Professional Documents
Culture Documents
Saraf Otonom
Saraf Otonom
SITI MARIAM
SSO mempersarafi :
Otot polos (bronchi, lambung, usus, pembuluh darah, dll) Otot lurik (jantung) Kelenjar (ludah, keringat dan pencernaan).
S. SIMPATIK
S. PARASIMPATIK
Kndg kemih
Uterus Kelenjar saliva
SARAF SIMPATIK
Dikenal sebagai divisi torakolumbar dari SSO karena serabut serabut preganglionnya berasal dari medulla spinalis torakalis T1 T12 dan lumbar bagian atas. Serabut preganglionnya pendek sedangkan post ganglionnya panjang Susunan Saraf Simpatis dikenal sebagai system Adrenergik karena neorotransmiternya Adrenalin dab noradrenalin (dikenal juga dengan nama efinefrin dan Nor epinefrin) Obat-obat yang menyerupai neurotransmiternya disebut sebagai obat-obat Adrenergik / simpatomimetik atau agonis adrenergic Obat-obat yang menghambat efek neurotransmiter disebut sebagai obat-obat penghambat Adrenergik / simpatolitik atau antagonis adrenergic, karena mencegah respon pada tempat reseptor. Organ reseptor adrenergic terdiri dari : (1 dan 2 ), (1 dan 2)
TRANSMISI ADRENERGIK
Nor epinefrin yang dilepaskan dari ujung saraf adrenergik akan mengalami hal-hal sebagai berikut: 1. Melintasi sinap dan berikatan dengan reseptor 2 Ambilan kembali ke ujung saraf (disebut ambilan -1 atau re up take) 2. Difusi ke luar celah sinaps dan diambil oleh jaringan ekstraneuronal (ambilan - 2) 3. Metabolisme oleh enzim COMT (Catecol-O-metil transferase) menjadi Nor metanefrin dan MAO (mono amin oksidase)
Terdapat dua reseptor Adrenergik : 1. Reseptor : 1 : menimbulkan vasokontriksi pada otot polos dan stimulasi selsel kelenjar 2 : menimbulkan relaksasi pada kulit, otot rangka, mukosa, otot polos lambung dan usus 2..Reseptor : 1 : banyak terdapat pada sel jantung dengan efek memperkuat daya dan frekwensi kontraksi otot jantung.
2 : menyebabkan bronchodilatsi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
SARAF PARASIMPATIK
Dikenal sebagai divisi sakral dari SSO karena preganglionnya berasal dari saraf-saraf kranial III, VIII, IX dan X dari batang otak dan medulla spinalis sakralis S2, S3 dan S4.
Preganglionnya panjang sedangkan post ganglionnya pendek Saraf parasimpatis dikenal sebagai kholinergik, karena neurotransmitter pada ujung neuron yang mempersyarafi otot adalah asetilkolin
Obat-obat yang menyerupai asetilkolin disebut sebagai obatobat Kolinergik atau Parasimpatomimetik atau agonis kolinergik. Obat-obat yang menghambat efek asetilkolin disebut sebagai Antikolinergik atau Parasimpatolitik atau Antagonis kolinergik karena menghambat efek asetilkolin pada organ.
Organ reseptor kolinergik bersifat : Nikotinik ; dapat dirangsang oleh alkaloid nikotin Muskarinik ; dapat dirangsang oleh alkaloid muskarin
Asetilkolin dapat diinaktifasi oleh Asetilkolin esterase (Kolinesterase). Kolinesterase (enzim) dapat merusak asetilkolin sebelum ia mencapai reseptor atau sesudah asetilkolin menempati reseptor.
TRANSMISI KOLINERGIK
Terdapat dua jenis enzim yang berhubungan erat dengan Asetilkolin yaitu : 1. Kolin asetilase Di dalam organisme asetilkolin dibentuk dari kolin yang berasal dari asam amino Serin dan Asetil Co A dengan bantuan enzim Kolin asetil transferase (kolin asetilase) yang terjadi dalam sitoplasma ujung saraf, merupakan langkah terakhir dalam sintesis Asetilkolin. 2. Kolin esterase Kolin esterase tersebar luas di berbagai jaringan dan cairan tubuh, menghidrolisis Asetilkolin menjadi Kolin dan Asam asetat, dalam waktu cepat (1 milidetik). Ada dua macam kolin esterase yaitu asetilkolin esterase dan butirilkolin esterase 1. Melintasi sinap dan berikatan dengan reseptor 2. Didegradasi oleh enzim Asetilkolinesterasi
Terdapat dua reseptor kolinergik 1. Muskarinik (M), terdiri dari : M1 : pada kelenjar M2 : pada jantung M3 : pada otot polos dan kelenjar Reseptor M1 dan M2 menstimulasi peningkatan kadar Ca 2+ intrasel sehingga menyebabkan kontraksi otot polos 2. Nikotinik (N), terdiri dari : NN (N Neuronal) : pada ganglion otonom, SSP, Adrenal Medula NM (N Muscle) : pada sambungan saraf otot.
Keterangan :
IMPULS
Keadaan listrik pada saat membran istirahat (polarisasi). Pada extra sel lebih banyak Na+, sebaliknya intrasel lebih banyak ion K+. Membran dalam keadaan relatif impermeable terhadap kedua ion. Depolarisasi : potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion Na+ masuk ke intrasel secara cepat. Sehingga terjadi pembentukan aksi pada tempat perangsangan. Jika stimulus cukup kuat, potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjang membran sel.
Repolarisasi : potensial istirahat kembali terjadi. Ion K+ keluar dari dalam sel dan permeabilitas membran berubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan negatif di dalam sel dan positif di luar sel
Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai ujung akson (akson terminal), potensial aksi mencapai akson terminal dan akson terminal akan mengeluarkan neurotransmiter, yang melintasi sinaps dan dapat merangsang saraf berikutnya