Case Report Terapi PPI Pada Gastropati OAINS

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

CASE REPORT Terapi Golongan Proton Pump Inhibitor Pada Pengobatan Gastropati OAINS

Nidia Putri Cintami, 2Suzannna Ndraha

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas kedokteran, Universitas Kedokteran Trisakti. 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Koja, Jakarta Indonesia.

Abstract Introduction: NSAIDs are one of the most commonly prescribed drugs. These drugs are considered as first line therapy for arthriris and is widely used in cases of trauma, post-surgical pain and other pain. Most of the side effects of NSAIDs on the gastrointestinal tract are mild and reversible. Only a small part of a weight that peptic ulcers, gastrointestinal bleeding and perforation. The most important risk factors are advanced age, history of experienced side effects of NSAIDs, high dose or a combination of more than one kind of OAINS. Case : Women 73 years came with complaints of vomiting black blood from the fifth day of SMRs. Vomiting of blood contains 3 times as much blood as black and the rest of the food that amounted to approximately cup. Os also complained of nausea, heartburn and poor appetite. Previously os also have experienced similar things but os not forget when it happened. Os have never went to the doctor to treat his complaint. In the subsequent history got a history of stomach ulcers from an early age, Os was also taking pain medicine joints since Os age of 50 years to the present and Os are taking herbal packs for pain relief in joints, but since a year ago began to stop drinking herbal Os stiff and consumption will continue their joint pain medications today. On physical examination the general condition seemed to get sick being, consciousness compos mentis, BP 130/80 mmHg, pulse 88x/menit, 20x/menit breathing, temperature of 37.2 C, conjunctival anemis (+ / +). In the laboratory tests Hb 8.2 g/dl, leukocytes 7600 u / L, hematocrit 35%, platelets 340 000. Disscusion : By discussing these cases can be known about the workings and effects of proton pump inhibitors for the treatment of NSAID gastropathy case because according to the literature explained that the drugs known as proton pump inhibitors are an option in cases of NSAID gastropathy.
1

Conclussion: By discussing these cases can be known about the workings and effects of proton pump inhibitors for the treatment of NSAID gastropathy case because according to the literature explained that the drugs known as proton pump inhibitors are an option in cases of NSAID gastropathy. Keywords: Gastropathy, NSAIDs, Proton Pump Inhibitor (PPI), Omeprazol Abstrak Introduksi: OAINS merupakan salah satu obat yang paling sering diresepkan. Obat ini dianggap sebagai first line therapy untuk arthriris dan digunakan secara luas pada kasus trauma, nyeri pasca pembedahan dan nyeri lainnya. Sebagian besar efek samping OAINS pada saluran cerna bersifat ringan dan reversible. Hanya sebagian kecil yang menjadi berat yaitu tukak peptic, perdarahan saluran cerna dan perforasi. Faktor resiko terpenting adalah usia lanjut, riwayat pernah mengalami efek samping OAINS, dosis tinggi atau kombinasi lebih dari satu macam OAINS1. Kasus: Wanita 73 tahun datang dengan keluhan muntah darah hitam sejak 5 hari SMRS. Muntah darah sebanyak 3x/hari berisi darah warna hitam dan sisa makanan yang berjumlah kurang lebih gelas. Os juga mengeluh mual, nyeri ulu hati dan nafsu makan berkurang. Sebelumnya os juga pernah mengalami hal serupa tetapi os lupa kapan terjadinya. Os belum pernah berobat ke dokter untuk mengobati keluhannya. Pada anamnesis selanjutnya di dapatkan riwayat sakit maag sejak usia muda, Os juga mengkonsumsi obat obatan penghilang nyeri sendi sejak Os berusia 50 tahun hingga saat ini dan Os sering mengkonsumsi jamu bungkus untuk menghilangkan nyeri sendinya namun sejak setahun lalu Os mulai stop minum jamu pegal linu dan tetap meneruskan konsumsi obat nyeri sendinya hingga saat ini. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, nafas 20x/menit, suhu 37,2C, konjungtiva anemis (+/+). Pada pemeriksaan lab Hb 8,2 g/dl, leukosit 7600 u/L, Ht 35%, trombosit 340.000. Diskusi: Dalam kasus dibahas tentang mekanisme dan efek obat golongan proton pump inhibitor pada pengobatan kasus gastropati OAINS.

Kesimpulan:
2

Dengan membahas kasus ini dapat diketahui tentang cara kerja serta efek proton pump inhibitor untuk pengobatan kasus gastropati OAINS karena menurut kepustakaan dijelaskan bahwa obat golongan proton pump inhibitor merupakan pilihan pada kasus gastropati OAINS. Kata kunci: Gastropati, OAINS, Proton Pump Inhibitor (PPI), Omeprazol Introduksi Gastropati merupakan bentuk kelainan pada gaster yang secara histopatologik tidak menggambarkan radang. Gastropati OAINS terjadi akibat efek samping OAINS pada saluran cerna yang terjadi pada lambung. Efek samping OAINS pada saluran cerna tidak sebatas pada lambung tetapi efek pada lambung adalah hal yang paling sering terjadi. OAINS tergolong obat yang sering diresepkan dan dikonsumsi terutama untuk menghilangkan nyeri pada kasus arthritis, efek samping pada pencernaan dapat terjadi tukak peptic, perdarahan dan perforasi1. Tidak semua orang beresiko mengalami efek samping OAINS, terdapat beberapa faktor resiko yang memudahkan terjadinya efek samping OAINS diantaranya: Tabel 1. Faktor resiko efek samping gastropati OAINS (dikutip dari 2) Terbukti sebagai faktor resiko - Usia lanjut > 60 tahun - Riwayat pernah menderita tukak - Digunakan bersama dengan steroid - Dosis tinggi atau menggunakan 2 jenis OAINS - Menderita penyakit sistemik yang berat Mungkin sebagai faktor resiko - Bersamaan dengan infeksi Helicobacter pylori - Merokok - Minum alcohol OAINS merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu topikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan lipofilik sehingga mempermudah trapping ion hydrogen masuk kedalam mukosa dan menimbulkan perdarahan sedangkan mekanisme sistemik lebih penting karena terjadi kerusakan mukosa akibat OAINS menekan produksi prostaglandin sehingga prostaglandin menurun, diketahui bahwa prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting untuk mukosa lambung dengan cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi mukosa ion bikarbonat dan meningkatkan epithelial defense2. Spektrum klinis gastropati OAINS meliputi suatu keadaan klinis yang bervariasi luas. Secara endoskopi akan dijumpai kongesti mukosa, erosi dan kadang disertai perdarahan kecil.
3

Lesi kecil dapat sembuh sendiri karena kemampuan adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat berupa erosi dan tukak multipel, perdarahan luas dan perforasi saluran cerna. Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati OAINS ringan akan sembuh sendiri walaupun OAINS tetap diteruskan. Antagonis reseprot H2 (ARH2) atau proton pump inhibitor (PPI) dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Hati hati penggunaan ARH2 pada pasien yang harus menggunakan OAINS jangka lama, pada pasien yang tidak mungkin menghentikan OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya menggunakan PPI1. Penghambat pompa proton (PPI) yaitu omeprazol, esomeprazol, lansoprazol, pantoprazol dan rabeprazol menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat system enzim edenosin trifosfatase hydrogen kalium ( pompa proton ) dari sel parietal lambung. Terapi awal jangka pendek dengan PPI merupakan terapi pilihan pada penyakit GERD dengan gejala berat seperti esofagitis erosif, ulseratif atau striktur yang ditegakkan melalui pemeriksaan endoskopi. PPI juga digunakan untuk mencegah dan mengobati tukak pada gastropati OAINS. Pada pasien yang perlu melanjutkan pengobatan dengan OAINS maka dosis PPI tidak boleh dikurangi karena dapat memperburuk tukak tanpa disertai gejala3. Diantara beberapa macam jenis golongan PPI, omeprazol merupakan obat yang di indikasikan untuk tukak lambung dan tukak duodenum yang terakit dengan OAINS. Sedangkan jenis lainnya seperti esomeprazol, lansoprazol dan pantroprazol lebih di indikasikan untuk pengobatan GERD. Pada pemberian omeprazol untuk mengatasi tukak lambung dan duodenum akibat komplikasi OAINS dapat diberikan omeprazol 20 mg 1x/hari selama 4 minggu pada tukak duodenum dan 8 minggu pada tukak gaster. Pada kasus berat atau kambuh dosis dapat dinaikkan menjadi 40 mg/hari. Selain itu omeprazol dapat diberikan secara intravena, pada kasus tukak gaster diberikan 40 mg 1x/hari hingga pemberian oral dimungkinkan3,4. Ilustrasi Kasus Wanita 73 tahun datang dengan keluhan muntah darah berwarna hitam sejak 5 hari SMRS. Muntah darah sebanyak 3x/hari berisi darah warna hitam dan sisa makanan yang berjumlah kurang lebih gelas. Os juga mengeluh mual, nyeri ulu hati dan nafsu makan berkurang. Sebelumnya os juga pernah mengalami hal serupa tetapi os lupa kapan terjadinya. Os belum pernah berobat ke dokter untuk mengobati keluhannya. Pada anamnesis selanjutnya di dapatkan riwayat sakit maag sejak usia muda, Os juga mengkonsumsi obat obatan penghilang nyeri sendi sejak Os berusia 50 tahun hingga saat ini dan Os sering mengkonsumsi jamu bungkus untuk menghilangkan nyeri sendinya namun sejak setahun lalu Os mulai stop minum jamu pegal linu dan tetap meneruskan konsumsi obat nyeri sendinya hingga saat ini. 2 hari SMRS muntah darah bewarna hitam semakin banyak, frekuensi muntah bertambah menjadi 4x/hari berjumlah gelas. Os mengeluh semakin lemas, mual dan nyeri ulu hati dirasa semakin berat dari hari sebelumnya. Namun Os tidak berobat ke dokter dan hanya mengkonsumsi obat untuk menghilangkan mual dan keluhan maag yang dibeli di warung. 1 hari SMRS keluhan semakin berat dan os sama sekali tidak ada nafsu makan hingga semakin lemas, os sempat pingsan dan dibawa ke IGD RSUD Koja.
4

Riwayat hipertensi (+), riwayat DM (+), riwayat maag (+), riwayat asam urat (+), riwayat merokok (+) dari remaja sampai usia 55 tahun. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan tanda vital TD 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, nafas 20x/menit, suhu 37,2C, konjungtiva anemis (+/+), mukosa bibir pucat. Pemeriksaan penunjang di dapatkan Hb 8,2 g/dl, leukosit 7600 u/L, Ht 35%, trombosit 340.000. EGD terlihat mukosa gaster pada fundus, cardia, corpus sampai antrum terlihat hiperemis, edema, dan erosi yang luas. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hasil laboratorium diagnosis kerja sementara adalah anemia ec hematemesis ec gastropati OAINS. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah rawat inap, infus NaCl 0,9% 6 tpm, transfusi PRC 250 cc/hari sampai target Hb 10 g/dL, injeksi omeprazol 40 mg, injeksi ranitidin 50 mg, serta edukasi dan sarankan Os untuk menjalani tindakan endoskopi untuk mencari kausa perdarahan lambung. Diskusi Kasus ini adalah anemia ec hematemesis ec gastropati OAINS yang diterapi menggunakan golongan proton pump inhibitor jenis omeprazol. Gastropati OAINS disebabkan karena konsumsi obat golongan OAINS dalam jangka waktu lama, hal ini sesuai dengan anamnesis pasien dimana pasien mengatakan mengkonsumsi obat untuk nyeri sendi sejak usia 50 tahun dan kini pasien sudah berusia 73 tahun sehingga penggunakan OAINS sudah berjalan selama 23 tahun. Teori mengatakan bahwa terdapat faktor resiko terjadinya efek samping pada pengguna OAINS, pada pasien ini didapatkan data pendukung yang menggolongkan penderita dalam kategori beresiko gastropati OAINS yaitu usia lebih dari 60 tahun, penggunaan OAINS dengan dosis tinggi, riwayat menderita tukak yang dianggap pasien sebagai riwayat maag, merokok. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori faktor resiko efek gastropati OAINS terbukti pada pasien ini. Teori mengatakan bahwa penderita gastropati OAINS pada gambaran hasil endoskopi menunjukkan kongesti mukosa, erosi yang kadang disertai perdarahan kecil atau dapat juga terjadi lesi berat berupa erosi dan tukak multipel, perdarahan luas dan perforasi saluran cerna. Hasil EGD pada pasien terlihat Mukosa gaster pada fundus, cardia, corpus sampai antrum terlihat hiperemis, edema, dan erosi yang luas. Sehingga dapat dibuktikan bahwa teori endoskopi sesuai dengan hasil EGD pasien. Pasien dengan gastropati OAINS datang dengan keluhan mual, muntah, nyeri epigastrium dan terkadang hematemesis. Teori ini sesuai dengan keadaan pasien sehingga membuat datang berobat terutama akibat muntah darah berwarna hitam. Menurut teori dikatakan bawah obat golongan PPI terutama omeprazol merupakan pilihan pada kasus gastropati OAINS yang tidak mungkin menghentikan OAINS dengan berbagai pertimbangan, hal ini sesuai dengan terapi yang diberikan kepada pasien yaitu pemberian omeprazol intravena 40 mg dan seterusnya dilanjutkan omeprazol oral 20 mg bila
5

keluhan perdarahan akut sudah berhenti. Pada pasien ini tepat diberikan terapi omeprazol karena pasien sulit untuk meninggalkan kebiasaannya mengkonsumsi OAINS karena pasien juga merupakan penderita arthritis sehingga obat OAINS merupakan terapi pertama pada penderita arthritis. Dalam kasus ini pasien diberikan proton pump inhibitor agar terjadi penghambatan dari produksi asam lambung. Selain itu omperazole membantu mengubah pH asam lambung menjadi netral, dengan pH yang netral perdarahan dapat dihentikan. Omeprazole dengan dosis 2x40mg cukup untuk mengatasi asam lambung yang semakin lama semakin meningkat produksinya4. Kesimpulan Dalam kasus ini membandingkan antara teori gastropati OAINS dan hasil yang ditemukan pada pasien dengan kecurigaan gastropati OAINS. Pasien memenuhi criteria faktor resiko efek samping gastropati OAINS, hasil endoskopi sesuai dengan teori endoskopi pasien gastropati OAINS, terapi pasien juga sesuai dengan pengobatan gastropati OAINS yaitu golongan PPI (omeprazol) karena golongan PPI memiliki kelebihan menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat system enzim edenosin trifosfatase hydrogen kalium ( pompa proton ) dari sel parietal lambung dan mengubah pH asam lambung menjadi nertal sehingga perdarahan dapat dihentikan.

Daftar Pustaka

1. Hirlan. Gastritis. Dalam : Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. hlm.338-339 2. Munshi N C, Longo D L, Anderson K C. Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Fauci A S, Nraunwald E, Kasper D L, Hauser S L, Longo D L, Jameson J L, Loscalzo J. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 17 Volume 1. United States: Mac Graw Hill;2008.hlm.313 3. Indriani R. Wahyu R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto ; 2008.hlm.55-58 4. Harvey R, Champe P. Obat Ulkus Pepticum. Dalam : Mycek M, Harvey R, Champe P. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2008.hlm.109-111

You might also like