Courtis (1976)

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

(Ashton, Willingham and Elliot, 1987), New Zealand (Carslaw and Kaplan, 1991), Hong Kong (Jaggi and

Tsui, 1999), Canada (Ashton, Graul and Newton, 1989), France (Soltani, 2002), Australia (Dyer and McHugh, 1975), the UK (Abdelsalam and Street, 2007), Spain (Bonsn-Ponte, Escobar-Rodrguez and Borrero-Domnguez, 2008) as well as developing countries such as Zimbabwe (Owusu-Ansah, 2000), Bangladesh (Iman, Ahmed and Khan, 2001), Bahrain (Khasharmeh and Aljifri, 2010), Egypt (Ezat and El-Masry, 2008; Afify, 2009), Malaysia (CheAhmad and Abidin, 2008) and the United Arab Emirates (Khasharmeh and Aljifri, 2010). Studies Several factors have been identified in the literature that are associated with audit delay. During the earlier years, the most common factors were client size, client financial performance, client complexity, qualified opinion, debt structure and type of industry (Dyer and McHugh, 1975; Ashton et al., 1987). From further investigation it was ascertained that other determinants and studies revealed that ownership of companies, less experienced staff, incremental audit effort, audit technology, auditors international link (Newton and Ashton, 1989; Bamber, Bamber and Schoderbek, 1993; Jaggi and Tsui, 1999) and corporate governance attributes (Abdullah, 2007; Ezat and El-Masry, 2008) were also contributory factors that influence the ability of auditors to undertake the timely issue of the audit report.

Dyer and McHugh (1975) Courtis (1976) According to Soltani (2002), the accounting profession has recognized that the timeliness of reports is a significant characteristic of financial accounting information for the users of accounting information, and for regulatory and professional agencies. In describing timeliness, Carslaw

The univariate relation between audit delay and selected variables has been investigated in six other studies. Company size has been the variable studied most frequently: a negative relation between audit delay and total assets was found in New Zealand by Courtis [1976] and Gilling [1977], in Australia by Davies and Whittred [1980], in Canada by Ashton, Graul, and Newton [1987], and in the United States by Garsombke [1981]. Courtis [1976] and Ashton et al. [1987] also found that financial firms bad shorter delays than firms in other industries. Davies and Whittred [1980] found longer delays for companies with June 30 yearends (the most common year-end date for companies listed on the Sydney Stock Exchange). Similarly, Garsombke [1981] found longer delays for U.S. companies with January through March year-ends. Finally,
Whittred [1980] found longer delays for Australian companies receiving qualified audit opinions, and Ashton et al. found longer delays for companies reporting net losses. Givoly and Palmon [1982] examined the multivariate relation between audit delay and three audit-related variablescompany size, operational

The Association Between Selected Corporate: Attributes and Timeliness in Corporate: Reporting: Further Analysis
1. 2. B. DAVIES1, G. P. WHITTRED2

Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asoisasi perdagangan dan agen regulator. Di samping itu ukuran perusahaan juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar biaya audit (audit fees), hal ini menyebabkan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki Audit Delay dan Timeliness yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan

yang lebih kecil. Ashton & Elliot (1987) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan beberapa variabel independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, besarnya laba rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan berpengaruh memperpanjang Audit Delay adalah jenis opini qualified, jenis perusahaan industri dibandingkan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan tahun buku selain Desember, SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian pemerikasaan relatif lebih banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Owusu-Ansah (2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan dengan menggunakan teknik regresi two stage least square (2SLS) untuk mengetahui bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan dapat menjelaskan ketepatwaktuan pelaporan

Ukuran perusahaan

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa total asset mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Semakin besar total asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin kecil audit delaynya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyer dan Mc Hugh dalam penelitian Subekti dan Widiyanti (2004). Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Namun, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim

(2000) yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan yang diaudit maka audit delay-nya akan semakin lama. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Jadi, semakin besar ukuran perusahaan, maka audit delaynya semakin pendek

laba rugi

Pengaruh Laba / Rugi Operasi Terhadap Audit Delay Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa laba rugi operasi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Perusahaan yang mengalami laba akan melakukan proses audit yang lebih cepat dibanding perusahaan yang mengalami rugi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soegeng Soetedjo (2006). Perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan bahkan cenderung untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan, karena perusahaan yang mengalami laba akan membuat investor menjadi senang dan calon investor akan tertarik untuk membeli saham sehingga akan menyebabkan kenaikan harga saham. Sebaliknya, perusahaan yang menderita kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan laporan

keuangan auditan. Auditor akan berhati-hati selama proses audit dalam merespon kerugian perusahaan apakah kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan finansial atau kecurangan manajemen. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Imam Subekti (2004), yang berhasil membuktikan bahwa laba/ rugi operasi secara signifikan tidak berpengaruh terhadap audit delay. Ini berkaitan dengan ketidakstabilan kondisi ekonomi saat ini dimana kebanyakan perusahaan yang mengalami kerugian diabaikan dalam pelaporan keuangannya karena kerugian dianggap sebagai hal yang biasa. Jadi, semakin laba suatu operasi perusahaan, maka audit delay-nya semakin pendek.

Profitabilitas Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 4 menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang negatif, tetapi pengaruh ini tidak signifikan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka semakin cepat proses audit dilakukan, tetapi perubahan tingkat keuntungan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soegeng Soetedjo, dimana pada penelitian tersebut tingkat keuntungan berpengaruh negatif dan signifikan. Perbedaan ini dapat dikarenakan pemilihan sampel yang berbeda dan tahun laporan keuangan yang berbeda pula. Dalam penelitian ini proses audit delay tidak dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat keuntungan perusahaan, hal ini dapat dikarenakan proses audit perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan kecil tidak berbeda dibandingkan proses audit perusahaan dengan tingkat keuntungan yang besar. Perusahaan yang mengalami keuntungan baik kecil maupun besar akan cenderung untuk mempercepat proses auditnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim (2000) yang menemukan bukti empiris bahwa tingkat profitabilitas tidak secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.

Reputasi auditor mempunyai pengaruh yang negatif, tetapi pengaruh ini tidak signifikan. Perusahaan yang menggunakan jasa auditor independen yang masuk dalam kelompok 5 besar mempunyai delay audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang menggunakan jasa auditor independen di luar kelompok 5 besar. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti (2004) dengan hasil bahwa audit delay salah satunya dipengaruhi reputasi auditor. Perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan sampel dan tahun penelitian, selain itu juga dapat dikarenakan pada penelitian Imam Subekti (2004) reputasi auditor dikategorikan dalam the big six, sedangkan dalam penelitian ini the big six sudah mengalami perubahan dan KAP yang sekarang beroperasi hanya menjadi 5 besar yaitu The Big Five. Perubahan ini menyebabkan adanya KAP yang tadinya menjadi anggota The Big Six sekarang berada di luar The Big Five. Hal inilah yang membuat auditor di luar The Big Five dapat juga melakukan proses audit secara cepat. Namun, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilling dalam penelitian Made Gede Wirakusuma, SE. MSi (2004), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara perusahaan audit dengan audit delay.

Kap 1. KAP Purwantono, Sarwoko&Sandjaja (Ernst&Young) 2. KAP Sidharta&SWidjaja (KPMG) 3. KAP Osman Bing Satrio&Rekan (Deloitte) 4. KAP Haryanto Sahari&Rekan (Price Waterhouse Coopers)

TATA KELOLA Krisis keuangan global dan kegagalan perusahaan baru-baru ini telah memastikan bahwa tata kelola perusahaan tetap menjadi salah satu isu yang paling hangat di dunia bisnis. Subjek merupakan isu sentral yang berulang, dengan berbagai pemerintah dan pihak berwenang melakukan upaya untuk menginstal rezim pemerintahan yang ketat untuk memastikan kelancaran perusahaan organisasi, dan mencegah kegagalan tersebut. "... Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dibuat pada semua hal yang material mengenai korporasi, termasuk kinerja, situasi keuangan, kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Pengungkapan harus mencakup, namun tidak terbatas pada, materi informasi tentang: hasil keuangan dan operasi perusahaan ... Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas yang tinggi akuntansi dan keuangan dan non-keuangan pengungkapan ... saluran untuk menyebarkan informasi harus menyediakan untuk sama, tepat waktu dan biaya yang efisien akses ke informasi yang relevan oleh pengguna ... "(OECD, 2004:22) Meskipun peneliti sebelumnya telah meneliti hubungan antara atribut perusahaan dan ketepatan waktu lag, penelitian sedikit pengetahuan kita telah dilakukan dalam hal karakteristik dewan, atribut perusahaan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan dalam konteks Nigeria. Hal ini memberikan motivasi untuk penelitian ini. Oleh karena itu, utama Tujuan penelitian ini adalah untuk mencoba untuk berkontribusi pada korpus pengetahuan dalam hal hubungan antara tata kelola perusahaan, atribut perusahaan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan di Nigeria.

You might also like