2009nur2 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 85

EFEKTIFITAS KINERJA MEDIA BIOFILTER DALAM SISTEM RESIRKULASI TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN

RED RAINBOW (Glossolepis incisus Weber)

Oleh NURHIDAYAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


2009

ABSTRACT NURHIDAYAT. Biofilter Effectiveness In Recirculation System On Water Quality, Growth Rate and Survival Rate of Red Rainbow Fish (Glossolepis incisus Weber). Under tuition of KUKUH NIRMALA, and D. DJOKOSETYANTO, DEA). The decrease of water quality and land of farm is a real challenge for fish farmer especially ornamental fish devotee in urban area. Place for rearing aquaculture fishes is a closed environment, where fishes make its living activities including threw its faeces at the same media. Water replacement is one alternative ways to throw away fish faeces, water replacement in high frequencies is really a wasteful for fish farmer because generally they use pump to flow the water. Recirculation is a system that using water continuously by turning around water in the filter to be cleaned then flow the water returns to rearing area. To solve the problem study of biofilter effectiveness in maintaining water quality need to be executed. The objective of this research was to determine the effectiveness of Zeolit and Bioball performance on water quality improvement, that will increase growth and survival rate of red rainbow fish (Glosholepis incicus Weber) reared in recycled water system. Red rainbow fish with initial body weight 0.71 g and length 3.51 cm were stocked on 24 aquaria (100 x 60 x 40 cm) at a stocking density 60 individuals/aquarium. The treatment that were used at this research i.e A. Zeolit 100%, B. zeolit 75%+bioball 25%, C. zeolit 50%+bioball 50%, D. zeolit 25%+bioball 75%, E. Bioball 100% and F. Control. Commercial food was used as feed at this research. The daily feeding rate was divided three allowances fed to the Red Rainbow fish at morning, noon and evening, in which the feeding dosage were 5 % of total body weight. Complete Randomized Design (RAL) was used at this experiment, with six treatment and four times replication. Result showed that zeolit 75% + bioball 25% treatment, gave the best result of water quality at good quality (category IV), with ammonia distorting effectiveness was 93.69% and the colonies of non pathogenic bacterial biomass (nitrification) were (8.61.91) x 106. Survival rate and total length performance that was obtained at this research were 96.67% and 66.67% (2.34 cm). Key words : Effectiveness, Biofilter, Recirculation and Red Rainbow fish

RINGKASAN

NURHIDAYAT. Efektifitas Kinerja Biofilter dalam Sistem Resirkulasi terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Red Rainbow (Glossolepis incisus Weber). (Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA, dan DJOKOSETYANTO) Semakin berkurangnya lahan dan menurunnya kualitas air merupakan satu tantangan bagi pembudidaya ikan khususnya penggemar ikan hias di perkotaan. Tempat hidup ikan budidaya merupakan suatu lingkungan tertutup, karena ikan menjalani aktivitas kehidupan termasuk membuang kotoran pada media yang sama. Sisa metabolisme dan sisa pakan yang terdapat di media pemeliharaan merupakan penyebab menurunnya kualitas air sehingga perlu dibuang keluar lingkungan. Salah satu cara untuk membuang kotoran ikan dengan melakukan penggantian air, penggantian air dengan frekuensi tinggi menyebabkan pemborosan bagi pembudidaya karena pada umumnya mereka menggunakan pompa untuk mengalirkan air. Resirkulasi adalah sistem yang menggunakan air secara terus-menerus dengan cara diputar untuk dibersihkan di dalam filter kemudian dialirkan kembali ke tempat pemeliharaan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pengkajian efektifitas media biofilter dalam mempertahankan kualitas air. Penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem resirkulasi melalui pendekatan bahan filter yang dapat digunakan sebagai media filter yang mampu memaksimalkan efektifitas kerja biofilter dalam perbaikan kualitas air, kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) dalam sistem resirkulasi. Manfaat dari penelitian ini adalah dihasilkannya informasi jenis filter yang efektif dalam memperbaiki kualitas air sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT), Depok, dan pengamatan selanjutnya dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Dermaga. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei sampai bulan Oktober 2008. Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menentukan sistem resirkulasi yang dibangun dapat berkerja dan memaksimalkan populasi bakteri non patogen dalam memperbaiki kualitas media. Satuan percobaan filter yang dicobakan adalah zeolit, bioball dan serat kapas/dakron, diberi pakan pellet komersial tanpa dipelihara ikan. Dari percobaan tersebut dihasilkan informasi, bahwa kualitas air dan jumlah koloni bakteri yang ada masih layak untuk budidaya ikan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan satu kontrol, masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali. Satuan perobaan yang digunakan adalah berupa filter A. (Zeolit 100%), B. (Zeolit 75% + 25% Bioball), C. (Zeolit 50%+ Bioball 50%), D. (Zeolit 25%+Bioball 75%), E. (Bioball 100%) dan F. Serat Kapas/dakron (kontrol). Persiapan percobaan meliputi persiapan bahan dan peralatan, sistem resirkulasi, ikan uji sebanyak 1440 ekor (ikan red rainbow ukuran inch) dan peralatan pengamatan kualitas air. Wadah yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran 100x60x40 cm, diisi dengan kepadatan ikan 60 ekor per akuarium. Pemeliharaan ikan dilakukan selama lima bulan, sample air dan ikan diambil setiap 15 hari. Parameter yang diamati selama percobaan yaitu : kualitas air (suhu, pH, DO, BOD5, amonia, nitrit, nitrat, tds, alkalinitas), koloni bakteri, efisiensi penyisihan amonia, kelangsungan hidup, konsumsi pakan, pertumbuhan dan warna. Data kualitas air di analisis secara deskriptif menggunakan grafik dan tabel sedangkan parameter: efesiensi penyisihan amonia, sintasan, pertumbuhan, efisiensi pakan (FCR) untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan uji LSD (uji t). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kualitas air di akhir percobaan menunjukkan filter (B). 75% zeolit + 25% bioball menghasilkan kualitas air yang baik (kategori IV), sedangkan untuk perlakuan lain masuk kualitas air sedang (kategori III) dikategorikan kualitas air kurang layak. Hasil analisis kelimpahan bakteri tertinggi diperoleh dari filter B. dengan kepadatan koloni (8.61.91).106, dikuti oleh filter E. (4.90.43).106, D. (4.40.22).106, C. (3.70.24).106, A. (3.60.20).106 dan F. dengan jumlah koloni (3.30.76).106. cfu (colony forming unit). Hasil analisis ragam antar perlakuan menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05), uji lanjut LSD (uji t) menunjukkan perlakuan B dan F berbeda dengan perlakuan lain, sedang yang lain tidak berbeda. Hasil perhitungan efisiensi penyisihan amonia ikan red rainbow dalam sistem resirkulasi menggunakan filter yang berbeda filter B menghasilkan nilai penyisihan

ammonia terbesar 95.890.31% kemudian terendah penyisihan ammonia di filter F (serat kapas) sebesar 55.560.60%. Hasil akhir menunjukkan filter B mampu lebih banyak menyisihkan amonia menjadi nitrit dan nitrat dibanding perlakuan lain, dapat dikatakan filter ini mempunyai kapasitas yang baik dalam menyerap amonia dalam sistem resirkulasi. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata

antar perlakuan (P<0.05), hasil uji lanjut LSD (uji t) menunjukkan perlakuan B berbeda dengan perlakuan lain, sedangkan perlakuan lain tidak menunjukaan perbedaan. Sintasan (SR) dan pertambahan panjang ikan red rainbow selama percobaan cukup baik, sintasan terbaik diperoleh filter D dan E. 1000.00% diikuti oleh filter B. 96.675.96%, C. 91.257.00%, A. 85.4211.2 % dan filter F. 82.18.7%. Hasil analisis ragam antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05), hasil uji lanjut LSD (uji t) F berbeda dengan filter yang lain sedangkan filter lain tidak berbeda. Hasil analisis menunjukan filter D dan E menghasilkan sintasan tertinggi 100%, sedangkan perlakuan lain menghasilkan sintasan yang lebih rendah. Pertambahan panjang tertinggi diperoleh filter A. (5.020.92) cm, diikuti C. (4.880.86) cm, B. (4.780.87) cm, E. (4.590.69) cm, D. (4.580.67) cm dan F. (4.480.63) cm. Hasil analisis ragam antar perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0.05). Pemanfaatan makanan oleh ikan setiap filter memberikan nilai yang berbedabeda, konsumsi pakan tertinggi diperoleh filter F. (3.471.68), diikuti filter D. (3.162.16), E. (2.472.22), B. (1.542.29), A. (1.462.14) dan terendah diperoleh filter C. (1.452.25). Hasil analisis ragam antar perlakuan menunjukkan perbedaan nyata (P>0.05), hasil uji lanjut LSD (uji t) menunjukkan perlakuan F berbeda dengan yang lain, sedangkan perlakuan lain tidak berbeda. Hasil akhir Filter C memberikan konsumsi pemberian pakan terbaik dibanding dengan perlakuan lain. Hasil yang diperoleh menunjukkan filter B. (zeolit 75% dan bioball 25%) memberikan kinerja filter terbaik di banding perlakuaan lain, dengan biomassa bakteri non patogen dengan jumlah koloni (8.61.91) x 106, dan efektif mengubah NH3-N menjadi yang tidak beracun yaitu nitrat lebih dari 50% (95.890.3)% dalam sistem resirkulasi aliran tertutup. Filter ini menghasilkan pertumbuhan dan sintasan terbesar dengan 66.67% (2.34 cm) dan 96.67%.

PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis efektifitas kinerja media biofilter dalam sistem resirkulasi terhadap kualitas air, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow (glossolepis incisus weber) adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Nurhidayat NIM C151060301

EFEKTIFITAS KINERJA MEDIA BIOFILTER DALAM SISTEM RESIRKULASI TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN RED RAINBOW (Glossolepis incisus Weber)

NURHIDAYAT

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Departemen Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


2009

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulisan ini tanpa mencantumkan dan menyebut sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

Judul Tesis

: Efektifitas kinerja media biofilter dalam sistem resirkulasi terhadap kualitas air, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) : Nurhidayat : C151060301

Nama NIM

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc Ketua

Dr. D. Djokosetyanto, DEA Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Enang Haris, MS

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus : 29 Januari 2009

Tanggal Ujian : 29 Januari 2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 10 Mei 1976 dari ayah (Alm) H. Moch. Sumedi dan Ibu Hj Choerotin. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan sekolah dasar sampai lanjutan atas diselesaikan di kota kelahiran. Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri Sumpiuh dan tahun yang sama di terima di Prog. D-IV Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jurusan Penangkapan Ikan lulus 1998. Tahun 2000, penulis diterima di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2006, penulis diterima di Program Studi Ilmu Perairan pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkan pada tahun 2009. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Penulis bekerja sebagai Asisten Madya di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan 1990-2004. Sebagai Ajun Peneliti Muda di Loka Riset Budidaya ikan Hias Air Tawar sejak tahun 2005-sekarang di Depok.

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Efektifitas Kinerja Media Biofilter dalam Sistem Resirkulasi terhadap Kualitas air, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Red Rainbow (Glossolepis incisus Weber). Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai efektifitas media biofilter, efesiensi penyisihan amonia, kinerja bakteri di media biofilter selama pemeliharaan ikan red rainbow serta beberapa variabel-variabel yang mempengaruhinnya. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc, dan Dr. Djokosetyanto, DEA, selaku komisi pembimbing dan Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si, selaku penguji luar komisi dan Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS, sebagai ketua Program Studi Ilmu Perairan, atas bimbingan dan dorongannya 2. Prof (R). Dr. Indroyono S, M.Sc (Ka. BRKP), Komisi Pembinaan Pegawai Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP-DKP) Drs. Asep D. Muhammad, M.Si, Prof (R). Achmad Sudrajat, Prof (R). (Alm). Taufik Akhmad, Kepala Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok Drs. I. Wayan Subamia, M.Si atas kesempatan tugas belajar dan fasilitas yang diberikan. 3. Drs. Chumaidi, MS, Dra. Darti Satyani, MS, Drs. Agus Priyadi, Dr. Ir. Sudarto, M.Sc, Ir. Pawartining Yuliati, Dra. Siti Subandiyah, Achmad Musa, S.Si, Rendi Ginanjar, S.Pi, Endah Susianti, SP., Cici Rahayu, A.Md, Yusni, Arsih, Jois H., serta semua staff administrasi dan teknisi LRBIHAT yang tidak kami sebut satu persatu atas bantuan dan doannya 4. Anak-anak, Sabrina Nissa Hidayat, M. Hanif Hidayat dan istri Nining Dewi W. S.Pt, atas pengertian dan pengorbanan waktu dan kasih sayangnya, orang tua H. M. Sumedi, Hj. Choerotin, adiku atas dukungan dan doanya. 5. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan seangkatan 2006 Ilmu Perairan (AIR) (Maskur, Adi Sucipto, Tutik Kadarini, Kusdiarti, Irin Iriana K, Eni Kusrini, Lies S, Yosmaniar, Sarifah N, Hidayat SS, Diana Y, Yola Sahilatua, Azis, Zahid, Ferdinan HT, Mustakim, Haryo Triaji, Catur Agus F, Widi S., Angeli, Rini S, Nurul Hanum, Marlina A, A. Aliah) dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kekompakkan dan kerjasamanya selama pendidikan. Tak ada gading yang tak retak manusia selalu punya kesalahan baik yang disengaja atau tidak. Penulis sadar sangat banyak kekurangan dari penulisan ini, masukan, saran sangat diharapkan untuk perbaikan.

Bogor, Januari 2009

Nurhidayat

DAFTAR ISI
Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Halaman ............................................................................................. ............................................................................................. ............................................................................................. .............................................................................................

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Resirkulasi ................................................................................ 2.2. Filter Mekanik ...................................................................................... 2.3. Filter Biologi .......................................................................................... 2.4. Filter Kimia ............................................................................................ 2.5. Kualitas Air ........................................................................................... 2.6. Bahan Organik ..................................................................................... 2.7. Bakteri ................................................................................................... 2.8. Biologi Ikan Red Rainbow ..................................................................... 2.9. Pertumbuhan ....................................................................................... 2.10. Warna ................................................................................................. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 3.2. Bahan dan Alat ...................................................................................... 3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 3.4. Parameter Penelitian ............................................................................ 3.5. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 3.6. Desain dan Waktu Evaluasi ................................................................... 3.7. Efisiensi NH3 (%) .................................................................................... 3.8. Perhitungan Kualitas air ......................................................................... 3.9. Perhitungan Bakteri ............................................................................... 3.10. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup .............................................. 3.11. Pengukuran Warna Red Rainbow ....................................................... 3.12. Pelaksanaan Percobaan ...................................................................... 3.13. Rancangan Percobaan ........................................................................ 3.14. Analisis Data .......................................................................................

1 3 4 4

5 6 6 7 11 13 14 15 16 17

19 19 21 21 21 22 22 23 24 25 26 27 28 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ............................................................................................. 4.1.1. Percobaan Pendahuluan ............................................................ 4.1.2. Percobaan Utama .. .................................................................... 4.1.2.1. Kualitas Air ...................................................................... 4.1.2.2. Efisiensi Pengubahan .................................................... 4.1.2.3. Biomassa Bakteri ............................................................ 4.1.2.4. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup ......................... 4.1.2.5. FCR (Konversi Pakan) .................................................... 4.1.2.6. Warna.............................................................................. 4.2. Bahasan ............................................................................................. 4.2.1. Percobaan Pendahuluan .........................................................

30 30 31 31 34 35 35 37 38 40 40

4.2.2. Percobaan Utama .................................................................... 4.2.2.1. Kualitas Air .......................................................................

41 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 5.2. Saran .............................................................................................

49 49

DAFTAR TABEL

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 Klasifikasi sistem interaksi kerja bakteri Jenis warna dan panjang gelombang Metode Analisis sampel dan parameter yang diamati Skala kelas kualitas air Kriteria pemberian skala EQ berdasar parameter individu Kelimpahan koloni bakteri percobaan pendahuluan Kisaran nilai kualitas air percobaan pendahuluan Pengelompokkan kelas kualitas air di akhir penelitian Kisaran nilai kulaitas air selama percobaan Nilai efisiensi pengubahan parameter kualitas air Jenis dan jumlah bakteri setiap filter selama percobaan Hasil pengukuran efisiensi Hasil pengukuran asorband warna kulit dan sisik Beberapa parameter kualitas air dan batas rekomendasi 15 17 22 23 23 30 30 31 32 34 35 36 39 44

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Skema unit resirkulasi Rata-rata panjang (cm), berat (g) individu ikan red rainbow Nilai kelangsungan hidup selama percobaan ikan red rainbow (Glosolepis incicus Weber) Hasil pengelompokan ukuran ikan red rainbow Standard pengukuran absorban warna kulit ikan red rainbow (Glosolepis incicus Weber) Standar pengukuran absorban warna sisik ikan red rainbow (Glosolepis incicus Weber) Nilai absorban warna kulit dan sisik ikan red Rainbow (Glosolepis incicus Weber)

20 36 36 37 38 38 39

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Rataan kualitas air percobaan pendahuluan Kualitas air selama percobaan Parameter TSS, SR, dan Suhu Parameter BOD, ph, CO, DO Kisaran amonia, nitrit, nitrat dan koloni bakter Nilai efisiensi dan Kualitas Air Analisis ekonomi sederhana pembenihan red rainbow Analisis ragam dan uji lanjut amonia Analisis ragam dan uji lanjut koloni bakteri Analisis ragam dan uji lanjut kelangsungan hidup Analisis ragam dan uji lanjut konversi pakan (FCR) Analisis ragam dan uji lanjut efisiensi DO Analisis ragam dan uji lanjut nitrat 54 55 55 56 57 57 58 59 60 61 62 63 64

LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Lebih dari dua dekade, kegiatan budidaya perikanan telah mengalami perubahan yang utama, berkembang dari skala rumah tangga ke skala besarbesaran yang berorientasi komersial (FAO/NACA, 2001 dalam Gutierrez dan Malone, 2006). Peningkatan produksi akuakultur sedang mengarah ke arah praktek yang lebih intensif. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan ini adalah : terbatasnya kualitas air, semakin berkurangnya lahan serta pembatasan karena dampak lingkungan. Beberapa tahun terakhir buangan budidaya berupa limbah semakin tinggi yang berdampak terhadap penurunan kualitas air yang ada. Setiap tahun akibat pertumbuhan kegiatan budidaya, diperkirakan 85% buangan berupa fospor, 80-88% karbon, nitrogen 52-95% dan 60% sisa pakan masuk ke dalam media budidaya sebagai partikel, bahan kimia terlarut dan berupa gas (Masser et al. 1999). Menurut Golz (1995), sisa buangan dan bakteri mempunyai hubungan komplementer, buangan metabolisme dan sisa pakan berupa bahan organik akan digunakan oleh bakteri sebagai energi. Karbon organik merupakan energi dan makanan untuk kelompok bakteri heterotropik yang menggunakan oksigen selama proses respirasi dalam mengkonversi sisa buangan organik ke material sel yang dikenal sebagai kebutuhan oksigen biokimia (BOD). Jika sisa buangan tidak dipindahkan melalui suatu saringan biologi, maka dapat menyebabkan kosentrasi O2 di air akan merosot dengan tajam, yang dapat mengakibatkan kematian ikan. Adanya amonia di dalam air akan meningkatkan kebutuhan oksigen biokimia BOD (Biochemical Oxygen Demand), karena adanya peristiwa oksidasi, (Soemantojo, 1998). Amonia adalah sumber energi bagi bakteri autotropik yang menggunakan kadar alkali untuk membangun material sel. Amonia pertama kali dikonversi menjadi nitrit oleh kelompok bakteri Nitrosomonas sp dan kemudian dikonversi lagi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter sp. Amonia bebas yang tidak terionisasi (NH3) sebaiknya tidak melebihi 0.02 mg/l. Menurut Sawyer dan McCarty (1978), kadar amonia bebas melebihi 0.2 mg/l bersifat toksik bagi ikan. Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik, kosumsi air yang mengandung kadar nitrat tinggi mengakibatkan penurunan kapasitas darah dalam mengikat oksigen. Pada kondisi oksigen rendah, amonia yang dihasilkan melalui proses penguraian bahan organik maupun sekresi langsung ikan akan sulit mengalami proses penguraian lebih lanjut. Akumulasi amonia dan ketersediaan oksigen pada tingkat kosentrasi 0.18 mg/l dapat menghambat pertumbuhan (Wedemeyer, 1996).

2
Sistem resirkulasi adalah salah satu jawaban untuk menjaga kualitas air tetap optimal selama pemeliharaan ikan di dalam wadah tertutup. Resirkulasi adalah sistem yang menggunakan air secara terus-menerus dengan cara diputar untuk dibersihkan di dalam filter kemudian dialirkan kembali ke wadah budidaya. Memelihara ikan pada sistem resirkulasi selalu dihadapkan pada masalah penumpukan bahan organik (feces, sisa pakan), anorganik (amonia, nitrit, nitrat) yang terlarut dan terbatasnya oksigen terlarut (Tanjung, 1994). Menurut Muir (1994), rancangan sistem yang tepat dan cara perlakuan yang terpadu dengan memastikan efektifitas setiap tahapan perlakuan dan keterpaduan sistem secara keseluruhan akan menyempurnakan sistem. Zeolit adalah batuan alam sebagai salah satu sumberdaya alam yang berlimpah di Indonesia, sehingga mudah diperoleh dengan harga yang murah. Batuan ini banyak manfaatnya salah satunya sebagai penyerap ammonium, sering digunakan di instalasi air minum dan pengolahan limbah pabrik sebagai media penyerap amonia dan limbah lainya. Menurut Las (2007), zeolit merupakan filter kimia yang banyak dimanfaatkan untuk penjernihan air limbah terutama dalam penyerapan amonium, nitrit, nitrat dan H2S. Selain bekerja secara kimiawi, dengan luas dan permukaan yang kasar diharapkan zeolit dapat digunakan sebagai biofilter, dimana mikroorganisme pendegradasi bahan organik dan anorganik menempel. Bioball merupakan bahan sintesis yang banyak digunakan sebagai filter, bahan ini mempunyai harga yang cukup tinggi sehingga kurang terjangkau bagi petani dengan modal kecil, sehingga penggunaanya terbatas pada pembudidaya dengan modal besar. Petani biasa menggunakan filter yang berasal dari serat kapas (dakron) yang lebih berfungsi sebagai penyaring kotoran dan sisa pakan. Hasil pengamatan langsung ke petani didaerah Depok, penggunaan serat kapas (dakron) mempunyai banyak kekurangan antara lain; meskipun air bisa tersaring sampai jernih tetapi kadar amonia bebas tetap tinggi sehingga dalam waktu tertentu ketika amonia mencapai batas ambient dapat menyebabkan kematian ikan. Ikan hias merupakan salah satu komoditas penyumbang devisa Indonesia dari sektor perikanan. Selama ini pemenuhan kebutuhan pasar ikan hias dari Indonesia masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam yang semakin lama berkurang. Berkurangnya populasi di alam tanpa dibarengi kegiatan budidaya dapat mengakibatkan berkurangnya jenis dan bisa mengarah kepunahan. Salah satu ikan hias yang menjadi andalan eksport Indonesia adalah jenis rainbow fish. Ikan red rainbow merupakan salah satu spesies yang mempunyai warna yang menarik dengan corak merah hati yang mencolok dengan bentuk badan relative kecil, ikan ini sangat

3
disukai hobiis ikan hias karena warna dan ukurannya. Ikan ini bayak ditemukan di habitat aslinya di danau, rawa banjiran dan sungai dengan kondisi perairan yang bersifat basa dengan nilai keasaman 7.5-8.0. Domestikasi ikan red rainbow telah dilakukan di dalam akuarium, kendala utama selama pemeliharaan adalah turunnya kualitas air karena sisa buangan dan metabolisme. Turunnya kualitas air di wadah budidaya bisa di kurangi dengan melakukan penggantian air, penggatian air yang sering dilakukan merupakan salah satu pemborosan. Untuk itu diperlukan upaya mempercepat proses penguraian bahan organik dan anorganik yang berasal dari buangan metabolisme dan sisa pakan sebelum mencapai tingkat tercemar. Sistem resirkulasi menggunakan media biofilter yang berbeda dapat memberi bantuan teknologi dalam pemanfaatan lahan budidaya secara efisien.

1.2. Perumusan Masalahan Air merupakan media pemeliharaan ikan yang harus selalu diperhatikan kualitas maupun kuantitasnya. Tidak seperti di perairan alami yang mempunyai arus, media budidaya ikan hias di dalam akuarium tidak memperoleh arus air baru ataupun pembuangan air kotor secara alami. Tempat hidup ikan budidaya merupakan suatu lingkungan yang tertutup, karena ikan menjalani aktivitas kehidupannya termasuk membuang kotoran pada media air yang sama. Kotoran ikan yang terdapat dalam media pemeliharaan merupakan penyebab menurunnya kualitas air, sehingga perlu dibuang ke luar lingkungan. Salah satu cara untuk membuang kotoran ikan dari lingkungannya dengan penggantian air. Informasi yang diperoleh mengenai budidaya ikan hias, jika air media sering diganti, maka kehidupan kultivan akan semakin baik. Penggantian air dengan frekuensi tinggi merupakan pemborosan bagi pemelihara ikan hias karena pada umumnya para hobiis menggunakan air sumur yang dipompa dengan listrik dan berkapasitas terbatas. Salah satu cara untuk menghemat air adalah melalui proses daur ulang (resirkulasi) air media dengan memanfaatkan filter, sehingga air media bekas dapat digunakan kembali. Prinsip daur ulang media yaitu memperbaiki kualitas air, seperti menurunkan konsentrasi amonia, menyaring partikel-partikel yang mengganggu kehidupan kultivan, dan mengontrol perkembangan penyakit (Hadie dan Hadie, 1993). Untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa macam media biofilter tersebut maupun kombinasinya terhadap kualitas air, maka perlu diadakan penelitian ini

1.3. Kerangka Pemikiran Air merupakan media budidaya yang harus bisa menyediakan kondisi optimum bagi ikan yang dipelihara, selama proses budidaya selain ikan hasil budidaya juga terdapat buangan dari sisa pakan dan metabolisme. Semakin padat ikan yang dipelihara, maka bahan organik dan anorganik yang dihasilkan semakin banyak sehingga beban limbah semakin tinggi. Buangan dari sisa pakan dan metabolisme mengandung bahan organik yang menyebabkan tingginya nilai BOD media budidaya. Selain kebutuhan oksigen biokimia yang tinggi, buangan berupa ammonia dan nitrit akan berbahaya bagi ikan jikan tidak teroksidasi dengan baik. Peran kombinasi media biofilter zeolit dan bioball di evaluasi berdasarkan efektivitas laju penurunan amonia dan BOD5. Parameter kualitas air yang dievaluasi adalah : suhu, pH, DO, BOD5, amonia (NH3), nitrit (NO-2), nitrat (NO-3), alkalinitas total, kesadahan, konduktivity dan kelimpahan bakteri pada media biofilter. Sedangkan parameter biologi ikan yang diukur: laju pertumbuhan panjang (%), berat (g), kelangsungan hidup (SR) dan FCR (konversi pakan).

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian di lakukan dengan tujuan : Mengukur efektifitas kinerja kombinasi media biofilter dalam sistem resirkulasi terhadap kualitas air, kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) dalam sistem resirkulasi Manfaat dari hasil penelitian ini adalah dihasilkannya informasi mengenai kombinasi media biofilter yang efektif dalam memperbaiki kualitas air sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow dalam sistem resirkulasi.

Hipotesis Kombinasi media biofilter zeolit dan bioball lebih efektif meningkatkan kualitas air, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) dibanding filter zeolit, bioball dan serat kapas (dakron)

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sistem Resirkulasi Budidaya ikan menggunakan sistem intensif mengakibatkan penurunan kualitas air, karena adanya akumulasi, mineraIisasi dan nitrifikasi bahan organik. Menurut Barnabe (1986) dalam Tanjung (1994), memelihara ikan pada sistem resirkulasi selalu dihadapkan pada masalah penumpukan zat-zat organik (feces, sisa pakan) dan anorganik (amonia, nitrit, nitrat) yang terlarut, terbatasnya oksigen terIarut serta penurunan pH. Sistem resirkulasi mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan sistem ini dalam mempertahankan kualitas air sehingga tetap layak bagi ikan yang dipelihara. Karena itu diperlukan rancangan sistem yang tepat dan cara perlakuan yang terpadu dengan memastikan efektivitas setiap tahap perlakuan dan keterpaduan sistem secara keseluruhan (Muir, 1994). Sistem budidaya resirkulasi (RAS), merupakan metode tradisional untuk pembesaran ikan di kolam dengan kepadatan tinggi, atau di dalam tangki secara terkontrol (Helfrich & Libey, 1991). Sistem resirkulasi untuk pemeliharaan ikan telah digunakan oleh beberapa peneliti dengan berbagai kondisi yang berbeda baik sistem dan ukuran ikan maupun jenis cara perlakuan (filter) yang digunakan (Suresh & Lin, 1992; Tanjung, 1994; Sunarma., 1997). Pemakaian bahan filter yang tepat akan menentukan keberhasilan pemeliharaan ikan pada sistern resirkulasi karena akan menentukan pertumbuhan bakteri non-patogen pada bahan tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh LIPI, efektivitas filter biologi dalam sistem resirkulasi bergantung pada jumlah populasi bakteri dan jamur, besar kecilnya bahan filter dan kedalaman filter. Apabila diperhatikan adanya kecenderungan saat jumlah bakteri meningkat, maka jumlah jamur menurun atau sebaliknya (Anonymous, 1992). Menurut Rheinheimer (1985), ukuran dan komposisi bakteri dan jamur di air sangat bergantung pada konsentrasi dan senyawa organik, karena senyawa ini merupakan sumber pakan bagi mikroorganisme. Keiser dan Wheaton (1983), mengemukakan, bahwa media biofilter akan menyediakan permukaan tempat media tumbuh. Semakin besar populasi mikroorgarnime, maka proses nitrifikasi pun akan semakin tinggi. Biofilter sebagai suatu sistem, ukuran dan bentuk bahan yang digunakan sebagai filter

sangat penting. Butiran kecil memiliki daerah permukaan Iebih besar untuk tempat menempeInya bakteri dan jamur dibanding butiran besar, ukuran butiran kecil banyak digunakan sebagai filter asalkan tidak menghambat sirkulasi air (Spotte, 1979).

2.2. Filter Mekanik Filter mekanik bekerja secara fisika yaitu menyaring kotoran-kotoran atau partikel yang berukuran lebih besar dari pori-pori media filter (Purwakusuma, 2003). Bahan yang biasa digunakan pada filter mekanik dalam budidaya perikanan adalah spons, ijuk, serat kapas (dakron) (Satyani, 2001). Filter mekanik bekerja secara fisika sehingga hanya menyaring kotoran ataupun partikel yang terlarut di dalam air. Untuk pengolahan selanjutnya diperlukan filter yang bekerja secara biologi dan kimia yang bisa mengoksidasi bahan organik dan anorganik melaui bantuan mikroorganisme dan penyerapan secara kimiawi melalui pertukaran ion-ion.

2.3. Filter Biologi Filter biologi mengandalkan kerja bakteri dalam mendegradasi bahan organik dan anorganik di media budidaya. Filter ini berfungsi sebagai perombak senyawa nitrogenous yang bersifat racun (amonia dan nitrit) menjadi senyawa tidak beracun (nitrat) dengan bantuan mikroorganisme. Menurut Spotte (1979), mekanisme nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri nitrifikasi melalui dua tahapan oksidasi : tahap pertama adalah bakteri Nitrosomonas dengan bantuan oksigen akan mengoksidasi amonium menjadi nitrit, kemudian tahapan kedua dengan bantuan bakteri Nitrobakter nitrit akan dioksidasi menjadi nitrat. Mikroorganisme yang berperan dalam mendegradasi bahan beracun di media budidaya selama prose hidupnya memerlukan tempat hidup. Organisme ini akan tinggal menempel di permukaan substrat dan membentuk biofilm. Media filter yang berpori-pori merupakan media yang baik karena mempunyai permukaan yang luas untuk menampung lebih banyak bakteri. Selain tempat hidup, bakteri memerlukan pakan untuk kelangsungan hidupnya. Pakan bakteri berupa amonia dan nitrit yang merupakan hasil buangan beracun bagi ikan, sedangkan hasil buangan bakteri berupa nitrat tidak beracun. Menurut Golz (1995), bahan organik dioksidasi oleh bakteri heterotropik dalam kondisi aerob menjadi karbon, amonia, air dan sel baru. Amonia sebagai senyawa beracun

akan dioksidasi oleh bakteri nitrifikasi oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrobakter menjadi nitrit dan nitrat. Proses oksidasi bahan organik tergantung dari jumlah bakteri, semakin banyak bakteri yang bersinggungan dengan air maka filter akan bekerja lebih maksimal karena bahan organik yang bersinggungan dengan bakteri akan lebih banyak. Untuk mengoksidasi makananya, bakteri memerlukan suplai oksigen yang cukup. Ketergantungan bakteri akan tersedianya amonia di perairan menyebabkan filter biologi baru dapat bekerja optimal setelah dua sampai enam minggu setelah sistem dijalankan.

2.4. Filter Kimia Menurut Purwakusuma (2003), filter kimia adalah sebuah filter mekanik yang bekerja pada skala molekuler, mampu menangkap bahan terlarut seperti gas dan bahan organik, media filtemya antara lain zeolit, arang aktif dll.

Zeolit Zeolit mempunyai sifat mampu menyerap dan sebagai media menepelnya mikroorganisme (biofilm) yang dapat memanfaatkan berbagai unsur yang tersuspensi dalam air dan diserap bersama sebagai bahan makanan organisme. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mikroorganisme di dalam biofilm dalam menyerap bahan organik yang terbatas sehingga kelebihan yang ada tidak bisa dimanfaatkan. Zeolit adalah mineral alam berbahan dasar kelompok senyawa aluminium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama natrium dan kalsium) dan mempunyai rumus umum LmAlxSiy02nH20 (Palaar, 1989). Pada struktur zeolit semua atom Al dalam bentuk tetrahedral sehingga Al akan bermuatan negatif karena berkoordinasi dengan empat atom oksigen dan selalu dinetralkan oleh kation dan alkali (alkali tanah) untuk mencapai senyawa yang stabil. Zeolit adalah mineral yang memiliki sifat khas dengan struktur rongga yang teratur dengan ukuran tertentu, sehingga berpotensi sebagai absorben limbah amonia. Klinoptilolit merupakan salah satu bahan yang terkandung di dalam zeolit yang mempunyai volume rongga 36%, KTK (Kapasitas Tukar Ion) 254 meq/100g, dengan kestabilan panas yang tinggi. Zeolit alam klinoptilolit mempunyai bukaan pori cukup besar, 4,0-7,2 nm dan selektifitas penyerapan ion amonium yang baik, kemudahan dalam preparasi, dan setelah jenuh dapat

diregenerasi untuk digunakan lagi. Lebih jauh lagi bahwa ZnO yang dipreparasi di dalam zeolit menunjukan harga Eg, sebagai ukuran kemampuan fotokatalis, yang lebih besar daripada Eg ZnO bulk. Harga Eg yang lebih besar diharapkan dapat memberikan aktifitas fotokatalitik yang lebih tinggi (Wahyuni et al. 2004). Tsitsisvii (1980) dan Blanchard (1984) dalam Las (2007), menemukan klinoptilolit dengan rumus kimia Na6(Al6Si30O72)24 H2O yang dapat memisahkan logam berat (Pb, Cu, Cd, Zn, Co, Ni dan Hg) secara baik dalam limbah industri. Klinoptilolit dan modernit juga dapat memisahkan amonia sampai 99% limbah industri. Di bidang pertanian Zeolit digunakan sebagai soil conditioning yang dapat mengontrol dan menaikan pH tanah serta kelembaban tanah (Las, 2007). Zeolit khabasit mempuyai pori 0,49-0,59 nm dapat digunakan untuk memisahkan senyawa parafin seperti CH4, C2H6, n-parafin dan iso parafin dan aromatis. Zeolit Na-Modernit dengan pori 0,4-0,49 juga dapat memisahkan gas N2, O2, CH4, C2H6 dengan parafin, iso parafin dan aromatis. Zeolit klinoptilolit dapat memisahkan 99% amonium/amonia dari limbah industri. Selain mempunyai rongga yang besar zeolit juga mempunyai sifat absorben yang baik. Proses absorpsi secara garis besar dapat dibagi dua hal pokok yang berdasar pada cara absorpsinya yaitu absorpsi fisika (Van der Waals) merupakan fenomena yang terjadi secara reversible sebagai akibat dari gaya atraksi (tarik-menarik) antar molekul padatan dengan substansi yang terabsorp (Gottardi, 1978 dalam Setiaji 2000). Kedua adsorpsi kimia atau kemisorpsi atau adsorpsi aktif yang merupakan hasil interaksi kimia antara suatu padatan dan substansi teradsorp (Hamdan, 1992 dalam Setiaji, 2000). Zeolit sudah dikenal sebagai penyerap jauh sebelum Mc. Cabe (1985) dalam Golzs (1995), meneliti tentang penyerapan fisik khabasite, dimana volume molekular bahan yang akan diserap berpengaruh terhadap jumlah dan kemampuan yang dapat diserap zeolit tersebut. Hal ini berkaitan dengan kekhasan sifat zeolit yang memiliki bentuk kristalin yang teratur dengan diameter serta ukuran yang sama, juga adanya rongga (cavity) yang saling berhubungan ke segala arah, sehingga menyebabkan luas permukaan internal zeolit menjadi semakin besar. Topologi zeolit yang dilewati oleh jaringan berliku-liku (chanel) berdimensi bebas membuatnya dapat digunakan sebagai absorben (Setiaji, 2000) Di perairan dengan kondisi bersalinitas zeolit berperan sebagai pengontrol pH dan penyerap NH3, NO3- dan H2S, pengontrol kandungan alkali, oksigen dan perbaikan lahan tambak melalui penyerapan logam berat Pb, Fe,

Hg, Sn, Bi, dan As. Beberapa metode penurunan kosentrasi anion Cr(VI) telah dilaporkan oleh Mulyani dan Koesnarpadi (2001) dalam Wahyuni, et al. (2004), menyatakan pertukaran ion dengan zeolit terfosfatasi, reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III) dengan reduktor zat organik dan reduksi dengan fotoreduksi terkatalis dengan cahaya Santoso (2001) dalam Wahyuni, et al. (2004) Zeolit murni mempunyai kemampuan mengikat atau daya afinitas yang cukup besar terhadap ion-ion amonia. Oleh karena itu, untuk menghilangkan amonia diperlukan zeolit yang dapat tukar menukar ion, yakni ion natrium (Na+) dari zeolit dan klinoptilolite dapat ditukar tempatnya oleh ion amonium (NH4+.) sehingga NH4+ yang tadinya berkeliaran larut dalam air lalu diikat oleh zeolit. Diikatnya ion amonium mengakibatkan NH4+ Z + Na+ Ca+ 2 Z -2 + 2 Na+ (1998), mengatakan H-zeolit mempunyai kestabilan berkurangnya molekul amonia. Persamaan reaksi proses pengikatan tersebut adalah sebagai berikut : Na+ Z- + NH4+ 2 Na+ Z + Ca+ 2 Soemantojo

kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dari zeolit alam. H-Zeolit diperoleh dengan pemanasan pada suhu 5500 C selama satu jam. Penggunaan zeolit dalam mengurangi amonia tidak mempengaruhi suhu air, ukuran butirannya mempengaruhi efisiensi pembuangan amonia. Makin kecil butirannya, makin tinggi efektifitasnya. Penggunaan Zeolit dalam bidang pertanian dan lingkungan dikaitkan dengan selektifitas penyerapan ion sangat penting ditentukan mengingat kompleksnya komposisi kimia air limbah, tanah dan permukaan.

Nitrifikasi Spotte (1979) menyatakan, bahwa nitrifikasi adalah oksidasi amonia secara biologis menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotrop. Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. adalah kemungkinan genera yang terpenting dari bakteri autrotrop di datam air tawar, air payau dan air laut.

22

Mekanisme proses nitrifikasi oleh bakteri melaui tahapan yaitu : Tahap pertama : 2NH4+ +3 O2 Nitrosomonas Tahap kedua : 2NO2- + O2 Keseluruhan : NH4+ + 2O2

2NO2- + 4 H+ + 2H2O

Nitrobakter sp.

2NO3-

NO3- + 2 H+ + H2O

Bakteri autrotrop yang melakukan proses nitrifikasi membutuhkan senyawa anorganik sebagai sumber energi dan karbondioksida sebagai sumber karbon. Nitrosomos sp dan Nitrobacter sp. adalah bakteri autrotrop obligat yang tidak dapat mengoksidasi subtrat selain dari pada NH4 dan NO2-. Mc Carty dan Haug (1971) menyatakan bahwa proses kimiawi nitrifikasi sebagai berikut : 55 NH4+ + 5 CO2 + 76 O2 C5H7O2N + 54 NO2- + 52 H2O + 109 H+ C5H7O2N + 400 NO3- + H+

54 NO2-+ 5 CO2 + NH4+ + 195 O2 + 2H2O

Selanjutnya dinyatakan oleh Mc Carty dan Haug (1971), bahwa ion H+ yang dibebaskan dari proses nitrifikasi akan menurunkan pH air dan mengurangi keseimbangan karbonat yaitu dengan reaksi : 2 H+ + 2 CO322 H+ + 2 HCO32 H2CO3 2H2O + 2CO2

Efisiensi proses nitrifikasi dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu (1) keberadaan senyawa beracun (bakterida) di dalam air, (2) suhu, (3) pH, (4) kandungan oksigen terlarut, (5) salinitas dan (6) luas permukaan subtrat yang tersedia untuk menempelnya bakteri. Bahan-bahan yang bersifat racun tersebut menghambat bakteri nitrifikasi melalui dua mekanisme yaitu menghambat perkembangbiakan dan pertumbuhan bakteri atau mempengaruhi metabolisme sel sehingga menurunkan kemampuan oksidasi bakteri. Yoshida (1967) dalam Spotte (1979), menyatakan bahwa pertumbuhan optimum bakteri nitrifikasi dalam air laut pada suhu 27-28C. Kawai et al. (1979) dalam Spotte (1979), mengatakan aktivitas bakteri nitrifikasi menurun dengan meningkatnya atau menurunnya salinitas di mana bakteri tersebut tetap hidup (ambient salinity). Oksidasi amonia dan nitrit Iebih efisien terjadi pada kondisi

28

aerob. Bakteri Nitrobacter mempunyai lingkungan hidup sebagai autrotrof di dalam air tawar, air payau dan air laut. Genus Nitrobacter selnya berbentuk batang pendek, sering berbentuk beji dengan penutup polar dari cytomembranne (Buchanan dan Gibbons, 1974). Hidup dalam lingkungan kisaran pH 6,5-8,5 dan kisaran suhu 5-40C, habitatnya di tanah, air tawar dan air laut.

2.5. Kualitas Air Air sebagai media hidup ikan harus memiliki kondisi optimal baik kualitas maupun kuantitasnya. KuaIitas air pada budidaya ikan secara intensif ditentukan oleh : DO, suhu, CO2 bebas, pH, NH3, nitrogen dan alkalinitas air (Boyd & Tucker, 1990).

DO Swingle dan Loyd (1980), menyatakan bahwa ikan memerlukan kadar oksigen terlarut minimum 1,0 mg/liter bila dalam keadaan istirahat, tetapi bila keadaan aktif memerlukan oksigen terlarut 3 mg/l. ltasawa dalam Alabaster dan Lloyd (1980), mengemukakan bahwa untuk meningkatkan atau mempertahankan pertumbuhan, nafsu makan dan konversi pakan yang baik bagi ikan, kandungan oksigen terlarut 3 mg/liter pada suhu 26,5C. Menurut Boyd (1988), menyatakan kehidupan air tawar cukup baik jika kandungan 02 terlarut lebih besar dari 5 mg/liter.

Suhu Suhu merupakan salah satu faktor ekternal penting yang mempengaruhi produksi ikan (Huet, 1971). Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting pada ikan seperti pernapasan, pertumbuhan, reproduksi dan selera makan. Menurut Djadjadiredja dan Jangkaru (1973), suhu optimal untuk kelangsungan hidup ikan berkisar antara 25-27C. Suhu air mempunyai arti yang sangat penting, selain mempengaruhi langsung aktivitas fisiologis biota perairan juga mempengaruhi sifat fisika kimia air. Makin tinggi suhu perairan makin sedikit jumlah biota yang hidup di perairan tersebut. Diketahui suhu air akan mempengaruhi kehidupan langsung mikroorganisme termasuk virus dan bakteri. Suhu berguna dalam mengukur aktifitas kimia dan biologis, suhu juga berpengaruh terhadap proses nitrifikasi dan

28

amonium. Proses pembusukan anaerobik sebagian besar dipengaruhi oleh suhu, yang prosesnya akan mencapai empat kali lipat pada suhu 270C di banding suhu 70C (Mahida, 1986 dalam Linda 1995).

CO2 Karbondioksida adalah sumber karbon yang lebih disukai oleh tumbuhan akuatik seperti algae dibandingkan bikarbonat dan karbonat. Kadar CO2 di perairan mengalami pengurangan bahkan juga hilang dari perairan akibat proses fotosintesis, evaporasi dan agitasi air. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan budidaya sebaiknya memiliki kadar CO2 bebas < 5 mg/l (Efendi, 2000). Kandungan karbon bebas diperairan dalam jumlah berlebihan bersifat racun bagi ikan. Menurut Pescod (1973) batas kelayakan kandungan CO2 bagi ikan dalam lingkungan budidaya adalah 12 mg/l.

NH3 Sisa-sisa pakan dan kotoran terurai menjadi nitrogen dalam bentuk NH3 terlarut. ElFAC (European Inland Fisheries Advisory Comision) dalam Boyd, 1991) menyatakan bahwa kadar NH3 0,2-2,0 mg/l dalam waktu yang singkat sudah bersifat racun bagi ikan. Senada dengan hasil percobaan yang dilakukan di beberapa di laboratorium, NH3 yang membahayakan bagi ikan dan mematikan dengan kadar 0,2-2,0 mg/l NH3 (Alabaster dan Lloyd, 1980). Sedangkan menurut Pescod (1973), kandungan amonia harus Iebih kecil dari 1,0 mg/l. Menurut Boon et al. dalam Hariati (1989), tingkat kejenuhan nitrogen dalam gas (ammonia dan nitrit) dapat menyebabkan gas bubble disease bagi anak-anak ikan. Pengaruh utama nitrit adalah perubahan di dalam transfer oksigen, oksidasi persenyawaan penting dan rusaknya jaringan organ respirasi.

Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam yang dikenal dengan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kapasitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Pembentuk alkalinitas utama di perairan adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut, paling banyak ion hidroksida terdapat di perairan alami (Effendie, 2000). Dalam budidaya intensif diperlukan air yang bersifat netral atau sedikit basa yaitu pada pH 7-8 (Huet, 1971). Nilai alkalinitas yang rendah menyebabkan

28

kematian ikan karena pada kondisi tersebut pH air sangat berfluktuasi. Pada umumnya pada budidaya ikan nila alkalinitas air berkisar antara 30-200 mg/l CaCO3 (Stickney, 1979) .

2.6. Bahan organik Bahan organik pada suatu perairan berasal dari proses penguraian organisme yang mati oleh bakteri dan sisa pakan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat (Boyd, 1990). Menurut Suastika et al., (1994) bahan organik di air adalah substansi yang tidak mungkin terlepas dari aktivitas akuakultur. Meningkatnya bahan organik dalam air akan membahayakan kehidupan secara tidak langsung.

Biochemical Oxigen Demand (BOD) Nilai BOD merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama proses dekomposisi bahan organik sehingga BOD5 menggambarkan suatu proses oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme yang terjadi di perairan (Boyd, 1988). Menurut Winarno dan Fardiaz dalam Linda (1995), salah satu cara mengetahui adanya kandungan bahan organik dalam air limbah adalah dengan cara menganalisis BOD5. BOD5 merupakan uji yang paling penting dalam menentukan daya cemar limbah. Energi yang didapat untuk pengolahan limbah secara aerobik akan berkurang bila jumlah oksigen terlarut rendah. Selanjutnya Valo et al. (1985) dalam Linda (1995), menyatakan bahwa oksigen merupakan faktor yang sangat penting dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan oksigen sangat rendah proses penguraian bahan organik oleh bakteri aerobik mesofil akan berjalan lambat. Sejalan dengan penurunan BOD5 tersebut kemungkinan ketersediaan oksigen dalam air akan meningkat akibat oksigen yang ditransfer (reoksigenasi) akan lebih tinggi dibandingkan oksigen yang dipakai (deoksigenasi). Berkurangnya bahan organik juga akan akan meningkatkan kemampuan transfer oksigen ke dalam air, yang diakibatkan oleh kemampuan difusi oksigen melalui permukaan kontak udara-air tidak terhalangi. Menurut Spotte (1979), bahan organik merupakan senyawa aktif yang dapat terkonsentrasi pada lapisan permukaan air dan merupakan penghalang (barrier) adanya kontak langsung antara udara dan air sehingga difusi oksigen terhalang.

28

TSS (Total Suspended Solid) Padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan di saringan millipore dengan diameter pori 0.45 m. TSS terdiri dari lumpur, pasir halus, jasad renik dan pakan yang tidak termakan (Wedemeyer, 1996). Di media budidaya TSS merupakan buangan metabolisme berupa feces dan sisa pakan yang terlarut.

2.7. Bakteri Mekanisme kerja sistem biofilter sangat ditentukan oleh aktifitas kerja bakteri yang akan tumbuh di permukaan media filter (biofilm) (Golzs, 1995). Bakteri dapat berkembang apabila makanan yang dibutuhkan tersedia dan tidak ada faktor pembatas pertumbuhan lainnya. Menurut Spotte (1979), menyatakan bahwa nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia secara biologis menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotof, yaitu Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. Bakteri ini tidak dapat mengoksidasi subtrat selain NH4+ dan NO-2 (Mc Carty dan Haug, 1971). Selanjutnya dinyatakan, bahwa ion H+ yang yang dibebaskan selama proses nitrifikasi akan menurunkan pH air dan mengurangi keseimbangan karbonat. Kemampuan oksidasi oleh bakteri dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu : keberadaan senyawa beracun (bakterisida) air, suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas dan luas permukaan untuk menempel bakteri (Mc Carty dan Haug, 1971). Bakteri nitrifikasi tumbuh optimum pada suhu 27-280C (Yoshida dalam Spotte, 1979). Aktifitas bakteri nitrifikasi menurun dengan meningkat atau menurunnya salinitas tempat bakteri hidup. Oksidasi amonia dan nitrit lebih efisien pada kondisi aerob (Kawai et al. dalam Spotte, 1979). Bakteri nitrifikasi hidup pada kisaran pH 6.5-8.5, hidup di habitat tanah, air tawar dan laut (Buchanan dan Gibbons, 1974). Genus Nitrosomonas, dengan sel berbentuk batang lurus dengan membran peripheral, terdapat lamela berbentuk pita. Genus Nitrobacter sel berbentuk batang pendek, sering berbentuk baji dengan penutup polar dari Cytomembrane. Bakteri dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok gram yaitu gram positif dan negatif. Bakteri gram negatif dan positif dibedakan oleh adanya jumlah peptidoglikan yang terdapat pada dinding sel. Pada bakteri gram positif mempunyai jumlah peptidoglikannya sampai 50-90%, sedangkan pada gram

28

negatif hanya mengandung peptidoglian sebesar 10%. Ketebalan peptidoglikan tersebut yang menahan cairan violet kristal (Gaudy dan Gaudy, 1980 dalam Linda (1995). Hasil oksidasi bahan organik sangat ditentukan oleh kinerja bakteri yang saling melengkapi, kerjasama yang bersifat variatif dari bakteri dapat menimbulkan efek yang positif dan negatif. Selama proses penguraian terjadi berbagai macam variasi kerjasama bakteri yang bekerja tidak selalu sinergis. Menurut Grady (1985) dalam Linda (1995), mikroba mempunyai sistem kerja interaksi berdasarkan efek yang dihasilkan. Klasifikasi sistem interaksi kerja bakteri selengkapnya di gambarkan pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi sistem interaksi kerja bakteri.
Efek organisme A terhadap organisme B Positif Tidak ada Negatif Efek organisme B terhadap organisme A Positif Mutualisme Komensalisme Parasit dan Predator Tidak ada Komensalisme Netral Amensalisme Negatif Parasit dan Predator Amensalisme Kompetisi

Menurut Rolz et al. (1986), bakteri yang bekerja sendiri (pure culture) akan menghasilkan produk yang lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa mikroorganisme yang bekerjasama. Hasil percobaan yang dilakukanya ditemukan bahwa A.cellulolyticus (cultur murni) dapat menguraikan selulosa sebanyak 19%, sedangkan bila kultur ditambahkan C. Sacharolyticum maka selulosa yang dapat diuraikan sebanyak 34%. Menurut Metcalft dan Eddy (1991), suatu reaksi kimia antara subtrat dan enzim selalu menghasilkan suatu produk dan kerja dari enzim yang dipengaruhi oleh pH dan suhu, nitrat dalam air sebagai pencemar berfungsi sebagai penerima elektron.

2.8. Biologi Ikan Red Rainbow Menurut Allen (1991), klasifikasi ikan red rainbow Glossolepis incisus Weber adalah sebagai berikut : Filum Subfilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Actinopterygii : Atheriniformer : Melanotaeniidae : Glossolepis : Glossolepis incisus Weber

28

Ciri-ciri umum ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) menurut Suyatno (2000), yaitu moncong agak panjang, mata lebar, badan silindris, sirip punggung dan sirip perut membentuk simetris mendekati ekor. lkan rainbow memiliki sirip punggung ganda, sirip punggung pertama lebih kecil dari pada sirip punggung kedua. Sementara bentuk sirip ekor normal bercagak (lunate). Satu hal yang lebih khusus dari ikan rainbow adalah sirip dada kanan dan kiri yang transparan seperti plastik. Tubuh ikan jantan berwama merah terang (merah bata) dan ikan betina berwarna merah pucat. Pada kedua sisi bagian tengah tubuh terdapat warna keperakan. Warna siripnya kemerahan atau jingga. Menurut Nasution (2000), menyatakan bahwa ikan rainbow akan berwarna lebih menarik bila menjelang masa memijah. Menurut Allen (1991), ikan red rainbow merupakan ikan omnivora yang memakan serpihan makanan, invertebrata kecil, serangga air, crustacea kecil, larva serangga, alga dan makanan hidup lainnya maupun makanan yang sudah dibekukan. Habitat asli ikan rainbow adalah perairan yang mengalir seperti sungai dan danau (Lingga dan Susanto, 1987). Menurut Allen (1991), ikan ini banyak terdapat di Danau Sentani, lrian Jaya, Indonesia. lkan red rainbow juga dapat dipelihara di dalam akuarium, tanki, drum dan juga bak beton. lkan Red rainbow mudah memijah pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi di habitat alaminya. Suhu yang sesuai adalah 24-270 C, sedangkan pH airnya berkisar antara 6 - 8 (Nasution, 2000). Lingga dan Susanto (1987), menambahkan bahwa pH air sebaiknya di atas 7 (agak basa) sehingga dalam pemeliharaannya dapat menggunakan air sumur atau air ledeng sebagai medianya. Panjang maksimal yang dapat dicapai ikan red rainbow adalah 5 inci atau sekitar 13 cm (Allen,1991). Menurut Lingga dan Susanto (1987), ikan red rainbow sudah dapat memijah pada saat ia mencapai umur kurang lebih 7 bulan dengan ukuran rata-rata 5 cm. Ikan rainbow merupakan ikan yang aktif bergerak, senang hidup berkelompok dan sering terlihat membentuk barisan, serta dapat dipelihara bersama-sama dengan ikan Iainnya.

2.9. Pertumbuhan Pertumbuhan menurut Effendie (2002), adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat dan volume dalam periode tertentu. Dijelaskan bahwa pertumbuhan secara individual adalah pertambahan jumlah sel-sel

28

secara mitosis yang akhirnya menyebabkan ukuran jaringan, sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah pertumbuhan jumlah individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut Sikong (1982), meliputi faktor internal, yaitu keturunan, jenis kelamin dan umur. Sedangkan faktor ekstemal, yaitu kualitas media budidaya, makanan, penyakit, dan lain-lain.

2.10. Warna Warna pada ikan tampak karena adanya pigmen (Fujii, 1983). Pigmen pada hewan tersimpan dalam kondisi stabil dan terkonsentrasi pada produkproduk integumen. Integumen merupakan sistem pembalut tubuh seperti eksoskeleton, rambut, bulu, kitin, kulit dan derivat-derivatnya. Menurut Rahardjo (1980), ikan mempunyai sel khusus penghasil pigmen yaitu iridosit dan kromatofor. lridosit terdiri dari leukofor dan guanofor yang merupakan sel cermin dan hanya memantulkan warna di luar tubuh seperti guanin kristal yang berwarna keputih-putihan yang merupakan sisa metabolisme. Kromatofor merupakan sel-sel yang mengandung sel-sel pigmen dan terdapat di dermis. Kromatofor menghasilkan empat sel pigmen yaitu eritrofor yang mengandung pigmen merah dan oranye, xantofor yang mengandung pigmen kuning, linkofor yang mengandung pigmen putih dan melanofor yang mengandung pigmen hitam. Pigmen merah, kuning dan oranye mengandung vitamin A yang di peroleh dari pakan. Sel melanofor mengandung zat warna melanin yang merupakan sal pigmen yang paling berperan dalam hampir semua warna. Baik leukofor maupun iridofor mengandung pigmen tak berwarna yang dapat bergerak dalam sitoplasma atau menumpuk pada permukaan kulit. Menurut Wikipedia (2008), setiap warna mempuyai panjang gelombang yang berbeda-beda, selengkapnya bisa dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Beberapa warna dengan panjang gelombangnya : No. Panjang gelombang (nm) Biru 440-490 Kuning 565-590 Jingga (orange) 585-620 Merah 625-740 Sumber : www. wikipedia. com (9 Juli 2008) Warna Ket Merah+kuning -

28

Warna merah adalah cahaya yang mempunyai frekwensi yang bisa ditangkap mata manusia. Warna merah mempunyai panjang gelombang 700 nm. Seperti darah yang mempunyai oksigen warnanya merah seperti hemoglobin. Cahaya merah dapat terserap ke dalam laut, sahingga binatang laut invertebrata laut menjadi merah yang tadinya berwarna hitam di habitat aslinya.

22

III. METODE PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan, Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT), Depok bulan Mei sampai Oktober 2008. selama enam bulan dari

3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb: a) Hewan uji ikan red rainbow ukuran ( inci) sebanyak 1440 ekor b) Pakan (pelet komersial) c) Bahan filter (zeolit alam, bioball, serat kapas (dakron)) d) Enam unit resirkulasi dan akuarium 28 buah ukuran (100 x 60 x 40) cm e) Analisis kualitas air dan bakteri

Ikan Uji lkan yang digunakan adalah ikan red rainbow ukuran inci, dengan padat tebar satu ekor per liter dengan volume air per akuarium 60 liter. Ikan diperoleh dari hasil budidaya sebelum diberi perlakuan. Zeolit Zeolit yang digunakan adalah zeolit alam yang belum mengalami perlakuan khusus. Untuk mendapatkan ukuran yang seragam dilakukan penghalusan dengan penumbukan. Setelah dihaluskan dilakukan penyaringan dengan ukuran 20 mesh (10 mm), sehingga ukuran zeolit yang digunakan dalam percobaan bisa mendekati kehomogenan. Bioball Bioball merupakan bahan sintesis dari plastik yang diproduksi secara komersial. Bahan ini sudah di kenal dan digunakan di luar negeri dan dalam negeri. Serat kapas (dakron) Bahan sintesis pengganti kapas, digunakan oleh hobiis akuarium sebagai filter untuk menjernihkan air budidaya. yang telah diadaptasikan selama satu minggu

28

Air Air yang digunakan berasal dari sumur bor yang terlebih dahulu didiamkan di bak tandon. Penandonan dilakukan selama 2-3 hari dengan diberikan aerasi.

Unit Resirkulasi Sistem resirkulasi dengan skala laboratorium ditempatkan di Laboratorium Lingkungan (LIRBIHAT) Depok. Bak filter untuk menempatkan filter yang akan digunakan serta dilengkapi pompa 32 watt untuk mengalirkan air ke akuarium. Akuarium yang digunakan berukuran (100 x 60 x 40) cm, sebanyak 28 buah. Setiap bak filter berisi prosentase bioboll dan zeolit disesuaikan dengan perlakuan yang dicobakan. Sebelum digunakan resirkulasi didiamkan selama tujuh hari untuk menjalankan sistem biofilter. Sistem resirkulasi yang digunakan dalam percobaan dengan tata letak filter, pompa dan kelengkapanya di sajikan di Gambar 1,

3 4

1A1(5)

A2 (5)

A3 (5)

A4 (5)

Ket :
FFFilter filteFr Filter (1)
pompa

Flter

Pump (2)

1. Filter 2. Pompa 3. Inlet 4. Outlet 5. Akuarium : Arah aliran air

Gambar 1. Skema unit resirkulasi

Peralatan Penumbuh Bakteri Nitrifikasi Peralatan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.) adalah botol film, cawan petri, pipet, tabung erlemeyer 500 ml, autoclave dan inkubator.

28

3.3. Metode Penelitian Sistem resirkulasi yang dipakai dalam percobaan menggunakan filter zeolit dan bioball dalam menjaga kualitas air selama pemeliharaan ikan red rainbow. Satuan perobaan terdiri dari lima perlakuan dan satu kontrol, masingmasing perlakuan dilakuan pengulangan sebanyak empat kali. Perlakuan yang dicobakan adalah kombinasi volume (tinggi) bioball dan zeolit yang dibagi dalam lima perlakuan. Setiap filter yang digunakan masing-masing di beri serat kapas (dakron) yang berfungsi menyaring kotoran yang relatif besar untuk menghindari penumpukan kotoran yang berlebih disetiap filter. Satuan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut : A. 100 % zeolit, B. C. D. F. 25 % bioball + 75 % zeolit, 50 % bioball + 50 % zeolit, 75 % bioball + 25 % zeolit, serat kapas (dakron)

E. 100 % bioball

3.4. Parameter Penelitian Parameter yang diamati Untuk mengevaluasi kualitas air dalam sistem resirkulasi yang berkaitan dengan kinerja bakteri dilakukan pengukuran beberapa parameter. Parameterparameter yang akan dijadikan ukuran kinerja dari sistem adalah : kebutuhan oksigen biokimia (BOD5), oksigen (O2), ammonia (NH3-N), nitrit (NO2), nitrat (NO3), alkalinitas, suhu, pH, CO2, konductivity, kelimpahan bakteri dan efisiensi nitrifikasi (%), panjang (cm), berat (g) dan kelangsungan hidup (SR) dan konversi pakan (FCR) .

3.5. Teknik Pengumpulan Data Pengambilan dan pengamatan kualitas air dilakukan setiap satu minggu. Metode analisis dan pengawetan contoh tercantum pada Tabel 3.

36

Tabel 3. Metode analisis sampel dan parameter yang diamati selama percobaan Parameter A. Air Suhu BOD5 Ammonia Oksigen terlarut NO2 NO3 Alkalinitas total pH CO2 B. Biota Bakteri Ikan (panjang, berat, warna) Satuan C Mg/l Mg/l mg/l mg/l mg/l mg CaCO3/l Mg/l Cmu/ml Cm, g, %
0

Metoda Termometer (min-max) Inkubasi 20 0C, Titrimetrik Spectrofotometer DO meter Spectrofotometer Spectrofotometer Titrasi pH meter Titrasi Plate Count, gram positif-negatif Timbangan elektrik, milimeter blok, Spectrofotometer

Pengawetan sampel Analisis langsung Lab Lab Lab Lab Lab Analisis langsung Analisis langsung Analisis langsung Lab Analisis langsung

3.6. Desain dan waktu evaluasi Percobaan dilakukan selama tiga bulan, evaluasi sistem di lakukan terhadap BOD5, efisiensi ammonia, nitrit, nitrat, DO. Sebagai parameter penunjang dilakukan analisis : pertumbuhan (mm,g), survival rate (SR), FCR dan warna dilakukan setiap perlakuan. Pengukuran efektifitas oksidasi bahan organik dilakukan di inlet dan outlet filter setiap minggu, sedangkan parameter untuk ikan seperti; panjang, berat, kematian, warna dan kualitas air dilakukan pengukuran di setiap akuarium setiap 15 hari.

3.7. Efesiensi NH3 (%). NH3 removal = NH3 filter inlet- NH3 filter oulet (%) NH3 removal = (NH3 removal/NH3 filter inlet) X 100% (Mc Carty dan Haug, 1971).

38

3.8. Perhitungan Kualitas Air Karbon dioksida (karbonat titrimetri), ammonia (Spektrofotometor, motoda nessler), DO (DO meter), TSS (TSS meter), pH (pH meter), alkalinitas (titrasi) dan suhu (termometer air raksa min-max).

Kualitas Air Yang Dihasilkan Kualitas air yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan pendekatan metode cheklist berskala dengan pembobotan, dalam membandingkan kualitas air secara kuantitatif. Menurut Loren dan Carter (1979) dalam Azwar (1983), tahap pertama dengan cara mengkategorikan individu kualitas air ke dalam unit-unit yang sifatnya sama (Tabel 4), kemudian ditransfer ke dalam suatu skala kualitas lingkungan (EQ). Langkah kedua memberikan skala EQ berdasar individu parameter, selengkapnya disajikan di Tabel 5 Tabel 4. Skala kelas kualitas air sesuai kriteria (Loren dan Carter, 1979 dalam Azwar. 1983). Skala Kelas 1 2 3 4 5 Kisaran Nilai Kualitas Air (EQ) 0.00-0.19 0.20-0.39 0.40-0.59 0.60-0.79 0.80-1.00 Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Kriteria Kualitas

Tabel 5. Kriteria pemberian skala EQ berdasarkan individu parameter Parameter Lingkungan 1 O2 (mg/l) BOD5 (mg NH3 (mg/l)/l) 0.00-3.00 5.00 0.08-0.10 2 3.00-4.50 5.00-3.00 0.06-0.08 Nilai Kelas 3 4.50-5.50 3.00-2.00 0.04-0.06 4 5.50-6.50 2.00-1.00 0.02-0.04 5 6.50-7.50 1.00-0.00 0.00-0.02

Menentukan skala

kepentingan tiap individu parameter, yaitu nilai

kepentingan suatu komponen yang menggambarkan peranan dalam kualitas lingkungan. Makin besar nilai kepentingan berarti semakin besar peran individu parameter dalam lingkungan.

38

Langkah ketiga adalah menentukan rasio kepentingan O2 : BOD5 : NH3 (mg/l) = 1 : 0.8 : 0.5 PIU O2 PIU NH3 PIU BOD5 = 1.0/2.3 x 10 = 4 (dibulatkan) = 0.8/2.3 x 10 = 3 (dibulatkan) = 0.5/2.3 x 10 = 2 (dibulatkan)

Langkah ke-empat menentukan tingkat kualitas air berdasarkan : Tingkat Kualitas Air = ((PIU O2 x K )+ (PIU BOD5 x K) + (PIU NH3 x K))/( PIU x 5) dimana ; PIU K 5 = bobot kepentingan individu parameter = nilai EQ = nilai kelas air tertinggi

3.9. Penghitungan Bakteri Penghitungan bakteri dilakukan berdasar jumlah dan jenis, pehitungan dilakukan secara total menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Setelah dihitung jumlah populasi yang ada dilanjutkan dengan melakukan pewarnaan untuk memperoleh informasi jenis bakteri berdasarkan gram negatif dan positif bakteri.

Pewarnaan Bakteri Salah satu pewarnaan bertingkat yang paling banyak digunakan adalah metode perwarnaan bertingkat yang dikembangkan oleh Christian Gram (1884) dalam Suriawiria (2005), yang telah disempurnakan secara bertahap. Tahapan pewarnaan dibagi kedalam dua kelompok besar bakteri gram positif dan Gram negatif. Kemudia dilakukan penghitungan secara total untuk melihat kelimpahan bakteri. Uji pewarnaan menggunakan metode pewarnaan gram positif dan gram negatif untuk menentukan jenis bakteri yang ada. Setelah diketahui bisa menjelaskan kinerja dan jenis yang ada seperti : batang pendek, batang, coccus, dan koloni bakteri yang mempunyai susunan berantai.

38

3.10. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Pertumbuhan Pertumbuhan berat mutlak atau nisbi : h = Wt - Wo, dimana : h = perubahan bobot mutlak atau total tubuh ikan selama percobaan (gram) Wt = bobot total tubuh awal percobaan (gram) Wo = bobot total tubuh selama percobaan (gram) (Weatherley, 1972).

Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian (a) dihitung berdasarkan rumus dari Effendie (2002), yaitu : a= t Wt Wo - 1 x 100 %

Keterangan : a Wt Wo t = laju pertumbuhan harian (% bobot tubuh/hari). = bobot rata-rata individu pada akhir penelitian (gram). = bobot rata-rata individu pada awal penelitian (gram). = lama penelitian (hari).

Kelangsungan Hidup (SR) Nt SR ------ X 100% No dimana : SR = kelangsungan hidup (%) Nt = populasi ikan pada akhir masa pemeliharaan (ekor) No = populasi ikan pada awal masa pemeliharaan (ekor) Makanan dan Konversi Pakan (FCR) Jumlah makanan yang diberikan dihitung selama percobaan, setiap 15 hari dilakukan pengambilan sampel ikan untuk ditimbang bobot totalnya. Hal ini digunakan untuk menentukan pemberian pakan selanjutnya setiap hari. Pakan

38

yang diberikan sebanyak 5% dari biomassa ikan, diberikan tiga kali sehari.
F FCR=----

dimana : FCR = tingkat konversi pakan F Wt Wo D = jumlah pakan yang diberikan selama percobaan (gram) = bobot total ikan pada akhir percobaan (gram) = bobot total ikan pada awal percoban (gram) = bobot total ikan yang mati selama percobaan (gram)

(Djajasewaka, 1985).

3.11. Pengukuran Warna Ikan Red Rainbow Metode yang digunakan untuk menilai warna bisa dilakukan menggunakan metode organoleptik secara fisual dengan membandingkan warna ikan dengan tocca coloor parameter. Penggunaan tocca coloor menggunakan metode sampling dengan beberapa responden. Responden yang dipakai diutamakan yang mengenal ikan dan bisa bersifat subjektif. Sistem penilaian yang digunakan dengan cara scoring terhadap warna ikan dibandingkan dengan tocca coloor. Pengukuran warna dalam percobaan ini menggunakan spektofotometer. Sebelum dilakukan pengukuran warna setiap perlakuan di lakukan pengukuran standard yang akan digunakan sebagai pembanding. Sebagai pembanding di lakukan pengukuran warna terhadap tiga kelompok warna ikan yang dipisahkan berdasarkan penilaian responden. Responden di pilih yang benar-benar subjektif sehingga pemilihan tiga kelompok yaitu : A. warna baik, B. warna sedang dan C. warna kurang, setiap sampel dapat mewakili kelompok warna yang ada. Setelah diperoleh standar pembanding warna baru dilakukan pengukuran terhadap beberapa sampel ikan dari masing-masing perlakuan. Panjang gelombang spektrofotometer yang digunakan untuk mengukur warna merah distel pada 420 nm (Wikipedia, 2008). Warna yang diamati adalah kulit dan sisik ikan red rainbow. Prosedur yang dilakukan adalah: sisik ikan diambil kemudian dimasukkan ke gelas ukur kemudian ditambahkan larutan Aceton 90% sebanyak 10 ml. Sampel di vortex selama lima menit, sampel didiamkan sebentar sampai mengendap kemudian dilakukan pengukuran menggunakan

38

spektrofotometer. Metode yang sama juga dilakukan untuk analisis warna kulit.

3.12. Pelaksanaan Percobaan Percobaan dilakukan dalam dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan Pendahuluan Percobaan pendahuluan ini dilakukan untuk menentukan berjalannya sistem yang ditandai adanya fluktuasi ammonia dan koloni bakteri diharapkan biomas bakteri non-patogen (bakteri nitrifikasi) tumbuh maksimal. Percobaan dilaksanakan selama 30 hari tanpa dipelihara ikan, bahan organik diperoleh dari pelet komersial yang dimasukkan ke dalam aliran sistem resirkulasi. Pengambilan sampel dilakukan lima hari sekali selama 30 hari. Parameter yang diamati adalah fluktuasi ammonia, nitrit, nitrat, BOD, O2, alkalinitas total, pH, CO2. Setiap lima hari ke dalam sistem resirkulasi dilakukan penambahan untuk mengganti berkurangnya air karena penguapan.

Percobaan Utama Sistem Resirkulasi skala laboratorium yang teIah disiapkan digunakan dalam percobaan pendahuluan sistem yang digunakan sebanyak enam unit resirkulasi, masing-masing sistem ditempatkan empat akuarium yang diisi ikan dengan kepadatan 60 ekor per akuarium. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5% dari bobot total badan ikan, dengan frekuensi tiga kali sehari. Pengambilan sampel berat dan panjang ikan dilakukan setiap 15 hari sekali.

Variabel Kerja Variable kerja yang diamati untuk penelitian ini adalah : kualitas air BOD5, DO, TSS, ammonia, nitrit, nitrat, pH, suhu, bakteri dan efisiensi penyisihan ammonia, pertumbuhan panjang, berat dan kelangsungan hidup (Effendie, 2002), efisiensi pakan (FCR) (Takeuchi, 1988). Pengambilan sampel bakteri dilakuakn di filter, sedangkan untuk parameter kualitas air di inlet dan outlet satuan percobaan.

3.13. Rancangan Percobaan Rancangan disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan yang diulang sebanyak empat kali Model Statistik : Steel and Torrie (1991)

38

Yij : i +j + ij, Yij : Pegaruh aditif Filter ke-i, ulangan ke-j i : Nilai tengah populasi j : Pengaruh aditif filter ke-i ij : Galat percobaan filter ke-i ulangan ke-j

3.14. Analisis Data Data yang diperoleh berupa kualitas air dianalisis secara deskriptif dalam bentuk gambar dan grafik. Untuk nilai efisiensi ammonia, sintasan, pertumbuhan, FCR dan koloni bakteri dilakukan uji sidik ragam (ANOVA), apabila terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan dilkukan uji lanjut dengan uji LSD (uji t) menggunakan program SPSS versi 12.0.

36

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan Pendahuluan Hasil percobaan pendahuluan, menunjukkan filter biologi dapat digunakan secara optimum setelah fillter bekerja yang ditandai adanya fluktuasi amonia, nitrit dan nitrat dan kerja koloni bakteri. Kelimpahan koloni bakteri yang bekerja di setiap filter pada percobaan pendahuluan menggunakan filter zeolit, bioball dan serat kapas (dakron) memberikan jumlah yang berbeda. Kelimpahan bakteri untuk zeolit adalah (2.640.20) x 103, sedangkan filter bioball (5.51.91) x 103 dan serat kapas dengan kelimpahan bakteri (2.010.24) x 103 yang selengkapnya disajikan di Tabel 6. Tabel 6. Kelimpahan koloni bakteri percobaan pendahuluan di filter
Jenis Filter Zeolit Bioball Serat Kapas (dakron) Kelimpahan Bakteri.10 (cfu/mg) Ulangan 1 2 3 2.79 2.41 2.73 6.70 3.30 6.50 1.85 1.90 2.29
3

Rata-rata 2.640.20 5.51.91 2.010.24

Hasil pengamatan percobaan pendahuluan menunjukkan terjadi perubahan bahan organik total dan kualitas air di semua perlakuan, jumlah koloni bakteri, fluktuasi ammonia, nitrit dan nitrat membuktikan adanya kerja mikroba dalam memperbaiki kualitas air. Filter yang digunakan selama percobaan menghasilkan kualitas air yang layak untuk pemeliharaan ikan, selengkapnya disajikan di Tabel 7. Tabel 7. Kisaran nilai kualitas air selama percobaan pendahuluan
Parameter A Suhu ( C) pH DO (mg/l) BOD5 (mg/l) TSS (mg/l) NH3(mg/l).10
-2 -2 -2 0

Perlakuan B 28-30 7.0-7.5


4.94-10.59

C 28-29 7.0-7.5
6.35-10.59

D 28-31 7.0-7.5
5.34-10.23

E 27-30 6.5-7.0
8.47-10.53

F 27-30 6.5-7.0
7.41-09.17

28-30 7.1-7.5
5.64-10.23

12.35 71-97 5.34-7.98 0.09-0.11 0.19-0.34

14.82 77-116 4.81-5.80 0.04-0.13 0.17-0.45

13.41 77-167 1.63-4.64 0.08-0.14 0.15-0.65

16.24 76-94 1.20-2.17 0.06-0.13 0.15-0.41

18.28 76-98 1.92-4.83 0.03-0.16 0.14-0.48

10.23 76-94 1.62-3.60 0.06-0.22 0.12-0.61

NO2 (mg/l) 10 NO3 (mg/l) 10

Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E.
bioball 100% dan F. serat kapas,

36

4.1.2. Percobaan Utama 4.1.2.1. Kualitas air Prinsip pengelolaan air limbah tidak hanya untuk mempercepat oksidasi bahan organik, namun ditujukan untuk mendapatkan kualitas air yang layak bagi suatu kepentingan. Sebagai penentu keberhasilan kualitas air yang diperoleh, digunakan penilaian atas beberapa parameter penting dengan batas nilai kriteria berdasarkan tujuan penggunaannya. Untuk budidaya sistem intensif, penentuan parameter kualitas air ditentukan oleh tiga parameter penting yaitu : oksigen terlarut, BOD5 dan ammonia bebas. Hasil pengukuran parameter kualitas selama percobaan diperoleh hasil dengan kisaran yang dapat dikelompokkan ke dalam kelas kualitas air. Selengkapnya pengelompokkan kelas kualitas air di akhir penelitian untuk setiap perlakuan disajikan di Tabel 8. Tabel 8. Pengelompokkan kelas kualitas air media biofilter di akhir penelitian
Perlakuan Kelas air Sifat kualitas air O2 (mg/l) 8.835 8.119 8.472 7.761 8.472 7.413 Parameter BOD5 (mg/l) 22.591 3.530 3.170 30.361 28.496 19.45 NH3 (mg/l) 0.086 0.098 0.417 0.069 0.036 1.682

A B C D E F

3 4 4 3 3 3

Sedang Baik Baik Sedang Sedang Sedang

Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%,
E. bioball 100% dan F. serat kapas,

Kisaran hasil pengukuran parameter-parameter air dalam suatu sistem menunjukkan kualitas yang dihasilkan oleh suatu sistem. Kualitas air yang ada harus berada dalam batas optimum sebagai persyaratan suatu sistem dapat bekerja dengan baik. Hasil pengukuran kualitas air pemeliharaan ikan red rainbow secara lengkap dapat dikategorikan untuk perlakuan B dan C masuk kategori baik (kategori IV), sedangkan perlakuan lain masuk kategori III (Loren dan Carter (1979) dalam Azwar (1983). Hasil pengukuran menunjukkan kualitas air yang dihasilkan selama percobaan masih layak untuk kegiatan budidaya. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama percobaan berbagai kombinasi media biofilter selengkapnya disajikan di Tabel 9.

36

Tabel 9. Kisaran parameter kualitas air selama percobaan sistem media biofilter
Parameter A Suhu( C) pH DO(mg/l) BOD5(mg/l) TSS (mg/l) NH3 (mg/l).10 NO2(mg/l).10 NO3(mg/l).10 Alk (mg/l)
-2 0

Perlakuan B 26-30 7.0-8.3 4.60-09.18 3.17-24.71 197-210 3.1-26.8 0.05-8.42 7.70-267.0 11.80-46.28 C 26-29 7.0-8.2 6.71-8.12 3.17-27.53 153-167 4.1-40.5 0.50-7.03 6.40-272.2 11.80-33.37 D 25-31 7.0-8.8 6.35-8.16 8.64-34.23 154-164 6.9-132.8 0.8-6.90 7.00-253.5 11.80-33.18 E 25-30 7.0-8.3 6.35-8.47 8.28-28.95 160-172 3.6-31.3 0.7-8.21 2.32-257.3 11.80-22.12 F 25-30 7.0-8.0 5.65-9.17 4.23-19.45 139-144 64.1-168.2 0.13-59.12 6.30-264.7 11.80-16.68

26-30 7.1-8.4 4.58-10.23 5.2-34.06 146-163 8.6-24.9 0.05-1.99 3.79-250.9 11.80-55.31

-2 -2

Ket : A. zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas,

BOD Hasil pengukuran BOD5 selama percobaan untuk masing-masing filter dengan kisaran berturut-turut A. (22.59-34.06) B. (3.53-24.71), C. (3.17-27.53), D. (8.64-34.23), E. (8.28-28.95) dan F. (4.23-19.45). Hasil pengamatan nilai ratarata kosentrasi BOD5 selama percobaan selengkapnya disajikan pada Tabel 9. DO Hasil pengukuran nilai rata-rata oksigen terlarut yang diperoleh selama percobaan adalah filter E. (8.47-10.53) diikuti oleh filter F. (7.41-9.17), C. (6.3510.59), A. (5.64-10.23), D. (5.34-10.23) dan B. (4.94-10.59) mg/l. Hasil pengukuran kisaran rata-rata kosentrasi oksigen terlarut selengkapnya disajikan di Tabel 9.

Ammonia Total Hasil pengukuran ammonia di semua perlakuan menujukkan adanya perbedaan yang cukup besar antara perlakuan kontrol dengan ammonia yang dihasilkan oleh perlakuan lain. Hasil pengukuran kadar ammonia total selama percobaan untuk setiap filter berturut-turut F. (0.64-1.68), diikuti, A. (0.08-0.24) dan paling rendah filter B. (0.03-0.26), C. (0.04-0.45), D. (0.06-1.32), E. (0.030.31) mg/l. Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata kadar ammonia total selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

38

Nitrit (NO2-N) Hasil pengukuran kadar nitrit selama percobaan untuk masing-masing filter tertinggi diperoleh pada filter F. (0.01-2.23) dikuti E. (0.01-1.98), C. (0.111.42), D. (0.01-1.69) B. (0.01-0.55) dan A. (0.01-0.58) mg/l. Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata kadar nitrit selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

Nitrat (NO3 - N) Rata-rata kadar nitrat yang diperoleh selama percobaan tertinggi pada perlakuan F. (0.06-2.64) diikuti E. (0.02-2.57), B. (0.06-2.72), D. (0.07-2.53), B. (0.07-2.67) dan A. (0.03-2.51) mg/l. Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata kadar nitrat selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

Suhu Secara alami suhu merupakan salah satu penggerak sistem kehidupan di alam semesta yang selalu mempunyai fluktuasi setiap waktu. Suhu dapat dikelompokkan ke dalam kisaran maksimum dan minimum, suhu tertinggi selama percobaan pada kisaran 30-320 C, sedangkan suhu terendah pada kisaran 25340 C. Suhu harian pada kisaran 25-300 C. Selengkapnya hasil pengamatan ratarata suhu selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

pH Hasil pengkuran derajat keasaman (pH) air selama percobaan berkisar antara 7.3-8.1. Secara berturut-turut nilai pH pada sistem filter A. (7.1-8.4), B (7.0-8.2), C. (7.0-8.3), D. (7.0-8.3), E. (7.0-8.3) dan F. (7.0-8.2). Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata nilai pH selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

CO2 Hasil pengukuran selama percobaan kosentrasi CO2 tertinggi diperoleh oleh perlakuan D, E dan F dengan kisaran (3.99-9.99) (mg/l), sedangkan terendah pada perlakuan B dan C dengan kisaran (1.99-8.99) dan (1.99-7.99) (mg/l). Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata kadar CO2 selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

38

TDS (Total Suspensded Solids) Hasil pengukuran kandungan TDS selama percobaan menunjukkan filter B. tertinggi dengan (197.0-210) diikuti oleh (E). (160-172), (C). (153-167), (D). (154-164), (A). (146-163), dan kontrol (F). (139-144) mg/l. Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata kadar TSS selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

Alkalinitas Hasil pengukuran nilai alkalinitas selama percobaan menunjukkan filter A. dengan kisaran alkalinitas tertinggi (11.80-55.31), diikuti oleh B (11.80-46.28), C. (11.80-33.37), D. (11.80-33.18), E. (11.80-22.12) dan F. (11.80-16.68). Selengkapnya hasil pengamatan rata-rata kadar alkalinitas selama percobaan disajikan pada Tabel 9. Lampiran 5.

4.1.2.2. Efisiensi Pengubahan (%) Hasil pengukuran nilai efisiensi TSS, BOD5, NH3-N, NO2-N, NO3-N selama percobaan masing-masing perlakuan di sajikan di Tabel 10. Efisiensi pengubahan ammonia menjadi nitrit dan nitrat menghasilkan nilai paling besar dengan kisaran (55.56-95.89) %. Hasil analisis ragam efisiensi ammonia antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). Uji lanjut antar perlakuan menunjukkan perlakuan B dan F berbeda dengan yang lain, sedangkan A, C,D dan E tidak berbeda. Analisis ragam kelangasungan hidup (SR) antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). Hasil analisis lanjut LSD (uji t) menunjukkan A,B,C,D dan E tidak berbeda tetapi berbeda dengan F. selengkapnya disajikan di Tabel 10.
Tabel 10. Nilai efisiensi pengubahan parameter TSS, BOD, DO NH3-N, NO2-N dan NO3-N
Filter A B C D E F TSS % 3.612.21a 6.918.97a 3.455.01a 2.895.62a 6.485.71a 5.547.28a BOD5 % 68.423.17b 82.052.12a 60.972.17b 52.381.79b 44.441.15ab 26.191.43ab DO % 11.331.68a 15.091.68a 14.291.73a 11.171.32a 10.951.24a 06.822.52a NH3-N % 92.030.30a 95.890.31ab 91.480.30a 88.690.32a 79.980.27a 55.560.60ab NO2-N % 92.260.17a 90.460.15a 94.910.55a 94.300.44a 96.300.56a 84.190.71b NO3-N % 97.930.94a 97.911.06a 97.930.93a 97.930.86a 97.910.99a 97.941.02a

Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball
75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas, analisis ragam pada taraf 5%.

38

4.1.2.3. Biomassa Bakteri Hasil analisis koloni bakteri yang diperoleh dari setiap filter dalam sistem resirkulasi untuk ikan Red rainbow, diperoleh rata-rata bakteri masing-masing setiap filter adalah sbb : filter A. (3.6 x 106), B. (8.6 x 106), C. (3.7 x 106), D. (4.4 x 106), E. (4.9 x 106) dan F. (3.3 x 106). cfu (colony forming unit). Sedangkan jenis koloni yang yang tumbuh di masing-masing filter paling banyak jenis bakteri ditemukan di filter C dan E. dengan 4 koloni diikuti filter (D). 3 koloni , (A dan B) 2 koloni dan filter (F). Satu koloni. Selengkapnya dapat disajikan di Tabel 11. Tabel 11. Jenis dan jumlah bakteri setiap filter selama percobaan
Bakteri A Cardiobacterium sp Branhamella sp Actinobacillus sp Bacillus sp Enterobacteria sp Camplyobacter sp Total Bakteri. 10 (cfu/ml)
6

Filter B + + + + + + + 3.6 8.6 3.7 4.4 + + 4.9 3.3 + C D E + + + + F + +

4.1.2.4.

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (KH)

Hasil pengamatan pertumbuhan selama percobaan untuk setiap filter memberikan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Selengkapnya pertumbuhan bobot untuk setiap filter tertinggi adalah A. (2.420.65) diikuti oleh B. (2.350.67), C. (2.220.59), D (1.570.61), E. (1.850.58) dan F. (1.250.42) gram. Laju pertumbuhan bobot harian (LPH) tertinggi diperoleh filter A. (0.580.92) diikuti oleh B. (0.560.91), C. (0.540.86), E. (0.510.6), D. (0.470.67) dan F. (0.480.64) gram. Selengkapnya pertumbuhan panjang dan bobot disajikan di Tabel 12. Gambar 2.

44

Tabel 12. Hasil pengukuran bakteri (cfu/ml), Laju Pertumbuhan Harian (LPH) (%), Wt (g), KH (SR) (%) dan FCR (%)
Parameter A
6

Perlakuan B C D E F

Bakteri .10 3.600.20b 8.61.91a 3.70.24b 4.40.22b 4.90.43b 3.30.76bc (cfu/ml) LPH (%) 0.580.92a 0.560.87a 0.540.86a 0.470.67a 0.510.69a 0.480.64a Wt (g) 2.420.65a 2.350.67a 2.220.59a 1.570.61 a 1.850.58 a 1.250.42 a SR (%) 85.4211.2ab 96.675.9ab 91.257.0ab 1000.00ab 1000.0ab 82.108.7b FCR(%) 1.102.1a 1.062.3a 1.032.3a 1.102.2a 1.092.2a 1.261.7b Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas, analisis ragam pada taraf 5%

3 2.5 P e rh itu n g a n 2 1.5 1 0.5 0 Panjang Berat Pe rtumbuha n (cm,g) 100% zeolit 75%zeo25%bio 50%zeo50%bio 25%zeo75%bio 100%bioball Kontrol

Gambar 2.

Rata-rata panjang (cm) dan bobot (g) individu ikan red rainbow (Glosolipus inchicus) selama percobaan.

Kelangsungan Hidup (KH)

120 Kelangsungan Hidup (%) 100 80 60 40 20 0 A B C D E F Perlakuan Akhir Awal

Gambar

3. Nilai kelangsungan hidup ikan red rainbow (Glosolipus inchicus) selama percobaan.

44

Hasil pengamatan kelangsungan hidup selama percobaan untuk setiap perlakuan memberikan perbedaan yang nyata (P<0.05). Selama masa percobaan, kelangsungan hidup yang diperoleh untuk setia filter adalah sbb A. 85.42%, B. 96.67%, C.91.25%. D. 100%, E. 100% dan F. 82.1%. Filter D dan E mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menyediakan media yang layak bagi ikan Red rainbow, sedangkan filter yang lain mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Selengkapnya nilai kelangsungan hidup untuk setiap filter di sajikan di Tabel 12.dan Gambar 3.

Ukuran Pada akhir percobaan dilakukan pengelompokkan dengan cara penyortiran. Hasil sortasi akhir di akhir percobaan diperoleh ukuran dua kelompok ikan dengan ukuran ikan 2 inchi dan <2 inchi. Prosentase ukuran lebih dari inchi paling banyak diperoleh di filter B. (168 dan 54) ekor diikuti oleh A. (156 dan 49) ekor, D. (138 dan 102) ekor, C. (127 dan 92) ekor, E. (102 dan 138) ekor dan F. (85 dan 127) ekor. (Gambar 4.)
180 160 140 Jum lah (% ) 120 100 80 60 40 20 0 A B C D E F Pe rla kua n < 2 inch 2 inch

Gambar 4. Hasil pengelompokan ukuran ikan red rainbow (Glosolipus inchicus) selama percobaan. 4.1.2.5. FCR (Konversi Pakan)

Hasil perhitungan akhir jumlah total pakan yang diberikan selama percobaan, diperoleh nilia konversi pakan tertinggi di filter F. (3.471.68), diikuti filter D. (3.162.16), E. (2.472.22), B. (1.542.29), A. (1.462.14) dan terendah diperoleh filter C. (1.452.25). Selengkapnya hasil pengukuran FCR selama percobaan disajikan pada Tabel 12.

44

4.1.2.6.

Warna

Sebagai pembanding warna kulit atau sisik yang akan diukur dilakukan pengukuran terhadap tiga sampel yang dapat mewakili warna ikan yang ada. Hasil pengukuran standar untuk warna kulit diperoleh nilai absorban A. 0.527 (%), B. 0.241 (%) dan C. 0.105 (%), selengkapnya di sajikan di Gambar 5. Sedangkan hasil pengukuran standar untuk warna sisik diperoleh nilai absorban A. 0.027 (%), B. 0.053 (%) dan C. 0.128 (%), selengkapnya di sajikan di Gambar 6.

0.6 0.5 A b s o r b a n dK u lit (% ) 0.4 0.3 0.2 0.1 0 A B Standar Pe nguk ur an C

Gambar 5. Standar pengukuran warna kulit ikan red rainbow

0.2 0.18 0.16 A sorba nd S is ik (% ) 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 A B Standar Pe nguk ur an C

Gambar 6. Standar pengukuran warna sisik ikan red rainbow

44

1.4 1.2 Nilai Asorband(%) 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 A B C D E F Perlakuan sisik kulit

Gambar 7. Nilai absorban warna sisik dan kulit Ikan red rainbow setiap perlakuan Hasil pengukuran warna pada kulit dan sisik ikan red rainbow yang ukur di akhir percobaan diperoleh hasil yang berbeda. Pengukuran nilai absorban warna kulit nilai tertinggi diperoleh oleh filter A. (1.260.92) diikuti oleh E. (0.880.80), D.(0.740.56), F. (0.540.50), B. (0.410.37) dan C. (0.350.31) %. Sedangkan untuk nilai absorban warna sisik nilai tertinggi diperoleh filter E. (1.251.03) diikuti oleh F. (1.090.72), B. (0.710.86), C. (0.550.53), D. (0.500.54) dan A. (0.210.05) %. Selengkapnya hasil pengukuran absorban kulit dan sisik ikan red rainbow di sajikan di Tabel 13. Gambar 7. Tabel 13. Hasil pengukuran absorban warna kulit dan sisik red rainbow selama percobaan
Parameter A (%) 1.260.92 0.210.05 B (%) 0.880.37 0.710.86 Perlakuan C D (%) (%) 0.740.31 0.410.56 0.550.53 0.500.54 E (%) 0.540.80 1.091.03 F (%) 0.350.50 1.250.72

Kulit Sisik

44

4.2.

Bahasan Menurut Keiser dan Wheaton (1983), media biofilter menyediakan

4.2.1. Percobaan Pendahuluan permukaan media tumbuh dan berkembang bagi mikroorganisme. Dalam sistem biofilter, ukuran dan bentuk bahan yang digunakan sebagai filter sangat penting karena akan mempengaruhi besar kecilnya populasi mikroorganisme selama proses nitrifikasi. Komponen terpenting pada biofilter adalah bahan filter yang bisa menyediakan tempat bagi perombak sisa-sisa metabolisme. Penggunaan bahan filter yang tepat akan menentukan keberhasilan pemeliharaan ikan di dalam sistem resirkulasi, karena akan menentukan pertumbuhan bakteri nonpathogen pada filter sehingga air yang diperlukan akan menjadi tolok ukur keberhasilan sistem. Ukuran dan bentuk bahan yang digunakan sebagai bahan filter sangat penting, butiran kecil memiliki daerah permukaan lebih besar untuk tempat menempelnya bakteri dan jamur dibanding dengan butiran yang besar (Spotte, 1979 dan Grady, 1983 dalam Linda, 1995). Hasil percobaan pendahuluan menunjukkan media biofilter yang digunakan bekerja dengan baik, sistem yang bekerja ditandai adanya fluktuasi amonia, nitrit, nitrat dan koloni bakteri sebagai organisme perombak. Proses oksidasi bahan organik dan anorganik oleh bakteri memerlukan oksigen selama proses oksidasi. Oksidasi bahan organik (protein, lemak dan kabohidrat) oleh bakteri obligat aerob menghasilkan sel baru, karbon amonia dan air. Selanjutnya hasil aksidasi berupa amonia akan dimanfaatkan oleh bakteri autrotof yaitu Nitrosomonas akan dioksidasi menjadi nitrit kemudian nitrit akan dioksidasi oleh Nitrobakter menjadi nitrat. Oksidasi amonia dan nitrit ditentukan oleh jenis dan kelimpahan bakteri yang terdapat di filter. Kelimpahan bakteri di setiap filter selama percobaan pendahuluan menunjukkan jumlah yang cukup dalam mengoksidasi bahan organik dan anorganik menjadi bahan yang tidak berbahaya lagi bagi ikan. Filter yang dicoba dalam perlakuan adalah : zeolit, bioball dan serat kapas (dakron), masing-masing filter memberikan jumlah koloni bakteri yang berbeda. Hasil analisis kelimpahan bakteri total untuk setiap media filter selama percobaan pendahuluan yaitu : filter zeolit (2.60.20) x 103, bioball (5.51.91) x 103 dan serat kapas (2.00.24) x 103. Kelimpahan koloni bakteri total di media biofilter selama percobaan pendahuluan selengkapnya disajikan di Tabel 6.

44

Kinerja bakteri di dalam sistem biofilter ditandai adanya peningkatan ratarata nilai BOD di media budidaya. Hasil pengukuran nilai BOD5 selama percobaan menunjukkan setiap media biofilter mempunyai nilai rata-rata yang berbeda untuk masing-masing media filter. Hasil pengukuran rata-rata BOD5 selama percobaan adalah : filter A. 12.35, B. 14.82, C. 13.41, D. 16.24, E. 18.28 dan F. 10.23 (mg/l). Nilai BOD menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan oleh koloni bakteri dalam mengoksidasi bahan organik. Loren dan Canter dalam Azwar (1983), menyatakan berdasarkan kapasitas reoksigenasi secara alami, batas minimum BOD untuk kelayakan bagi biota air adalah 5 mg/l. Hasil percobaan menunjukkan kualitas air yang diperoleh masih layak untuk budidaya ikan. Selama percobaan pendahuluan bahan organik yang ada diperoleh dari pelet komersial, pemberian pelet dilakukan dengan cara direndam di dalam sistem. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama percobaan pendahuluan selengkapnya disajikan di Tabel 7.

4.2.2. Percobaan Utama 4.2.2.1. Kualitas Air Prinsip pengelolaan air hasil buangan budidaya ikan tidak hanya untuk mempercepat proses oksidasi bahan organik, selanjutnya ditujukan untuk mendapatkan kualitas air yang layak bagi suatu kepentingan. Kualitas air yang baik sebagai input lanjutan bagi ikan yang dipelihara, sehingga proses metabolisme meningkat dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan. Salah satu penentu keberhasilan proses perbaikan kualitas air ditentukan oleh beberapa parameter penting dengan batas nilai kriteria berdasarkan tujuan penggunaannya. Kualitas air dalam budidaya sistem intensif ditunjukkan oleh tiga parameter penting yaitu : oksigen terlarut, BOD5 dan amonia bebas. Menurut Loren dan Carter (1979) dalam Azwar (1983), kategori kualitas air hasil pengukuran air pemeliharaan ikan di akhir percobaan menunjukkan perlakuan B dan C masih dalam kategori kualitas air yang baik (kategori IV), sedangkan perlakuan lain masuk kualitas air sedang (kategori III), dapat dikatakan kualitas air yang diperoleh kurang layak untuk budidaya (Kisaran hasil pengukuran kualitas air setiap perlakuan selama percobaan disajikan di Tabel 9. Biofiltrasi dalam sistem resirkulasi mempuyai fokus pada proses aerobik dan film filter (biofilm) Wortman and Wheaton (1991); Malone and Beecher

44

(2000); Sandu et al. (2002) dalam Gutierrez dan Malone (2006), di dalamnya, biofilm membutuhkan subtrat untuk tumbuh, oksigen sebagai bahan untuk mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotof yaitu Nitrosomonas dan Nitrobakter melalui oksidasi bahan organik. Hasil pengukuran selama percobaan menunjukkan filter B dengan komposisi zeolit 75% dan bioball 25%, merupakan media biofilter yang lebih efektif digunakan sebagai tempat menepel bakteri (biofilm), dan mempunyai kemampuan dalam mengikat amonia. Kemampuan dalam mengokidasi dan menyerap amonia ditandai oleh nilai efisiensi penyisihan amonia selama percobaan. Hasil perhitungan penyisihan amonia untuk setiap media biofilter diperoleh nilai tertinggi sebesar 95.89% untuk zeolit 75% dan bioball 25%, sedangkan terendah dengan nilai penyisihan sebesar 55.56% untuk media filter serat kapas (dakron). Selengkapnya nilai penyisihan amonia untuk setiap media biofilter selama percobaan disajikan di Tabel 12. Sesuai pendapat Wahyuni et al. 2004; Tsitsisvii, 1980 dan Blanchard 1984 dalam Las, (2007), zeolit mempunyai kemampuan dalam menyerap amonia untuk limbah industri dan peternakan sebesar 99%, melalui kemampuan tukar ionnya. Selain mempunyai kemampuan menyerap, dengan permukaannya yang kasar memberikan tempat untuk bakteri dalam membentuk biofilm sehingga proses oksidasi bahan organik secara biologi di media biofilter zeolit. Proses oksidasi bahan organik oleh bakteri di dalam sistem resirkulasi dibuktikan dengan adanya total koloni bakteri. Koloni bakteri yang terdapat di sistem dan media biofilter menandakan adanya proses oksidasi bahan organik dan anorganik oleh bakteri. Hasil perhitungan jumlah total koloni bakteri yang terdapat di media biofilter, untuk kombinasi media biofilter A. 100% zeolit diperoleh jumlah koloni sebanyak 3.6 x 106 cfu. Sependapat dengan Suriawiria (2005), untuk berlangsungnya proses nitrifikasi amonia menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri nitrosomonas dan nitrobakter memerlukan jumlah bakteri berkisar 30-300 sel/cc. Tersedianya bahan organik dan kualitas media percobaan yang mendukung, akan memberikan kondisi yang baik bagi mikroba, sehingga dapat bekerja secara optimal. Hasil pengukuran koloni bakteri selama percobaan diperoleh kepadatan koloni tertinggi di perlakuan media biofilter 75% zeolit dan 25% bioball dengan jumlah koloni 8.6 x 106. Kinerja bakteri di dalam sistem resirkulasi ditandai dengan turunya oksigen terlarut yang digunakan bakteri selama proses oksidasi bahan organik sampai kadar 4.95 mg/l dan amonia

44

0.0057 mg/l, dengan efisiensi penyisihan 68.42% dan 93.69%. Menurut Spotte (1979), nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia secara biologis menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autrotof, yaitu Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. Bakteri ini tidak dapat mengoksidasi subtrat selain NH4+ dan NO-2 (Mc Carty dan Haug, 1971). Selanjutnya dinyatakan, bahwa ion H+ yang yang dibebaskan selama proses nitrifikasi akan menurunkan pH air dan mengurangi keseimbangan karbonat. Bakteri nitrifikasi tumbuh optimum pada suhu 27-280 C (Yosida dalam Spotte, 1979). Menurut Lyssenko dan Wheaton (2006), kualitas air maksimum yang menunjang biofilm secara optimal pada pH 6-9, total amonia 0.5-4.0 mg/l dan suhu 15-350C. Total suspended solid merupakan bahan yang terlarut di dalam media budidaya. Kosentrasi TSS diketahui secara langsung tidak berbahaya bagi ikan, tetapi pada kosentrasi > 200 mg/l menghalangi proses respirasi melalui insang (Wedemeyer, 1996). Proses oksidasi bahan organik oleh bakteri ditandai dengan penurunan kadar BOD5 di media percobaan. Hasil pengukuran kadar BOD5 selama percobaan menggambarkan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang terjadi di perairan (Rozak, 2002). Hasil pengukuran efisiensi BOD antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Menurut Burford et al. (2003), konsumsi oksigen dibawah 20% mengindikasikan rendahnya proses nitrifikasi terhadap amonia menjadi nitrit dan nitrat. Rendahnya penggunaan oksigen terlarut selama proses oksidasi bahan organik di perlakuan F. serat kapas (dakron), menunjukkan di filter ini mempunyai kemampuan kerja bakteri kurang optimal dalam mengoksidasi bahan organik sehingga kualitas air yang dihasilkan rendah. Kurangnya populasi bakteri di media biofilter serat kapas menunjukkan media ini kurang mampu sebagai media biofilm yang baik bagi bakteri. Kurang baiknya media biofilm yang ada menyebabkan kerja bakteri lebih rendah, ditandai rendahnya pemakain oksigen di perlakuan F. selama percobaan sangat rendah sebesar 26.19%. Senada yang dikatan oleh Burford et al.(2003), konsumsi oksigen dibawah 20% mengindikasikan rendahnya proses nitrifikasi terhadap amonium menjadi nitrit dan nitrat. Tingkat konsumsi oksigen untuk setiap media biofilter selengkapnya disajikan di Tabel 10. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut selama percobaan adalah 5.64-10.23 mg/l, setiap media filter mempunyai kosentrasi oksigen yang cukup.

44

Kosentrasi oksigen yang tinggi di setiap perlakuan dikarenakan semua filter diberikan aerasi. Hasil pengukuran kosentrasi oksigen selama percobaan masih

44

pada kisaran yang layak untuk kehidupan biota air. Menurut Wedemeyer (1996), batas terendah oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan ikan adalah > 4 mg/l. Sedangkan menurut (Loren dan Canter, 1979 dalam Azwar, 1984), berdasarkan kapasitas reoksigenasi secara alami, batas minimum BOD untuk kelayakan bagi biota air adalah 5 mg/l, selengkapnya disajikan di Tabel 14. Sedangkan Lee et al. (1978) dalam Subdibyanigsih (1983), penggolongan tingkat kualitas air berdasarkan nilai BOD adalah lebih kecil dengan pembagian : < 2.9 mg/l (tidak tercemar) dan 3.0-4.9 mg/l (tercemar ringan). Hasil pengukuran nilai BOD yang diperoleh selama percobaan bila di masukan kedalam penggolongan tingkat kualitas air masih layak untuk kegiatan budidaya. Selengkapnya parameter dan batas rekomendasi kualitas air untuk sistem media biofilter disajikan di Tabel 14. Proses nitrifikasi dalam mempercepat atau menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri akan mempengaruhi metabolisme sel sehingga menurunkan kemampuan bakteri. Kemampuan oksidasi oleh bakteri dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu : keberadaan senyawa beracun (bakterisida) air, suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas dan luas permukaan untuk menempel bakteri (Mc Carty dan Haug, 1971). Bakteri nitrifikasi tumbuh optimum pada suhu 27-280C (Yoshida dalam Spotte, 1979). Aktifitas bakteri nitrifikasi menurun dengan meningkat atau menurunnya suhu dimana bakteri hidup. Oksidasi amonia dan nitrit terjadi pada kondisi aerob dan anaerob, tetapi lebih efisien pada kondisi aerob (Kawai et al. dalam Spotte, 1979). Bakteri nitrifikasi hidup pada kisaran pH 6.5-8.5, hidup di habitat tanah, air tawar dan laut (Buchanan dan Gibbons, 1974 dalam Linda, 1995). Genus Nitrosomonas, dengan sel berbentuk batang lurus dengan membran peripheral, terdapat lamela berbentuk pita. Genus Nitrobacter sel berbentuk batang pendek, sering berbentuk baji dengan penutup polar dari Cytomembrane. Tabel 14. Beberapa parameter kualitas air dan batas rekomendasi
Parameter Suhu pH DO BOD Rekomendasi 25-29 6-9 > 4 mg/l > 3 mg/l > 5 mg/l A 26-30 7.1-8.4 4.5810.23 22.634.06 B 26-30 7.0-8.3 46.0009.18 3.1724.71 Hasil Pengukuran C 26-29 7.0-8.2 6.718.12 3.1727.53 D 25-31 7.08.8 6.358.16 8.6434.23 E 25-30 7.08.3 6.358.47 8.2828.95 F 25-30 7.08.0 5.659.17 4.2319.45 Pustaka Boyd, 1991 Wedemeyer, 1996 Boyd, 1991 Wedemeyer, 1996 Boyd, 1991 Wedemeyer, 1996 Loren dan Canter, 1979 dalam Azwar,

44

NH3 NO2 NO3 Al Mg/l CaCO3 TDS bakteri

< 0.02 mg/l <0.1 mg/l <1.0 mg/l > 20 mg/l 30-500 mg/l <200 mg/l 30-300 cfu/g

0.008 0.0005 0.037 11.855.31 146-163 3.6x106

0.003 0.0005 0.077 11.846.28 197-210 6 8.6x10

0.0042 0.007 0.064 11.0833.37 153-167 6 3.7x10

0.006 94 0.008 0.070 11.833.18 154164 4.4x1 06

0.003 6 0.007 0.23 11.822.12 160172 4.9x1 06

0.064 0.013 0.63 11.816.68 139144 3.3x1 06

1983 Wedemeyer, 1996 Pescod, 1973 Wedemeyer, 1996 Wedemeyer, 1996 Wedemeyer, 1996 Boyd, 1988 Wedemeyer, 1996 Suariawiria, 2005

Efektifitas filter biologi dalam sistem resirkulasi tergantung jumlah bakteri dan jamur, besar kecil bahan dan kedalaman, kondisi akan berbeda dengan sistem dan ukuran ikan maupun jenis filter yang dipakai Suresh dan Lin (1992); Tanjung (1994); Sunarma (1997) dan karakter fisik filter (ketebalan dan porositas). Hasil pengukuran efisiensi penyisihan amonia antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata untuk perlakuan B dan D, dengan tingkat penyisihan sebesar 95.89% dan terendah 55.56%. Proses oksidasi amonia selama proses nitrifikasi membutuhkan oksigen terlarut, oksigen yang ada diperlukan oleh bakteri dalam mengoksidasi amonia. Selama percobaan media biofilter yang digunakan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, kemampuan ini ditentukan oleh banyaknya bakteri, bahan organik dan oksigen terlarut. Kerja bakteri selama proses nitrifikasi ditandai dengan nilai efisiensi penggunaan BOD dan penyisihan amonia. Media biofilter zeolit 75% dan bioball 25% menghasilkan nilai efisiensi BOD, amonia sebesar 82.42% dan 95.89%. Efisiensi BOD dan penyisihan amonia ditentukan oleh keberadaan bahan organik dan anorganik, oksigen terlarut dan bakteri pengoksidasi. Hasil pengukuran selama percobaan diperoleh kisaran oksigen terlarut sebesar 4.6-9.18 mg/l dan suhu 26-300C sehingga proses penyisihan amonia terjadi secara optimal. Sependapat dengan Suryono et al. (1997) dalam Gutierrez dan Malone (2006), menyatakan pada kondisi pH 6,5, DO 2 mg/l dan suhu 280 C, menghasilkan penyisihan amonia sebesar 96%. Sedangkan Gloyna (1971) dalam Linda (1995), melaporkan bahwa proses penguraian bahan organik berjalan pada suhu 25-350 C. Kim et al. (2000), menyatakan efisiensi penyisihan amonia menjadi nitrit dan nitrat sebesar 79% dengan nilai perubahan amonia sebanyak 20 mg/l, yang efektif bekerja pada pH 7.7-7.9. Selain karbon organik yang diuraikan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan berkembang, karbon juga dimanfaatkan selama proses nitrifikasi. Sependapat dengan Erler et al. (2004), proses nitrifikasi dalam mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat di kolam tambak yang

44

didukung buangan metabolisme udang dibanding tanpa udang, menghasilkan nilai efisiensi nitrifikasi lebih tinggi sebesar 79 %. Hasil output kualitas air yang optimum dari media biofilter selama percobaan merupakan input antara yang digunakan untuk pemeliharaan ikan red rainbow. Hasil pengamatan pengaruh kombinasi media biofilter zeolit dan bioball terhadap pertumbuhan panjang (TL), kelangsungan hidup (SR), efisiensi pakan (FCR) yang berbeda-beda. Media biofilter A dan B memberikan pertumbuhan terbaik dengan rata-rata panjang 5.02 dan 4.77 cm dengan kelangsungan hidup 85.42 dan 96.67% (Tabel 12 Gambar 2 dan 3). Pertumbuhan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui perubahan ukuran ikan berat, panjang dan volume dalam perubahan waktu (Wetherley 1972). Pertumbuhan ikan di setiap perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata. Untuk perlakuan D dan E meskipun pertumbuhan ikan lebih rendah di banding dengan perlakuan lain tetapi kelangsungan hidup ikan selama percobaan paling tinggi dengan nilai 100%. Menurut Stickeny (1979), bahwa perbedaan pertumbuhan di masing-masing perlakuan dikarenakan adanya kompetisi, kualitas air dan ruang gerak. Menurut Effendie (2002), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: jumlah, ukuran makanan yang tersedia, kualitas air, umur, ukuran ikan dan kematangan gonad. Warna merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas komoditas ikan hias. Warna yang muncul ditubuh ikan merupakan kromatofor yang terdapat di dalam sisik ataupun dalam jaringan kulit ikan itu sendiri. Pengukuran warna untuk ikan red rainbow dilakukan melalui pengukuran panjang gelombang menggunakan spektofotometer terhadap sisik dan kulit ikan. Kulit dan sisik masing-masing dilepaskan dari tubuh ikan kemudian dilarutkan menggunakan larutan Aseton 90%, menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda untuk setiap perlakuan. Hasil pengukuran standar untuk warna kulit diperoleh nilai asorband A. 0.527 (%), B. 0.241 (%) dan C. 0.105 (%), selengkapnya di sajikan di Gambar 5. Sedangkan hasil pengukuran standar untuk warna sisik diperoleh nilai absorband A. 0.027 (%), B. 0.053 (%) dan C. 0.128 (%), selengkapnya di sajikan di Gambar 6. Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan kulit mempunyai prosentase warna yang lebih tinggi dibanding dengan warna pada sisik. Menurut Fujii (1983), warna pada ikan merupakan pewarnaan yang dihasilkan oleh adanya pigmen yang terdapat pada kulit dan kitin. Ikan red rainbow mempunyai warna merah hati yang sangat cemerlang, sebagian besar warna yang muncul

44

lebih banyak berasal dari kulit, hal ini membuktikan pigmen pada ikan red rainbow lebih banyak terdapat dikulit. Hasil pengukuran warna kulit tertinggi diperoleh media filter A. 1.260.92% terendah C. 0.350.31%, sedangkan hasil pengukuran warna sisik tertinggi E. 1.090.72% dan terendah A. 0.210.05%. Hasil pengamatan diakhir percobaan, memberi jawaban mengenai penggunaan media biofilter zeolit dengan prosentase lebih tinggi menghasilkan warna yang lebih cemerlang dibanding dengan penggunaan zeolit dengan prosentase rendah. Hasil pengukuran yang dilakukan membuktikan zeolit merupakan mineral alam yang mengandung unsur-unsur kalsium dan mineral lain yang dapat mempengaruhi warna pada ikan. Makanan adalah satu unsur terpenting dalam menunjang keberhasilan budidaya intensif, karena makanan alami tidak lagi mencukupi untuk pertumbuhan (Wedemeyer, 1996). Pemberian pakan untuk setiap perlakuan selama percobaan menghabiskan rata-rata konversi pakan (FCR) terbesar di perlakuan D dan E dengan 3.16 dan 3.47%. Hasil konversi pakan terbaik selama pemeliharan untuk media biofilter C dengan nilai konversi sebesar 1.45%. Tingginya konversi pakan perlakuan D dan E menunjukkan makanan yang diberikan kurang efisien dimanfaatkan oleh ikan red rainbow sehingga memberikan pertumbuhan yang lambat. Menurut Wedemeyer (1996), makanan yang diberikan berfungsi untuk memelihara tubuh dan mengganti alat yang rusak, sedangkan kelebihanya digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pakan yang diperoleh banyak digunakan untuk proses metabolisme dan energi dalam bersaing mencari makan sehingga energi yang diperoleh tidak mencukupi untuk pertumbuhan yang optimal. Hasil akhir percobaan penggunaaan media biofilter dengan kombinasi yang berbeda menghasilkan jumlah dan ukuran ikan yang berbeda. Hasil pengelompokkan ukuran menunjukkan, media biofilter zeolit 75%+ bioball 25% menghasilkan ukuran > 2 inchi sebanyak 168 ekor (70%), sedangkan terkecil diperoleh media filter serat kapas (dakron) sebanyak 85 ekor (35.4%), selengkapnya di sajikan di Gambar 4. Kegiatan budidaya ikan khususnya ikan hias bertujuan memperoleh keuntungan secara ekonomis setelah dikurangi biaya produksi dan tenaga. Hasil perhitungan analisis ekonomi sederhana diperoleh kesimpulan keuntungan tertinggi di media biofilter zeolit 75%+ bioball 25% dengan nilai keuntungan Rp. 148.500,-, untuk 240 ekor benih yang dipelihara dalam empat akuarium selama tiga bulan. Hasil perhitungan secara ekonomi

44

terendah diperoleh untuk media filter serat kapas (dakron) dengan nilai keuntungan (-) Rp. 5.000,-. Hasil analisis yang dihitung hanya pada modal benih, pakan, listrik selama tiga bulan pemeliharaan, modal tetap tidak diperhitungkan. Selengkapnya hasil analisis ekonomis sederhana pemeliharaan ikan red rainbow di dalam sistem kombinasi media biofilter disajikan di Lampiran 7.

44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Efektifitas Kinerja Media Biofilter dalam Sistem Resirkulasi Terhadap Kualitas Air, Hidup Ikan Red Rainbow (Glossolepis bahwa : Filter zeolit 75% dan bioball 25% mampu menghasilkan kualitas air terbaik dengan efektifitas penyisihan amonia sebesar 95.89%, sehingga menunjang proses metabolisme secara optimum dan menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) terbaik Pertumbuhan dan Kelangsungan incisus Weber) diperoleh kesimpulan

5.2. Saran Pada penelitian ini tidak dikaji lama ketahanan filter, maka diperlukan penelitian lanjutan mengenai lamanya ketahanan filter.

54

DAFTAR PUSTAKA
Alabaster JS, Lloyd R. 1980. Water quality criteria for freshwater fish. FAO of the United Nation. Butterworth, London. Allen KO. 1991. Effect of toking density and water exchange rate on growth and survival on chanel catfish Ictalurus puntatus in circular tanks. Aquaculture IV. hlm. 29-39. Anonymous. 1992. Biologi Perairan Darat. Balai Litbang Biologi Perairan. Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI). Bogor. Azwar ZI. 1983. Peranan Sistem Biofilter dan Kapur Dalam Proses Reklamasi air Bekas Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn). Tesis. Bogor: Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourting Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station. Alabama. USA. Boyd CE. 1991. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Fisheries and Allied Aquaculture Departmental. Auburn University. Boyd CE, Tucker C. 1990. Water Quality and Pond Soil Analysis for Aquaculture. Departement of Fisheries and Allied Agriculture, Agricultural Station Auburn University. Buchanan RE, Gibbons NE. 1974. Bergeys Manual of Determinative Bacteriology. Eight edition. The Elliam dan Wilkins/Baltimore. Burford MA, Tompson PJ, McIntosh RP, Bauman RH, Pearson DC. 2003. Nutrient and microbial dynamics in high-intensity, zero-exchange shrimp Ponds in Belize. Aquaculture 219 : 393-411. Djajadireja R, Jangkaru R. 1973. Metode Baru Pemeliharaan Ikan Dengan Makanan Buatan. Pemberitaan LLPD, Bogor. Djajasewaka H. 1985. Pakan Ikan. Yasaguna. Jakarta. Duedall L. 2004. Water Filtration. www.goldfishinfo.com. Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air: bagi pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Jurusan Managemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Erler D, Pollard PC, Knibb W. 2004. Effect of Scondary Crops on Bacterial Growth and Nitrogen Removal in Shrimp farm Effluent Treatment Systems. Aquaculture Engginering 30 : 103-114. Fujii R. 1983. Chromatophore as Pigment In Fish Physiology. Academic Press. New York. Vol IX B Golz WJ. 1995. Biological Treatment in Recirculating Aquaculture System. In Recirculating aquaculture in the classroom: a training workshop for agricultural science techers, a proceeding of workshop sponsored by Lousiana State Univesity. Gutierrez-Wing MT, Malone RF. 2006. Biological Filters in Aquaculture: Trends and Research Directions of Freshwater and Marine Applications. Aquaculture Engineering. 34 : 163-171.

54

Hadie W, Hadie LE. 1993. Pembenihan Udang Galah. Kanisius. Yogyakarta. Hariati AM. 1989. Makanan Ikan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya, Malang Helfrich LA, Libey G. 1991. Fish Farming in Recirculating Aquaculture of Fisheris and Wildlife Sciences. Virginia Tech. Publication. 20 p. Huet M. 1971. Texbook of Fish Culture, Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book. Ltd, London . Keiser GE, Wheaton FW. 1983. Nitrification Filter For Aquatic Culture System: State of Art. J. World Mariculture. Soc : 14:39-324. Kim Sung-Koo, Kong I, Lee BH, Kang L. 2000. Removal of ammonium-N From Recirculation Aquaculture System Using an Immobilized Nitrifier. Aquaculture Engineering. 21: 139-150. Las T. 2007. Potensi zeolit Untuk Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. JSPS-BBPT, Jakarta. Linda. 1995. Kajian Kinerja Bakteri Terhadap Air Limbah Organik di Waduk Setiabudi. Jakarta.Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lingga P, Susanto H. 1987. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Loren Carter. 1979. Lyssenko CF, Wheaton F. 2006. Impact of Rapid Impulse Operating Ditrubance on Ammonia Removal by Trikling and Submerged-Uplow Biofilter for Intensif Recircualting Aquaculture. Aquaculture Engineering. 35 : 38-50. Masser MP, Rokocy J, Losordo TM. 1999. Recirculating Aquaculture Tank Production System. Management of Recirculating System. SRAC Publication No. 452 USDA, 12 p. Mc Carty PL, Haug RT. 1971. Nitrogen Removal for Waste Water by Biological Nitrification. The Society for Applied Bacterological Sympocium Series No.1. Academic. Press, London. Metclaf, Eddy. 1991. Wastewater Enggineering Treatment Dispossal and Resuse. Mc Graw Hill. New York. 1334 hal. Muir JF. 1994. Water Reuse System in Aquaculture. Infofish International, 6:4048 Nasution SH. 2000. Ikan Hias Air Tawar : Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta. Palaar J. 1989. Menyibak Peran Zeolit di Tambak Udang Intensif. Trubus No. 237 Th XX. Jakarta. Pescod MB. 1973. Investigation of Rational Effluent and stram standards For Tropical Countris. Asian Institut Tecknology, Bangkok. Purwakusuma. 2003. Filter. www.o-fish.com. (tanggal 5 Juli 2007) Rahardjo MF. 1980. Ichtiologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Rheinheimer G. 1985. Aquatic Microbiology. Third Edition Willey and Sons, Toronto 267 p. Rolz C. Cabrera, MJ Valdes, MC Arriola and Valadares. 1986. Biodegradation of

54

Preteated Fermented Sugar Cane Chips by Fungal Enzymes and Mixtures of Anaerobic Bacteria. Biotechnology Progress (Vol. 2 No. 3). Rozak A. 2002. Pengaruh Salinitas Terhadap Biodegradasi Cemaran Organik. Oseana. Volume XXVII, No. 3:29-35. Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI, Jakarta. Satyani D. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Sawyer CN, Mc Carty PL. 1978. Chemistry for Enviromental Engineering . Third edition. McGraw-Hill Book Comapany. Tokyo. Setiaji B. 2000. Pengolahan Limbah Industri Tahu Menggunakan Zeolit Aktif Pada Prototipe Instalasi Pengolahan Air Limbah. Jurnal Kimia Lingkungan. Vol 2, No.1. Fakultas Tekhnik Kimia. UI, Jakarta. Sikong M. 1982. Beberapa Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Produktivitas Biomassa Udang Windu (Penaeus monodon). Disertasi. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.(tidak dipublikasikan). Spotte S. 1979. Fish and Invertebrate Culture. Water Management in Closed System. Sec edition. Jhon Willey an Sons, New York. 179 p. Steel RGD, Torrie JH. 1991. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical approach. Seconded. Mc Graw Hill International Book Company. Sydney. Stickney, R. R. 1979. Priciple of Warmwater Aquaculture. Jhon Willey and Sonds, New Cork. Suastika J, Utaminingsih IBM, Hermiyaningsih. 1994. Pedoman Analisis Kualitas Air dan Tanah Sedimen Perairan Payau. Direktorat Perikanan. BBAP. Jepara. Sudibyaningsih T. 1983. Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Bentos Di Daerah Itensifikasi Pertanian. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Sumantojo RW. 1998. Kapasitas Adsorbsi Zeolit Alam dan H-Zeolit Terhadap Larutan Ammonia Dalam Reactor Batch Tunggal. Jurnal Teknologi. Edisi Maret. Fakutas Teknik Kimia. UI. Jakarta Sunarma A. 1997. Perubahan Ammonia, Nitrit dan Nitrat Pada Media Pemelihraan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) di Dalam Resirkulasi. Skripsi. Prog Studi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Sures AV, Lin CK. 1992. Effect of Stocking Dencity on Water Quality and Production of Red Tilapia in Recirculating System. Aquaculture Enggineering 11:1-22. Suriawiria . 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sasanti. Jakarta. Suyatno. 2000. Pesona Tarian Ikan Hias Pelangi. Suara Karya Online. Swingle. 1966. Swingle JS, Loyd R. 1980. Water Quality Criteria for Fresh Water Fish. FAO . Boterworth. London Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrient.p.179-

54

232, In T. Watanabe, ed. Fish nutrition and mariculture. Kanagawa Fisheries Taraining Center; Japan International Cooperation Agency. Tokyo. Tanjung LR. 1994. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kemampuan Inokulasi Biosfer Sistem Aliran Tertutup. Limnostek Perairan Daerah Tropis Indonesia. Wahyuni E, Mudasir, Diah NL. 2004. Kajian Fotoreduksi Ion Cr(VI) Terkatalisis Oksida Zn(II) dalam Pengemban Zeolit Alam. Jurnal Kimia Lingkungan. Vol 5 No. 2. Weatherley AH. 1972. Growth and Ecology of Fish Population, Academic Press, London. Wedemeyer GA. 1996. Physiology of fish in intensive culture system. Chapman and Hall. Printed in the United Stated of Amerika. 232 sp. Wikipedia. 2008. Warna. www. wikipedia.com. (9 Juli 2008)

54

LAMPIRAN

54

Lampiran 1. Rataan beberapa parameter kualitas air percobaan pendahuluan

N O

Perlakua n

1 2 3 4 5 6

A B C D E F Ket :

NO2(in NO3(in ) DO Alk Hard NH3(out) NO NO3(out) ) 2(out) ) mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 10.59 33.1 34.5 0.133 0.0053 0.028 0.0011 0.092 0.0019 28 7.5 3.990 0 8 9 5 4 4 3 7 1 10.59 33.1 33.0 0.120 0.0048 0.032 0.0013 0.085 0.0017 28 7.5 3.990 0 8 9 3 1 6 0 2 6 1.990 10.59 33.1 31.5 0.040 0.0016 0.205 0.0081 0.083 0.0017 28 7.5 0 0 8 8 7 3 0 4 1 1 1.990 10.59 33.1 30.0 0.030 0.0012 0.016 0.0006 0.075 0.0015 28 7.5 0 0 8 8 1 0 0 4 1 5 1.990 10.59 33.1 30.0 0.479 0.0191 0.007 0.0003 0.071 0.0014 28 7.5 0 0 8 8 0 6 7 1 1 7 1.990 10.59 33.1 28.5 0.407 0.0162 0.015 0.0006 0.059 0.0012 28 7.5 0 0 8 8 0 8 3 1 2 2 A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas Suhu C pH CO2 mg/l

NH3(in

Konduktivit y

102.9 104.6 104.3 97.4 105.3 105

Keterangan : in : inlet filter out : oulet filter

54

Lampiran 2. Hasil kisaran beberapa parameter kualitas air selama percobaan

Parameter
No. 1 2 3 4 5 6 Perlakuan Suhu C
0

pH

CO2 mg/l

O2 mg/l

Alk mg/l

HRD mg/l

NH3 mg/l

NO2 mg/l

NO3 mg/l

TSS mg/l

A 26-30 7.1-8.4 3.99-7.99 5.645-10.237 25.288.360tn 24.06-66.1811.45 0.00230-0.03890 0.0128-0.586 0.0008-0.093 79-146 B 26-30 7.0-8.3 1.99-8.99 4.942-10.590 25.288.361tn 21.06-60.1612.47 0.00577-0.01866 0.0066-0.551 0.0010-0.0654 87-162 C 26-29 7-8.2 1.99-7.99 6.354-10.590 25.288.362tn 18.05-58.6612.20 0.0012-0.0110 .0017-1.847 0.0013-0.0574 77-179 D 25-31 7-8.3 3.99-9.99 5.341-10.234 25.288.363tn 21.06-69.1813.08 0.00070-0.0219 .0184-1.690 0.0014-0.0534 80-154 E 25-30 7-8.3 3.99-9.99 8.47-110.53 25.288.364tn 22.56-64.6710.10 0.0009-0.0028 0.0175-1.984 0.0018-0.0534 87-161 F 25-30 7-8.2 3.99-9.99 7.41-9.17 28.4414.076tn 21.06-61.6609.84 0.054-0.4733 0.0188-2.238 0.0016-0.2772 88-168 Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas

Lampiran 3. Hasil kisaran parameter suhu, TDS dan SR ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) selama percobaan
No. 1 2 3 4 5 6 Perlakuan Suhu0 C TSS (mg/)l SR (%)

A 26-30 79-146 85.42 B 26-30 87-162 96.67 C 26-29 77-179 91.25 D 25-31 80-154 100 E 25-30 87-161 100 F 25-30 88-168 82.1 Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas

54

Lampiran 4. Kisaran parameter BOD5, pH, CO2 dan O2 selama pecobaan


No. Perlakuan BOD5 0C 1 2 3 4 5 6 pH CO2 mg/l 7.1-8.4 7.0-8.3 7-8.2 7-8.3 7-8.3 7-8.2 3.99-7.99 1.99-8.99 1.99-7.99 3.99-9.99 3.99-9.99 3.99-9.99 O2 mg/l 5.645-10.237 4.942-10.590 6.354-10.590 5.341-10.234 8.47-110.53 7.41-9.17

A B C D E F

1.235-7.236 2.118-6.707 2.17-7.237 3.354-7.413 3.53-6.35 4.236-7.413

Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas

54

Lampiran 5. Hasil Pengkuran Rata-rata Parameter Ammonia, Nitrit, Nitrat dan koloni Bakteri selama percobaan
No. 1 2 3 4 5 6 Perlakuan A B C D E F NH3 (mg/l).10-3 2.30-38.00.22 5.00-18.00.23 1.20-11.00.15 0.70-21.90.31 0.90-02.80.16 5.40-47.30.52 NO2 (mg/l) 10-3 12.8-58609.29 6.6-0.5513.29 1.7-1.84710.97 18.4-1.6906.16 17.5-1.9847.58 18.8-2.2383.7 NO3 (mg/l) 10-3 8.0-9301.14 1.0-65.41.27 1.3-57.41.16 1.4-53.41.12 1.8-53.40.95 1.6-277.21.06 Bakteri (cfu/mg).106 3.60.204 8.61.91 3.70.241 4.42.22 4.90.435 3.30.763

Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D. zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas

Lampiran 6. Tabel Nilai Efisiensi (%) Kualitas Air Untuk Setiap Perlakuan
No. Perlakuan A B C D E F

TSS

BOD5

DO

NH3-N

NO2-N

NO3-N

%
2.22 8.42 5.01 5.63 5.71 7.28

%
17.95 31.58 39.02 47.62 55.56 73.81

%
6.59 -20.53 1.15 1.64 -3.03 27.11

%
93.13 93.69 92.09 81.97 77.53 56.39

%
92.26 90.46 94.92 94.30 96.30 84.19

%
97.93 97.91 97.93 97.93 97.91 97.94

1 2 3 4 5 6

Ket : A. Zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D. zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100% dan F. serat kapas

54

Lampiran 7. Analisis Ekonomis Ikan Red Rainbow Setiap Perlakuan


Biaya Investasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Biaya Tetap 1 2 Biaya Variabel 1 2 4 Benih Ikan Red Rainbow (3/4 inch) Pakan Ikan (pellet) Plastik dan karet paking SubTotal Panen 1 Ikan Ukuran >2 inch Ikan Ukuran <2 inch Sub Total (D) Keuntungan D-(B+C) 168 49 2500 1500 240 2 1 500 10,000 5,000 120,000 20,000 5,000 145,000 B 420000 73500 493500 B 148,500 A 118,500 A 156 49 390000 73500 463500 C 110,500 C 127 92 317500 138000 455500 D 109 131 272500 196500 469000 D 124,000 E 105 135 262500 202500 465000 E 120,000 F 85 127 212500 127500 340000 F -5,000 Pembayaran listrik/bulan Peralatan lainnya (serokan, ember) SubTotal (B) 3 1 50,000 50,000 150,000 50,000 200,000 Rak Pompa Air PVC 2" T 1" Knee 1" Kran Dop 2" Dakron Zeolit Lem PVC SubTotal (A) Bahan Akuarium (100x60x40 cm) Volume 5 1 1 2 4 2 4 2 2 1 1 Harga Satuan 85,000 300,000 35,000 45,000 3,000 4,000 3,000 3,000 35,000 50,000 11,000 Jumlah 425,000 300,000 35,000 90,000 12,000 8,000 12,000 6,000 70,000 50,000 11,000 1,039,000

54

Lampiran 8. Analisa Ragam Efisiensi dan Uji Lanjut Ammonia

ANOVA Ammonia Sum of Squares 1.763 2.045 3.808 df 5 18 23 Mean Square .353 .114 F 3.104 Sig. .034

Between Groups Within Groups Total

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ammonia LSD Mean Difference (I-J) .01505 -.13308 -.26274 .01492 -.74876* -.01505 -.14813 -.27779 -.00013 -.76381* .13308 .14813 -.12966 .14800 -.61568* .26274 .27779 .12966 .27766 -.48602 -.01492 .00013 -.14800 -.27766 -.76367* .74876* .76381* .61568* .48602 .76367*

(I) Filter 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

(J) Filter 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Std. Error .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832 .23832

Sig. .950 .583 .285 .951 .006 .950 .542 .259 1.000 .005 .583 .542 .593 .542 .019 .285 .259 .593 .259 .056 .951 1.000 .542 .259 .005 .006 .005 .019 .056 .005

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.4856 .5157 -.6338 .3676 -.7634 .2380 -.4858 .5156 -1.2495 -.2481 -.5157 .4856 -.6488 .3526 -.7785 .2229 -.5008 .5006 -1.2645 -.2631 -.3676 .6338 -.3526 .6488 -.6304 .3710 -.3527 .6487 -1.1164 -.1150 -.2380 .7634 -.2229 .7785 -.3710 .6304 -.2230 .7784 -.9867 .0147 -.5156 .4858 -.5006 .5008 -.6487 .3527 -.7784 .2230 -1.2644 -.2630 .2481 1.2495 .2631 1.2645 .1150 1.1164 -.0147 .9867 .2630 1.2644

*. The mean difference is significant at the .05 level.

54

Lampiran 9. Analisa Ragam dan Uji Lanjut Koloni Bakteri

ANOVA Bakteri Sum of Squares 49.951 20.542 70.493 df 5 18 23 Mean Square 9.990 1.141 F 8.754 Sig. .000

Between Groups Within Groups Total

Multiple Comparisons Dependent Variable: Bakteri LSD Mean Difference (I-J) -3.37000* -.14250 -.44750 -.39500 1.46500 3.37000* 3.22750* 2.92250* 2.97500* 4.83500* .14250 -3.22750* -.30500 -.25250 1.60750* .44750 -2.92250* .30500 .05250 1.91250* .39500 -2.97500* .25250 -.05250 1.86000* -1.46500 -4.83500* -1.60750* -1.91250* -1.86000*

(I) Filter 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

(J) Filter 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Std. Error .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538 .75538

Sig. .000 .852 .561 .607 .068 .000 .000 .001 .001 .000 .852 .000 .691 .742 .047 .561 .001 .691 .945 .021 .607 .001 .742 .945 .024 .068 .000 .047 .021 .024

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -4.9570 -1.7830 -1.7295 1.4445 -2.0345 1.1395 -1.9820 1.1920 -.1220 3.0520 1.7830 4.9570 1.6405 4.8145 1.3355 4.5095 1.3880 4.5620 3.2480 6.4220 -1.4445 1.7295 -4.8145 -1.6405 -1.8920 1.2820 -1.8395 1.3345 .0205 3.1945 -1.1395 2.0345 -4.5095 -1.3355 -1.2820 1.8920 -1.5345 1.6395 .3255 3.4995 -1.1920 1.9820 -4.5620 -1.3880 -1.3345 1.8395 -1.6395 1.5345 .2730 3.4470 -3.0520 .1220 -6.4220 -3.2480 -3.1945 -.0205 -3.4995 -.3255 -3.4470 -.2730

*. The mean difference is significant at the .05 level.

54

Lampiran 10. Analisa Ragam dan Uji Lanjut Kelangsungan Hidup Ikan Red Rainbow
ANOVA KH Sum of Squares 430.500 93.500 524.000 df 5 18 23 Mean Square 86.100 5.194 F 16.575 Sig. .000

Between Groups Within Groups Total

Multiple Comparisons Dependent Variable: KH LSD Mean Difference (I-J) -6.75000* -3.50000* -8.75000* -8.75000* 2.25000 6.75000* 3.25000 -2.00000 -2.00000 9.00000* 3.50000* -3.25000 -5.25000* -5.25000* 5.75000* 8.75000* 2.00000 5.25000* .00000 11.00000* 8.75000* 2.00000 5.25000* .00000 11.00000* -2.25000 -9.00000* -5.75000* -11.00000* -11.00000*

(I) Filter 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

(J) Filter 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Std. Error 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159 1.61159

Sig. .001 .043 .000 .000 .180 .001 .059 .231 .231 .000 .043 .059 .004 .004 .002 .000 .231 .004 1.000 .000 .000 .231 .004 1.000 .000 .180 .000 .002 .000 .000

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -10.1358 -3.3642 -6.8858 -.1142 -12.1358 -5.3642 -12.1358 -5.3642 -1.1358 5.6358 3.3642 10.1358 -.1358 6.6358 -5.3858 1.3858 -5.3858 1.3858 5.6142 12.3858 .1142 6.8858 -6.6358 .1358 -8.6358 -1.8642 -8.6358 -1.8642 2.3642 9.1358 5.3642 12.1358 -1.3858 5.3858 1.8642 8.6358 -3.3858 3.3858 7.6142 14.3858 5.3642 12.1358 -1.3858 5.3858 1.8642 8.6358 -3.3858 3.3858 7.6142 14.3858 -5.6358 1.1358 -12.3858 -5.6142 -9.1358 -2.3642 -14.3858 -7.6142 -14.3858 -7.6142

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 11. Analisa Ragam dan Uji Lanjut Konversi Pakan (FCR) Ikan Red Rainbow

54

ANOVA FCR Sum of Squares .122 .042 .164 df 5 18 23 Mean Square .024 .002 F 10.455 Sig. .000

Between Groups Within Groups Total

Multiple Comparisons Dependent Variable: FCR LSD Mean Difference (I-J) .04500 .06750 .00000 .00750 -.15500* -.04500 .02250 -.04500 -.03750 -.20000* -.06750 -.02250 -.06750 -.06000 -.22250* .00000 .04500 .06750 .00750 -.15500* -.00750 .03750 .06000 -.00750 -.16250* .15500* .20000* .22250* .15500* .16250*

(I) Filter 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

(J) Filter 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Std. Error .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414 .03414

Sig. .204 .064 1.000 .829 .000 .204 .518 .204 .286 .000 .064 .518 .064 .096 .000 1.000 .204 .064 .829 .000 .829 .286 .096 .829 .000 .000 .000 .000 .000 .000

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.0267 .1167 -.0042 .1392 -.0717 .0717 -.0642 .0792 -.2267 -.0833 -.1167 .0267 -.0492 .0942 -.1167 .0267 -.1092 .0342 -.2717 -.1283 -.1392 .0042 -.0942 .0492 -.1392 .0042 -.1317 .0117 -.2942 -.1508 -.0717 .0717 -.0267 .1167 -.0042 .1392 -.0642 .0792 -.2267 -.0833 -.0792 .0642 -.0342 .1092 -.0117 .1317 -.0792 .0642 -.2342 -.0908 .0833 .2267 .1283 .2717 .1508 .2942 .0833 .2267 .0908 .2342

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 12. Analisa Ragam Efisiensi DO dan Uji Lanjut Filter untuk Ikan red rainbow

54

ANOVA EFDO Sum of Squares 171.809 750.673 922.482 df 5 18 23 Mean Square 34.362 41.704 F .824 Sig. .549

Between Groups Within Groups Total

Multiple Comparisons Dependent Variable: EFDO LSD Mean Difference (I-J) -3.75384 -2.95547 .16631 .38561 4.51649 3.75384 .79837 3.92015 4.13945 8.27032 2.95547 -.79837 3.12179 3.34108 7.47196 -.16631 -3.92015 -3.12179 .21930 4.35017 -.38561 -4.13945 -3.34108 -.21930 4.13088 -4.51649 -8.27032 -7.47196 -4.35017 -4.13088

(I) Filter 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

(J) Filter 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Std. Error 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640 4.56640

Sig. .422 .526 .971 .934 .336 .422 .863 .402 .377 .087 .526 .863 .503 .474 .119 .971 .402 .503 .962 .353 .934 .377 .474 .962 .378 .336 .087 .119 .353 .378

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -13.3475 5.8398 -12.5491 6.6382 -9.4273 9.7600 -9.2080 9.9793 -5.0772 14.1101 -5.8398 13.3475 -8.7953 10.3920 -5.6735 13.5138 -5.4542 13.7331 -1.3233 17.8640 -6.6382 12.5491 -10.3920 8.7953 -6.4719 12.7154 -6.2526 12.9347 -2.1217 17.0656 -9.7600 9.4273 -13.5138 5.6735 -12.7154 6.4719 -9.3744 9.8129 -5.2435 13.9438 -9.9793 9.2080 -13.7331 5.4542 -12.9347 6.2526 -9.8129 9.3744 -5.4628 13.7245 -14.1101 5.0772 -17.8640 1.3233 -17.0656 2.1217 -13.9438 5.2435 -13.7245 5.4628

Lampiran 13. Analisa Ragam Efisiensi dan Uji Lanjut Nitrat Filter Ikan red rainbow

54

ANOVA Nitrat Sum of Squares .033 22.724 22.757 df 5 18 23 Mean Square .007 1.262 F .005 Sig. 1.000

Between Groups Within Groups Total

Multiple Comparisons Dependent Variable: Nitrat LSD Mean Difference (I-J) -.04875 -.00862 .02582 -.01022 .07265 .04875 .04012 .07457 .03852 .12140 .00862 -.04012 .03445 -.00160 .08127 -.02582 -.07457 -.03445 -.03605 .04683 .01022 -.03852 .00160 .03605 .08288 -.07265 -.12140 -.08127 -.04683 -.08288

(I) Filter 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

(J) Filter 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 4.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Std. Error .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449 .79449

Sig. .952 .991 .974 .990 .928 .952 .960 .926 .962 .880 .991 .960 .966 .998 .920 .974 .926 .966 .964 .954 .990 .962 .998 .964 .918 .928 .880 .920 .954 .918

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -1.7179 1.6204 -1.6778 1.6605 -1.6433 1.6950 -1.6794 1.6589 -1.5965 1.7418 -1.6204 1.7179 -1.6290 1.7093 -1.5946 1.7437 -1.6306 1.7077 -1.5478 1.7906 -1.6605 1.6778 -1.7093 1.6290 -1.6347 1.7036 -1.6708 1.6676 -1.5879 1.7504 -1.6950 1.6433 -1.7437 1.5946 -1.7036 1.6347 -1.7052 1.6331 -1.6223 1.7160 -1.6589 1.6794 -1.7077 1.6306 -1.6676 1.6708 -1.6331 1.7052 -1.5863 1.7520 -1.7418 1.5965 -1.7906 1.5478 -1.7504 1.5879 -1.7160 1.6223 -1.7520 1.5863

54

You might also like