Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

MENGURUS JENAZAH

KEUTAMAAN MENJENGUK ORANG YANG SAKIT 1. Hak & kewajiban sesama muslim

, : , , , : ) . , , (
2. Mendapatkan permohonan ampun & keselamatan dari Malaikat APA YANG DISYARIATKAN BAGI YANG SAKIT? 1. Ridho dan Sabar terhadap ketentuan Allah. Yang dimaksud dengan sabar adalah menahan jiwa dari penderitaan, menahan lisan dari mengumpat, serta menahan anggota tubuh dari merusak atau merobek-robek pakaian dan yang semisalnya.

: : , ,
2. Berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Taala.

: . ::
3. nya. Memiliki rasa takut & harap. Takut akan hukuman Allah karena dosa-dosanya dan mengharapkan rahmat Rab-

, , : : : . .
4. Sekalipun berat penderitaan, tidak boleh mengharapkan kematian.

: : : . ,
5. 6. Memperbanyak taubat dan memohon ampunan Diharamkan berobat dengan sesuatu yang dapat merusak aqidah, seperti menggantungkan jampi-jampi yang mengandung kalimat syirik/nama-nama asing. Berobat kepada dukun dan sejenisnya. 7. Dianjurkan berobat dengan ruqyah yang disyariatkan, seperti ayat-ayat al-Quran dan doa-doa dari Nabi. Ibnu Qayyim berkata:Yang termasuk pengobatan paling tepat adalah melakukan kebaikan, berzikir, dan berdoa juga tunduk kepada Allah dengan taubat. 8. Dibolehkan berobat dengan obat-obat yang mubah. 9. Bila ada hak yang harus ditunaikan, maka sampaikanlah kepada teman atau saudaranya bila hal itu memudahkannya, namun bila tidak maka berwasiatlah. 10. Menulis wasiat. ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT 1. Duduk di samping kepalanya. 2. Menanyakan keadaannya. 3. Menanyakan keinginannya. 4. Mengusap tubuh yang sakit dengan tangan kanan. 5. Mendoakannya.

: : ( ) . ,
6. Mengunjungi yang sakit bisa dilakukan kapan saja. TANDA-TANDA SAKARATUL MAUT 1. Ujung jemari kaki menjadi dingin. 2. Dahi mengeluarkan keringat.

: .
3. 4. Gelisah dan takut. Kerongkongan dan dadanya berbunyi karena napas dan ruh yang akan keluar.

HAL-HAL YANG DILAKUKAN KERABATA MAYIT 1. Menghadapkannya ke arah kiblat. 2. Mentalkinkannya dengan Kalimat syahadatain.

TATACARA TALKIN 1. Tuangkan beberapa tetes air ke bibir & kerongkongannya, agar mudah mengucapkan syahadat. Bisa menggunakan siwak, kain, atau kapas. 2. Usap wajah & keningnya dengan kain basah.

. : : . :

3. 4. 5. 6.

Bersiwak bila memungkinkan. Duduk di samping kepalanya seraya mentalkinkannya. Dengan kalimat perintah serta panggil dengan panggilan kesukaannya kemudian lakukan tiga kali berturut-turut. Dengan membimbing atau mencontohkannya. Hal itu dilakukan bila orang tsb tidak merespon cara yg pertama.

HAL-HAL YANG HARUS DIJAGA DAN DIPERHATIKAN 1. Apabila orang tersebut mengulang-ulang syahadat, maka tidak perlu ditalkinkan. 2. Apabila telah mengucapkan syahadat, maka jangan ditalkinkan lagi kecuali bila ia mengucapkan kalimat lain atau pingsan. 3. Tidak disukai mentalkinkan yg sedang sakaratul maut dengan merengek-rengek lebih dari tiga kali. 4. Apabila menggerakkan jari telunjuknya dan memberikan isyarat syahadat, serta tidak mampu mengucapkannya, maka tdk ditalkinkan. 5. Mendoakannya serta tdk berkata kecuali yang baik-baik saja.

, : ( )
6. 7. Bila dia orang yang memiliki iman yg kuat atau orang kafir, maka ditalkinkan dengan cara pertama (perintah). Jika ia muslim yang lemah imannya, menggunakan cara yg kedua (bimbing). Boleh seorang muslim mengunjungi orang kafir saat sakaratul maut untuk menawarkan keislaman kepadanya.

, .
8. Tidak mengkhususkan membaca surat yasin, akan tetapi boleh dibacakan surat-surat lain dari al-quran untuk mengingatkannya dan melembutkan hatinya. TANDA-TANDA KEMATIAN 1. Terbelalak & terbaliknya mata, karena mata mengikuti arah ruh ketika keluar dari jasad. 2. Berubahnya batang hidung ke kanan atau ke kiri. 3. Berpautnya betis antara satu dengan yang lainnya. 4. Turunnya rahang. 5. Jantung atau nadi berhenti berdetak. 6. Terlepasnya persendian tulang. 7. Kulit menjadi tegang terutama di bawah ketiak. 8. Suhu tubuh menjadi dingin seluruhnya. 9. Tubuh menjadi keras & kaku terutama jika mayit telah meninggal cukup lama. 10. Perubahan dalam bau. 11. Hilangnya tanda hitam pada mata, terutama pada mayit dewasa. Apabila seseorang mati mendadak, maka tunggulah sesaat hingga muncul tanda-tanda tersebut. (minta bantuan dokter/ahli) Benar-benar memastikan tanda-tanda yang sudah ada. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH MENINGGAL 1. Memejamkan kedua matanya. 2. Mengikat kedua bibirnya. 3. Menggerak-gerakkan & melemaskan persendiannya. 4. Mengikat kedua kakinya agar tidak keluar kotoran. 5. Melepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga auratnya. 6. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya agar tdk kembung. 7. Meletakkannya di atas ranjang atau tempat yang tinggi agar tubuhnya tidak terpengaruh oleh tanah atau lantai yg dingin/basah. 8. Menutupinya dengan kain, kecuali meninggal dlm keadaan ihram. 9. Berdoa untuk mayit. 10. Keluarga yg ditinggalkan harus bersabar dan ridho. 11. Mengucapkan kalimat Istirja. 12. Tidak menyebutnya kecuali dengan kebaikan. 13. Melunasi hutang-hutangnya. 14. Bersegera mempersiapkan pengurusannya berupa memandikan, mengkafani, mensholati & menguburkannya. 15. Dikuburkan di tempat dia meninggal. 16. Memberitahukan kerabatnya untuk menghadiri shalat & mengurus jenazahnya. 17. Yang mendengar kematian, dianjurkan mendoakan dan memohonkan ampun. 18. Menyegerakan wasiatnya.. HAL-HAL YANG DIHARAMKAN ATAS KERABAT MAYIT 1. Meratapi Mayit. 2. Memukul-mukul pipi & merobek-robek baju (Syaaqah). Rasulullah bersabda: ) . , ,) 3. Mencukur rambut kepala (Haliqah). 4. Menguraikan rambut atau membiarkan rambut lebat (gondrong). 5. Menyebarkan berita kematian melalui pengeras suara atau di jalan-jalan & pasar, karena yg demikian termasuk An-Nayu. Namun apabila memberitahukan kerabatnya/jamaah untuk membantu mengurusi jenazahnya, maka yang demikian itu tidak termasuk An-Nayu yg dilarang. Bahkan terkadang menjadi wajib bila tidak ada orang yang bisa mengurus jenazahnya.

KEUTAMAAN MEMANDIKAN JENAZAH 1. Diampuni dosa-dosanya. 2. Mendapatkan pakaian dari sutra di Jannah.

, , : . ()
Makna dari merahasiakan adalah menutupinya dan tidak menceritakan aib mayit, seperti luka atau cacat pada tubuhnya yang pada masa hidupnya disembunyikan, maka setelah wafatnya pun harus dirahasiakan sebagai penghormatan, juga aibaib maknawiyah lainnya dari tanda-tanda meninggal suul khatimah. Jika mayit terkenal kefasikan & kebidahannya, ahli ilmu berpendapat bukan termasuk sunnah merahasiahkannya akan tetapi justru perlu diberitakan keburukannya sebagai pelajaran bagi yang hidup & peringatan akan kebidahannya. SYARAT SYARAT YANG MEMANDIKAN 1. Islam 2. Berakal 3. Amanah

4. Alim

5. Merahasiakan

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Yang paling utama memandikan adalah yang diberi wasiat, kemudian kerabat yang lebih dekat dan seterusnya. 2. Tidak terlalu banyak orang. 3. Dua orang alim & seorang dari kerabatnya yang lalai & suka berbuat maksiat. 4. Tidak disyaratkan bersuci, itu hanya keutamaan. Wanita haid boleh memandikan. 5. Memandikan tidak membatalkan wudhu kecuali jika menyentuh. Menurut pendapat yang kuat tidak wajib baginya untuk mandi, namun disunnahkan untuk mandi & wudhu. 6. Menggunakan air yang suci. Disesuaikan dengan suhu cuaca. SYARAT TEMPAT MEMANDIKAN 1. Suci dan Besih ( Tidak di WC atau Kamar Mandi ) 2. Tertutup Atap Dingdingnya 3. Tidak Terdapat Patung dan Gambar Makhluk Bernyawa TATA CARA MEMANDIKAN 1. Letakkan mayit di atas tempat pemandian. Lepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga & menutup auratnya. Dudukkan & tekanlah perut mayit dengan tangan kanan sambil diurut-urut 3 atau 5 kali untuk mengeluarkan sisa kotoran yang ada. 2. Gunakan sarung tangan atau kain untuk membersihkan mayit di bawah kain penutupnya. Pakai masker, celemek & sepatu bot. 3. Mulailah dengan mewudukan mayit seperti wudhunya shalat. 4. Pemandian pertama dengan menggunakan air yg dicampur daun bidara hingga berbusa. Takaran dewasa lk. 1 ember air + 2,5 sloki daun bidara/1 cangkir. Anak kecil dari takaran dewasa. 5. Mulai dengan membasuh kepala, wajah, dada & ketiak mayit 3x. 6. Mulai dengan bagian sisi kanan mayit. Membasuh tangan mulai dari pangkal hingga pergelangan tangan, pundak, pinggang hingga betis kanannya. Tuangkan air dari atas & bawah kain penutup tanpa membuka aurat. Hal yang serupa dilakukan pada sisi yang kiri. Posisi mayit masih dalam keadaan terlentang. 7. Kemudian mayit dibalikkan dengan posisi bertumpu pada sisi kiri hingga punggung, pinggang, paha & betis kanannya bisa dibersihkan. Mayit tidak boleh ditelungkupkan. Hal serupa dilakukan pada sisi kiri mayit. 8. Tuangkan air ke seluruh badan mulai dari kepala hingga kaki. Mayit dalam keadaan terlentang. 9. Lakukan hal tersebut untuk kedua kalinya. Yang ketiga menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. Bila kurang bersih, ulangi lima atau tujuh kali sesuai kebutuhan. Semuanya kembali kepada ijtihad yang memandikan. 10. Setelah selesai keringkan seluruh tubuhnya dengan kain/handuk. Ganti kain penutupnya dengan yang baru dan kering dengan tetap menjaga auratnya. 11. Pindahkan mayit dengan hati-hati ke tempat pengkafanan. 12. Memandikan jenazah wanita sebagaimana jenazah pria, hanya saja setelah selesai dimandikan, tambutnya digerai dan disisir kemudian dikepang menjadi tiga bagian kemudian dikebelakangkan. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DALAM HAL INI Pertama. Diharamkan lelaki memandikan mayit wanita demikian juga Sebaliknya, kecuali dalam beberapa keadaan berikut ini: 1. Suami Istri. 2. Wanita yang sedang ditalak raji. 3. Mayit anak berusia dibawah 7 (tujuh) tahun. Karena dianggap tidak memiliki aurat. Jika badannya besar sehingga nampak padanya beberapa hal yang dapat menimbulkan fitnah. Lebih utama dimandikan oleh wanita. 4. Seandainya ada wanita yang meninggal di tengah-tengah kaum pria dan tidak ada wanita lain bersamanya, maka mayit tersebut ditaya- mumkan. Begitu pula sebaliknya. Kedua. Jika ada seorang wanita hamil, kemudian dia mengalami keguguran. Apa yang harus dilakukan? 1. Jika usia janin 4 (empat) bulan atau lebih, maka dia dimandikan, dikafani dan dishalatkan, bahkan diberi nama & diaqiqahi. 2. Bila usianya kurang dari 4 bulan, tidak perlu dimandikan dan dikafani tapi cukup dibungkus dengan kain putih dan dikuburkan di pekuburan karena janin tersebut belum ditiupkan ruh ke dalamnya sehingga diperlakukan seperti anggota bagian tubuh yang lainnya. Ketiga. Apabila wanita hamil wafat, maka diharamkan membedah perutnya & mengeluarkan bayinya. Karena biasanya bayi akan segera meninggal setelah ibunya meninggal satu atau dua jam setelahnya. Mayit dimandikan sebagaimana mestinya. Jika dokter memastikan bahwa bayi yang ada dalam kandungan masih hidup, maka boleh mengeluarkannya dengan berupaya terlebih dahulu melalui jalan keluarnya. Jika tidak bisa, maka boleh dengan alternatif lain dengan azas lemah lembut dan tidak menyakiti sang ibu serta atas dasar pertimbangan dokter ahli. Keempat. Orang kafir, murtad, dan meninggalkan shalat selamanya (tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali), mayitnya tidak dimandikan, tidak dikafani,tidak dishalatkan, serta tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum Muslimin. Mayitnya dikubur dengan pasir di tempat yang jauh sekedar untuk menutupinya supaya tidak menyebarkan bau. Kelima. Orang yang terbunuh dengan sebab qishash atau had seperti muhshan yang berzina atau terbunuh karena dzalim,

atau orang yang bunuh diri. Semuanya dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan kaum Muslimin, karena mereka adalah pelaku dosa besar dan tidak keluar dari agama Islam. Keenam. Orang yang berihram dan haji apabila wafat cukup dimandikan dengan air & daun bidara. Tidak diberi minyak wangi, dan tidak ditutupi kepalanya, serta dikafani dengan pakaiannya. Ketujuh. Memandikan anggota bagian tubuh mayit yang wajib hanyalah satu kali Kedelapan. Apabila keluar sesuatu dari perut mayit pada pertengahan atau sesudah dimandikan, maka hal ini tidak terlepas dari 4 keadaan berikut ini: 1. Jika keluar sesuatu dari dua lubang disela-sela memandikan, maka cukup mandikan atau bersihkan tempat keluarnya, kemudian diwudukan & mandikan hingga 5 kali. Apabila masih keluar najis setelah itu, maka wudukan, terus mandikan hingga 7 kali setelah itu sumbat dengan kapas atau kain. 2. Bila keluar sesuatu dari perutnya setelah dimandikan, maka cukup wudukan saja. 3. Jika keluar sesuatu dari perutnya setelah dikafani. Jika yang keluarnya sedikit, maka tidak perlu diulang wudhu & mandinya. Cukup tempat keluarnya kotoran tadi dicuci kafannya, namun apabila yg keluar banyak dan kotor, maka mandinya harus diulang. 4. Jika keluar sesuatu dari selain dua jalan, seperti muntah, darah, atau yang lainnya, maka tidak perlu diulang tapi cukup dicuci tempatnya yang kotor. Namun jika yang keluar itu banyak dan menyebabkan kotor, maka mandi dan wudunya perlu diulang. Kesembilan. Jenazah yang syahid dalam peperangan, tidak dimandikan & tidak dikafani. Namun jika terkena luka pada waktu perang kemudian sempat dirawat sehari atau beberapa hari lantas meninggal, maka mayitnya diperlakukan sebagaimana lainnya. Kesepuluh. Jika ada sebagian anggota badan yang terpotong, maka cukup dibungkus dengan kain putih kemudian dikuburkan tanpa harus dicuci & dishalatkan. Kesebelas. Dimakruhkan berdebat & meninggikan suara ketika memandikan. Keduabelas. Jika ada anggota tubuh mayit yg terputus, seperti kaki/tangan, maka anggota tersebut diletakkan di tempat asalnya & dicuci sebagaimana yg lainnya. Ketigabelas. Dimakruhkan memberikan bayaran kepada yg memandikan, tapi apabila dibutuhkan, maka cukup mengambil dari Baitul Mal. Keempatbelas. Apabila tidak terdapat daun bidara, maka dapat diganti dengan yg Semisal seperti sabun mandi/sampo. MENGKAFANI MAYIT LANDASAN HUKUM

: .- : . , ()
HAL-HAL YANG DIANJURKAN 1. Hendaknya kain kafan yang digunakan bagi mayit laki-laki sebanyak tiga 3 (lapis). Sedangkan bagi wanita sebanyak 5 (lima) lapis terdiri dari sarung, ghamis, khimar, dan dua helai kain. 2. Menggunakan kain yg bersih & baik serta menutupi seluruh tubuh.

: ... ) (
3. Menggunakan kain yang berwarna putih.

, , : () ...
4. Memberikan wewangian

: .( ) .
5. 6. 7. Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan. Menaburi kain kafan dengan kafur. Hendaknya kain kafan yang terbaik diletakkan di bagian atas.

TATA CARA MENGKAFANI 1. Cara Mengukur Kain Kafan: Panjang: Ukur panjang mayit dengan meteran dari mulai ujung kepala hingga ujung kaki dengan melebihkannya kira kira 60 cm. contoh: seandainya panjang mayit 170 cm, maka ditambah 60 cm sehingga keseluruhan panjang 230 cm. penambahan panjang kain disesuaikan agar dapat mengikat ujung kepala dan ujung kaki. Lebar: Ukur lebar mayit mulai dari ujung bahu kanan mayit hingga ujung kiri, kemudian hasil pegukuran dikalikan tiga. Contoh: jika lebar mayit 40 cm, maka lebar kain yang dibutuhkan 40 x 3 = 120 cm. Perhatian: Kain kafan yang ideal berukuran panjang 280 cm dan lebar 180 cm untuk memudahkan pemotongan sesuai dengan kebutuhan. Membuat kira-kira 7 ikatan dari kain kafan yang panjangnya sesuai dengan lebar kain yang telah diukur sesuai kebutuhan mayit. Lebar ikatan kira-kira 10 cm. Membuat popok yang gunanya untuk menjaga kotoran yang dikhawatirkan keluar dari mayit. Dengan lebar kirakira 30 cm dan panjang kira-kira 100 cm. 2. 3. Siapkan keranda dekat dengan tempat pemandian, kemudian letakkan ikatan yang sudah dipersiapkan di atas keranda dengan jumlah ganjil. Simpan di daerah kepala, dada, perut, paha, lutut & kaki Letakkan lipatan kain pertama, dan dianjurkan kain yang terbaik dan yang paling bersih untuk memperlihatkan kepada manusia dengan gambaran yang baik dan indah. Pada bagian kepala dilebihkan kira-kira 40 cm dan bagian kaki 20 cm.

4.

Letakkan lipatan kedua dan ketiga di atas lipatan yang pertama dengan cara yang serupa. Letakkan popok di atas kafan dekat dengan daerah dubur & selangkangan. Lalu tambahkan kapas di atasnya. 5. Kain kafan yang telah siap kemudian ditaburi wewangian & kapur barus. Kemudian letakkan mayit di atasnya dengan hati-hati & tetap menjaga auratnya. Letakkan kepala pada bagian yang telah dilebihkan serta duburnya di atas popok. 6. Buka kedua kakinya untuk mengikat popok yang telah siap diantara dua kaki & perutnya. Lakukan hal itu dibawah kain penutup agar aurat mayit tetap terjaga. Setelah selesai rapatkan kembali kedua kakinya. 7. Oleskan minyak wangi pada tubuh mayit & yang dianjurkan pada tujuh anggota sujud (kening, lutut, telapak kaki, telapak tangan, hidung), dan di sela-sela persendian. 8. Lalu ambil ujung kain yang pertama (paling bawah/dalam) arah kanan kemudian lipat ke sebelah kiri secara bersamaan mulai dari kaki hingga kepala. Setelah itu pegang ujungnya dengan kuat dan lipat atau putar. Lalu pegang lipatan ujung kain dengan tangan kiri, lalu ambil kain yang kedua dan lakukan seperti yang pertama, begitu juga dengan kain yang ketiga. 9. Ikat dengan kuat dan jadikan ikatannya di sebelah sisi kiri mayit. Selimuti mayit yang telah dikafani agar benarbenar tertutup dan terjaga sebelum dikuburkan. 10. Untuk wanita lakukan hal serupa bila tdk terdapat 5 helai kain yg dibutuhkan, HAL-HAL YANG BERKAITAN DALAM MASALAH INI 1. Dimakruhkan melebihi batasan kain kafan dari yang ditentukan. 2. Yang paling utama mengkafani adalah yang diberi wasiat kemudian kerabat terdekat dan selanjutnya. 3. Membeli kain kafan dengan harta si mayit, kalau tidak ada maka keluarga yang menanggungnya, dan bila tidak ada juga diambil dari harta kaum Muslimin (Baitul Mal). 4. Dimakruhkan memberi kain kafan dari wol/rambut atau kain yang dicelup warna kuning. Diharamkan mengkafani mayit dengan kulit. 5. Para Ulama membenci membakar kain kafan. 6. Dilarang memasukkan wewangian/kafur ke dalam mata mayit. 7. Disunnahkan bilangan ikatan berjumlah ganjil. 8. Untuk mayit anak laki-laki menggunakan tiga helai kain, sedangkan untuk anak perempuan dua helai kain & satu ghamis. 9. Bila kain kafan tidak mencukupi, maka tutup bagian kepalanya sedang sisanya ditutup dengan ilalang atau rumput. SHALAT JENAZAH LANDASAN HUKUM

. , : ). : : . (
SIFAT SHALAT JENAZAH 1. Letakkan jenazah di hadapan imam. Imam berdiri di hadapan kepala mayit jika laki-laki. Jika mayitnya perempuan, maka imam berdiri di tengah-tengah mayit. Kemudian makmum berdiri di belakang imam.

: : , , ) : . : ( ( ) . ,
Disunnahkan membuat tiga shaf (barisan). Disukai yang menshalatinya jamaah yang banyak Jika mayitnya anak laki-laki & perempuan, maka posisi imam berdiri seperti pada posisi mayit wanita dewasa. Tidak mengapa bagi Imam meberitahukan jenis kelamin mayit kepada makmum, agar dapat berdoa sesuai dengan kata gantinya. Imam bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangannya, kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Kepala menunduk & pandangan tertuju kepada tempat sujud. Bertaawudz, membaca basmallah, tidak membaca doa iftitah, membaca surat al-fatihah. Semuanya dibaca secara sir (pelan). Imam takbir yang kedua seraya mengangkat tangan kemudian membaca shalawat. Kemudian bertakbir yang ketiga sambil mengangkat tangan terus berdoa bagi sang mayit.

2. 3. 4. 5.

): (
6. Diantara doa yang disyariatkan adalah sebagai berikut:

, , , , : . , ) . , (
Diantara doa yang disyariatkan adalah sebagai berikut:

: , , : , , , , , , ,

: - , , ( ) .
Jika mayitnya anak-anak, maka berdoa sebagai berikut:

, , , , , , .
Imam bertakbir terakhir, diam sejenak lantas salam seraya memalingkan muka ke kanan satu kali. MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DALAM HAL INI Pertama. Hukum Shalat jenazah adalah Fardhu Kifayah. Kedua. Disyariatkan shalat jenazah pada setiap: 1. Janin yang gugur berusia empat bulan atau lebih. 2. Orang yang mati syahid. Walaupun hukum asalnya tidak disholatkan akan tetapi bila dilakukan itu lebih utama. 3. Orang yang terbunuh karena hukuman had. 4. Orang fajir yang banyak melakukan kemaksiatan. 5. Orang yang memiliki hutang dan tidak meninggalkan harta untuk melunasi hutangnya. Ketiga. Diharamkan mensholati orang kafir, munafik dan yang meninggalkan sholat wajib. Tidak boleh merasa kasihan dan tidak boleh memohonkan ampun bagi mereka. Keempat. Yang paling utama untuk mensholati mayit adalah yang diberi wasiat, imam masjid dan kerabat keluarga mayit. Kelima. Jika hanya terdiri dari seorang makmum, maka dia berdiri di belakang imam. Keenam. Lebih diutamakan agar mensholati mayit di luar masjid dan hal ini adalah petunjuk yang sering dicontohkan oleh Rasulullah. Tidak boleh mensholatinya di antara kuburan, tapi bila sudah dikuburkan maka hal itu diperbolehkan. Ketujuh. Tidak boleh mensholati mayit pada tiga waktu yang terlarang kecuali darurat.

: : , : ( ) . ,
Kedelapan. Wanita dibolehkan menghadiri sholat jenazah baik sendiri maupun berjamaah dengan syarat tidak sholat di kuburan, karena wanita dilarang memasukinya. MENGUBURKAN MAYIT LANDASAN HUKUM

: , : . , , , ... , : - - ... : .
TATACARA MEMBAWA JENAZAH 1. Letakkan mayit di atas keranda dengan terlentang. 2. Tutup dengan selimut/kain. Lebih disukai jika mayit wanita kerandanya ditutup denga kubah/kayu. 3. Disunnahkan yang membawa keranda sebanyak empat orang. 4. Disunnahkan untuk bersegera dalam berjalan.

: - , : ( ) ,-
5. 6. Dibolehkan bagi yang mengiringi jenazah untuk berjalan di depan, belakang, samping kanan atau kirinya. Tidak boleh duduk hingga jenazah diletakkan di atas tanah

, : ()
7. Disunnahkan bagi yang mengantarkan jenazah untuk khusyu, berfikir akan perjalanannya, dan mengambil pelajaran dari kematian, juga dengan apa yang akan dialami oleh sang mayit. Tidak disukai tertawa, senyum, atau berbicara tentang urusan dunia.

. :
LUBANG KUBUR 1. Disunnahkan memperdalam dan memperluas kuburan, karena memperdalam kuburan dapat menahan bau yang tidak enak, selamat dari gangguan hewan liar, juga lebih menjaga mayit.

... : ) (
2. Disunnahkan memperluas kuburan pada bagian kepala dan kaki.

: . . ,
3. Lebih disukai membuat lahat dari pada syaq.

) : (
TATA CARA MENGUBURKAN 1. Masukkan mayit ke dalam kubur melalui bagian kaki kubur dengan memasukkan kepala terlebih dahulu karena ia adalah bagian tubuh yang paling mulia. Namun bila hal tersebut tidak memungkinkan, maka dari jalan mana saja yang mudah.

) : : (
2. 3. 4. 5. Yang memasukkan mayit ke dalam kubur adalah laki-laki. Yang diberi wasiat lebih berhak untuk itu. Bila mayit tidak berwasiat, maka kerabat terdekatnya. Bila memasukkan mayit wanita, maka kuburnya ditutup agar terhindar dari pandangan disaat penguburan. Sedangkan bagi mayit pria tidak diharuskan, kecuali bila ada udzur seperti hujan. Letakkan mayit dengan lembut di dalam kubur dengan berbaring di sisi lambung kanannya, karena dia menyerupai orang yang tidur dan menghadap kiblat. Kemudian buka dan lepaskan ikatan yang mengikat kafannya dengan tanpa membuka wajahnya, karena yang demikian tidak ada dalilnya dan tidak pernah dilakukan oleh para sahabat.

. :
6. 7. 8. Dekatkan dan masukkan mayit ke dalam lahat, kemudian tahan dengan batu atau tanah di depannya dan di pertengahan punggungnya agar mayit tidak berbalik dan jatuh. Tutup lahat dengan kayu. Tutup celah yang kosong antara kayu dengan tanah liat agar mayit tidak kejatuhan tanah saat dikubur. Dianjurkan untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahat ke arah bagian atas kepala.

) (
9. Masukkan tanah ke dalam kubur dan tinggikan dari atas permukaan tanah sekedar sejengkal kemudian dibentuk seperti punuk. 10. Perciki kubur dengan air kemudian taburi dengan kerikil agar kubur menjadi kuat tidak terbawa angin dan aliran air. Kemudian tandai dengan kayu atau batu pada bagian kepala. 11. Dianjurkan setelah itu berdoa untuk mayit.

: : ( ... : .)

You might also like