Bab Vi Perencanaan Bangunan Utama

You might also like

Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 40

BAB VI

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

4.1 Tinggi Air Diatas Mercu Bendung


4.1.1

Rating Curve Sungai Sebelum Ada Bendung

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d46430100000000
000100fb290000000001000000180300000000000018030000010000006c0000000000000
0000000001a000000370000000000000000000000702f0000cd1b000020454d4600000100
180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d80000001
70100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a
00000010000000000000000000000009000000100000009b05000047030000250000000c0
000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001
000001000000d2ffffff0000000000000000000000009001000000000000044000224300610
06c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000
0000000000000000000000000000000000000000000000000000110040ae110010000000a
4b1110024af110052516032a4b111009cae1100100000000cb0110088b1110024516032a4b
111009cae11002000000049642f319cae1100a4b1110020000000fffffffffc02d300d0642f31f
fffffffffff0180ffff0180efff0180ffffffff0000010000080000000800004300000001000000000
000002c01000025000000372e90010000020f0502020204030204ef0200a07b20004000000
000000000009f00000000000000430061006c0069006200720000000000410e000064af110
0dee32e31e88d0832c4b21100d0ae11009c38273106000000010000000caf11000caf1100e8
7825310600000034af1100fc02d3006476000800000000250000000c000000010000002500
00000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c0000000000000254000
0005400000000000000000000001a000000370000000100000088870741d1450741000000
002c000000010000004c0000000400000000000000000000009a050000490300005000000
0200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff9c050
00048030000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000
000e000080250000000c0000000e0000800e0000001400000000000000100000001400000
00400000003010800050000000b0200000000050000000c0231010602040000002e011800
1c000000fb020600030000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000
000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004
000000020101001c000000fb02efff0000000000009001000000000440002243616c696272

6900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d01010004000
0002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a10000000010004
00000000000702310120320a00040000002d010000040000002d010000030000000000
Data-data :
- Kemiringan dasar sungai rata-rat (I) =0,004
- Jenis tanah pada lokasi bendung
= pasir kasar
- Koefisien kekasaran manning

(n) = 0,025

- Elevasi dasar sungai

= + 484.747 m

Menghitung A,P,R,V dan Q

Luas penampang basah (A)


Tg = 1/m

A = ( b + m*h ) *h
= ( 20+ 1*1 ) *1

m=1

= 21m2

Keliling penampang basah (P)

P = b + 2*h m2 + 1
= 20 + 2*1 12 + 1
= 22,828 m

Jari-jari hidraulis (R)

R=A/P
= 21/ 22,828 = 0,919 m

Kecepatan (V)

V = 1/n * R2/3 * I1/2


= (1/0,025) * 0,9192/3 * 0,0041/2
= 2,392 m/dt

Debit sungai (Q)

Q=A*V
= 21 * 2,392 = 50.236 m3/dt
untuk perhitungan selanjutnya ditabelkan !!

Elevasi
(m)
484.747
494.253
504.747
514.253
524.747
534.253
544.747
554.253
564.747
574.253
584.747
594.253
604.747

H
(m2)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

A
(m)
0
21
44
69
96
125
156
189
224
261
300
341
384

P
(m)
20
22.8284
25.6569
28.4853
31.3137
34.1421
36.9706
39.7990
42.6274
45.4559
48.2843
51.1127
53.9411

R
(m)
0
0.9199
1.7149
2.4223
3.0657
3.6612
4.2196
4.7489
5.2548
5.7418
6.2132
6.6715
7.1189

V
(m/dt)
0
2.3922
3.6311
4.5764
5.3588
6.0355
6.6377
7.1846
7.6889
8.1593
8.6022
9.0224
9.4234

Q
(m3/dt)
0
50.2363
159.7679
315.7710
514.4472
754.4404
1035.4866
1357.8972
1722.3146
2129.5825
2580.6709
3076.6312
3618.5675

Perhitungan ditabelkan sampai mencapai debit banjir rencana, Q100 = 200 m3/dt, maka
untuk mengetahui h diperoleh dengan interpolasi.
Menghitung kedalaman air (h)
Pada saaat Q = 200 m3/dt
h = 2+

( 200 159.767 )
*( 3 2 )
( 315.771 159.767)

= 2,257 m
4.1.2

Elevasi Mercu Bendung


Elevasi mercu bendung ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
o Elevasi sawah tertinggi

: + 600.740 m

o Tinggi genangan

: 0,10

o Kehilangan tekanan
- dari saluran tersier ke sawah: 0,10

- dari saluran induk ketersier : 0,10

- sepanjang saluran

: 0,15 m

- pada bangunan ukur

: 0,40 m

- pada bangunan pelimpah

: 0,15 m

- pada bangunan pengambilan

: 0,18 m

- untuk eksploitasi

: 0,10

- kemiringan saluran

: 0,117 m

total

: 1,297 m
o Elevasi dasar sungai dilokasi bendung

= + 484.747

m
o Elev bendung = Elev sawah tertinggi + total kehilangan
tekan
= 600.740 + 1,297 + 0,10
= 602.137 m
Jadi ketinggian mercu bendung = elev bendung-elev dasar sungai
P = 602.137 600.740 = 1.397 m
Diambil P ~ 1.4 m
Hd

P= 1.4 m
Hf

4.1.3

Lebar Bendung
Lebar bendung adalah jarak tembok pangkal satu dengan
tembok sisi lainnya.
Lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yang
telah dikurangi oleh tebal pilar.
Lebar efektif adalah lebar sebenarnya yang telah
diperhitungkan dengan koedisien pilar dan koefisien

konstraksi.
Rumus :
L = B - t
L = L 2 *( n.Kp + Ka ) *He
Dimana :
L = lebar bendung efektif (m)
L = lebar bendung sebenarnya (m)
N = jumlah pilar
Kp = koefisien konstraksi pilar
Ka = koefisien konstraksi dinding samping
He = tinggi tekanan total diatas mercu
B = lebar bendung
t = jumlah tebal pintu penguras
Pada setiap bendung terdapat banunan penguras yang berfungsi mengurangi
banyaknya bahan padat yang masuk pintu pengambilan. Bangunan penguras
biasanya diletakkan pada sisi tegak lurus as bendung, dengan maksud supaya air
yang mengalir melewati bangunan penguras sejajar dengan mercu bendung
,sehingga :
~ lebar bendung (B) = 20+ ( 2 * 2,257 ) = 24.514 m
~ direncanakan dipakai 2 pilar dengan tebal pilar @ 1m
~ lebar bendung sebenarnya
L = 24.514 2 *1 = 22.514 m
~ Harga koefisien Kp & Ka dilihat pada tabel 4.1 ( KP.02 hal-40 )
Kp = 0,01 ( untuk pilar berujung bulat )
Ka = 0,10 ( untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o
Kearah aliran dengan 0,5 Hi > r > 0,15 Hi )
~ lebar bendung efektif
L = L 2 *( n.Kp + Ka ) * He
= 22.514 2 * ( 2 *0,01 + 0,10 ) * He
= 22.514 0,24 He

4.1.4

Perhitungan Lebar Pintu Penguras


Beberapa pedoman yang dipakai dalam perencanaan
1. b = 0,5 * lebar bangunan utama
2. b = 1,5 m ( syarat minimum )
3. lebar pembilas ditambah tebal lebar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6
1/10 dari lebar bersih bendung , untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100
m ( KP. 02 hal-88 ).
Dalam perencanaan ini digunakan alternatif ketiga
b = 1/10 * 22.514 m = 2.2514 m

4.1.5

Perhitungan Tinggi Air Diatas Mercu


Bangunan ini direncanakan memakai mercu type Ogee, sehingga debit yang
melimpah diatas mercu ;
Q = C * L * He3/2
Dimana :
Q = debit rencana yang melewati mercu (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
L = lebar efektif bendung (m)
He = tinggi energi diatas mercu (m)

Harga C dipengaruhi beberapa faktor antara lain :


-

kedalam air disaluran hulu

tinggi mercu bendung dari dasar sungai

tinggi air diatas mercu bendung

kemiringan permukaan bendung dibagian hulu

tinggi muka air di bagian hilir

bentuk mercu bendung

Besarnya harga C dihitung dengan rumus ;


Hd
Cd = 2,2 0,0416

0, 99

C = 1,6 *

1 + 2a ( He / Hd )
1 + a ( He / Hd )

dimana :
Cd = koefisien debit pada saat He=Hd
Hd = tinggi tekan rencana diatas mercu (m)
P = tinggi bendung
C = koefisien pengaliran
a = konstanta yang didapat pada saat He=Hd dan Cd=C
dari persamaan diatas harga konstanta a bisa dihitung ;
1 + 2a ( He / Hd )
Hd
1,6 *
= 2,2 0,0416

1 + a ( He / Hd )
P

0 , 99

0,6 0,0416 ( Hd / P )
a=
0 , 99
1 + 0,0416 ( Hd / P )

0 , 99

dari rumus debit :


Q = C * L * He3/2
Q

He =
C* L

2/3

Q direncanakan dengan kala ulang 100 th dan ditentukan sebesar 200 m3/dt,
dengan asumsi He=Hd dan C=Cd, maka;
Q
Hd =

C*L

2/3

dimana; L = 22.514 - 0,24 He

dengan trial and error diperoleh nilai Cd = 2,185 dan He = 2,424


sehingga untuk masing-masing nilai He bisa dihitung nilai C dan Q

Elevasi

He

(m)

(m)

484

L
(m)

2.20

22.51

Q
(m3/dt
k)
0.0

494
504
514
524
534
544
554
564
574
584
594
604
614

4.1.6

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14

2.17
2.14
2.11
2.08
2.05
2.02
2.00
1.97
1.94
1.91
1.88
1.85
1.79

22.27
22.03
21.79
21.55
21.31
21.07
20.83
20.59
20.35
20.11
19.87
19.63
19.15

48.3
133.4
239.1
359.1
489.3
627.0
769.9
916.3
1064.8
1214.0
1363.0
1510.7
1799.5

Perhitungan Aliran Balik


Aliran balik adalah suatu bentuk aliran yang arahnya kehulu, diakibatkan oleh
adanya bendung di badan sungai.
Aliran balik ini dapat dihitung panjangnya mulai dari tubuh bendung sampai
kehulu.
Data-data :
~ Kemiringan dasar sungai (I) : 0,004
~ Kedalaman air banjir Q100 sebelum ada bendung : 2,123 m
~ Tinggi air banjir maksimum setelah pembendungan (He): 2,424 m
~ h = tinggi air diatas mercu + elev mercu elev sebelum pembendungan
= 2,424 + 1.4 2,123 = 1.701 m
Persamaan panjang aliran balik
x2 I 2
xI + h z = 0
4h
x 2 * 0,004 2
x * 0,004 + 1.701 0 = 0
4 * 1.701
2.351.10-6x2 - 0,004x + 1.701 = 0
diperoleh x = 3555,55 m
jadi jarak kurva aliran balik adalah 3555,55 m dari as bendung ke arah hulu.

x =3555,55 m

4.2

Desain Penampang Lintang Dan Lengkung Bendung


Bentuk mercu ini direncanakan menggunakan type Ogee, dengan bagian muka
tegak. Sedangkan bagian lengkung dari mercu bendung diberikan persamaan :
X n = k * Hd n 1 * Y (KP. 02 hal-46)
dimana :
x = jarak horisontal
y = jarak vertikal
Hd = tinggi tekan rencana
k

= tergantung pada kemiringan permukaan hilir (lihat KP. 02 hal-48)

= parameter

1, 776
= 1,873 Hd 0,776 y
sehingga persamaan lengkungnya x

X 1,776 = 1,873 * 2,4240,776 Y


y = 0,268 x1,776

Tabel perhitungan.
Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

X (m)
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000
6.500

Y (m)
0.078
0.268
0.551
0.918
1.364
1.886
2.480
3.143
3.875
4.672
5.534
6.458
7.445

Diket :
Tinggi mercu (y) = 1.4 m
Dengan interpolasi diperoleh ;
x = 2.5 +

(1.886 1.364) * 0,5


( 2.480 1.364)

= 2.73 m
lebar tubuh bendung = x + 0,282 Hd
= 2.73 + (0,282*2,424) = 3.41 m

Penampang lintang bagian muka :

R = 0,5 Hd

= 1,212

r = 0,2 Hd

= 0,485

x1 = 0,175 Hd = 0,424
x2 = 0,282 Hd = 0,683

Penampang lintang bagian belakang

Bagian belakang titik titik koordinatnya telah dihitung dengan persamaan Y= 0,268
X1,776
Untuk menentukan lengkung akhir, harus memenuhi syarat dy/dx = 0
Kemiringan dibawah ambang rencana 1:1, maka :
dy/dx = 0,286 * 1,776 X0,776

x 0,776 = 2,101 m
x

= 2,603 m

= 1,466 m

jadi batas akhir lengkung belakang adalah (x,y) : (2,603 ; 1,446)


4.3

Desain Kolam Olak (Peredam Energi)


Aliran air yang telah melewati mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang
sangat tinggi, dengan kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan berupa penggerusan
pada bagian belakang pelimpah. Sehingga menyebabkan terganggunya kestabilan
bendung tersebut.
Untuk menghindari hal itu, upaya untuk mengubah kondisi aliran superkritis
menjadi subkritis yaitu dengan jaln meredam energi aliran tersebut.
Untuk pemilihan tipenya digunakan bilangan Froude :
Fr =

V
g *d

dimana :
Fr = bilangan Froude
V = kecepatan aliran (m/dt)
g

= percepatan gravitasi (9,8 m2/dt)

= kedalaman air (m)

Hd
Hf
P= 1.4 m

Berdasarkan bilangan Froude, dapat dibuat pengelompokan berikut :

1. Untuk Fr 1,7 tidak diperlukan kolam olak. Pada saluran tanah bagian hilir harus
dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan
lindungan husus.
2. Bila 1,7 Fr 2,5 kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif.
Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik,
untuk penurunan muka air z < 1,5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3. Jika 2,5 Fr 4,5 maka akan timbul loncatan yang tidak terbentuk dengan baik,
dan akan timbul gelombang sampai jarak yang jauh dari saluran. Cara
mengatasinya adalah dengan mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan
froude ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok
halngnya, atau menambah intensitas psarannya dengan pemasangan blok depan
kolam. Blok ini harus berukuran besar (USBR tipe IV)
4. kalau Fr 4,5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis, karena kolam ini
pendek. Tipe ini termasuk USBR tipe III yang dilengkapi dengan blok depan dan
blok halang.
Kedalam air pada kaki belakang pelimpah diperoleh dengan persamaan energi
sepanjang suatu garis arus diantara tinggi air maksimum diatas mercu dan pada kaki
bendung pelimpah.
2

P + He = d1 +

V1
2g

dimana :
P = tinggi bendung (m)
He = ketinggian air maksimum diatas bendung (m)
d1 = kedalaman air pada kaki pelimpah (m)
V1 = kecepatan aliran rata-rata pada kaki belakng pelimpah pada saat Q100

Data-data :

P = 1.4 m
He = Hd = 2,424 m
Q100 = 200 m3/dt
L

= 21.93 m

Kecepatan air dihulu bendung :

A = L * (P + Hd)
= 21.93 * ( 1.4 + 2,424 )
= 74.422 m2
jadi ;
Q
Vo = A
= 200 / 74.422 = 2.687 m/dt

besarnya kecepatan aliran :

Q
V1 = L * d
200
= 21.93 * d 1 = 9.119 /d1
dari persamaan energi :
2

V
P + He = d1 + 1
2g
1.4 + 2,424 = d1 + (9.119*2 / 2*9,8 d12)
d3 3.393 d2 + 4.242 = 0
dengan trial and error diperoleh , d1 = 0,632 m
Kecepatan air pada penampang (V1)
9.119
V1 = 0,632 = 14.428 m/dt
Jadi ;

V1
14.428 2
=
2g
2 * 9,8 = 10.621 m
Tinggi Loncatan Air
Persamaan untuk menghitung tinggi loncatan air dapat digunakan persamaan
untuk kedalaman konjugasi
d2
= 1 / 2 1 + 8 Fr 2 1
d1
d2 =

( KP.02 hal-56 )

d1
1 + 8 Fr 2 1
2

dimana :
d1 = kedalaman air diawal loncat air (m)
d2 = kedalaman air diatas ambang ujung (m)
Fr = bilangan Froude
g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
tinggi loncatan air :

Fr =

V1
g *d
14.428

9,8 * 0,632 = 5.799

0,632
d2 = 2

1 + 8 * 5,799 2 1

= 5.415 m

jadi kedalaman air pada kolam olak adalah kecepatan penampang 2 (V2) adalah :

9.119
V2 = 5.415 = 1,684 m/dt
2

V2
1,684 2
=
2g
2 * 9,8 = 0,144 m

Maka :

sehingga persamaan energi pada penampang 2 adalah


2

V
P + He = d 2 + 2 + hf
2g
1.4 + 2,424 = 5.415 + 0,144 + hf
hf = 4,75 m
4.3.2 Elevasi Dasar Kolam Olakan .

Z
P= 1.4 m

Dimana :
D = H + 1,1*Z
H = 1,5 * d
= 1,5 * 2,424 = 3,636 m
Z = hf + V22/2g
= 4,75 + 0,144= 4,894 m

sehingga ; D = 3,636 + (1,1*4,894)


= 9,019 m
elevasi dasar kolam olak = elev mercu D
= 602.137 9,019
= 593.118 m
Untuk mendapatkan tipe kolam olak, harus berdasarkan bilangan Froude .
Dari nilai Fr = 5,799
Maka jenis kolam olak yang digunakan adalah USBR tipe III yang dilengkapi dengan
blok halang dan blok depan ( KP.02 hal-59 )
Untuk Fr = 5,799 diperoleh L/d2 = 4.049
Sedang d2 = 5.415 m
Maka L = 5.415 * 4.049 = 21.93 m 22 m
Desain Apron
Panjang dan tebal apron dibelakang serta didepan bendung direncanakan untuk
menahan gaya uplift pada kondisi serta mengurangi hidraulis.
Data-data :

Elevasi air dihulu pada saat banjir

= Elev mercu + Hd
= 602.137 + 2,424 = + 604.561 m

Elevasi air dihilir pada saat banjir

= Elev dasar kolam olak + d2


= 593.118 + 5.415 = + 598.533 m
maka H banjir = 604.561 598.533
= 6.028 m

Elevasi air normal di hulu = + 602.137 m

Elevasi air normal di hilir = + 593.118 m

Maka H normal = 602.137 593.118


= 9,019 m
Panjang Creep Line

Lv = 3,5 + (3*2) + 2,5 + (4*2) + 1 + 3,5 + (5*2) + 3,943


= 38,443 m
LH = 8 + 10 + 10,5
= 28,5 m
Harga mminimum angka rembesan clane (CL) untuk berbagai kondisi tanah (KP.02
hal-126) pada daerah rencana bendung. Untuk kondisi tanah pasir kasar CL= 5,0
sedangkan besarnya Z = 9,019m
Maka harga Creep line :

CL =

Lv + 1 / 3LH
Z

dimana :
CL = Angka rembesan line
Lv = jumlah panjang vertikal (m)
LH = jumlah panjang horisontal (m)
Z = beda tinggi muka air pada kondisi kering (m)

CL =

4.5

Lv + 1 / 3LH
Z
38,443 + 1 / 3 * 28,5
= 5,292
9,019
> 5 . OK!!

Desain Tinggi jagaan


Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah / bendung direncanakan untuk
menghindari adanya limpasan ombak maupun benda-benda padat yang terapung pada
aliran. Tinggi jagaan adalah jarak vertikal dari muka air sampai keujung dinding /
deleserle.
Perhitungan untuk memperoleh tinggi jagaan digunakan Rumus :
Fb = 0,6 + 0,037 * V * d1/3 ( Teknik bendungan Pak Sastro)

Dimana :
Fb = tinggi jagaan (m)
V = kecepatan aliran (m/dt)
d = kedalaman air (m)
4.5.1

Desain Jagaan Pada Kolam Olakan


Kecepatan aliran pada kolam Olak (V2)

V2 = 1,684 m/dt
d2 = 5.415 m
Fb2 = 0,6 + ( 0,037 * 1,684 * 5.4151/3 )
= 0,709 m
4.5.2

Tinggi Jagaan Pada Chute (Penampang I)


Kecepatan aliran pada penampang I (V1)

V1 = 14.428 m/dt
d1 = 0,632 m
Fb1 = 0,6 + ( 0,037 * 14.428 * 0,6321/3 )
= 1,058m
4.5.3

Tinggi Jagaan Pada Upstream Bendung


Kecepatan aliran pada upstream (V0)
Vo = 2.687 m/dt
Hd = 2,424 m
Fb1 = 0,6 + ( 0,037 * 2.687 * 2,4241/3 ) = = 0,733 m

Keterangan :
Pada pelaksanaan konstruksi tinggi jagaan pada hasil perhitungan biasanya diambil 2
kalinya untuk menjaga keamanan.
4.6

Desain Pintu Pengambilan


Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan

kesaluran primer. Ukuran dari pintu harus sesuai dengan debit rencana untuk saluran
irigasi.
4.6.1

Dimensi Pintu Pengambilan

Dapat dihitung dengan Rumus :


Q=V*A
=*b*a2gZ

(KP. 02 hal-84)

dimana :
Q = debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi (m3/dt)
= koefisien debit ( = 0,8 )
b = lebar bukaan (m)
a = tinggi jagaaan (m)
g = percepatan gravitasi ( 9,8 m/dt2)
Z = kehilangan tinggi energi pada bukaan ( = 0,15 m )
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar Sungai,
ambang direncana di atas dasar dengan ketentuan sebagai berikut :
-

0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau

1,0 m bila mengangkut pasir dan kerikil

1,50 m kalau sungai mengangkut bongkah batu

Data :
Kebutuhan air tanam

: 1,1/dt/Ha

Luas daerah irigasi

: 1901 Ha

Debit yang dibutuhkan : q * A * 1,2


: 1,1 * 1901 * 1,2
: 2.50932 m3/dt

: 0,8

tinggi bersih bukaan pintu direncanakan = 1m


lebar bersih bukaan dicari

Maka ;

.?

Q = 0,8 * b * 1 2*9,8*0,2
b = 2.509 / 0,8 * 1,980
b= 1 m
karena Qrenc > Qdbtkan ,maka b diambil =1,2 m

4.6.2 Elevasi Pintu Pengambilan


Elevasi pintu pengambilan direncanakan terletak sejajar elevasi mercu bendung
dikurangi dengan tinggi bukaan.
Elev pintu pengambilan = elev mercu tinggi bukaan
= 602.137 1,20
= 600.937 m
4.6.3 Kapasitas Bangunan Pengambilan
Berdasarkan data perencanaan yang ada, maka kapasitas bangunan pengambilan
direncanakan melebihi Qrencana yaitu direncanakan sebesar

Q = 1,9 m3/dt ,

dengan ;
Tinggi bersih bukaan = 1,0 m
Direncanakan 2 bukaan pintu , maka @ tingginya = 0,5 m
Dengan lebar bukaan = 1,2 m
Jadi lebar total pintu pengambilan = (1,2 *2) + 1
= 3,40 cm
4.7

Desain Pintu Pembilas


Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bendung banyak
mengandung atau membawa sedimen. Agar sedimen tidak masuk ke intake maka
perlu diadakan pembilasan. Dalam pembilasan ini sedimen yang mengendap di buang
kesungai utama, untuk melakukan pembilasan ini diperlukan bangunan pembilas.
4.7.1

Dimensi Pintu Pembilas

1. Kecepatan pembilasan
V = 1,5 * C * d

C = koefisien sedimen ( = 3,2 )


d = diameter maksimum sedimen ( =0,2 )
V = 1,5 * 3,2 * 0,2
= 2,147 m/dt
2. Kecepatan kritis dan kedalam kritis
Kedalaman kritis
hc =

q2
g

kecepatan kritis
Vc =

g * hc

Debit rencana permeter lebar


q = Q/L

(sub Bab 4.1.3)

q = 1,9 / 1,25 = 1,52 m3/dt/m


maka :
hc =

1,52
9,8 = 0,618 m

Vc = 9,8 * 0,618
= 2,46 m/dt > 2,147 m/dt . OK !!
3. Kemiringan lantai penguras
Untuk mempertahankan V= 2,46 m/dt
V = 1/n * R1/3 * S1/2
Pada saat R = hc maka V = Vc
Vc = Vg * hc
g * hc * n
S =

2/3
R

9,8 * 0,618 * 0,025


=
= 0,0435
0,547 2 / 3

4. Tinggi bukaan maksimum rencana

Dihitung pada keadaan Vc = 2,46 m/dt dengan Hd = 2,424 m

S= 0,0435
Desain Dimensi Kantong Lumpur
Pengertian kantong lumpur adalah sebagian dari bangunan utama atau
merupakan bangunan pelengkap yang mempunyai fungsi untuk mengendapkan
lumpur yang masuk kesaluran.
Kantong lumpur ditempatkan dibelakang intake kemudian hasil dari pembilasan
dibuang melalui saluran pembuang.
Langkah langkah perencanaan

Ukuran partikel rencana

Menentukan ukuran partikel rencana yang akan masuk kejaringan irigasi, kantong
lumpur mengendapkan fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus (0,06
0,07 mm)
Diperkirakan diameter sedimen 0,7m = 0,07 mm (KP.02 hal-136)
Sedimen ini terangkut oleh aliran sebagai sedimen layang.

Volume kantong lumpur / volume tampungan

Volume bahan layang yang harus diendapkan , dimisalkan 0,5 0/00 (permil) dari
volume air yng mengalir melalui kantong lumpur (KP.02 hal-136)
Debit pengambilan rencana Qn = 1,90 m3/dt. Jarak waktu pembersihan /pembilasan
kantong lumpur untuk tujuan dan perencanaan biasanya diambil dua minggu
(KP.02 hal-145)
V = 0,0005 * Qn * T
= 0,0005 * 1,90 * (2*7*24*3600)

= 1149,12 m3

Luas rata- rata perkiraan kantong lumpur

Membuat perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong lumpur dengan rumus :
LB =

Qn
W

dimana :
L = panjang kantong lumpur (m)
B = lebar rata-rata profil penampang (m)
Q = kebutuhan pengambilan rencana (m3/dt)
W = kecepatan endap partikel rencana (m/dt)
Untuk kecepatan endap (W) dapat dibaca dari Gbr. 7.4 (KP.02 hal-143)
-

diameter partikel (d) = 0,07 mm

faktor tekuk = 0,7 (untuk pasir alamiah)

dipakai suhu air 20o

berdasarkan data tersebut dari grafik 7.4 diperoleh kecepatan endap


w = 4 mm/dt
maka LB = Qn / w
= 1,90 / 0,004 = 475 m2
L
L/B > 8 , maka 396 / L > 8
L2 > 3800
L > 61,64 m
61,64 / B > 8
B < 7,705 m
Maka direncanakan :
L = 62 m
B = 7,5 m
L/B = 8,267 > 8 . OK!!
Kemiringan energi dikantong lumpur selama eksploitasi normar (in)

Biasanya nilai Vn diambil 0,4 m/dt agar partikel-partikel yang lebih besar tidak
langsung mengendap dihilir pengambilan ( hulu kantong lumpur).
Harga Ks dapat diambil 45 (KP.03 hal-40) untuk beton.
Luas penampang basah (A)
An =

Qn 1,90
=
Vn
0,4 = 4,75 m2

dengan lebar rata-rata (B) = 7,5 m


kedalaman air (hn) menjadi
hn =

An
B = 4,75 / 7,5 = 0,633 m

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4643010
0000000000100fb290000000001000000180300000000000018030000010000006
c00000000000000000000001a000000370000000000000000000000702f0000cd1b
000020454d46000001001803000012000000020000000000000000000000000000
00f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b03006
8430400160000000c000000180000000a000000100000000000000000000000090
00000100000009b05000047030000250000000c0000000e000080250000000c000
0000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff0
00000000000000000000000900100000000000004400022430061006c006900620
072006900000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000110040ae11001000000
0a4b1110024af110052516032a4b111009cae1100100000000cb0110088b1110024
516032a4b111009cae11002000000049642f319cae1100a4b1110020000000ffffffff
fc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff0180efff0180ffffffff00000100000800000008
00004300000001000000000000002c01000025000000372e90010000020f050202
0204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006
c0069006200720000000000410e000064af1100dee32e31e88d0832c4b21100d0ae
11009c38273106000000010000000caf11000caf1100e87825310600000034af1100
fc02d3006476000800000000250000000c00000001000000250000000c000000010
00000250000000c00000001000000180000000c000000000000025400000054000
00000000000000000001a000000370000000100000088870741d14507410000000
02c000000010000004c0000000400000000000000000000009a050000490300005

sehingga :
b = B-2 (m*hn)
= 7,5 2 (1*0,633)
= 5,734 m
keliling basah (Pn)
Pn = b + 2*hn 1+m2
= 5,734 + 2*0,633*2
= 7,524 m
jari-jari hidraulis (R)
Rn = An/Pn = 4,75/7,524 = 0,63 m

Sehingga :
Vn = k*R2/3*Sn12
Vn

Sn =
2/3
k *R

0,4

2/3
45 * 0,63

= 1,463.10-4

Kemiringan energi selama pembilasan (Ss)

Pada saat kantong lumpur dalam keadaan kosong, kecepatan rata-rat yang
diperlukan selama pembilasan untuk pasir kasar Vs = 1,5 m/dt. (KP.02 hal-146)
Debit untuk pembilasan :
Qs = 1,2 * Qn
= 1,2 * 1,90 = 2,28 m3/dt
Penampang basah pada saat pembilasan (As)
As =

Qs
Vs = 2,28 / 1,5 = 1,52 m2

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d4643010
0000000000100fb290000000001000000180300000000000018030000010000006
c00000000000000000000001a000000370000000000000000000000702f0000cd1b
000020454d46000001001803000012000000020000000000000000000000000000
00f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b03006
8430400160000000c000000180000000a000000100000000000000000000000090
00000100000009b05000047030000250000000c0000000e000080250000000c000
0000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff0
00000000000000000000000900100000000000004400022430061006c006900620
072006900000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000110040ae11001000000
0a4b1110024af110052516032a4b111009cae1100100000000cb0110088b1110024
516032a4b111009cae11002000000049642f319cae1100a4b1110020000000ffffffff
fc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff0180efff0180ffffffff00000100000800000008
00004300000001000000000000002c01000025000000372e90010000020f050202
0204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006
c0069006200720000000000410e000064af1100dee32e31e88d0832c4b21100d0ae
11009c38273106000000010000000caf11000caf1100e87825310600000034af1100
fc02d3006476000800000000250000000c00000001000000250000000c000000010
00000250000000c00000001000000180000000c000000000000025400000054000
00000000000000000001a000000370000000100000088870741d14507410000000

Lebar dasar (b) = 5,734 m


As = bs*hs
1,52 = 5,734 * hs
hs = 0,265 m
Jari-jari hidraulis (Rs) :
Rs =

As
Ps

1,52 *
= 5,734 + (2 * 0,265) = 0,2426 m
untuk pembilasan koefisien kekasaran adalah 40 (KP.03 hal-30), maka besarnya
kemiringan saluran pada saat pembilasan :
Vs = k * R2/3 * S1/2
Vs
Ss =
2/3
k*R

1,5

2/3
40 * 0,243 = 9,294.10-3
pada saat pembilasan harus diusahakan kecepatan alirannya dalam subkritis (Fr <

1) hal ini untuk menghindari gerusan pada saluran akibat kecepatan aliran.
Fr =
=

Vs
g * hs
1,5
9,8 * 0,265 = 0,93 < 1

. OK!

Tegangan geser kritis

cr = * g * hs * Ss
= 1000 * 9,8 * 0,265 * 9,294.10-3
= 24,136 N/m2

Panjang sand trap

volume sand trap yang diperlukan :


V = 1149 m3
Rumus volume sand trap :
V = (0,5*b*L) + 0,5 (Ss-Sn)*b*L2
= (0,5 * 5,734 L ) + 0,5 * ( 9,294.103-1,463.10-4)* 5,734 * L2
1149 - 2,867 L + 0,0224 L2 = 0

is= 9,294.10-3
L = 172 m
Gambar. Potongan memanjang kantong lumpur.

Dari persamaan diatas diperoleh :


L = 171,36 m 172 m

Pengecekan efisiensi

Efisiensi pengendapan partikel sedimen dapat dicek dengan menggunakan diagram


Camp.
Data-data :
L = 172 m
Hn = 0,633 m
Vn = 0,4 m/dt
Kecepatan endap rencana dapat disesuaikan :
hn
L
=
W Vn
W =

hn * Vn
L

= (0,633*0,4)/172 = 1,472.10-3 m/dt


Berdasarkan Gbr. 7.4 diperoleh nilai do = 0,046 mm
Farksi rencana 0,007 mm dengan kecepatan endap 0,004 m/dt
W = 0,004 m/dt
Wo = 0,001472 m/dt
Vo = 0,4 m/dt
W
0,004
=
Wo 0,001472 = 2,72
W 0,004
=
Vo
0,4 = 0,01
Dari grafik Camp diperoleh efisiensi = 0,94

STABILITAS BENDUNG

Bagian hulu bendung dibuat pada endapan sungai, karakteristik tanah diperkirakan
0
dari hasil tes laboratorium untuk endapan sungai berupa pasir diambil harga = 30 dan

kohesi C= 5 KN/m, permaebilitas adalah 10 m3/dt


Stabilitas bendung dapat dicek:

1. Selama debit sungai rendah, pada waktu muka air hulu hanya mencapi

elevasi

mercu + 602.137 m dan pada waktu bak atau kolam olak dikeringkan.
2. Selama terjadi banjir rencana.
tinggi ujung kolam olak dihilir terhadap dsar kolam olak = 0,603 m. Setelah mencari
jalur rembesan dan tekanan air, maka dapat ditentukan gaya-gaya yang bekerja pada
bendung:
- tekanan air

(W1 - W35)

- tekanan tanah

(S1 - S2)

- beban mati bendung

(G1 - G19)

Untuk mengetahui keamanan dari tubuh bendung harus diadakan analisa stabilitas.
Dalam analisa stabilitas bendung perlu dilakukan kontrol terhadap :
1. Stabilitas terhadap Guling
MT
Sf

MG
Keadaaan gempa
dengan :
Sf = angka keamanan
untuk kondisi normal Sf = 1,50
untuk kondisi ekstrim Sf = 1,25
MT = jumlah momen penahan (t.m)
MG = jumlah momen guling (t.m)
2. Stabilitas terhadap Geser
V
* f Sf

H
Keadaan gempa
dengan :
Sf = angka keamanan
f = koefisien geser (tg )
V = jumlah gaya vertikal (ton)
H = jumlah gaya horizontal (ton)
3. Stabilitas tehadap daya dukung tanah

M L L
e =

V 2 6

maka

max/ min =

3 * V
3 * ( L / 2 e) * L

dengan :
e = eksentrisitas akibat beban yang bekerja
M = MT MG (t.m)
V = jumlah gaya vertikal (ton)
L = panjang apron (m)
Gaya-gaya resultante adalah :
RV = -99,863 ton
RH = 64,769 ton
M = MV + MH
= -1512,302 + 292,649
= -1219,653 ton.m
garis tangkap (line of action) gaya resultante sekarang dapat ditentukan
sehubungan dengan titik Y.
H =

M H 292,649
=
= 4,518
RH
64,769

V =

M V 1512,302
=
= 15,144
RV
99,863

tekanan tanah dibawah bendung dapat dihitung sebagai berikut :


panjang telapak pondasi L= 20,5 m
eksentrisitas:

e=

L M L

2 RV 6

20,5 1219,653

< 1 / 6. * 20,5
2
99,863

= 1,963 < 3,417


bangunan aman terhadap bahaya guling selama terjadi ebit rendah.
Tekanan tanah

Rv 6 e
1
L
L

99,863 6 *1,963
1

20,5
20,5

maks = 7,670 t/m2


min = 2,072 t/m2
Daya dukung tanah yang diijinkan untuk pasir dan kerikil adalah 20 60 t/m2 ,
sehingga tanah OK.
Keamanan terhadap guling tanpa tekanan tanah pasif
Keamanan terhadap gelincir meliputi bagian tekana pasif diujung hilir konstruksi.
Karena perkembangan tekanan pasif memerlukan gerak, maka hanya separuh dari
tekanan yang benar-benar dihitung.
Juga, dengan mempertimbangkan gerusan yang mungkin terjadi sampai setengah
kedalaman pondasi, tekanan tanah pasif eP1 menjadi :
eP1 = 0,5 (s w) * g * 0,5h * tg2 (450 + /2)
= 0,5 * (1,8 1 ) * 10 * 0,5 * 3,943 * tg2 (450 + 30/2)
= 23,658 ton/m

Tekanan tanah pasif menjadi :

EP1 = 1/2 * (0,5h * eP1)


= 1/2 * (0,5 * 3,943 * 23,658) =23,321 ton
Tekanan tanah pasif juga berkembang pada koperan C-D,G-H,M-N,Q-R dan U-V
sebesar 3,06-3,79-5,38-6,29-7,20
Keamanan terhadap guling sekarang menjadi (dengan f=0,50)
S = f*

= 0,5 *

RV
RH EP1

99,863
62,841 49,378

= 3,709 > 2

. OK!

tanpa tekana tanah pasif, keamanan terhadap guling menjadi :


S = f*

RV
RH

= 0,5 * (99,863 / 62,841)


= 0,794

.OK!

Keamanan terhadap erosi bawah tanah (piping)


Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga keamanan terhadap erosi
tanah harus sekurang kurangnya 2, keamanan dapat dihitung dengan rumus
berikut :
S=

s (1 + a / s)
hs

dimana :
S = faktor tekanan (S=2)
s = kedalaman tanah (3,943 m)
a = tebal lapisan lindung (diandaikan 0 m)
hs = tekanan air pada titik 0 m (4,640 3,943 = 0,697 m)
keamanan terhadap erosi bawah tanah menjadi :
S=

3,943
= 5,657 2
0,697

OK!

Keamanan terhadap gempa.

Dari peta daerah daerah gempa, dapat dihitung koefisien gempa (lihat KP.06
Parameter Bangunan)
ad = a ( ac * z ) m
E=

ad
g

dimana :
ad = percepatan gempa rencana (cm/dt2)
n,m = koefisien jenis tanah (1,56 dan 0,89)
ac = percepatan gempa dasar (160 cm/dt2)
E = koefisien gempa
G = percepatan gravitasi (cm/dt2) = 10
Z = faktor yang bergantung pada letak geografis (0,56)
ad = 1,56 * ( 160 *0,56)0,899 = 85
E = 85 / 1000 = 0,085 < 0,10

ambil E = 0,10

Gaya horisontal tambahan kearah hilir adalah :


He = E * G
= 0,10 * 226,82 = 22,682 ton
Dan akan bekerja dari pusat gravitasiyang telah dihitung diatas Momen tambahan
yang dipakai adalah :
He * h = 22,682 * 4,518 = 102,477 ton.m
Jumlah momen sekarang menjadi :
M = - 1219,653 + 102,477 = - 1117,176 ton.m
Eksentrisitas (Guling)
e=

L M L

2 RV 6

= 10,25 1117,176 / 99,863


= 0,937 < 1,53

OK!

Tekanan tanah

Rv 6 e
1
L
L

= 6,207 ton/m2 < 20 ton/m2


Gelincir :

OK!

S= f*

= 0,5 *

RV
RH + H e EP

99,863
62,841 + 1,02 49,378

= 3,405 > 1,25 OK!

Gaya-gaya resultante adalah :


RV = -97,967 ton
RH = 91,606 ton
M = MV + MH
= -1458,605 + 539,405
= - 919,2 ton.m
garis tangkap (line of action) gaya resultante sekarang dapat ditentukan
sehubungan dengan titik Y.
H =

M H 539,405
=
= 5,888
RH
91,606

V =

M V 1458,605
=
= 14,889
RV
97,967

tekanan tanah dibawah bendung dapat dihitung sebagai berikut :


panjang telapak pondasi L= 20,5 m
eksentrisitas:
e=

L M L

2 RV 6

20,5 919,2

2
97,967

< 1 / 6. * 20,5

= 0,867 < 3,417


bangunan aman terhadap bahaya guling selama terjadi ebit rendah.
Tekanan tanah

Rv
L

6e
1
L

97,967 6 * 0,867
1

20,5
20,5

maks = 5,991 t/m2


min = 3,566 t/m2
Daya dukung tanah yang diijinkan untuk pasir dan kerikil adalah 20 60 t/m2 ,
sehingga tanah OK.
Keamanan terhadap guling tanpa tekanan tanah pasif
Keamanan terhadap gelincir meliputi bagian tekana pasif diujung hilir konstruksi.
Karena perkembangan tekanan pasif memerlukan gerak, maka hanya separuh dari
tekanan yang benar-benar dihitung.
Juga, dengan mempertimbangkan gerusan yang mungkin terjadi sampai setengah
kedalaman pondasi, tekanan tanah pasif eP1 menjadi :
eP1 = 0,5 (s w) * g * 0,5h * tg2 (450 + /2)
= 0,5 * (1,8 1 ) * 10 * 0,5 * 7,723 * tg2 (450 + 30/2)
= 46,338 ton/m
Tekanan tanah pasif menjadi :
EP1 = 1/2 * (0,5h * eP1)
= 1/2 * (0,5 * 3,943 * 46,338) = 45,678 ton
Tekanan tanah pasif juga berkembang pada koperan C-D,G-H,M-N,Q-R dan U-V
sebesar 2,35-2,91-3,57-4,47-5,53
Keamanan terhadap guling sekarang menjadi (dengan f=0,60)
S = f*

RV
RH EP1

= 0,6 *

97,967
91,606 64,508

= 2,169 > 2

. OK!

tanpa tekana tanah pasif, keamanan terhadap guling menjadi :


S = f*

RV
RH

= 0,6 * (97,967 / 91,606)


= 0,642

.OK!

Keamanan terhadap erosi bawah tanah (piping)


Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga keamanan terhadap erosi
tanah harus sekurang kurangnya 2, keamanan dapat dihitung dengan rumus
berikut :
S=

s (1 + a / s)
hs

dimana :
S = faktor tekanan (S=2)
s = kedalaman tanah (3,943 m)
a = tebal lapisan lindung (diandaikan 0 m)
hs = tekanan air pada titik 0 m (8,86 7,723 = 1,137 m)
keamanan terhadap erosi bawah tanah menjadi :
S=

3,943
= 3,468 2
1,137

OK!

Keamanan terhadap gempa.


Dari peta daerah daerah gempa, dapat dihitung koefisien gempa (lihat KP.06
Parameter Bangunan)
ad = a ( ac * z ) m
E=

ad
g

dimana :
ad = percepatan gempa rencana (cm/dt2)
n,m = koefisien jenis tanah (1,56 dan 0,89)

ac = percepatan gempa dasar (160 cm/dt2)


E = koefisien gempa
G = percepatan gravitasi (cm/dt2) = 10
Z = faktor yang bergantung pada letak geografis (0,56)
ad = 1,56 * ( 160 *0,56)0,899 = 85
E = 85 / 1000 = 0,085 < 0,10

ambil E = 0,10

Gaya horisontal tambahan kearah hilir adalah :


He = E * G
= 0,10 * 226,82 = 22,682 ton
Dan akan bekerja dari pusat gravitasiyang telah dihitung diatas Momen tambahan
yang dipakai adalah :
He * h = 22,682 * 5,888 = 133,55 ton.m
Jumlah momen sekarang menjadi :
M = - 919,20 + 133,55 = - 785,648 ton.m
Eksentrisitas (Guling)
e=

L M L

2 RV 6

= 10,25 785,648 / 97,967


= 2,23

OK!

Tekanan tanah

6e
1
L

Rv
L

= 7,90 ton/m2 < 20 ton/m2

OK!

Gelincir :
S= f*

= 0,6 *

RV
RH + H e EP

97,967
91,606 + 1,335 64,508

= 2,067 > 1,25 OK!

You might also like