan.


Prestasi akan menumbuhkan kebanggan. Kegigihan masyarakat Sukunan
dan Gondolayu Lor melaksanakan swakelola sampah ternyata telah
mendatangkan hasil yang tidak mengecewakan. Prestasi tersebut bukan
didapat secara mudah. Butuh usaha keras untuk melaksanakannya.
Gondolayu Lor memiliki prestasi yang berbeda dari Sukunan.
Penghargaan Gondolayu Lor merupakan salah satu pemacu daerah-
daerah di perkotaan untuk lebih peduli terhadap lingkungannya.
Kepuasan batin membuat seseorang menjadi bersemangat dan senang.
Produktivitas yang tinggi salah satunya didapatkan karena pelaku merasa
senang. Kepuasan memicu kreativitas. Masyarakat Sukunan dan
Gondolayu Lor merasa puas dengan hasil yang mereka dapatkan dari
mengelola sampah. Kepuasan mereka dapatkan ketika mereka berhasil
membuat dusun mereka bersih, asri, sehat, dan nyaman. Keberhasilan
tersebut memberikan peningkatan kualitas hidup mereka. Hidup menjadi
lebih tenang, nyaman, sehat sehingga aktivitas di lingkungan rumah
menjadi menyenangkan. Masyarakat merasa lebih betah di rumah. Ibu-ibu
tenang mengasuh anak-anak mereka karena lingkungan yang bersih akan
menghindarkan dari penyakit. Jiwa menjadi sehat karena lingkungan yang
bersih dan sehat.
Keuntungan dalam bidang sosial-ekonomi tidak dapat disangkal menjadi
motivasi utama bagi siapa saja. Perekonomian memiliki peranan besar
untuk menggerakkan masyarakat. Masyarakat Indonesia yang rata-rata
memiliki kamampuan ekonomi menengah ke bawah tentu akan mudah
menerima masukan yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi
mereka.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 7


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Tabel 3. Manfaat Swakelola Sampah di Sukunan dan Gondolayu Lor


dalam Sosial-Ekonomi
Sosial-Ekonomi Sukunan Gondolayu Lor
Keringanan biaya ”...di tempat lain, dalam setiap ”...warga di sini sekarang lebih
retribusi bulannya pasti dipungut biaya ringan beban retribusinya,
Rp 3.000–Rp 10.000 maka dahulu satu KK bisa membayar
orang dusun Sukunan justru Rp 5.000 – 10.000 sekarang
bisa menghemat Rp 7.560.000 tinggal membayar sekitar Rp
setiap tahun...” (Responden 17) 3.000 ...” (Responden 33)
Membuka lapangan 1. Upah angkut Biaya administrasi yang
kerja sampah/bulannya/orang diberikan oleh orang atau
antara Rp 25.000–Rp 50.000 instansi yang berkunjung atau
(tergantung luas wilayah) studi banding ke sana diberikan
2. Upah sortir dan sebagian untuk warga yang
pengepakan/orang/hari Rp menemani tamu berkeliling atau
15.000 memberi keterangan
3. Pesanan drum atau alat (observasi).
swakelola dari daerah lain
upah/orang/hari Rp 25.000
4. Tas kerajinan dari sampah
berbahan alumunium foil
dibuat oleh ibu-ibu dan dijual
dengan harga Rp 5.000–Rp
75.000.
5. Biaya administrasi dari orang
atau instansi yang studi
banding ke sana diberikan
sebagian untuk warga yang
menemani tamu berkeliling
atau memberi keterangan

Penjualan hasil Pupuk hasil pengomposan ”...Pupuk cair dijual seharga Rp


sampah dijual per kemasan 1 kg Rp 5.000 satu botol aqua 600 ml.
2.000. Penjualan dari Mei 2004- pupuk ini banyak dicari penjual
Desember 2005 mencapai Rp lombok dan buah karena
555.800 (observasi) katanya menambah cerah
warna...” (Responden 25)
Penjualan tas kerajinan antara
Rp 5.000–Rp 75.000 (observa- Biaya administrasi yang
si) diberikan oleh orang atau
instansi yang berkunjung atau
Biaya administrasi yang diberi- studi banding ke sana
kan oleh orang atau instansi
yang berkunjung atau studi ” ...nanti cuma mengisi kas
banding ke sana (observasi) seiklasnya ...” (Responden 25)

Penjualan sampah dari Agustus


2004–Oktober 2005 mencapai
Rp 1.891.150. Penjualan sam-
pai Maret 2006 Rp 438.850.
(observasi)

”...pendapatan dari penjualan


sampah pernah sampai menca-

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 8


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

pai lebih dari Rp 500.000 satu


bulannya ...” (Responden 3)

Mendapat pesanan drum pen-


golahan sampah sejumlah 36
buah dari Magelang @ Rp
135.000 (Observasi)

Penjualan pot hasil olahan


sampah steroform dijual Rp
5.000/buah (Observasi)
Pengurangan ”...efisiensi pengeluaran rumah ”...warga tidak pelu lagi
pengeluaran pokok tangga mengingat kompos membeli pupuk untuk memupuk
untuk pupuk yang dihasilkan di setiap rumah tanaman hias mereka...”
dapat dimanfaatkan untuk (Responden 30)
pupuk bagi tanaman sawah
ataupun pekarangan...”
(Jamharris, 2005)

Penambahan ”...warga memiliki kekayaan ”...uang yang masuk kas warga


invetaris dusun berupa meja kursi, tenda, digunakan untuk pembelian
sound system, dll yang dibeli bakteri aktivasi pengomposan,
dari kas Rukun Warga hasil pemeliharaan barang dan untuk
swakelola sampah ...” kegiatan masyarakat...”
(Responden 10) (Responden 27)

Keuntungan ekonomi yang didapat masyarakat merupakan motivasi


terbesar melaksanakan swakelola. Pemerintah memberi penghargaan
kepada daerah swakelola sampah dengan cara pengurangan atau
pembebasan biaya retribusi. Dusun Sukunan dibebaskan dari biaya
retribusi. Pemda Sleman berharap dengan penghargaan ini banyak
daerah yang akan mengikuti jejak Sukunan melaksanakan swakelola
sampah. Pemda Kota Yogyakarta tidak dapat membebaskan biaya
retribusi sepenuhnya untuk Gondolayu Lor. Apresiasi diberikan dengan
mengurangi biaya retribusi sebesar kurang-lebih 50 persen. Pertimbangan
pemerintah tidak dapat membebaskan biaya retribusi. Hal tersebut karena
pendapatan daerah dari retribusi sampah tetap dibutuhkan untuk
pemeliharaan kebersihan dan keindahan jalan raya. Walaupun begitu,
masyarakat tetap merasa diuntungkan.
Keuntungan secara sosial-ekomomi karena swakelola dapat membuka
lapangan kerja. Sukunan dengan unit usahanya memberikan kontribusi
yang bagus bagi masyarakat. Warga yang tidak memiliki pekerjaan tetap
diberi tawaran untuk membantu petugas mengelola sampah. Masyarakat
mendapatkan imbalan berupa uang atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Hal tersebut membuat mereka lebih bersemangat melakukan kegiatan
sosial dari pada tidak ada penghargaan apa-apan.
Pendapatan Gondolayu Lor tidak sebanyak Sukunan. Sumber dan jumlah
pendapatan yang berbeda antara Sukunan dan Gondolayu Lor
membuktikan bahwa organisasi yang dapat mempertahankan konsistensi

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 9


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

dan mengembangkan kegiatannya, produktivitasnya akan lebih besar.


Organisasi harus ditangani secara serius dan profesional sesuai
kapasitasnya. Gondolayu Lor apabila berkeinginan untuk
mengembangkan kegiatannya tentunya akan dapat menyamai Sukunan.
Potensi yang besar sebagai daerah perkotaan dan akses yang luas
dijajaran pemerintahan akan sangat membantu kesuksesan Gondolayu
Lor.
Keuntungan yang diperoleh Sukunan dan Gondolayu Lor memberikan
semangat dan motivasi kepada masyarakat setempat untuk tetap
konsisten dan berusaha mengembangkan pengelolaan sampah.
Akibatnya sampai sekarang keberadaan daerah tersebut tetap menjadi
percontohan dan tujuan studi banding daerah lain yang ingin mengadopsi
metode swakelola sampah. Sukunan sebagai percontohan daerah
pedesaan sedangkan Gondolayu sebagai percontohan daerah perkotaan.
Manfaat yang diperoleh dari mengelola sampah apabila diketahui dan
disadari oleh masyarakat luas pastilah banyak yang tergerak untuk
mengikuti jejak kedua daerah tersebut. Tidak dapat diingkari bahwa
keuntungan apapun wujudnya tetap menjadi motivasi utama seseorang
untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Teori pengharapan yang mendasari
penerapan menajemen swakelola sampah di daerah tersebut terbukti
efektif melanggengkan kegiatan apalagi setelah terbukti apa yang
diharapakan dapat tercapai.
Di samping manfaat untuk masyarakat, pemerintah juga mendapat
keuntungan dari pelaksanaan swakelola sampah apabila dilaksanakan
secara bersama-sama seluruh masyarakat. Pemerintah dapat menghemat
biaya operasional pengolahan sampah yang bernilai miliaran rupiah. Uang
hasil penghematan terebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan rakyat lainnya.

2. Partisipasi Masyarakat dalam Swakelola Sampah

Partisipasi masyarakat Sukunan dan Gondolayu Lor dalam swakelola


sampah dilihat dari perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
kegiatan swakelola sampah. Partisipasi masyarakat dinilai dari
mekanisme pelaksanaan manajemen swakelola sampah di kedua daerah
tersebut. Mekanisme pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan
diharapkan melibatkan seluruh masyarakat. Swakelola sampah pada
dasarnya merupakan kegiatan sosial kemasyarakatan. Swakelola sampah
juga diterapkan dalam masyarakat. Karena dua hal tersebut, keberhasilan
partisipasi masyarakat dalam swakelola sampah dilihat dari seberapa
besar keterlibatan masyarakat dalam kegiatan tersebut.
Pelaksanaan partisipasi masyarakat di Sukunan dapat merupakan suatu
strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Warga Sukunan
diajak untuk ikut serta merencanakan, mengambil keputusan, dan
melaksanakan swakelola sampah. Karena sejak dari awal warga terlibat

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 10


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

dalam setiap tahapan kegiatan, maka timbulah kredibilitas terhadap


keputusan untuk melaksanakan swakelola sampah tersebut. Hal itu
secara tidak langsung ikut memperpanjang umur kegiatan. Keberhasilan
partisipasi di Sukunan ini, sesuai yang dikatakan Setiawan (2006)
disebabkan karena yang memiliki inisiatif dan memprakarsai adalah
warga, tujuan diperuntukkan untuk kepentingan warga, dan yang
terpenting adalah kegiatan dilakukan dengan kerja sama yang baik antara
warga.
Partisipasi masyarakat Gondolayu Lor lebih terlihat sebagai suatu
kebijakan. Sejak dari awal kegiatan masyarakat diajak untuk
melaksanakan swakelola sampah tanpa sebelumnya terlibat dalam
pengambilan keputusan. Bahkan warga tidak diberi penawaran untuk
menolak ataupun menerima keputusan, tiba-tiba saja warga disuruh
melaksanakan program yang telah diajukan ketua Rukun Warga dan
disetujui Dinas Kebersihan, Keindahan, dan Pemakaman (sekarang Dinas
Lingkungan Hidup) (top to down). Hal ini dapat terjadi karena partisipasi
warga dalam melaksanakan swakelola sampah ini seolah-olah merupakan
kebijakan pemerintah yang harus dilaksanakan warga karena merupakan
suatu proyek pembangunan yang melibatkan warga seperti kebanyakan
program pembangunan lainnya.
Tabel 4. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
di Sukunan dan Gondolayu Lor
Tahap Bentuk Mekanisme
Pengelolaan Kegiatan Sukunan Gondolayu Lor
Perencanaan Penyusunan/ Pengajuan alternatif Ketua Rukun Warga
pengesahan perencanaan kepada mangajukan alternatif
pengurus dusun kegiatan kepada Dinas
(bottom up). Kebersihan, Keindahan,
dan Pemakaman
Pengambilan Diputuskan lewat Setelah mendapat
keputusan pertemuan pengurus persetujuan dari Dinas
melaksanakan dusun untuk Kebersihan, Keindahan,
kegiatan dilaksanakan dan Pemakaman baru
disosialisasikan ke
pengurus Rukun Tetangga
dan Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga
(top to down) untuk
dilaksanakan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 11


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Pemanfaatan Penyusunan Dikoordinasikan dalam Dirumuskan oleh ketua


program rapat untuk menyusun Rukun Warga baru
program dusun sesui kemudian dikoordinasikan
teori swakelola dalam rapat pengurus
Rukun Warga
Sosialisasi Rapat, saresehan, Rapat dan pertemuan
dan pertemuan warga, warga
pemberian partisipasi pengurus
contoh
Edukasi Kunjungan ke tempat Kunjungan ke Sukunan,
pembuangan akhir pelatihan pengomposan
Piyungan, saresehan oleh penyuluh pertanian
bersama dan
penyuluhan,
bimbingan dari
Poltekes, lomba untuk
anak-anak
Persiapan Stimulus dari Stimulus dari Dinas
Australian Consortium Kebersihan, Keindahan,
for in Country dan Pemakaman (sekarang
Indonesian Study (Lea Dinas Lingkungan Hidup),
Jelinex), dilaksanakan dilaksanakan dengan
dengan Partisipasi partisipasi langsung
langsung dan gotong
royong
Pelaksanaan Partisipasi langsung Partisipasi langsung
Pengendalian Pengawasan Dilakukan Langsung Pengawasan oleh kader
kegiatan dan oleh pengurus dan pelaporan oleh warga
Penertiban secara langsung kepada
ketua Rukun Warga
Pelaporan Forum resmi dan Laporan kepada Dinas
kegiatan dan pelaporan terhadap Kebersihan, Keindahan,
Pertanggung- Australian Consortium dan Pemakaman (sekarang
jawaban for in Country Dinas Lingkungan Hidup)
Indonesian Study
Komplain/ Pelaporan kepada Pelaporan kepada
pengaduan pengurus pengurus
Penolakan Tidak melaksanakan Protes dan tidak
melaksanakan kegiatan
Evaluasi Pertemuan rutin Pertemuan rutin
Sukunan Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga

Partisipasi masyarakat Sukunan dan Gondolayu telah memenuhi ciri-ciri


inovasi masyarakat. Masyarakat segala lapisan telah memiliki
pengetahuan tentang potensi diri mereka sebagai masyarakat.
Masyarakat dapat melakukan kegiatan secara kolektif dengan cara
bekerja sama dan seoptimal mungkin memanfaatkan sumber daya
mereka. Masyarakat yang menganggur diberi kesempatan untuk bekerja.
Efektivitas tersebut memiliki banyak keuntungan. Dengan berkurangnya
pengangguran, masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup mereka,
kerusuhan dan keresahan semakin berkurang. Mereka sama-sama telah
menetapkan metode, alat dan teknologi yang tepat untuk sebagai wujud

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 12


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

kreativitas mereka. Keberhasilan mereka untuk konsisten melaksanakan


swakelola menunjukkan komitmen mereka. Inisiatif untuk melaksanakan
swakelola sampah merupakan kontribusi masyarakat untuk mengatasi
permasalahan lingkungan meraka. Kegiatan swakelola sampah memiliki
tujuan jangka panjang mengatasi permasalahan lingkungan global.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

a. Sejarah komunitas
Sukunan memiliki masalah yang hendak dipecahkan bersama. Masalah
tersebut memberikan semangat untuk bekerja dan berjuang. Dengan
melihat sejarah masa lalu, warga Sukunan merasakan begitu besar
manfaat yang didapat setelah masalah tersebut terselesaikan. Hal
tersebut dapat diyakini sebagai pondasi yang kokoh bagi
keberlangsungan organisasi swakelola sampah di Sukunan. Bukti dapat
dilihat dari konsistensi Sukunan yang telah memasuki tahun ke-4
melaksanakan swakelola sampah. Bukti lain adalah adanya prestasi yang
diperoleh sampai sekarang ini. Untuk mengerti bagaimana manajemen
dijalankan, pemikiran dapat di arahkan untuk mengamati beberapa hal.
Pengamatan pada keinginan untuk mengerti tentang sesuatu yang terjadi
sekarang, pengamatan pada keinginan untuk mencoba dan pengamatan
pada kemampuan memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa
datang.
Sejarah komunitas Gondolayu Lor sedikit berbeda dengan Sukunan.
Semangat untuk maju dan mendapatkan prestasi menjadikan daerah ini
mudah menjalankan suatu kegiatan. Motivasi untuk mendapatkan
pengahargaan dan berprestasi menjadikan seseorang bekerja optimal
dalam menjalankan kewajibannya14. Kelemahan dibandingkan Sukunan
adalah akan menurunnya semangat warga apabila tujuan sudah dicapai.
Hal buruk tersebut dapat dicegah dengan niat yang kuat, keuntungan
yang menjanjikan, atau adanya inovasi yang terus menerus. Sejarah
masing-masing komunitas menjadi kriteria sosial bagi masyarakat daerah
tersebut untuk menyamakan perbedaan karakteristik, cara pandang dan
langkah dalam mencapai suatu tujuan15.
b. Perasaan memiliki
Perasaan memiliki mengambil peranan penting dalam mengukur
partisipasi masyarakat. Perasaan memiliki dapat diukur dari keangotaan
atau keterlibatan dalam suatu kegiatan untuk bersama-sama memenuhi
kebutuhan atau kepuasan8. Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
sekarang ada 85 persen (dari 397 KK) warga Gondolayu Lor dan 100
persen (dari 210 KK) warga Sukunan, maka dapat dikatakan bahwa
partisipasi warga tinggi dalam swakelola sampah. Tingginya peran serta
masyarakat menunjukkan bahwa mereka punya kesadaran untuk ikut
serta dalam kegiatan swakelola sampah. Bahkan di Sukunan yang pada
awal kegiatan 85 persen sekarang telah meningkat menjadi 100 persen

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 13


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

menjadi bukti adanya kepuasan, keuntungan ataupun manfaat yang


disadari oleh warga setelah melaksanakan swakelola. Orang berfikir
tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak14.
Kegiatan swakelola ini adalah kegiatan yang sifatnya partisipatif. Seluruh
tahapan kegiatan diupayakan untuk menyerap aspirasi dan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat yang ikut dilibatkan akan
memberikan perasaan dihargai pada diri mereka. Perasaan tersebut akan
menumbuhkan sikap memiliki pada setiap anggota masyarakat. Ketika
seluruh level masyarakat dilibatkan tanpa membedakan, masyarakat akan
melaksanakan seluruh kegiatan dengan loyal. Partisipasi masyarakat
akan terlaksanan dengan baik ketika tidak ada diskriminasi pada
anggotanya16.
c. Permasalahan internal
Sukunan dan Gondolayu Lor adalah komunitas yang memiliki organisasi
swakelola sampah. Organisasi tidak dapat lepas dari permasalahan.
Masyarakat berasal latar belakang yang berbeda. Masalah komunikasi
adalah permasalahan yang biasa terjadi. Wilayah yang terlalu luas,
ketidakpedulian pada lingkungan, sifat individual, dan kesibukan dapat
menjadi faktor penentu tidak sampainya suatu informasi. Adanya
perbedaan kepentingan dalam setiap bagian dalam struktur organisasi
dapat pula menjadi pemicu terjadinya permasalahan. Struktur organisasi
Sukunan yang kompleks memungkinkan untuk timbul permasalahan,
sedangkan keterlibatan dan otoritas ketua Rukun Warga terhadap
swakelola sampah yang sebenarnya merupakan wewenang Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga ternyata terbukti memicu resahnya para
pengurus Pembinaan Kesejahteraan Keluarga sendiri.
Permasalahan antara pribadi menjadi sangat wajar karena perbedaan
latar belakang budaya, sosio-ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan17.
Sukunan dan Gondolayu Lor merupakan daerah dengan heterogenitas
masyarakatnya. Hal tersebut menjadikan wajar apabila timbul
permasalahan. Permasalahan yang paling sering terjadi di kedua daerah
tersebut adalah perbedaan kepentingan dan pemahaman antara individu.
Seluruh permasalahan dapat diatasi apabila dipandang secara positif
sehingga dapat menjadi pemicu semangat bagi para pemimpin untuk lebih
memajukan organisasi.
d. Kepemimpinan
Penekanan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh masing-masing
pemimpin di Sukunan dan di Gondolayu Lor mengikuti pendekatan
situasional (contingency). Pemimpin Sukunan lebih ke arah coach yang
lebih mementingkan hubungan pribadi yang baik. Gaya kepemimpinan
yang dipilih dinilai tepat karena pemimpin Sukunan yang merupakan
pendatang tersebut harus melakukan pendekatan yang personal apabila
ingin diterima dalam masyarakat. Pemimpin Sukunan akan mendapatkan
kesan menggurui dan sok apabila dia sebagai seorang berpendidikan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 14


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

memperlakukan tetangga barunya dengan pendekatan yang salah.


Pendekatan yang salah misalnya yaitu dengan gaya kepemimpinan
expert yang cenderung terlihat menggurui karena merasa lebih bisa
dibanding warga yang lain. Apalagi Sukunan merupakan daerah
pedesaan yang masyarakatnya lebih akrab dan bertegang rasa. Pemimpin
Gondolayu Lor juga telah memilih gaya kepemimpinan yang tepat apabila
dipandang dari pendekatan contingency karena kondisi masyarakat
Gondolayu Lor yang rata-rata berpendidikan rendah tetapi telah
terpengaruh gaya hidup orang perkotaan yang lebih individual, kritis dan
realistis dalam menerima hal yang baru. Konsep baru seperti swakelola
apabila ingin diterima dalam masyarakat perkotaan memang harus dapat
menunjukkan manfaat, efektivitas, dan efisiensinya, karena bila tidak akan
membuat masyarakat perkotaan tergerak untuk melaksanakannya dengan
alasan kesibukan, merepotkan, dan alasan lainnya.
Proses kepemimpinan di Sukunan dan Gondolayu Lor merupakan suatu
hubungan manusiawi yaitu meliputi cara seseorang pemimpin dalam
memperlakukan orang yang dipimpinnya14. Tipe kepemimpinan di
Sukunan berupa transfer ilmu dari seorang pemimpin kepada
pengikutnya, yang kemudian pengikut tersebut menjalankan menurut
kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan
ataupun kelompok kecil dengan pantauan pemimpin. Pemimpin
menempatkan diri sebagai simbol dan penasihat. Tipe kepemimpinan
tersebut menurut merupakan tipe kepemimpinan kendali bebas yang
memiliki sifat pengendalian keputusan yang kooperatif, partisipasi
pemimpin sangat minim14. Pemimpin menyediakan bahan dan ide, dan dia
akan memberikan keterangan apabila diinginkan. Tipe kepemimpinan
yang dijalankan di Gondolayu Lor berbeda dengan Sukunan yaitu
diterapkannya sistem kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan tersebut
menempatkan pemimpin sebagai pusat semua keputusan dan kebijakan.
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas
pengikutnya adalah menuruti dan melaksanakan keputusan, perintah, dan
bahkan kehendak dari pemimpin14. Pemimpin di Gondolayu Lor
menempatkan dirinya sebagai center semua kegiatan. Kepemimpinan
tersebut merupakan kepemimpinan tipe otoriter.
e. Organisasi perantara
Peranan organisasi perantara sangat penting dalam kemajuan suatu
organisasi, terutama organisasi sosial kemasyarakatan. Peranan
organisasi perantara ini disebut sebagai kemitraan atau partnership.
Kemitraan dapat dilakukan dengan pemerintah, swasta, atau LSM. Seperti
yang dilakukan oleh Sukunan dengan Australian Consortium for in
Country Indonesian Study dan Peri Urban Development in South East
Asia atau Gondolayu Lor yang menjalin kemitraan dengan Dinas
Kebersihan, Keindahan, dan Pemakaman (sekarang Dinas Lingkungan
Hidup) dan Environmental Services Program -USAID. Dengan adanya
lembaga yang mendanai maka kegiatan dapat berlangsung. Pemahaman

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 15


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

tentang organisasi perantara dapat dijelaskan dengan fungsi kontrol dan


penengah. Kreativitas dalam mencari dana dukungan dari luar, telah
menunjukkan bahwa mereka dapat bekerja sama dengan pihak lain.
Kemitraan menjadi salah satu ukuran inovasi masyarakat yang telah
dilakukan Sukunan dan Gondolayu Lor.
Australian Consortium for in Country Indonesian Study, Peri Urban
Development in South East Asia, dan Environmental Services Program-
USAID merupakan organisasi yang menjalankan fungsi kontrol terhadap
pemerintah, melakukan mobilitas sumber daya dan menjalankan berbagai
kegiatan dari dan untuk masyarakat, yang dalam masyarakat-masyarakat
lain mungkin dijalankan oleh pemerintah atau Negara seperti yang
dilakukan Dinas Kebersihan, Keindahan, dan Pemakaman (sekarang
Dinas Lingkungan Hidup) di Gondolayu Lor. Dengan perkataan lain
organisasi perantara tersebut melakukan pelayanan terhadap masyarakat
secara swadaya. Dari pengertian organisasi perantara, Dinas Kebersihan,
Keindahan, dan Pemakaman (sekarang Dinas Lingkungan Hidup) bukan
termasuk di dalamnya. Apabila pemerintah kurang berfungsi, maka
organisasi perantara inilah yang mengambil peranan18.
f. Kondisi eksternal
Tidak ada satupun organisasi yang dapat berdiri sendiri. Terlepas dari
apakah organisasi tersebut termasuk organisasi yang berorientasi laba
atau nirlaba. Setiap organisasi tergantung pada lingkungan untuk dapat
bertahan. Lingkungan dapat memberikan pengaruh langsung ataupun
tidak langsung terhadap suatu organisasi19. Dukungan dana dari pihak luar
merupakan modal utama keberlangsungan organisasi swakelola di kedua
daerah tersebut. Peranan kebijakan pemerintah, dukungan fasilitator, dan
publikasi oleh media massa adalah faktor pendukung yang secara tidak
langsung menjaga semangat dan konsistensi kegiatan. Publikasi
membuat akses ke luar semakin luas. Hal tersebut karena banyak daerah
lain yang ingin belajar dan menerapkan konsep swakelola tersebut.
Secara otomatis apabila organisasi tersebut ingin tetap membuktikan
esistensinya maka dengan semakin dikenal dan dipercaya akan semakin
meningkat prestasinya.
Tabel 5. Faktor-faktor keberhasilan partisipasi masyarakat dalam
swakelola sampah di Sukunan dan Gondolayu Lor
Faktor yang
Sukunan Gondolayu Lor
Mempengaruhi
Sejarah Ada permasalahan sampah Keinginan untuk berprestasi
komunitas
Perasaan Masyarakat yang ikut Masyarakat yang ikut
memiliki berpartisipasi pada awal kegiatan berpartisipasi 85% sampai data
85%, sekarang 100% diambil akhir tahun 2006
Permasalahan Permasalahan antar pribadi  Permasalahan struktur
interen organisasi Pro dan kontra pada awal organisasi  Terjadi tumpang
kegiatan tindih kekuasaan
Permasalahan antar pribadi 

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 16


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Pro kontra pada awal kegiatan


Struktur Mata pencaharian sebagian besar Mata pencaharian sebagian
komunitas penduduk sebagai petani besar penduduk sebagai petan
Motivasi Menjaga kelestarian lingkungan Meningkatkan prestasi dusun
Kepemimpinan secara kolektif sehingga mendapat
penghargaan
Gaya Gaya kepemimpinan yang Gaya kepemimpinan yang lebih
kepemimpinan ditekankan adalah coach ditekankan adalah expert
(mementingkan hubungan pribadi (mementingkan pengalaman
yang baik) pribadi dan terampil)
Organisasi Australian Consortium for in Environmental Services
perantara Country Indonesian Study dan Program (di akhir tahun 2006)
Peri Urban Develpment in South
East Asia
Kondisi eksternal Respon positif, dukungan dan Respon positif, dukungan dan
fasilitas dari instansi pemerintah fasilitas dari instansi
ataupun di luar pemerintah pemerintah ataupun di luar
pemerintah

Kesimpulan dan Saran

Swakelola sampah merupakan kebijakan yang dibangun sendiri oleh


masyarakat. Kegiatan tersebut dapat menjadi solusi penanganan masalah
sampah di suatu wilayah. Manfaat yang dirasakan dalam swakelola
sampah menjadi daya tarik dalam menggerakkan partisipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat Sukunan merupakan strategi untuk mendapatkan
dukungan masyarakat, sedangkan partisipasi masyarakat Gondolayu Lor
merupakan suatu kebijakan. Keberhasilan menggerakkan masyarakat di
sektor kebijakan publik dipengaruhi oleh sejarah komunitas, perasaan
memiliki dari masyarakat, permasalahan intern organisasi, struktur
komunitas, kapasitas dan peran pemimpin lokal, organisasi perantara,
serta kondisi eksternal organisasi.

Daftar Pustaka

1. Slamet, J.S (2004) Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.
2. Tiwow, C.,Danang W., Darjamuni,Edison H. ,Edwi M., Edy I.,
Nurhasanah (2003) Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai Salah Satu
Upaya Mengatasi Problem Sampah di Perkotaan. Makalah Pengantar
Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor.
Tersedia dalam rudyct.tripod.com/sem2_023/kel6_sem2_023.htm.
<Diakses 10 Januari 2006>.
3. Elander, I., Eriksson, C., and Froding, K. (2006) Partnership for
Healthy Neighbourhoods, City Networking in Multilevel Context. Sixth
European Urban and Regional Studies Conference. 21-24 September.
Denmark.
4. Ruffini, F., Harry Boer, and Maarten J.Van.R. (2000) Organisation
Design in Operations Management. MCR University Press.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 17


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

International Journal Operations & Production Management. Vol 25.


No. 7. Pp 875.
5. Iswanto (2005) Sistem pengelolaan sampah produktif berbasis
masyarakat ala Sukunan. Departemen Kesehatan RI. Politeknik
Kesehatan Yogyakarta. Jurusan Kesehatan Lingkungan
6. UNEP-ICTE (2003) Innovative communities. Community Centered
Approaches To Sustainable Enveronmental Management. Urban
Enveronmental Management. United Nations Enveronmental
Programme. Devision Of Tecnology, Industry, and Economics.
7. Minkler and Wallerstein (1997) Improving Health Through Community
Organization and Community Building. Dalam Glanz, K. Frances, M.L.,
Barbara, K.R. Health Behavior and Health Education: Theory,
Research, and Practise. 2nd Ed. Jossey-Bass Publishers. San
Francisco.
8. Chavis, D.M., Hogge, J.H., McMillan, D.W., & Wandersman (1986)
Sense of Community Through Brunswick’s Lens: A First Look. Journal
Of Community Psychology. 14 (1), Pp 24-40.
9. Azizy, A.Q. (2003) Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan
Kehidupan Berdemokrasi di Indonesia. LEC Press. Jakarta.
10. Baum, F., Colin, M., and Danielle S. (2006) Participatory Action
Research. Journal of Epidemiology and Community Health. 60. 10. Pp
854-857.
11. Page, N. And Czuba (1999) Empowerment: What is It ?. Journal of
Extention. Vol. 37 (5). Pp 32.
12. Kuswartojo, Tj. (2003) Epilog: Inovasi, Partisipasi, dan Good
Governance. 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Dalam:
Sumarto, H.S. Inovasi. Partisipasi, dan Good Governance 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Penerbit Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
13. Setiawan, B. (2006, Agustus) Peran Serta Masyarakat dalam
Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Dipresentasikan dalam
Kursus Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Pusat Studi
Lingkungan Hidup. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
14. Rivai, V. (2004) Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Kedua.
Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
15. Macqueen, K., McLellan, David, Kegelas, Strauss, Scooti, Blanchart,
And Trotter (2001) What is community? An Evidence-Based Definition
for Participatory Public Health. American Journal of Public Health. Vol
91. No. 12. Pp. 1928-1938.
16. Haryadi (2004) Inovasi Manajemen Perkotaan. Kasus 19: Rencana
Pembentukan Ombudsaman Kota Bandung. Dalam: Sumarto, H.Sj.
Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance. 20 Prakasa Inovatif dan
Partisipatif di Indonesia . Yayasan Obor Indonesi. Hal. 402-406.
17. Medianingsih, S. (2005) Implementasi Kebijakan dan Kontrak Kerja
Pengelolaan Sampah di Pasar Kranggan Kota Yogyakarta 2005. Tesis.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 18


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Surahma Asti Mulasari, Haryono, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 4 July 2007 1st draft

Ilmu Kesehatan masyarakat. Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah


Mada. Yogyakarta
18. Rahardjo, M.D. (1994). Tiga Dasar Teori tentang LSM. Harian Umum
Republika. 9 November.
19. Winardi, J. (2003) Teori Organisasi dan Pengorganisasian. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 19


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

You might also like