Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Tugas Respiratori TUBERKULOSIS KASUS 2

Oleh: Nunik Dewi Kumalasari 91151305 Sari Prayudeni 91151309 Ni Nyoman Yuni Astrini 91151313 Ni Made Reny Kusmayanti Giri 91151317

MAGISTER FARMASI KLINIS PASCA SARJANA UNIVERSITAS SURABAYA 2012

Tugas Respiratori Kasus TB 2 Identitas Pasien No. rm/reg No. bed Nama Usia BB/TB Alamat XXXX XXXX Bp. S 49 th XXXX Tgl masuk Alergi Dokter 9/11/2011 (10:17:37) NIL XXXX XXXX XXXX

Riwayat Penyakit Riwayat Pengobatan Kehidupan social Diagnosis Subjek:

: DM sejak 2002 (tidak pernah kontro dan minum obat) ::: DM, Gastritis, TB

Mual 10 hari, pusiing, perut kembung Objektif: Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan TD (mmHg) nadi (x/menit) Temperatur (C) RR (x/menit) 9/11 110/70 88 36,8 20 10/11 110/80 80 36,3 22 11/11 150/80 100 39,5 12/11 150/100 92 37,2 13/11 130/90 88 38,5 14/11 130/70 88 38,1 15/11 120/70 84 38 16/11 130/80 84 37,1 17/11 120/80 88 36,3 18/11 120/70 80 36,2 19/11 130/90 80 36

Data Laboratorium Pemeriksaan Nilai nor- Tanggal mal 9/11 12/11 15/11 17/11 7,5 3,5 bilirubin x109/L 4,8-5,5 4,17 3,66 4,84 13,4 40,5 198 3,82 4,95 13,6 42,1 245 rect Pemeriksaan di0,4 mg/dl 0,2-1,0 Nilai nor- Tanggal mal 10/11 12/11

WBC RBC Hb HCT Thrombocyte

x1012/L 1,73 15,5 2,5 g% 13,2 37,0 - 50,0 % 150-400 38,7 178

bilirubin total mg/dl SGOT SGPT Albumin <38 U/L <41 U/L 3,5-5,0 48,5 123,5

x109/L <10 ESR Na K Fasting cose Gula puasa Gula 2 jpp HbA1c CRP <10,0mg/L 179 208 pos 27 LDL-C mm/jam 134-145 mmol/L 3,6-5,0 mmol/L gluUric acid Cholesterol total Triglyceride HDL-C 132 3,99 Globulin Creatinine BUN

g/dl 2,9-3,3 g/dl 0,5-1,2 mg/dl 6-20 mg/dl 3,4-7,0 mg/dl 0,93 11,1

213

134,7

Assasment dan Plan

No 1

Problem Medik Mual

Terapi Vometa (domperidone) 3x1 p.o Rantin inj. 2x1 i.v Ranitidin tab 150

DRP

Rekomendasi

Ket.

Gastritis

Pusing

2x1 p.o Paracetamol 500 mg 3x1 p.o

Toksisitas

Paracetamol

ESO : kerusakan jika hati (Bpom, 2010 )

paracetamol dapat digunakan INH (Stockley,

ditingkatkan oleh diperlukan saja. 2005) plus SGOT dan SGPT Pemberian di atas pada pasien dengan

TB

Santibi

OAT Peringatan PZA: TB gangguan fungsi

(ethambutol 250 mg, pasien INH 100mg, Vit B6 normal. 6mg) 4x1 p.o PZA 4x1 p.o Rifampicin 1x1 p.o

hepatitis hati, DM. PZA &

akut dan atau klinis ikterik, ditun- ESO da sampai hepati- Rifampisin: Penggunaan PZA tis akutnya men- mual, gangguan dapat mempengaruhi menjadi galami penyem- fungsi dimana TB hati buhan. Pada (Bpom, 2010).

kadar gula darah keadaan (WHO, 2010).

labil pengobatan

sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin dan (S) Etambutol

(E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6 bulan. (Depkes 2007). RI, 2010; Depkes RI,

FIR:
1. Berapa berat badan pasien? 2. Apakah pasien TB sakit hepatitis atau kelainan hati kronik?

3. Apakah pasien pernah mengonsumsi OAT sebelumnya atau memiliki riwayat kontak dengan pasien lain yang mengidap TB? 4. apakah pasien minum obat TB secara teratur?
5. apakah pasien mengalami multi drug resisten (MDR) dari pengobatan TB?

PEMBAHASAN Diabetes mellitus merupakan suatu faktor resiko terjadinya tuberkolosis (TB). Dalam sebuah studi cohort prospective, pasien dgn HBA1C lebih dari 7 % memiliki resiko yang lebih besar terhadap TB (Chi C. Leung, 2008). Kondisi pasien dengan riwayat diabetes mellitus kemungkinan memberikan hasil terapi yang negatif pada pengobatan TB (Bachti Alisjahbana, et al., 2007). Penggunaan Rifampisin pada terapi TB dapat mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti diabetes oral. Pada pasien Diabetes Mellitus sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut (Depkes RI, 2010 dan Depkes RI, 2007). Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan Tb sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6 bulan. Pasien TB dengan kelainan hati kronik (gangguan faal hati), dianjurkan pemeriksaan tes fungsi hati sebelum pengobatan TB. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE. (Depkes RI, 2010; Depkes RI, 2007).

Levofloxacin kemungkinan digunakan sebagai pengobatan TB jika bakteri yang menginfeksi telah mengalami resistensi (MDR-TB). Sebuah systematic review yang melibatkan 560 pasien menunjukkan sebanyak 43,7% pasien menjadi sembuh atau pengobatan terselesaikan, sedangkan 20,8% pasien meninggal. Pada review ini ditunjukkan terjadi peningkatan keberhasilan pengobatan pada pasien XDR TB jika menggunakan fluorokuionolon. Terdapat studi pada hewan yang menunjukkan terjadinya resistensi bakteri tuberculosis terhadap Ciprofloxacin dan ofloxacin. Studi lainnya menemukan bahwa fluorokuinolon yang paling bersifat bakterisidal yaitu moxifloxacin, diikuti oleh sparfloxacin, levofloxacin, kemudian ofloxacin. (Jacobson et al., 2010) . Antibiotik florokuinolon adalah salah satu obat lini kedua yang paling baik untuk pengobatan TB MDR (Multi drug resistant TB). Quinolon resistance determining region (QRDR) dari gyrB merypakan tes mulekuler yang digunakan untuk mendeteksi resistensi fluorokuinolon di M. Tuberculosis (Seidu Malik et al., 2012) . Levofloksasin dan moksifloksasin tidak menimbulkan hepatotoksisitas ketika digunakan pada pasien dengan hepatitis yang disebabkan oleh obat TB lini pertama. Evidence cohort prospective seratus tiga puluh empat (11,3%) dari 1191 pasien dengan diagnosis hepatotoksisitas harus menghentikan pengobatan anti TB. Dua puluh dua dari 134 pasien menerima obat kontrol, 40 diterima levofloksasin, dan 45 menerima moksifloksasin; sisanya pasien dikeluarkan dari penelitian. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua kelompok . Waktu yang diperlukan agar fungsi hati kembali normal pada semua kelomok hampir sama (rata-rata deviasi standar, 29,1 21,4, 25,5 17,6, dan 29,7 14,3 hari, masing-masing) (Chao-Chi Ho et al., 2009). Berdasarkan tes Drug susceptibility testing (DST) ethambutol, pyrazinamide, dan streptomycin untuk pengobatan multi drug resistant tuberculosis (MBR TB) menunjukkan resistensi lebih dari 60% kecuali ofloxacin and ciprofloxacin resistensinya kurang dari 20% (Muhammad Khurram et al., 2012) . KIE:
1. Olahraga ringan (jalan cepat) sehari minimal selama 30 menit 2. Hindari konsumsi alkohol

3. Monitoring Berat badan (ESO Glimepirid : peningkatan berat badan)

4. Selama menggunakan isoniazid pasien sebaiknya menghindari makanan ikan

(kalengan) karena dapat memicu timbulnya reaksi alergi (Stockley, I. 2005)


5. Hindari penggunaan produk susu atau yoghurt selama mengkonsumsi

ciprofloxacin karena dapat mengurangi bioavabilitasnya 33% dan 36% (Stockley, I. 2005) 6. Penggunaan rifampicin dikonsumsi 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan

Daftar Pustaka Bachti Alisjahbana, et al., 2007. The Effect of Type 2 Diabetes Mellitus on the Presentation and Treatment Response of Pulmonary Tuberculosis. Indonesia: Internal Medicine, Medical Faculty, Padjadjaran University, Bandung. Chi C. Leung, 2008. Diabetic Control and Risk of Tuberculosis: A Cohort Study . American Journal of Epidemiology. Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Chao-Chi Ho, Yee-Chun Chen,Fu-Chang Hu, Chong-Jen Yu,Pan-Chyr Yang, dan Kwen-Tay Luh. 2009. Safety of Fluoroquinolone Use in Patients with Hepatotoxicity Induced by Anti-Tuberculosis Regimens. Taiwan: National Center of Excellence for General Clinical Trial and Research, National Taiwan University Hospital. Jacobson, Karen R., Dylan B.Tierney, ChristieY.Jeon, 2CaroleD. Mitnick, MeganB. Murray. Treatment Outcomes among Patients with Extensively Drug-Resistant Tuberculosis: Systematic Review and Meta-Analysis. CID2010:51. Muhammad Khurram, Hamama Tul Bushra Khaar, Muhammad Fahim. 2012. Multidrug-resistant tuberculosis in Rawalpindi. Pakistan: Department of Medicine, Rawalpindi Medical College, Rawalpindi, and the Nuclear Medicine, Oncology, and Radiotherapy Institute, Islamabad. Seidu Malik, Melisa Willby, David Sikes, Oleg V. Tsodikov, James E. Posey. 2012. New Insights into Fluoroquinolone Resistance in Mycobacterium tuberculosis : Functional Genetic Analysis of gyrA and gyrB Mutations. United States of America: Department of Medicinal Chemistry, College of Pharmacy University of Michigan. Stockley, I. 2005. Stockleys Drug Interaction. London: Pharmaceutical Press : Electronic version (6th Edition). Ruslami, Rovina et al. 2010. Implications of the global increase of diabetes for tuberculosis control and patient care. Tropical Medicine and International Health. BPOM, 2010, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

WHO. 2010. Treatment of Tuberculosis Guideline, Fourth Edition. Switzerland : WHO Press. Yew et al., 2002. Comparative Roles of Levofloxacin and Ofloxacin in the Treatment of Multidrug-Resistant Tuberculosis. China : Departmen of Health. Steingart, K.R., S. Jotblad, K. Robsky, D. Deck, P. C. Hopewell, D. Huang, P. Nahid. 2011. Higher-dose Rifampin For The Treatment of Pulmonary Tuberculosis: a Systematic Review. Int. J. Tuberc Lung Dis 15(3):305316.

You might also like