Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 12

PERBEDAAN KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TERKONTROL DAN TIDAK

TERKONTROL The Difference Of High Density Lipoprotein (HDL) in Patients with Controlled and Uncontrolled Type 2 DM Indah Septianingrum1, Suryanto2
1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Alamat korespondensi : Fakultas Kedokteran UMY Gedung Eksakta - Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto Yogyakarta 55813 Email: indahseptianingrum@yahoo.com No. telpon: 085725761034 Abstract Background: High Density Lipoprotein (HDL) is a good cholesterol. HDL easy to move in blood stream. HDL is stable and do not attach to the artery. High Density Lipoprotein (HDL) prevent the complication of Coronary Heart Disease (CHD) and aterosklerosis in patients type 2 DM. Higher level of HDL will reduce the risk to get CHD. Objective: To know the difference of High density Lipoprotein (HDL) value in patients with controlled and uncontrolled type 2 DM. Methods: The research methodology is observational analytic with cross sectional as research design. Statistic test that used in this research were Independent T-Test. Paramater of controlling DM were hemoglobin A1c (HbA1c) level, controlled type 2 DM (HbA1c<7%), uncontrolled type 2 DM (HbA1c7%). Data was take from medical record of patients that diagnosed suffer from type 2 DM at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta about 62 samples. Result: Result of research from 31 controlled type 2 DM, 21 (67,74%) were low HDL and 10 (32,26%) were high HDL. Althought in uncontrolled type 2 DM, 16 (59,68%) were low HDL and 15 (78,13%) were high HDL. From Independent TTest p value was 0,096 (p > 0,05). Conclusion: There are no difference between HDL level in patients with controlled and uncontrolled type 2 DM. Keywords: Controlled DM, uncontrolled DM, HDL Abstrak 1

Latar belakang: Kolesterol HDL adalah merupakan kolesterol baik. HDL mudah bergerak didalam darah. HDL bersifat stabil dan tidak menempel pada arteri. High Density Lipoprotein (HDL) mencegah terjadinya komplikasi PJK dan arterosklerosis pada penderita DM tipe 2. Kadar kolesterol HDL yang tinggi akan mengurangi resiko PJK. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan High density Lipoprotein (HDL) pada penderita DM terkontrol dengan DM tidak terkontrol. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Independent T-Test. Parameter pengendalian DM yang digunakan adalah kadar HbA1c, DM terkontrol (HbA1c<7%), dan DM tidak terkontrol (HbA1c>7%). Pengumpulan data diambil dari data rekam medik pasien yang didiagnosis menderita DM tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 62 sampel. Hasil: Hasil penelitian dari 31 DM tipe 2 terkontrol, didapatkan HDL rendah 21 (67,74%) dan HDL tinggi 10 (32,26%). Sedangkan pada DM tipe 2 yang tidak terkontrol didapatkan HDL rendah 16 (59,68%) dan HDL tinggi 15 (78,13%).Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji independent t-test nilai p = 0.096 (p > 0,05). Kesimpulan: tidak ada perbedaan kadar HDL pada penderita DM tipe 2 yang terkontrol dengan penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol Kata kunci : DM terkontrol, DM tidak terkontrol, HDL

A.Pendahuluan

DM tipe 2 adalah sindrom penyakit kronik yang disebabkan karena terjadi resistensi terhadap hormon insulin. Dan sebagian besar pasien DM adalah menderita jenis ini (80-90%). Sekitar 80% pasien DM tipe 2 mengalami obesitas. Resistensi insulin pada obesitas sentral diduga merupakan penyebab sindrom metabolik. Insulin mempunyai peran penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adiposa. Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak.(9,10) Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1c), disebut juga glycohemoglobin atau disingkat sebagai A1c, merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan A1c memberikan gambaran rata-rata gula darah selama periode waktu enam sampai dua belas minggu dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani. Kadar HbA1c normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%. Beberapa studi menunjukkan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang dari 7%. Semakin tinggi kadar HbA1c maka semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi, demikian pula sebaliknya. Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) mengungkapkan bahwa penurunan HbA1c akan banyak sekali memberikan manfaat. Setiap penurunan HbA1c sebesar 1% akan mengurangi risiko kematian akibat diabetes sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi mikrovaskular 37% dan penyakit vaskuler perifer 43%.(6,12) Penyebab utama kematian pada diabetes mellitus (DM) tipe 2 ialah penyakit jantung koroner (PJK) kurang lebih 80%. Angka kematian akibat PJK pada penderita DM tipe 2 dapat meningkat dua sampai empat kali lebih banyak dibandingkan dengan yang non-diabetes karena lesi aterosklerosis, pada penderita DM tipe 2 proses perkembangannya lebih cepat. TG merupakan salah satu senyawa penyusun setiap lipoprotein, dimana setiap lipoprotein berbeda dalam

ukuran, densitas, komposisi lemak dan kompisisi apoprotein. Dan Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang sangat berperan dalam pembentukan aterosklerosis.(8) Kolesterol HDL adalah merupakan kolesterol baik. HDL mudah bergerak didalam darah dan secara keseluruhan sangat menguntungkan. HDL bersifat stabil dan tidak menempel pada arteri. Inilah mengapa HDL membantu mencegah terjadinya PJK, karena HDL membawa kolesterol jauh dari arteri dan kembali ke hati, karena penyalahgunaan alkohol atau keadaan lainnya dapat mengurangi efek menguntungkan dari HDL.(3) Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini menggunakan 3 variabel penelitian, yaitu:
1. DM terkontrol, yaitu Adalah pasien DM tipe 2 yang termasuk dalam

pengendalian DM kategori baik. Parameter pengendalian DM yang digunakan adalah kadar HbA1c. Kadar HbA1c pasien DM tipe 2 terkontrol adalah <7%.
2. DM tidak terkontrol, Adalah pasien DM tipe 2 yang termasuk dalam criteria

pengendalian DM kategori buruk. Parameter yang digunakan adalah kadar HbA1c. Kadar HbA1c pasien DM tipe 2 tidak terkontrol adalah >7%.
3. HDL, Adalah golongan lipoprotein yang mempunyai densitas sangat tinggi

yang bertanggung jawab untuk transport kolesterol dari jaringan ekstrahepatik. Kadar normalnya adalah <40 mg%. Penelitian menggunakan 31 sampel untuk masing-masing kelompok penelitian guna mengetahui perbedaan kadar kolesterol HDL pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol yang telah dilakukan pemeriksaan HbA1c bersamaan dengan pemeriksaan kadar profil lipid khususnya kadar kolesterol HDL. Pemeriksaan HbA1c adalah salah satu dari banyak macam pemeriksaan yang dilakukan pada pasien DM. Pemeriksaan ini akan mengelompokkan pasien DM menjadi pasien DM terkontrol dan DM tidak terkontrol. Pasien DM

terkontrol baik jika kadar HbA1c < 7%, hal ini berarti bahwa kadar glukosa darah pasien terjaga dalam nilai yang dapat diterima oleh prosedur pengobatan yang sedang dijalaninya. Sebaliknya pasien DM yang tidak terkontrol dengan kadar HbA1c > 7% menggambarkan bahwa kadar glukosa darah pasien tidak terjaga dalam nilai yang dapat diterima oleh prosedur pengobatan sekarang. B.Hasil Tabel 1. terkontrol Pasien DM Terkontrol Tidak terkontrol n 31 31 Kadar HDL Minimum maksimal mean 23 67 43.73 33 69 47.41 (mg/dl) Standar Deviasi 23.82 11.23 Diskriptif kadar HDL pada DM tipe 2 terkontrol dan tidak

Dari tabel diatas dapat dilihat kadar HDL terendah dari pasien DM tipe 2 yang terkontrol sebanyak 23 mg/dl dan kadar tertinggi sebesar 67 mg/dl. Dengan nilai rata-rata sebesar 43.73mg/dl dan nilai standar deviasinya sebesar 23.82. Sedangkan, kadar terendah pada pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol adalah 33 mg/dl dan nilai maksimal sebesar 69 mg/dl. Nilai mean sebesar 47.41 mg/dl dan nilai standar deviasi sebesar 11.23. Pasien DM tipe 2 terkontrol mempunyai resiko yang sama dengan pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol untuk terkena PJK. Tabel 6. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Tinggi Rendahnya Kadar HDL Resi ko Kadar HDL rendah (<40 mg/dl) 21 (67,74%) 16 (51,61 %) komplikasi Kadar HDL tinggi (>40 mg/dl) 10 (32,26%) 15 (43,39%)

Pasien DM tipe2

n 31 (100%)

(HbA1c < 7%) Tidak terkontrol 31 (100%) (HbA1c > 7%)

Berdasar tabel 2 diatas dapat dilihat pasien dengan DM tipe 2 terkontrol kebanyakan memiliki kadar HDL yang rendah. Pasien DM tipe 2 dengan kadar HDL rendah adalah sebanyak 21 pasien (67,74%), sedangkan jumlah pasien dengan kadar HDL tinggi sebanyak 10 pasien (32,26%). Dari data tersebut didapat hasil pasien DM tipe 2 tidak terkontrol juga cenderung memiliki kadar HDL yang rendah. Pasien DM tipe 2 dengan kadar HDL rendah sebanyak 16 (51,61 %), sedangkan hasil pasien dengan kadar HDL yang tinggi sebanyak 15 pasien (43,39%). Setelah data diperoleh kemudian dianalisis dengan uji independent ttest untuk mengetahui perbedaan kadar HDL pada pasien DM tipe 2 yang terkontrol dengan pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol. Setelah dilakukan analisis dengan uji independent t-test didapatkan nilai signifikansi p = 0.440. nilai signifikansi yang diperoleh adalah p . 0.005, maka secara statistic menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar HDL antara pasien DM tipe 2 yang terkontrol dengan pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol. C.Diskusi DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2005). Sedangkan DM tipe 2 adalah DM yang terjadi karena multifaktorial, mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. HDL merupakan salah satu profil lipid yang berperan dalam mengurangi angka kejadian PJK. HDL disebut sebagai lemak baik yang dapat mengurangi terjadinya aterosklerosis yang menjadi penyebab utama terjadinya PJK. HDL disebut lemak baik karena 50% terbentuk dari protein dan 20% kolesterol. Selain itu, HDL berfungsi mengangkut kolesterol jaringan perifer 6

seperti sel-sel pembuluh darah menuju hepar, proses ini disebut pengangkutan balik kolesterol. Fungsi ini sangat menguntungkan jaringan pembuluh darah karena dengan jumlah kolesterol pada tunika subintima, pembentukan sel busa dalam pembuluh darah juga ikut menurun. Oleh karena itu HDL bersifat vaskuloprotektif. Dari hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa bahwa tidak terdapat perbedaan kadar HDL antara pasien DM tipe 2 yang terkontrol dengan pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol.Sehingga baik pasien DM tipe 2 terkontrol maupun tidak terkontrol sama-sama memiliki resiko terkena PJK. Bahkan dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pasien DM tipe 2 terkontrol memiliki resiko lebih tinggi dibanding dengan pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol. Hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh S josten mengenai profil lipid pada pasien DM tipe 2, yang menyatakan bahwa terdapat perubahan profil lipid yang signifikan pada pasien DM type 2 terutama pasien dengan usia >45 tahun. Perbedaan tersebut dikarenakan dalam penelitian tersebut, disebut jelas bahwa subjek penelitian adalah semua pasien DM yang berusia >45 tahun dan diperiksa profil lipidnya untuk pertama kali. Sedang pada penelitian kali ini sampel yang digunakan adalah semua pasien DM tanpa melihat usia pasien. Selain itu penelitian ini juga tidak memasukkan kriteria eksklusi untuk pasien-pasien DM yang sudah mengalami komplikasi. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang ada yan meneyebutkan pasien DM tipe 2 terkontrol akan memiliki kadar HDL >40

mg/dl. Hal ini disebabkan karena pasien DM tipe 2 terkontrol dapat diartikan memliki kadar glukosa yang terjaga dalam nilai yang dapat diterima oleh prosedur pengobatan yang sedang dijalaninya. Dengan kata lain, keadaan pasien stabil dan terjadinya peningkatan lipolisis dapat dihambat. Pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol mempunyai kadar glukosa yang tidak dapat diterima oleh prosedur pengobatan yang sedang dijalani. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya peningkatan lipolisis yang salah satu efeknya adalah penurunan kadar HDL <40 mg/dl. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pasien DM tipe 2 terkontrol tidak selalu lebih aman dibanding dengan pasien DM tipe 2 tidak terkontrol dalam hal resiko terkena PJK. Karena dari hasil dapat dilihat bahwa jumlah pasien DM tipe 2 terkontrol dengan kadar HDL rendah lebih banyak dibanding dengan yang kadar HDLna inggi. Kesimpulannya baik pasien DM tipe 2 terkontrol maupun tidak terkontrol sama-sama memiliki resiko terkena PJK. Bahkan dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pasien DM tipe 2 terkontrol memiliki resiko lebih tinggi dibanding dengan pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol. Ketidak sesuaian hasil dengan teori ini mungkin disebabkan oleh Jumlah sampel kurang mewakili jumlah pasien DM yang sesungguhnya, penetapan criteria inklusi dan eksklusi yang terlalu luas sehingga hasil yang didapatkan kurang mencerminkan hasil yang sesungguhnya,dan keadaankeadaan yang diluar perkiraan peneliti. Gaya hidup, usia, berat badan, kelainan gen dan pengobatan serta diet tertentu yang dijalani oleh pasien bisa

menjadi faktor terjadinya ketidaksesuaian ini. Selain itu penyakit-penyakit lain yang diderita pasien yang dapat mengaburkan kadar HDL yang sebenarnya. Gaya hidup yang tidak sehat yang dijalani pasien seperti merokok, kurangnya aktifitas fisik dan alcohol merupakan penyebab terbanyak terjadinya penurunan kadar HDL. Nikotin yang terkandung dalam rokok berpengaruh terhadap kadar HDL pasien meskipun bagaimana prosesnya belum diketahui secara pasti. Kurangnya aktifitas fisik dapat menjadi penyebab terjadinya lemak viseral yang dapat meningkatkan lipolisis lipid pada pasien resitensi insulin. Sedangkan alcohol akan memberikan efek pada peningkatan TG sehingga secara tidak langsung juga akan menurunkan kadar HDL. Penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan kadar HDL tinggi adalah contohnya infark miokardial (MCI) akut, pangkreatektomi. Periode stress berat dan kehamilan trisemester 3 juga dapat mempengaruhi kadar HDL. Selain itu pengaruh obat-obatan juga dapat meningkatkan kadar HDL seperti aspirin, kortikosteroid, steroid. Epineprin dan lain-lain. Peningkatan kadar lemak darah dapat menimbulkan resiko penyakit arteri koronaria atau penyakit kardiovaskuler. Peningkatan kadar kolesterol (hiperkolesterolemia) menyebabkan penumpukan kerak lemak di arteri koroner (aterosklerosis) dan resiko penyakit jantung (infark miokardial). Peningkatan TG dalam waktu yang lama akan menjadi lemak dibawah kulit yang menyebabkan obesitas. Lemak yang berlebihan ini akan diubah menjadi

kolesterol LDL. Kolesterol LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah merupakan faktor resiko besar terjadinya aterosklerosis. Inilah alasan kenapa diperlukan pemeriksaan selain pemeriksaan glukosa darah, pada pasien DM. pasien DM disarankan juga untuk melakukan pemeriksaan profil lipid yang terdiri dari TG, HDL dan LDL. Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengurangi prosentase kejadian PJK sebagai komplikasi penyakit DM. D.Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar HDL pada penderita DM tipe 2 yang terkontrol dengan penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol.Selain itu didapatkan hasil baik pasien DM tipe 2 terkontrol maupun pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol memiliki resiko yang sama besarnya untuk terkena PJK sebagai komplikasi dari DM. E.Saran
a) Perlu dilakukan penelitian serupa dengan jumlah sampel yang lebih besar b) Perlu dilakukan penelitian serupa dengan sampel penelitian yang lebih

signifikan. kriteria inklusi dan eklusi lebih diperjelas dan diperluas


c) Para penderita DM supaya tidak lalai dalam mengontrol kadar glukosa

darah guna mencegah terjadinya komplikasi dari DM.


d) Para dokter diharapkan memperhatikan juga masalah profil lipid pasien

DM, agar dapat mengurangi terjadinya komplikasi pada pasien DM

10

e) Profil lipid adalah salah satu indicator terjadinya kompliksai DM, sehingga

disarankan pada pasien DM untuk memeriksakan kadar profil lipid mereka


f) Para pasien DM untuk lebih menjaga pola hidup seperti menghindari

obesitas, mengatur diet dan beraktifitas agar kadar profil lipid tetap dalam batas normal

F.Ucapan Terima Kasih Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Suryanto Sp.PK yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan arahan selama penelitian, serta RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

G.Daftar Pustaka
1. American Diabetes Association. 2005. Checking Your Blood Glucose-All

About Diabetes. Diakses 15 April 2009


2. American Diabetes Association. 2009. Standarts of Medical Care in

Diabetes-2009. Diakses 15 April 2009


3. Elhendy, Abdou., Verma, Sumit., Prewitt, Kerry. 2007. Serum Cholesterol.

Diakses tanggal. 10 April 2009


4. Foster, Daniel W. 2000. Diabetes Mellitus, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit

Dalam Harrison Ed.13 Vol.5. Jakarta : EGC


5. Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Ed. 9). Jakarta :

EGC.

11

6. Klinik Diabetes Nusantara. (2007). Kontrol HbA1c. diakses 24 November

2009.Lembar, Stephanus. HbA1c sebagai Kontrol Penderita Diabetes Mellitus


7. PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes

Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Diakses 11 Maret 2008


8. S. Josten, Mutmainnah, Hardjoeno. (2006, November). Profil Lipid

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Indonesia Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 13, 20-22.
9. Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. (2002). Dasar-Dasar

Metodologi Penelitian Klinis (Ed.2). Jakarta: CV Sagung Seto.


10. Schteingart, David E. (2006). Pankreas : Metabolisme Glukosa dan

Diabetes Melitus. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Ed.6). Jakarta: EGC
11. Soegondo, Sidartawan. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus

Terkini, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Ed.6. Jakarta :FK UI


12. UKPDS 35. BMJ 2000:321:405-12

12

You might also like