Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

The correlation between previous year audit opinion , corporate growth , and the reputation of auditors to the acceptance

of audit going concern opinion

BAB I Background
An established company has purpose that can maintain the continuance of their business and increase prosperity of owner with obtaining reach greatest possible profits. In accounting knowledge, company is an economic entity that can stand alone different from its owner. Economic entity is always operation as sustainability for a period not exceeding a certain accounting period (going concern) (Purba 2006). Audit for company is very if the companies not stand-together with the owner. Audit also needed by shareholders (user of financial report) to be able to see all the activity of a particular period has value edit. While auditing a company's financial statements, auditor will make a report in the report which contained a going concern opinion. Auditing Standard is general guidelines can help auditor to do a responsibility in auditing a companys financial statements, which one reporting standard specified in SPAP (2011) Many cases of manipulation of financial data that do by Big Companies like Enron, Worldcom, Xerox and etc finally bankrupt, (Weiss 2002) said Enron and other 95 big companies get unqualified opinion with explanatory paragraph in previous year before bankrupt (Tucker et al., 2003) cause the public accounting profession gets criticism. An auditor is considered give wrong information, so many parties felt impaired.

Supposedly, an auditor when give opinion should checks financial report which consist of balance sheet, income statement, statement of equity changes, statement of cash flow, and

notes of financial report. And auditor should submit the final result to users/shareholders about an important information, which according to the auditor needs to be disclosed and published. Is very difficult for Auditor in giving the opinion, an Auditor should have encourage to give going concern opinion, because can be effect to people-trust. Seharusnya, Auditor dalam memberikan opini harus memeriksa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan akuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dan Auditor harus menyampaikan hasil laporan auditnya kepada pihak pemakai laporan auditnya mengenai informasi penting yang menurut auditor perlu untuk diungkapkan dan dipublikasikan. Auditor dalam memberikan opini bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Auditor harus mempunyai keberanian dalam mengeluarkan opini going concern, karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat. Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Masalah yang sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup sebuah

perusahaan, sehingga banyak auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Penyebabnya adalah adanya hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya (Venuti,2007). Penyebab yang lain adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concernyang terstruktur (Joanna H. Lo,1994), pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan,1999).

Setyarno et. al. (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. maka semakin besar perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno et. al., 2006). Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Altman (1968) dalam Petronela (2004) mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alsan bagi auditor untuk memberikan opini audit goping concern. Perushanaan dengan negative growth mengidikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan. Opini yang diberikan oleh auditor mempunyai kandungan informasi, oleh sebab itu informasi yang ada harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Informasi yang berkualitas hanya dapat diberikan oleh auditor yang berkualitas juga. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa auditor berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk

menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan auditor skala kecil. Hal ini bertentangan dengan Sidhu dan Sharma (2001), Barnes dan Huan (1993), Margaretta dan Fanny (2000) menyatakan bahwa besar kecilnya kantor akuntan tidak mempengaruhi dalam pemberian opini audit. Craswell et al (1995) reputasi auditor kurang bernilai ketika dalam suatu industri juga terdapat auditor spesialis. Auditor yang mempunyai spesialis pada

industri tertentu pasti memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan industri tersebut. Mirna dan Indira (2007) kualitas audit yang diproksi dengan auditor spesialis tidak mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diselesaikan adalah apakah opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor berpengaruh baik secara parsial maupun bersama-sama terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO)?

1.1Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diangkat, maka muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh laporan going concern tahun sebelumnya dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan? 2. Apakah ada pengaruh perkembangan perusahaan terhadap penerimaan opini going concern? 3. .Apakah ada pengaruh reputasi auditor terhadap penerimaan opini going concern?

1.2Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijabarkan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pertimbangan audit dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini going concern.

3. Untuk mengetahui apakah ada reputasi auditor perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

1.3Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah pengetahuan dan turut berkontribusi dalam pengembangan ilmu mengenai audit, auditor dan entitas serta lingkungannya, khususnya factor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan opini audit going concern. 2. Bagi investor dapat digunakan sebagai masukan dimana investor sebagai pengguna laporan dalam membuat keputusan dan bagi auditor agar dapat lebih mengerti factor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini going concern ketika di lapangan. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dijadikan bahan referensi khususnya bagi mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

1.4Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh secara jelas mengenai apa yang dibahas dalam skripsi ini, penulisan menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang penelaahan teoritis sebagai hasil dari penelaahan kepustakaan dan pengembangan hipotesis dari identifikasi masalah. Bab III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian secara lebih lengkap, pengukuran variabel dan alat analisis yang digunakan, serta metode pengujian hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Opini Audit Going Cencern

2.1.1 Pengertian Going Cencern Going concern (keberlangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan asumsi dalam pelaporan keuangan sebuah badan usaha yang apabila dalam periode berjalan suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, maka entitas tersebut akan bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari, 2007). Asumsi going concern ini akan memampukan perusahaan setidaknya dalam beberapa waktu ke depan untuk bertahan hidup. Konsep going concern mengasumsikan bahwa suatu entitas akan tetap beroperasi selama jangka waktu tertentu ke depan selama yang dapat diramalkan, dan suatu entitas akan beroperasi cukup lama sehingga sumber daya yang ada dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang digariskan (Horngren dan Harrison, 2007). Dalil going concern menurut Riahi dan Belkaoui (2006) adalah anggapan bahwa operasi suatu badan usaha atau entitas bisnis akan terus berlanjut cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan, serta diharapkan tidak dilikuidasi di masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode tertentu di masa depan. Cara yang sering digunakan auditor untuk mengevaluasi adanya keraguan tentang status going concern perusahaan (Prayitno, 2010):

1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan pengumpulan bukti audit, dan penyelesaian auditnya, dapat

mengidentifikasi keadaan atau peristiwa secara keseluruhan. 2) Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan mengenai kemampuan perusahaan mempertahankan hidup datam jangka waktu pantas, auditor harus: Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang dirujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, dapat diambil kesimpulan status sebuah perusahaan going concern atau tidak. Dalam SPAP (2011), terdapat contoh kondisi dan peristiwa tertentu yang diidentifikasi oleh auditor, yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, yaitu: a. Tren negative Contohnya, kerugian operasi iyang berulang kali terjadi, kekurangan modela kerja, arus kas negative dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan Contohnya, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar asset.

c. Masalah intern Contohnya, pemogokkan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. d. Masalah luar yang telah terjadi Contohnya, pengaduan gugatan pengadilan serta keluarnya undang-undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, license atau paten penting, juga kehilangan pelanggan atau pemasok utama.

2.1.2 Pengertian Opini Audit Proses audit akan melahirkan suatu laporan audit (audit report). Salah satu tugas auditor dalam menyusun laporan audit (audit report) adalah dengan memberikan pendapat atau opini pada salah satu paragrafnya sesuai dengan kewajarannya dan bersifat material. Laporan audit adalah suatu sarana bagi seorang auditor untu menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskannya untuk menyatakan tidak memberikan pendapat sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya juga memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994). Menurut Arens et. al. 2008 terdapat empat jenis opini audit, 1. Laporan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion). Terdapat 5 situasi yang harus dipenuhi oleh auditor untuk melaporkan unqualified opinion:

Semua laporan dalam laporan keuangan sudah lengkap, termasuuk laporan neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas.

Ketiga standar umum (general standard) telah dipenuhi oleh auditor dalam kaitannya dengan penugasan.

Bukti audit yang cukup dan memadai telah dikumpulkan atau dihimpun. Dan auditor telah melaksanakan penugasan audit yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa standar pekerjaan lapangan (standard of field work) telah dipenuhi.

Penyusunan laporan keuangan telah sesuai dengan perinsip-perinsip akuntansi yang berlaku umum.

Tidak ada situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan paragraph penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

2. Laporan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas atau Modifikasi Kata-Kata. Laporan ini telah secara wajar disajikan namun auditor merasa perlu untuk menambahkan kata-kata penjelas di dalamnya. Terdapat lima hal yang menyebabkan modifikasi dari unqualified opinion ini, Lemahnya konsistensi dari penerapan GAAP (bersifat subjektif). Keraguan yang substansial akan kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Auditor setuju dengan penyimpangan atas perinsip-perinsip akuntansi yang ditetapkan. Penekanan atas suatu hal (penjelasan tambahan).

Laporan atas keterlibatan auditor lain (contohnya, salah satu anak perusahaan yang diaudit oleh auditor lain).

3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (qualified opinion). Laporan ini dikeluarkan akibat dari adanya pembatasan ruang lingkup audit dan hanya dapat diterbitkan apabila auditor menyimpulkan dalam laporannya bahwa laporan keuangan manajeman perusahaan telah disajikan secara wajar.\ 4. Tidak Memberikan Pendapat. Laporan ini memiliki dua jenis, yaitu pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Munculnya disclaimer of opinion disebabkan oleh dua hal; auditor yang tidak independen dan adanya pembatasan yang sangat material.

2.1.3 Opini Audit Going Concern Opini audit going concern dinyatakan sebagai opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini going concern yang dikeluarkan oleh auditor merupakan prediksi kebangkrutan suatu perusahaan bagi para pemakai laporan keuangan (Santosa dan Wedari, 2007). Karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan, auditor harus bertanggung jawab penuh terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya (Setiawan, 2006 dalam Santosa dan Wedari, 2007). Selain itu, tanggung jawab auditor menurut SPAP (2011) adalah untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.

Selain dipengaruhi informasi financial dan kualitas, auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern juga perlu mempertimbangkan informasi non financial (Januarti, 2009), seperti ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit yang dikeluarkan sebelumnya, termasuk kualitas audit sendiri. Auditor sendiri harus dapat mengidentifikasi mengenai keadaankeadaan atau peristiwa tertentu yang bias menimbulkan keraguan akan kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya ketika melakukan prosedur audit. Sebagai contoh keadaan atau peristiwa tertentu ketika terjadi pemogokan kerja oleh karyawan, kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utangnya sehingga utang menumpuk tanpa kepastian, adanya gugatan dari pengadilan sehingga membahayakan kemampuan entitas dalam beroperasi. Auditor akan mengeluarkan opini audit going concern ketika perusahaan yang diaudit tengah diragukan kelangsungan usahanya ke depan. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2001) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa apabila auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Itu berarti apabila auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen (Rudyawan dan Badera, 2009). Pada umumnya, auditor yang akan mengeluarkan opini audit going concern telah mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki keraguan akan keberlangsungan usahanya yang dapat dilihat dari kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

2.1.4 Kualitas Audit

Seorang auditor yang memiliki reputasi baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien (Januarti, 2009). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) juga menetapkan audit yang dilakukan oleh auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar audit dan standar pengendalian mutu. Hardiningsih (2010) menyimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam system akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan auditor pada saat auditor tengah mengaudit laporan, dan dimana dalam melaksankan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan public yang relevan. Pernyataan tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif antara kualitas auditor dengan bagaimana kinerjanya selama tahun berjalan yang dinilai dari laporan auditnya (audit report). Komalasari (2004) membuktikan dalam penelitiannya mengenai kualitas auditor yang dilihat dengan skala auditor (besaran KAP) bahwa kualitas auditor yang cenderung mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern ditolaknya. Hal ini dapat didukung lewat pernyataan atas hasil penelitian oleh Ashton dan Kramer (1980) dalam Mayangsari (2003) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pengalaman terhadap tugastugas yang sifatnya terstruktur yang kemudian mengacu pada model Simon, bahwa pengaruh pengalaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya kompleksitas tugas.

2.1.5 Opini Audit Tahun Sebelumnya Salah satu factor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam menegluarkan pendapat adalah opini audit tahun sebelumnya. Auditee yang menerima opini audit going concern tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar

kemungkinan bagi auditor pada tahun berjalan untuk mengeluarkan opini audit going concern (Januarti, 2003). Kemungkinan terbesar dalam auditor mengeluarkan audit going concern adalah opini audit going concern yang dikeluarkan pada tahun sebelumnya, karena memiliki hubungan positif. Contohnya, ketika pada tahun sebelumnya auditor mengeluarkan pendapar wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas dan modifikasi kata-kata, maka akan bias dipastikan auditor pada tahun berjalan pun akan mengeluarkan opini audit serupa yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelas dan modifikasi kata-kata. Penelitian Santoso dan Wedari (2007), Ramadhany (2004), Susanto (2009) memperkuat bukti mengenai adanya hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit pada tahun berjalan.

2.1.6 Ukuran Perusahaan Tanggung jawab auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern bilamana terdapat keraguan akan keberlangsungan hidup perusahaan. Namun dalam beberapa hal terkait fee audit, auditor akan mempertimbangkan keputusannya untuk mengeluarkan opini audit going concern. Perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil (McKeown et. al., 1991 dalam Santosa dan Werdari, 2007). Ramadhany (2004) menyatakan dalam penelitiannya bahwa perusahaan audit dengan skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada perusahaan audit skala kecil. Penelitian tersebut berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Perusahaan audit dengan skala besar akan cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan (Susanto, 2009).

2.2

Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan mengenai hal-hal yang mempengaruhi

auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern, maka terlihat jelas arah pemikiran. Variable-variabel yang terkait yaitu opini audit tahun sebelumnya, kualitas pertimbangan audit, dan ukuran perusahaan. Untuk itu, untuk lebih memudahkan dalam memahami penelitian, berikut kerangka pikir penelitian pada gambar 2.1

Kerangka Pikir Penelitian Variabel Independen Opini Audit Tahun Sebelumnya Variabel Dependen

Kualitas Pertimbangan Audit

Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ukuran Perusahaan

2.3

Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Opini Audit Tahun Sebelumnya Pada umumnya auditor akan mengeluarkan opini audit going concern apabila pada tahun sebelumnya juga keluar opini audit going concern. Beberapa penelitian sebelumnya (Setyarno et. al, 2006; Santosa dan Wedari, 2007; Ramadhany, 2004; Susanto, 2009) membuktikan secara empiris bahwa adanya hubungan positif antara opini audit going concern pada tahun sebelumnya

dengan penerimaan opini audit going concern pada tahun berjalan. Pembuktian tersebut mengindikasikan bahwa opini audit going concern tahun sebelumnya menjadi pertimbangan khusus bagi auditor ketika akan mengeluarkan opini. Karena dari pertimbangan tersebut akan semakin besar kemungkinan seorang auditor akan kembali mengeluarkan opini audit going concern. H1 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan

opini audit going concern.

2.3.2 Kualitas Pertimbangan Audit Semakin besar skala auditor maka kemungkinan keluarnya opini audit going concern pun akan semakin besar. Altman (1982) dan Chen dan Church (1992) dalam Setyarno et. al. (2006) membandingkan tipe opini audit yang dikeluarkan auditor pada perusahaan yang mengalami kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan, dimana penelitian tersebut mengemukakan bahwa sebagian dari perusahaan sampel yang diteliti yang mengalami kebangkrutan adalah perusahaan-perusahaan yang mendapatkan opini going concern. Hal tersebut menunjukkan kualitas audit berhubungan positif dengan penerimaan opini going concern oleh perusahaan. H2 : Kualitas Pertimbangan Audit berpengaruh positif terhadap kemungkinan

penerimaan opini audit going concern.

2.3.3 Ukuran Perusahaan Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Januarti (2007) mengindikasikan bahwa perusahaan dengan

pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan mengurangi kecenderungan ke arah kebangkrutan. Pernyataan tersebut menunjukkan dimana perusahaan yang relative kecil kurang mampu menghadapi permasalahanpermasalahan yang dapat mengakibatkan perusahaan tersebut ragu akan keberlangsungan hidupnya. H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negative terhadap penerimaan opini

audit going concern.

You might also like