Seni Rudat Ikci Makam Godog

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 44

SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG

Disusun Oleh Yosep Nurdjaman, S.Sn., M.Sn.

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, MARET 2013

ABSTRAK
Rudat Art Institute Interpreter Lock (IKCI) godog tomb is the only arts group Rudat who are in Garut. This art is in the region precisely godog Tomb, RT.01/RW.10, Valley Village Court, District Karangpawitan, Garut regency. Janis Rudat art is no similarity with Rudat who are in the province of Banten, both of the concept would performances and repertoire of songs featured dish in the show. But the difference lies in the function of the arts, Rudat of arrowroot performed only at the anniversary of City Garut and activities "Ngalungsur Heritage" every fourteenth Mulud held at the Sacred Tomb godog. Rudat of Banten except staged in commemoration of the anniversary of City of Banten and religious events, are also frequently staged at events such as circumcision, the inauguration, and others. As already noted above that the concept of the show IKCI Rudat is generally very similar to the Bantam. The kosep used when performing the song bubuka usually featuring a song Assalamu'alaikum and Bissmillah. The next song is Dalilu and Kumfiddunya, to the song dikhiasi by two dancers with martial arts movements. The last song presented is Allah-Allah. The entire repertoire of songs accompanied by musical instruments include: four pieces flying, and one drum. Difference between Rudat IKCI and Banten lies in serving bubuka song, usually featuring a song Song of Banten but IKCI not. Potential and uniqueness of art owned by the IKCI Rudat found in the chant texts and melodies songs are presented in the show Rudat. Usually texts songs using melodies tones or Prhygian middle east, but the group changed IKCI melody using pentatonic tones exactly is the barrel Salendro. It becomes something that is unique because there are new innovations especially in the melody of the song on the show. In addition there is creativity-creativity in dance movements of martial arts which numbered twelve, so that adds to the appeal for the entirety of the show Rudat.

Recommendations that can be used to develop the arts Rudat IKCI provide good creativity touches on aspects of musicality, idioms and songs used in each show. one thing that is not less important is the inclusion of a new element of choreography that woke the two elements of different movement pattern forming a unity of different movement patterns and interesting. Creativity-creativity made not to change the order kebakuan which is well defined in advance, but it is intended to give new touches that show Rudat IKCI more attractive and can be enjoyed by all people, not just used in a ritual that has to do Sacred Tomb godog, so that all people can enjoy and watch the show Rudat IKCI Tomb godog Garut regency. Keywords: Rudat Art Institute Interpreter Lock (IKCI) Tomb godog, Garut.

Intisari
Kesenian Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog merupakan satusatunya kelompok seni Rudat yang berada di wilayah Garut. Kesenian ini tepatnya berada di wilayah Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Janis kesenian Rudat ini ada kesamaan dengan Rudat yang berada di wilayah Provinsi Banten, baik dari konsep pertunjukan mau maupun repertoar sajian lagu yang ditampilkan dalam pertunjukannya. Namun perbedaannya terletak pada fungsi dari kesenian tersebut, Rudat dari garut hanya dipentaskan pada waktu peringatan ulang tahun Kota Garut dan kegiatan Ngalungsur Pusaka setiap tanggal empat belas Mulud yang dilaksanakan di Makam Keramat Godog. Rudat dari Banten selain dipentaskan di acara

peringatan hari jadi Kota Banten dan acara keagamaan, juga sering dipentaskan di acara-acara seperti khitanan, peresmian, dan lain-lain. Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa konsep pertunjukan Rudat IKCI secara umum hampir sama dengan Banten. Adapun kosep yang digunakan ketika pentas yaitu lagu bubuka biasanya menampilkan lagu Assalamualaikum dan Bissmillah. Lagu yang berikutnya adalah Dalilu dan Kumfiddunya, ke dua lagu tersebut dikhiasi oleh penari dengan gerak-gerak pencak silat. Lagu terakhir yang disajikan adalah Alloh-Alloh. seluruh repertoar lagu tersebut diiringi oleh instrument musik di antaranya adalah: empat buah terbang, dan satu buah bedug. Perbedaan antara Rudat IKCI dan Banten terletak pada sajian lagu bubuka, Banten biasanya menampilkan lagu Kidung akan tetapi IKCI tidak. Potensi dan keunikan yang dimiliki oleh kesenian Rudat IKCI ini yakni terdapat pada lantunan teks-teks dan melodi lagu yang disajikan dalam pertunjukan Rudat tersebut. Biasanya teks-teks lagunya menggunakan melodi nada-nada timur tengah atau Prhygian, akan tetapi kelompok IKCI merubah melodinya dengan menggunakan nada-nada pentatonic tepatnya adalah laras Salendro. Hal tersebut menjadi sesuatu yang unik karena terdapat inovasi-inovasi baru khususnya dalam melodi lagu pada pertunjukannya. Selain itu terdapat
4

kreativitas-kreativitas dalam gerak-gerak tari pencak silat yang berjumlah dua belas orang, sehingga menambah daya tarik bagi keutuhan pertunjukan Rudat tersebut. Rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kesenian Rudat IKCI yakni memberikan sentuhan-sentuhan kreativitas baik pada aspek musikalitas, maupun idiom-idiom lagu yang digunakan dalam setiap

pertunjukannya. satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah dimasukannya unsur koreografi baru sehingga terbangun dua unsur pola gerak yang berbeda sehingga terbentuk satu kesatuan pola gerak yang berbeda dan menarik. Kreativitaskreativitas yang dilakukan bukan untuk merubah tatanan kebakuan yang sudah tertata dengan baik sebelumnya, akan tetapi hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan sentuhan-sentuhan baru agar pertunjukan Rudat IKCI lebih menarik dan dapat dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya digunakan dalam acara ritual yang ada kaitannya dengan Makam Keramat Godog, sehingga semua masyarakat dapat menikmati dan menyaksikan pertunjukan Rudat IKCI Makam Godog Kabupaten Garut. Kata Kunci: Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog, Garut.

KATA PENGANTAR

Laporan ini berisi tentang keberadaan kelompok Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog di Kabupaten Garut. Laporan ini disusun untuk kegiatan Pemberdayaan Sarjana Seni tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Ucapan terima kasih kepada: 1. Para seniman Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Keramat Godog; 2. Tokoh Masyarakat Godog Garut; dan 3. Aparat dinas Kecamatan Karangpawitan yang bersedia menjadi narasumber dalam penyusunan laporan ini. Penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat dalam upaya pemetaan, pelestarian, dan pengembangan sebi-sebni di Jawa Barat.

Bandung, 15 Mei 2013 Penyusun

DAFTAR ISI

Judul Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Foto

i ii iv v vi vi 1

A. PENDAHULUAN

B. ANALISIS POTENSI SENI RUDAT MAKAM IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT .. 6 29 31 32

C. REKOMENDASI UNTUK SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT Daftar Acuan Lampiran

Daftar Tabel Tabel-1: Susunan organisasi kelompok seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog. Hal. 3. Tabel-2: Komposisi anggota beserta tugas dalam setiap kali pentas seni Rudat IKCI Makam Godog. Hal. 10.

Daftar Gambar

Gambar-1. Kostum yang digunakan oleh pemai musik kelompok Seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. (Foto, Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013). Hal. 13. Gambar-2. Konstum yang digunakan oleh penari pencak slat kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. (Foto Repro: Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013). Hal. 14. Gambar-3. Salah satu terbang yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godong Kabupaten Garut. (Foto. Repro; Yosep Nurdjaman A, 2013. Hal. 20. Gambar-4. Permainan terbang ketika sedang pertunjukan dalam konsep arakarakan. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 21. Gambar5. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan drum. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman. A, 2013). Hal. 24. Gambar-6. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 25. Gambar-7. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu pernis. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 25. Gambar-8. Bedug terbesar di dunia. (Foto. Repro: www.goole.com, 2013). Hal. 26. Gambar-9. Bedug yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Kabupaten Garut. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 27.

A. PENDAHULUAN
8

Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog adalah salah satu kelompok seni yang berada di wilayah Kabupaten Garut. Keberadaaan kelompok seni Rudat di Garut sendiri untuk saat ini cukup memprihatinkan karena hanya terdapat satu kelompok seni Rudat saja, yakni kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog. Menurut informasi dari salah satu juru kunci Makam Godog yang bernama Apipudin mengungkapkan, bahwa: Sekitar tahun 90an di Garut terdapat seni Rudat di daerah Leles dan Tarogong, akan tetapi keberadaan tidak pernah terangkat sehingga hilang dengan sendirinya, sampai saat ini keberadaan kelompok Rudat dari kedua daerah tersebut tidak diketemukan bentuk dan wujud keseniannya. (Wawancara, Apipudin1, 2013). Sebenarnya kesenian Rudat ini berasal dari Provinsi Banten dan menjadi indentitas daerah tersebut. Dengan berkembangnya pola pikir warga Banten yang ingin hijrah ke tempat lain dengan tujuan untuk mencari mata pencaharian yang lebih layak dari sebelumnya, sehingga kesenian Rudat tersebut ikut menyebar hapir ke seluruh kota di Jawa Barat, salah satunya ke Kota Garut. Kesenian Rudat hijrah ke Kota Garut tepatnya di Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut Jawa Barat pada tahun 1985. Adapun tokoh-tokoh Kyai yang mendirikan dan mengembangkan kesenian Rudat di Makam Godog adalah Ajengan Winata, Ajengan Marku, Bah Sirod, Mochammad Mumin, Kyai Elon, dan Mang Dana. Dikarenakan yang mendirikan kesenian ini adalah para kuncen atau juru kunci Makam Godog, maka kelompok seni ini diberi nama Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog. Pada tahun 1990 keberadaan seni Rudat IKCI Makam Godog ini

mengalami krisis SDM, disebabkan oleh tidak adanya minat dan sistem pewarisan

Apipudin adalah salah seorang juru kunci Makam Godog, berliau juga merupakan adik H. Ahmad Enday (pimpinan seni Rudat IKCI Makam Godog.

kepada generasi berikutnya. Ketika itu kelompok tersebut mengalami kepunahan sampai tahun 1995, kemudian atas prakarsa salah satu juru kunci yang dituakan di Makam Godog yaitu H. Ahmad Endang seni Rudat IKCI bangkit kembali dari masa-masa keterpurukan. Akhirnya kesenian tersebut hingga saat ini masih terawat dengan baik walaupun pengurusnya masih generasi tua, karena sistem penggenerasiannya bisa dibilang terlambat. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya minal dari generasi muda untuk mengenal selebihnya mendalami kesenian Rudat tersebut. Namun secara perlahan langkah-langkah konservasi proses penggenerasiannya terus dilakukan hingga saat ini, dengan hasil semakin bertambahnya minat dari para generasi muda yang ingin belajar dan mendalaminya kesenian Rudat tersebut. Apabila di lihat dari fungsi bahwa pada awalnya kesenian Rudat IKCI Makam Godog ini berfungsi sebagai media ritual, tepatnya yang ada kaitannya dengan upacara ritual Makam Godog, yakni upacara Lungsur Pusaka. Namun seiring dengan berkembangnya waktu dan kebutuhan dari berbagai pihak, salah satunya adalah pemerintahan Kabupaten Garut melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan daeranya melakukan pendaataan seluruh jenis kesenian yang ada di wilayah Kabupaten Garut, setelah itu seluruh jenis kesenian tersebut salah

satunya adalah kesenian Rudat IKCI Makam Godog ditampilkan di setiap peringatan ulang tahun hari jadi Kota Garut. Selain itu, kesenian Rudat IKCI Makam Godog juga kerap ada permintaan dari media televisi swasta yang meliput kesenian tersebut dengan tujuan pengenalan, konservasi, dan publikasi kepada masyarakat umum mengenai keberadaannya. Maka dari itu, setelah dilakukan pendokumentasian kemudian penayangan di media televisi swasta, sehingga kesenian Rudat IKCI Makam Godog semakin dikenal keberadaannya oleh masyarakat Garut, Jawa Barat, dan Indonesia. Keberadaan kesenian Rudat IKCI Makam Godog tidak akan bertahan tanpa adanya para tokoh juru kunci yang senantiasa menjaga dan melestarkan kesenian

10

tersebut sampai dapat bertahan hingga saat ini. Adapun tokoh yang berperan aktif dalam proses mempertahankan dan melestarikan kesenian ini terdapat dalam susunan organisasi Rudat IKCI Makam Godog sebagai berikut. SUSUNAN ORGANISASI SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG

Pimpinan H. Ahmad Enday

Wakil Pimpinan Apipudin

Sekretaris Dadang Hidayat

Bendahara Wahyudin

Sie. Dokumentasi Ude Herdiansyah

Stage Manager Hendi Kusmawan

Sie. Make Up Homizah

Sie. Kostum Apipudin

Sie. Peralatan Suryana

Sie. Humas Sopandi

Sie. Transportasi Agus

Tabel diagram 1 Susunan organisasi kelompok seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog.

Selain yang tercantum di dalam susunan organisasi di atas, adapun beberapa yang terhimpun dalam kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog di

11

antaranya adalah: Ujang Sumarna, Dana, Aki Sirod, dan para juru kunci generasi pertama yang sudah disebutkan sebelumnya. Seperti kesenian Rudat yang berasal dari Banten dan daerah-daerah lainnya, bentuk dan struktur pertunjukan seni Rudat IKCI Makam Godog juga secara global tidak jauh beda dengan seni Rudat dari daerah lain. Adapun struktur penyajian pertunjukannya dibagi menjadi dua, yaitu pertama berkonsep arakarakan dan ke dua konser di panggung pertunjukan. Penjelasan secara detailnya akan dipaparkan sebagai berikut. Pertunjukan dengan konsep arak-arakan dilakukan di jalan raya atau di lapangan. Pertama-tama seluruh pemain berkumpul di tempat tempat yang luas, biasanya pertunjukan diawali oleh MC (master of ceremony) yang menjelaskan dan mengumumkan bahwa pertunjukan akan dimulai. Ketika MC telah selesai mengumumkan, kemudian seluruh pemain Rudat IKCI langsung memulai pertunjukan dengan menyajikan lagu bubuka, setelah lagu bubuka disajikan dilanjutkan dengan lagu ke dua dan selanjutnya sampai lagu penutup. Ketika sajian lagu kedua sampai penutup, pertunjukannya dilakukan dengan cara berjalan membentuk dua barisan dan diikuti oleh tarian sebanyak dua belas penari yang menggunakan gaya pencak silat. Lagu penutup disajikan ketika arak-arakan sudah sampai di tempat, lagu tersebut sebagai ciri bahwa pertunjukan Rudat sudah selesai. Konsep pertunjukan selanjutnya adalah dilakukan di atas panggung, pertama-tama MC membuka acara dan mengenalkan kepada penonton bahwa kelompok seni yang akan tampil adalah seni Rudat IKCI Makam Godog, setelah selesai introduction tampilan pertama adalah lagu bubuka, setelah itu lagu ke dua dan seterusnya diikuti oleh gerak tari pencak silat yang disajikann oleg penari sebanyak dua belas orang. Ketika pertunjukan hampir selesai biasanya diakhiri oleh sajian lagu penutup.

12

Kedua konsep pertunjukan di atas kerap dilakukan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog ketika pertunjukan berlangsung. Namun pada kenyataan hanya salah satu konsep yang digunakan sesuai dengan permintaan dari penanggap. Pertunjukan berkonsep arak-arakan biasanya digunakan ketika peringatan hari jadi Kota Garut pada sesi karnaval kesenian Kota Garut, rute yang dilakukan biasanya dimulai dari alun-alun kemudian keliling kira-kira 1km dan diakhiri di depan gedung kesenian Garut. Ketika sampai di depan Gedung

kesenian pertunjukan diakhiri dengan menggunakan konsep di panggung namun area pertunjukannya di jalan sebab Bupati beserta seluruh jajarannya menyaksikan jalannya pertunjukan.

13

B. ANALISIS TENTANG POTENSI SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa jenis kesenia yang diteliti dalam penelitian ini adalah sanggar Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog. Sesuai dengan nama kelompok seni tersebut bahwa semua anggota yang tergabung di dalamnya adalah para juru kunci yang mengabdikan dirinya untuk menjaga dan melestarikan salah satu situs makam yang sudah dikenal khusunya oleh masyarakat Garut sendiri, bahkan sudah dikenal oleh nasional dan internasional. Situs tersebut dinamakan dengan Makam Godog. Situs Makam Godog merupakan salah satu makam yang dikeramatkan oleh umat Islam, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya umat muslim yang berdatangan dari berbagai daerah bermaksud untuk jiarah. Menurut Wahyudin2 bahwa makam Godog ada sangkut pautnya dengan Prabu Siliwangi yang sangat perkasa di mata masyarakat Sunda (Wawancara, Wahyudin, 2013). Pada umumnya seluruh penjiarah yang berdatangan bertujuan untuk mendapatkan barokah, namuan tidak sedikit banyak orang yang bertujuan untuk meminta dengan melakukan cara yang salah dan akhirnya berujung terhadap kemusrikan. Apabila di lihat dari aspek lingkungan bahwa kesenian Rudat IKCI ini berada di lingkungan yang kental dengan unsur keagamaan yakni agama Islam, sehingga seluruh aspek yang berada dalam kesenian tersebut ada kaitannya dengan unsur-unsur agama Islam terutama yang paling gampang dideteksi yaini dari teks lagu yang digunakan dalam sajian pertunjukan Rudat tersebut. Setelah dilakukan penelitian di lapangan bahwa keberadaan kesenian Rudat IKCI Makam Godog di wilayah Garut hanya satu artinya bahwa kesenian ini merupakan satu-satunya seni Rudat yang berada di Wilayah Garut, kalaupun ada berita bahwa kesenian tersebut ada di wilayah Lls dan Kadungora

Wahyudin adalah salah satu pengurus kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Garut, sekaligus sebagai keturunan dari keluarga makam Godog.

14

kabupaten Garut namun tidak ada tanda-tanda keberadaan dari jenis kesenian Rudat tersebut (Wawancara, Apipudin, 2013). Seni Rudat IKCI Makam Godog pertama didirikan pada tahun 1957 oleh para juru kunci terdahulu informasi siapa pendirinya tidak dapat dilacak. Keberadaannya mengalami pasang surut yang cukup signifikan sampai-sampai pada tahun 1978an seni Rudat ini bubar. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh faktor penggenerasian yang tidak baik, tentunya tidak terlepas dari minat masyarakat yang kurang mengapresiasi terhadap seni Rudat tersebut. Di samping itu dikarenakan seni Rudat ini berada di lingkungan para juru kunci yang sangat erat kaitannya dengan unsur genetic, sehingga image tersebut sudah terbentuk di masyarakat sekitar yang mengakibatkan adanya kesenjangan antara masyarakat dengan keluarga juru kunci tersebut. Hal tersebut berefek kurang baik terhadap perkembangan seni Rudat itu sendiri karena ketika di antara anggota keluarga sudah kurang minat terhadap seni tersebut bahkan sama sekali tidak suka, maka hasil akhir keberadaan dari kesenian tersebut menjadi punah yang dikarenakan tidak adanya peminat dari anggota keluarga berikutnya untuk mendalami seni Rudat tersebut. Padahal pada hakekatnya seni Rudat ini dapat dipelajari oleh seluruh elemen masyarakat baik yang ada keturunan dari para juru kunci ataupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu pengurus seni Rudat sekaligus anak salah satu juru kunci Makam Godog yang bernama Sopadi. Dia mengungkapkan bahwa: Seni Rudat ini dapat dipelajari dan didalami oleh siapapun, dan tanpa memandang bulu atau unsur genetic sehingga keberadaan seni Rudat ini dapat bertahan bahkan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan saat ini, namun tentunya tidak merubah tatanan esensi yang sudah terbentu sebelumnya, agar tercipta seni Rudat yang lebih menarik dan mengikat

15

minat masyarakat umum untuk menyaksikan terlebihnya mendalami seni Rudat tersebut. (Wawancara, Sopadi, 2013).3 Tahun 2003 seni Rudat Makam Godog terbentuk lagi yang diprakarsai oleh H. Ahmad Endang, kemudian kelompok seni Rudat tersebut diberi nama seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog. H. Ahmad Endang sendiri di perkumpulan seni Rudat ini posisinya sebagai pemimpin. Pada masa kepemimpinan H. Ahmad Endang seni Rudat IKCI berkembang lebih pesat dibanding dengan sebelumnya, hal tersebut didukung juga oleh para anggotanya peduli terhadap perkembangan seni tersebut. Salah satu langkah yang dilakukannya yaitu dengan membuat legalitas untuk seni Rudat IKCI Makam Godog sendiri sehingga keberadaannya diakui oleh pemerintah kabupaten Garut. Selain itu sistem kepengurusannya disusun dengan baik sebagaimana yang sudah utarakan pada tabel diagram 1, sehingga sistem organinasi dalam kepengurusan seni Rudat IKCI Makam Godog sudah berjalan dengan baik hingga saat ini. Usaha-usaha pendekatan dengan pemerintah pun kerap dilakukan dengan baik, hal tersebut berdampak baik terhadap perkembangan seni Rudat sendiri karena sudah mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah kabupaten Garut. Sebagai bukti bahwa seni Rudat IKCI Makam Godog mendapatkan perhatian oleh pemerintah kabupaten Garut yakni setiap tahun selalu mengundang kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog untuk tampil di acara peringatan ulang tahun kota Garut, dan event-event lainnya yang ada sangkut pautnya dengan kepentingan pemerintahan. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa seni Rudat IKCI Makam Godog ini juga secara rutin dipentaskan pada acara Ngalungsur Pusaka yang dilaksanakan di wilayah Makam keramat Godog setiap tanggal empat belas

Pernyataan Sopadi juga dikuatkan oleh Wahyudin.

16

Mulud. Acara tersebut erat kaitannya dengan upacara ritual yang rutin dilakukan oleh seluruh anggota keluarga Makam Keramat Godog. Seluruh anggota yang terhimpun dalam kelompok seni Rudat Ikatan Juru Kunci Makam Godog kira-kira sebanyak dua puluh lima orang, jumlah tersebut diklasifiksikan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Empat orang penabuh rebana; satu orang penabuh bedug; satu orang vokalis; dan dua belas orang penari Pencak Silat.

Jadi, jumlah pelaku seni yang berperan sebagai pemain adalah delapan belas orang. Sementara sisanya adalah bertugas sebagai crew dan mengurus halhal yang ada hubungannya dengan kepentingan pentas serta kepentingan lainnya. Adapun susunan pemain beserta tugas di kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog dipaparkan dalam tabel di bawah ini, yakni sebagai berikut. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Apipudin E. Suryana Mahmud Iman D. Hidayat Rosmala Indri Rahma Santi Widaz Nama Keterangan Pemain Terbang Pemain Terbang Pemain Terbang Pemain Terbang Pemain Bedug Vokalis Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat

17

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

April Pina Mattaqin Dodi Zaenal Aziz Imron Sandi Wahyudin Ahmad Rahman Budi Endang Dian Ujang

Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Penari Pencak Silat Crew Crew Crew Crew Crew Crew Crew

Tabel 2 Komposisi anggota beserta tugas dalam setiap kali pentas seni Rudat IKCI Makam Godog.

Seperti yang sudah diutarakan di atas bahwa anggota dari seni Rudat IKCI Makam Godog terbuka untuk umum dan tanpa syarat. Jadi tidak hanya keluarga dari para juru kunci yang masuk ke kelompok seni ini, akan tetapi seluruh masyarakat yang berminat untuk mendalami kesenian ini bisa masuk menjadi anggota seni Rudat IKCI Makam Godog. Seluruh anggota yang tergabung dalam kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog wilayah usianya kira-kira dari umur enam belas tahun samapi enam puluih lima tahun. Akan tetapi apabila ada yang mau bergabung umur tidak menjadi batasan, hanya saja kelayakan untuk pentas merupakan salah satu faktor utama

18

yang dijadikan sebagai panduan. Karena apabila ada anggota baru misalnya belum menguasai tabuhan, nyanyian, dan tarian yang ditampilkan setiap pentas maka akan diutamakan bagi anggota yang sudah mahir dan menguasai seluruh repertoar yang ada dalam sajian pertunjukan seni Rudat tersebut. Ketika seni Rudat IKCI Makam Godog dibentuk kembali kira-kira tahun 2003, para anggota generasi baru mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal menabuh alat musik dan menyanyi dari para senior terdahulu. Terdapat unsur positif dan negatif dalam hal pengajaran dan pendapatan ilmu yang didapatkan oleh generasi baru. Positifnya adalah adanya perkembangan yang cukup baik dalam hal keterampilan menabuh, namun dibalik itu terdapat hal negatif yakni adalanya beberapa repertoar yang tidak tersampaikan kepada para genereasi berikutnya disebabkan oleh faktor yang diluar batasan manusia, salah satunya adalah lupa. Walaupun sebenarnya hal tersebut merupakan satu kewajaran yang kerap dialami oleh manusia, akan tetapi akan merubah tatanan orsinalitas dari seni Rudat tersebut. Proses pelatihan tersebut dilakukan selama kurang lebih satu tahun, yakni dari tahun 2003 sampai awal tahun 2004. Setelah keberadaan kelompok seni ini diakui dan mendapatkan legalitas dari pemerintahan Kabupaten Garut, pada awal tahun 2004 tepatnya bula April seni Rudat IKCI Makam Godog mendapatkan sebuah kehormatan untuk tampil di acara MTQ tingkat Jawa Barat yang dilaksanakan di Kabupaten Garut. Kesempatan tersebut merupakan sebuah moment yang berharga bagi kelompok seni ini karena bagi generasi baru undangan tersebut merupakan penampilan perdana. Mengeni konsep penggenerasian, para pengurus Rudat IKCI Makam Godog tidak membatasi bagi masyarakat yang ingin mempelajari kesenian tersebut, artinya bahwa siapa saja yang mau mendalami kesenian Rudat IKCI Makam Godog terbuka dengan lapang baik yang bernotabene warga Makam Godog sendiri atau peminat yang berasal dari luar kabupaten Garut. Namun

19

sampai saat ini pengurus memfokuskan bagi generasi muda yang berasal dari wilayah Makam Godog sendiri. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa perkumpulan seni Rudat IKCI Makam Godog ini merupakan satu-satunya kelompok Rudat yang berada di wilayah Kabupaten Garut, kalaupun sempat ada berita terdapat kelompok yang sama di daerah Leles dan Kadungora Garut tetapi keberadaannya tidak ditemukan sampai sekarang. Dikarenakan kurangnya apresiasi dari masyarakat umum terhadap pertunjukan Rudat, maka hal tersebut berdampak signifikan terhadap frekuensi banyaknya pentas dalam satu tahun. Menurut data yang diperoleh bahwa kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog melakukan pertunjukan paling sedikit dua kali dalam se-tahun. Pada tahun ini terakhir kali dipentaskan pada acara Ngalungsur Pusaka yang dilaksanakan pada empat belas Mulud tepatnya

tanggal tujuh belas Februari, kemudian yang ke dua dipentaskan dalam acara hari jadi Kabupaten Garut atas permintaan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Selain ke dua event tersebut kelompok Rudat ini jarang sekali mendapatkan permintaan manggung untuk mengisi acara-acara lainnya, kalaupun ada bahkan ada permintaan ke luar kota, akan tetapi tidak setiap tahun mendapatkan permintaan seperti itu. Adapun kota yang pernah disinggahi oleh kelompok ini adalah Kota Tasikmalaya, selain itu kesenian Rudat ini juga pernag diminta oleh salah satu stasion televisi swasta untuk diambil gambar dan video ketika sedang melakukan pertunjukan. Mengenai kostum dan tata rias, kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog tidak menggunakan kostum yang glamour akan tetapi menggunakan pakaian khas culture Sunda yakni untuk pemain musik menggunakan baju dan celana pangsi berwarna hijau, kemudian penutup kepalanya menggunakan iket4. Untuk alas kaki menggunakan sandal gunung supaya pergerakan ketika berjalan atau arak-arakan lebih ringan dan fleksibel serta lebih efisien.
4

iket adalah penutup kepala khas pakaian adat istiadat Sunda.

20

Konstum untuk penari pencak silat menggunakan baju dan celana pangsi berwarna hitam, kemudian penutup kepalanya menggunakan iket. Untuk alas kaki juga menggunakan sandal gunung. Ada perbedaan antara kostum yang digunakan oleh pemusik dan penari, selain terletak pada warna juga ukuran yang dipakai oleh setiap pemainnya baik pemusik atau penari. Biasanya baju yang digunakan oleh penari ukurannya lebih besar dari pelaku seninya, karena ketika menyajikan tarian membutuhkan pakaian yang longgar supaya lebih nyaman ketika dipakainnya. Sebaliknya ketika menggunakan pakaian yang lebih ketat, maka akan cepat terasa gerah dan di badan akan terasa tidak enak. (Wawancara, Wahyudin, 2013). Mengenai aspek tata rias, baik bagi penarii ataupun pemain musik biasanya tidak menggunakan make up seperti penari Jaipongan, Keurseus, dan lain-lain. Akan tetapi menggunakan bedak yang alakadarnya, fungusinya supaya muka setiap personil tidak kelihatan berminyak.

Gambar1. Kostum yang digunakan oleh pemai musik kelompok Seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. (Foto, Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013)

21

Gambar2. Konstum yang digunakan oleh penari pencak slat kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. (Foto Repro: Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013)

Pada aspek properti atau alat-alat yang digunakan dalam setiap jalannya pertunjukan seni Rudat IKCI Makam Godog yang berfungsi untuk mendukung dan menguatkan konsep pertunjukan yang disajikan oleh kelompok seni tersebut. Pada proses penyajiannya kelompok Rudat ini tidak menggunakan properti yang banyak, hal tersebut disebabkan oleh fungsi dari kesenian tersebut yang ada kaitannya dengan ritual Makam Godog itu sendiri. Berbeda dengan jenis kesenian yang berfungsi sebagai hiburan, maka seyogyanya alat-alat dan properti yang digunakanpun akan banyak.

22

Adapun alat yang digunakan untuk membantu jalannya pertunjukan pada aspek instrumen musik yakni ancak5 bedug, baik digunakan pada konsep arakarakan atau di panggung. Namun ketika digunakan dalam konsep arak-arakan maka diperlukan tambahan personil minimal dua orang untuk mengangkut bedug tersebut. Properti yang digunakan oleh penari pencak silat adalah golok, namun golok yang digunakan pun bukan golok yang tajam, akan tetapi golok yang tumpul dan fungsinya hanya sebagai properti saja. Alat-alat musik atau instrumen yang digunakan oleh seni Rudat IKCI Makam Godog di antaranya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Terbang satu; Terbang dua; Terbang tiga; Terbang empat; dan Bedug. Sedangkan seluruh personil atau pemain musik yang terdapat dalam seni Rudat ini yakni berjumlah enam orang, lima pemain musik dan satu orang sebagai vokalis. Apabila ditambah dengan penari pencak silat dan crew seluruhnya berjumlah dua puluh lima orang. Di bawah ini akan dijelaskan secara organologi mengenai cara pembuatan alat musik rebana dan bedug, yakni sebagai berikut. a. Rebana Secara keseluruhan bahwa alat musik yang digunakan dalam kesenian Rudat IKCI Makam Godog ini yakni termasuk ke rumpun membranophone6. Salah satu di antara alat musiknya adalah terbang. Sedikit penjelasan mengenai

5 6

Ancak adalah istilah lain dari stand atau rehel. Membranophone adalah waditra yang sumber bunyinya terbuat dari rentangan kulit, yang memainkannya dengan cara ditepuk menggunakan telapak tangan (Sunarto, dkk, 2011: 1).

23

alat musik terbang, adalah gendang yang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Indonesia, Brunei, Malaysia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh. Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.7 Apabila ditarik benang merah dengan kesenian Rudat IKCI Makam Godog yang bernotabene di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat Indonesia, setidaknya ada beberapa kesamaan dengan terbang dari negara-negara tetangga yang satu rumpun dengan Indonesia. Baik dari aspek fungsi maupun teknik pola permainan alat musik terbang tersebut, namun perbedaannya terletak pada jenis kesenian yang di dalamnya menggunakan alat musik ini, serta repertoar lagu yang disajikan ketika diiringi oleh terbang. Di bawah ini akan dijelaskan cara pembuatan alat musik terbang secara organologi, yakni sebagai berikut. 1. Bahan Bahan Untuk membuat rebana diperlukan bahan dasar dan bahan tambahan. Adapun bahan dasar pembuatan rebana adalah kulit kambing dan kayu. Jenis kayu yang digunakan antara lain : a. Kayu Mangga; b. Kayu Karet; c. Kayu Asem; dan
7

Sumber dari http://wonkurep.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-rebana-alat-musik.html?m=i. 27-05-13. 11:34am.

24

d. Kayu Hujan. Sedangkan bahan tambahan pembuatan Rebana yang tidak kalah penting adalah : a. Kapur Dipakai sebagai campuran air untuk merendam kulit yang berfungsi untuk merontokkan bulu kulit kambing sampai benar-benar bersih tidak ada kulitnya. b. Oker (cat) Tepung oker yang telah dicampur dengan pengencer (minyak cat) berfungsi sebagai cat. c. Minyak cat (pengencer) Terdiri atas sangka dan senderlak yang telah dicampur dengan bensin. Bahan ini sebagai bahan tambahan utama yang berfungsi untuk mencampur atau mengencerkan bahan tambahan lainnya. d. Dempul Tepung dempul yang telah dicampur dengan minyak cat berfungsi untuk meratakan permukaan kayu sehingga permukaaan kayu menjadi halus. e. Sengwit Sengwit mempunyai dua fungsi yaitu: 1) Sengwit yang dicampur dengan minyak cat digunakan untuk mengecet bagian dalam; dan 2) Sengwit yang dicampur air dingin dipakai untuk memutihkan kulit.

25

f.

Folitur/Sirlak

Terdiri atas sirlak dan spirtus yang berfungsi untuk mengkilapkan pengecetan. g. Brown (cat mas) Tepung Brown ini dicampur dengan mengenceri bahan, ini dipakai untuk hiasan. h. Belanga hitam Dicampur dengan mengenceri bahan, ini digunakan untuk memberi warna hitam pada kulit untuk lembaran. i. Lilin malam Dipakai untuk melicinkan kluwung dan kulit pada saat pewangkisan. 2. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan antara lain : a. Mesin bubut: Dipakai untuk membuat menjadi kluwung; b. Gaman: Mempunyai 3 bentuk yang berbeda begitu pula fungsinya : 1) Pipih, digunakan untuk melubangi kluwung untuk tenpat kericik; 2) Runcing lurus, digunakan untuk membentuk kayu bawah dalam; dan 3) Runcing bentuk arit kecil. c. Sugu, digunakan untuk memperhalus bentuk kluwung; d. Alat wingkisan dan Pancir, digunakan untuk meletakkan dan mengencangkan kulit pada kluwung;

26

e. Kompor kecil khusus, digunakan untuk menguatkan kluwung dengan cara membakar kluwung diatas kompor kecil tersebut; f. Kertas amplas, digunakan untuk mengamplas kayu dempulan atau bulu yang masih menempel di kulit; g. Batu apung dan air, digunakan untuk menghilangkan gaji/lemak yang masih menempel pada kulit; h. Palu kecil berfungsi: 1) Untuk merekat kulit pada kluwung; dan 2) Untuk merekatkan timbel atau timah biasa pada rebana, jika memakai timah hias atau timbel. i. Paku payung, digunakan untuk penghias pinggiran kayu sebagai pengganti timbel atau timah hias; j. Kericik, digunakan sebagai penghias atau bunyi rebana; dan k. Timah atau Timbel, digunakan untuk menghias rebana jika diperlukan. 3. Proses Pembuatan Pertama potonglah kayu dibubut dengan menggunakan mesin bubut dan gaman sehingga membentuk kluwung, kemudian diperindah bentuknya dengan mengunakan sugu, setelah halus kluwung dijemur selama beberapa hari sampai benar-benar kering supaya apabila diamplas cepat halus dan memperindah rebana, lalu dipanaskan dibakar di atas kompor agar permukaan kluwung tampak lebih halus. Kemudian kluwung diamplas dan dilapisi dengan oker tipis sebagai dasarnya kemudian dijemur atau dikeringkan di bawah terik matahari.

27

Setelah oker mengering kluwung dikuliti, diwangkis dengan menggunakan wingkisan dan pancir, sebelum diwangkis kluwung diolesi dengan lilin malam sehingga kulit mudah ditarik, kulit yang telah dibasahi air diletakkan pada kluwung dengan menggunakan kawat dan dikaitkan erat-erat pada kawat yang terdapat pada alat wingkisan. Setelah dikuatkan rebana dijemur bersama wingkisan tersebut, setelah kering dikuatkan lagi dan akhirnya dipaku dengan menggunakan prepetan kulit yang tidak terpakai dipotong sehingga bentuk rebana menjadi rapi. Agar kelihatan halus rebana didempul dan diamplas setelah kering bagian rebana dilapisi sengwit yang telah dicampur dengan bahan pengencer, sedangkan untuk bagian luarnya dicat dengan dilapisi oker yang berbeda dengan warna oker atas rebana. Setelah oker kering, rebana disirsakan atau diplistur agar lebih mengkilap kemudian rebana dijemur sampai kering di bawah terik matahari, lalu diberi warna brown atau emas antara bagian atas dan alas. Untuk pinggiran rebana dipasang potongan kulit yang yang dicat hitam dalam belanga dengan menggunakan paku payung atau timbel dan paku. Untuk proses terakhir, kericik dipasang pada lubang yang terdapat pada pinggiran rebana yang telah dibuat khusus, masing-masing lubang dipasang dua kericik.

Gambar3. Salah satu terbang yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godong Kabupaten Garut. (Foto. Repro; Yosep Nurdjaman A, 2013)

28

Gambar4. Permainan terbang ketika sedang pertunjukan dalam konsep arakarakan (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)

b. Bedug Bedug senantiasa dikaitkan dengan media panggil peribadatan. Ada pendapat tradisi bedug dikaitkan dengan budaya Cina. Adanya Bedug dikaitkan dengan ekspedisi pasukan Cheng Ho abad ke-15. Laksamana utusan kekaisaran Ming yang Muslim itu menginginkan suara bedug di mesjid-mesjid, seperti halnya penggunaan alat serupa di kuil-kuil Budha di Cina. Ada pula pendapat bedug berasal dari tradisi drum Cina yang menyebar ke Asia Timur, kemudian masuk Nusantara. Namun menurut Drs M Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri Malang yang melakukan studi bedug di Jawa bersama tim Sampoerna Hijau, pada masa prasejarah, nenek moyang kita juga sudah mengenal nekara dan moko, sejenis genderang dari perunggu. Pemakaiannya berhubungan dengan religi minta hujan.

Kata Bedug juga sudah disinggung dalam kidung Malat, sebuah karya sastra berbentuk kidung. Susastra kidung berisi cerita-cerita panji. Umunya ditulis pada zaman Mahapahit, dari kurun waktu abad ke 14-16 Masehi. Dalam Kidung

29

Malat dijelaskan, instrumen musik membrafaon bedug dibedakan antara bedug besar yang diberi nama teg-teg dengan bedug ukuran biasa.

Bedug pada masa itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan penanda waktu seperti perang, bencana alam, atau hal mendesak lainnya. Dibunyikan pula untuk menandai tibanya waktu. Maka ada istilah dalam bahasa Jawa: wis wanci keteg. Artinya sudah waktu siang yang diambil dari waktu saat teg-teg dibunyikan. Cornelis De Houtman dalam catatan perjalanannya Deerste Boek menjadi saksi keberadaan bedug yang sudah meluas pada abad ke-16. Ketika komandan ekspedisi Belanda itu tiba di Banten, ia menggambarkan di setiap perempatan jalan terdapat genderang yang digantung dan dibunyikan memakai tongkat pemukul yang ditempatkan di sebelahnya. Fungsinya sebagai tanda bahaya dan penanda waktu. Kesaksian ini jelas menunjuk pada bedug.8

Kendati demikian, pengaruh Cina pun tidak dinafikan. Dilihat dari sisi konstruksi, teknik pemasangan tali/pasak untuk merekatkan selaput getar ke resonator pada bedug Jawa, mirip pada cara yang digunakan pada bedug di Asia Timur seperti Jepang, Cina, atau Korea. Bukti lain terlihat pada penampilan arca terakota yang ditemukan di situs Trowulan. Arca-arca prajurit berwajah Mongoloid itu tampak menabuh tabang-tabang, sejenis genderang yang terpengaruh budaya timur tengah. Kemungkinannya itulah instrumen musik yang dimainkan orang-orang Cina Muslim di ibukota Majapahit.

Menariknya, tabang-tabang sebenarnya merupakan instrumen musik yang sudah ada sejak masa Hindu-Budha. Di dalamnya ada pengaruh kuat dari India dan budaya Semit beragama Islam. Namun diperkenalkan dan dimainkan oleh masyarakat Cina Muslim.

Sumber dari: https//m.facebook.com/note.php?note_id=243137805721010. 14-04-13. 09:58.

30

Jadi, bedug bisa dikatakan contoh perwujudan akulturasi budaya waditra (instrumen musik membrafon, di mana secara fisiografis terjadi perpaduan antara waditra membrafon etnik Nusantara dengan waditra sejenis dari luar seperti India, Cina, dan Timur Tengah.

Pada Muktamar NU ke-11 di Banjarmasin Kalimanatan Selatan 1936 kembali mengukuhkan penggunaan Bedug dan kentongan, bahwa pemakaian kedua alat tersebut di mesjid-mesjid sangat diperlukan untuk memperbesar syiar Islam. Dengan adanya keputusan itu serangan Islam modernis bisa dieliminir, dan tradisi pemakaian bedug terus dipertahankan.

Pada masa orde baru ketika organisasi NU mulai ditekan sementara Islam modernis mulai mendapat tempat, maka debedukisasi dilakukan, sehingga banyak bedug-bedug bersejarah yang hilang dan sebagian besar digudangkan. Kemudian dikembangkan program speakerisasi, sehingga hampir tiap mesjid yang sudah dihilangkan bedugnya diganti dengan memasang speaker di menara atau di kubah. Hanya di lingkungan masjid NU dan kelompok Islam bermazhab seperti Perti, Al Washliyah, Mathlaul Anwar dan sebagainya, atau mesjid yang belum diambil oleh kelompok Islam modernis tetap memakai bedug. Hal itu menjadi petanda masjid yang dikelola oleh Islam bermazhab dengan Islam modernis yang tidak bermazhab.

Cara Pembuatan Bedug

Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang biasa dibuat sebagai bahan baku bedug antara lain: Kulit kambing, sapi, kerbau, dan banteng. Kulit sapi putih memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi coklat.

31

Sebab, kulit sapi putih lebih tebal dari pada kulit sapi coklat, sehingga bunyi yang dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih rendah. Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5-10 menit.

Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan cara dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur diameter kayu yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh selesai diukur, kulit tersebut dipasangkan pada kayu bonggol kayu yang sudah disiapkan. Proses penyatuan kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan paku dan beberapa tali-temali.

Macam Macam Bedug

a. Bedug Drum

Gambar5. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan drum. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman. A, 2013)

32

b. Bedug Kayu

Gambar6. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)

c. Bedug Kayu Pernis

Gambar7. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu pernis. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)

33

3.

Bedug Terbesar Di dunia

Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. Dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M dan diberi nama Kyai Begelan. Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah: Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari kulit banteng. Bedug raksasa ini dirancang sebagai sarana komunikasi untuk mengundang jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu shalat menjelang adzan dikumandangkan.

Gambar8. Bedug terbesar di dunia (Foto. Repro: www.goole.com, 2013)

34

Sementara bedug yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Kabupaten Garut adalah seperti gambar di bawah ini.

Gambar9. Bedug yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Kabupaten Garut. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)

Berbicara masalah pewarisan tentunya pengurus seni Rudat IKCI Makam Godog sudah memikirkannya jauh-jauh hari, supaya jenis kesenian yang merupakan satu-satunya di Kabupaten Garut ini tetap bertahan di masa sekarang dan yang akan datang.

Wahyudin menuturkan bahwa saat ini pengurus seni Rudat IKCI Makam Godog sedang melaksanakan program didikan kepada anak-anak yang ingin mempelajari dan mendalami seni Rudat ini (wawancara, Wahyudin, 2013). Walaupun sebenarnya tidak menutup kemungkinan bagi siapapun dan umur berapapun apabila ingin mempelajari dan mendalami seni Rudat IKCI Makam Godog bida langsung datang ke Makam Godog dan daftar kepada pengurusnya.

35

Dengan dilaksanakannya program tersebut maka keberadaan seni Rudat IKCI Makam Godog akan tetap terjaga dan berkembang sampai kapanpun. Miris memang ketika melihat kondisi saat ini semakin terkikis posisi kesenian trasidional dengan semakin derasnya pengaruh musik barat terhadap musik konvensional. Hal ini harus dibuat strategi yang bagus agar gejolak pengaruh musik luar terhadap musik lokal bisa diminimalisir sehingga keduanya dapat mengalir dengan baik dan tidak saling membunuh satu sama lain.

Salah satunya dengan diciptakannya Program seperti apa yang sudah dilakukan oleh para pengurus seni Rudat Makam Godog, maka keberadaan seni konvensional akan tetap terjaga dengan baik dan dapat terus dikembangakan sesuai dengan perkembangan jaman. Akan tetapi tidak menghilangkan esensi dari seni-seni konvensional tersebut. Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh pengurus kelompok seni Rudat ini yakni kuranya kepedulian untuk mendokumentasikan ketika pertunjukan,

mungkin salah satu penyebabnya yakni jarangnya frekuensi pentas atau pertunjukan, sehingga tidak terlalu memperhatikan aspek pendokumentasian. Banyak hambatan yang dialami oleh pengurus seni Rudat IKCI Makam Godog dalam melaksanakan misi konservasi terhadap seni tersebut. Tidak dipungkiri bahwa faktor bantuan dari pemerintahan setempat yang dipandang kurang respon terhadap seni Rudat ini. Faktor kedekatan menjadi hal yang lumrah untuk mensejahterakan jenis kesenian yang ada di Garut, sehingga timbul ketidakmerataan dalam hal perhatian dari pemerintahan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hanya satu kali event disparbud mengundang kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog dalam setahun yakni pada acara ulang tahun Kabupaten Garut.

36

Hambatan yang lainnya yakni pada SDM yang mengelola seni tersebut. Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh pengurus seni Rudat ini yakni pentingnya dilakukan apresiasi terhadap seni-seni lainnya sehingga akan muncul perkembangan dalam seni Rudat tersebut. Hingga saat ini keberadaan seni Rudat IKCI Makam Godog apabila dilihat dari sisi perkembangan, belum terdapat perkembangan yang signifikan ketika dibandingkan dengan bentuk fisik dari seni Rudat IKCI Makam Godog generasi sebelumnya. Akan tetapi perkembangan dapat dilihat dari kepengurusan yang dibentuk oleh para anggota seni Rudat tersebut. Hal ini merupakan sebuah kemajuan untuk melakukan pendekatan dengan unsur-unsur yang akan mendukung terhadap perkembangan seni Rudat IKCI Makam Godog tersebut.

C. REKOMENDASI UNTUK SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT

Setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap seni Rudat IKCI Makam Godog, banyak peluang yang dapat dikembangan. Artinya bahwa terdapata beberapa aspek yang dapat elaborasi agar seni Rudat tersebut lebih menarik dalam dalam segala aspek. Asep pertama yang perlu dielaborasi adalah pada tataran konsep pertunjukan. Peneliti mencoba menganalisis konsep pertunjukan sebelumnya, bahwa menurup fikiran hemat peneliti pertunjukannya kurang menarik, monoton, struktur pertunjukannya pun perlu ada perubahan konsep. Di mana struktur pertunjukan sebelumnya langsung diawali dengan lagu bubuka sampai lagu terakhir konsep pertunjukan di panggung. Begitupun dengan konsep pertunjukan arak-arakan, walaupun pada dasarnya konsep ini dinilai lebih menarik dibanding dengan konsep di panggung, namun perlu dilakukan

37

perubahan-perubahan dalam pertunjukannya sehingga terwujud sebuah integritas yang baik. Selain dalam konsep Pertunjukan, aspek yang perlu dielaborasi adalah kostum yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog. Seperti yang sudah diimplementasikan sebelumnya bahwa kostum yang digunakan oleh kelompok Rudat ini hanya menggunakan baju dan celana pangsi pangsi dan penutup kepalanya menggunakan iket baik bagi pemusik maupun penari pencak silat. Alangkah lebih menariknya apabila dilakukan elaborasi pada kostum yang digunakan oleh kelompok seni Rudat ini, supaya tidak hanya pada aspek petunjukan saja, akan tetapi penonton pun dibuat takjub dengan kostum yang digunakan. Dalam hal ini dibutuhkan desainer yang profesional, agar kostum yang diciptakannya dapat disesuaikan dengan kondisi pentas. Artinya bahwa kostum yang dipakai pada waktu konsep pertunjukan di panggung dengan arak-arakan berbeda, sehingga para pemain pun nyaman menggunakan kostumnya. Aspek selanjutnya yang dipandang perlu dilakukan elobarasi yakni pada titik managerialnya, artinya bahwa dibutuhkan team managemen dalam hal ini di dalamnya adalah kepengurusan dari seni Rudat IKCI Makam Godog yang lebih professional. Hal tersebut dimaksudkan supaya pengelolaan bagi seni Rudat tersbut dilakukan dengan lebih baik, hal tersebut bertujuan agar hal-hal yang sifatnya promosi kepada masyarakat luas tentang kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog ini dapat dilakukan dengan baik, sehingga gaungnya lebih dikenal oleh masyarakat luas.

38

Daftar Pustaka
Sunarto, dkk. 2011. Buku ajar Alat Tepuk (Kendang) I Semester I. Bandung: Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung. https//m.facebook.com/note.php?note_id=243137805721010. 14-04-13. 09:58am. Sumber dari http://wonkurep.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-rebana-alatmusik.html?m=i. 27-05-13. 11:34am.

39

LAMPIRAN 1 DAFTAR NARASUMBER

1. Nama Alamat

: H. Ahmad Endang. : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 85 (delapan puluh lima) tahun.

dalam seni tersebut : Pemimpin kelompok Seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Rakyat.

2. Nama Alamat

: Apipudin : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 63 (enam puluh tiga) tahun.

dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Rakyat.

40

3. Nama Alamat

: E. Suryana : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 50 (lima puluh tahun) tahun.

dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang. Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Menengah Pertama.

4. Nama Alamat

: Mahmud : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 48 (empat puluh delapan) tahun.

dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang. Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Dasar.

5. Nama Alamat

: Iman : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 18 (delapan belas) tahun.

dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang.

41

Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2008. : Sekolah Menengah Pertama.

6. Nama Alamat

: D. Hidayat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 50 (lima puluh) tahun.

dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik bedug. Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

7. Nama Alamat

: Rosmala : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Perempuan. : 35 (tiga puluh lima) tahun.

dalam seni tersebut : Vokalis. Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

42

8. Nama Alamat

: Sopadi : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 44 (empat puluh empat) tahun.

dalam seni tersebut : Crew Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

9. Nama Alamat

: Wahyudin : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.

Jenis Kelamin Usia Peranan

: Laki-laki. : 40 (empat puluh) tahun.

dalam seni tersebut : Pengurus Latar belakang pendidikan Lama keterlibatan dalam seni tersebut : dari tahun 2004. : Sarjana.

Personil selanjutnya adalah para penari pencak silat yang terhimpun ke dalam perkumpulan Gajah Putih. Seluruh penari yang ikut dalam perkumpulan seni Rudat IKCI Makam Godog sebanyak 12 orang atau enam pasang laki-laki dan perempuan. Seluruh penari pencak silat tersebut berasal dari daerah yang sama seperti para pemain musik lainnya, kemudian batasan umurnya antara 13-30 tahun. Mereka ada yang masih sekolah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,

43

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan ada yang sudah kerja. Terakhir bahwa mereka bergabung dengan seni Rudat IKCI Makam Godog rata-rata tahun 2008.

44

You might also like