Professional Documents
Culture Documents
Jejas Dan Reaksi Adaptasi
Jejas Dan Reaksi Adaptasi
3 BENTUK REAKSI :
1. Reaksi Pertahanan aktif 2. Reaksi kekalahan 3. Reaksi penyesuaian ( Adaptasi )
4.
Jejas Biologik:
Virus, bakteri, parasit,dsb Reaksi anafilaksi Penyakit autoimun
5. Mekanisme imunologi:
2. Jejas Fisis :
Suhu dingin Suhu panas Trauma mekanik Radiasi sinar-X Jejas listrik
Arsen, Sianida. Garam merkuro/merkuri, CCl4
3.
Jejas Kimia :
Contoh :
Efek anoksia pd sel otot jantung Efek keracunan CCl4 pd sel hati & ginjal
2. Mitochondria :
Gangguan proses oksidatif sel
3. Retikulum endoplasmik
Gangguan proses sintesis protein
1. Degenerasi Perubahan yg reversibel Perubahan morfologi sel oleh jejas yg tdk mematikan
2. Nekrosis
Perubahan morfologi yg terjadi setelah sel mati disebabkan oleh jejas yg mematikan
Mikroskopis :
Sel membesar
Deg. Swelling
Deg. Swelling
Mikroskopis :
Vakuol (+) Sel membesar
Deg. hidrofik
Patogense :
Sintesa Trigliserida Pemakaian Trigliserida Gangguan mobilisasi Trigliserida
Sintesa Trigliserida :
Malnutrisi Alkoholismus
Pemakaian Trigliserida :
Difteri
Gangguan mobilisasi :
CCl4 Ethionon Fosfor Malnutrisi alkoholismus
Metabolisme Lemak
Lemak (makanan) as.lemak (GIT) Trigliserida (hepar) + protein Lipoprotein (sirkulasi)
Mikroskopis :
Sel hati dengan vakuol lemak Nekrosis (+) Fibrosis (+) Keadaan lanjut Sirosis hepatis
Perlemakan hati
Perlemakan hati
Perlemakan hati
Perlemakan hati
Perlemakan hati
Perlemakan hati
Perlemakan hati
Mikroskopis :
Vakuol halus berupa butir-butir
Perlemakan jantung
Perlemakan jantung
Degenerasi Hialin
Perubahan sel dengan pembentukan massa homogen berwarna merah muda Contoh :
Pembuluh darah pd hipertensi Pada hati karena alkoholismus Ginjal pada hiperproteinuria
Degenerasi Hialin
Degenerasi hialin
Mikroskopis :
Stellate cell ( deg. Miksomatik ) Signet ring cell ( deg. Mukoid )
Deg. mukoid
Deg. mukoid
Deg. mukoid
Degenerasi Fibrinoid
Penumpukan bahan amorf ( mirip fibrin ) eosinofilik Contoh :
Jaringan ikat Dinding pembuluh darah pada kelainan :
Hipersensitiviti Ulkus peptikum Placenta normal
Degenerasi Fibrinoid
NEKROSIS
1. 2. 3. 4. N. perlunakan N. koagulasi N. kaseosa (pengejuan) N. lemak enzimatik
Nekrosis akibat proses enzimatik yg mencerna sel tsb, sehingga terjadi cairan yg kaya protein jaringan menjadi lunak Contoh :
Anoksia otak Infeksi bakteri pus
N. perlunakan
N. perlunakan
N. perlunakan
N. perlunakan
N. perlunakan
N. perlunakan
N. perlunakan
Nekrosis jaringan akibat anoksia terjadi penumpukan protein di dalam sel, kecuali jaringan otak (n. perlunakan) Mikroskopis :
Sel samar-samar Sel tanpa inti
N. koagulasi
N. koagulasi
N. koagulasi
N. koagulatif
N. Kaseosa
Gabungan n. perlunakan dengan n. koagulatif n. pengejuan Contoh : pada infeksi TBC
N.kaseosa paru
N. Kaseosa
N.kaseosa paru
N.kaseosa paru
N.kaseosa paru
N. Kaseosa limfnod
N. Lemak enzimatik
Akibat proses enzimatik akut Terjadi pada : Acute Pancreatic Necrosis Makroskopis :
Putih seperti kapur Permukaan irisan berbuih
Mikroskopis :
Sel lemak samar samar Limfosit (+) Granul amorf basofilik
N. Lemak enzimatik
Nekrosis gangrenosa
Nekrosis akibat iskemia + infeksi bakteri Merupakan gabungan n.koagulasi dan n.perlunakan :
Dry gangren ( gangren kering ) : n.koagulasi >> Wet gangren ( gangren basah ) : n. perlunakan >>
Dry gangren
Dry gangren
Dry gangren
Dry gangren
Wet gangren
Wet gangren
Makroskopis :
Nodul2 subkutan Hemoragia Konsistensi lunak keras Kulit berkerut
Mikroskopis :
Sel PMN & makrofag Sisa jaringan lemak Sel-sel Datia
2. 3.
Penyebab :
Timbunan pigmen
Pigmen eksogen :
Karbon Debu besi Tatto
Pigmen endogen :
Lipofusin Melanin Hemosiderin Hematin Bilirubin
Hemosiderin pd hepar
Hemosiderin pd hepar
Bilirubin pd hepar
Atrofi
Makroskopis :
Organ Lipofusin warna coklat ( brown atrofi )
Mikroskopis :
Sel dengan lipofusin di dalam sitoplasma
Ultra struktur :
Miofilamen Mitochondria Endoplasik retikulum
Atrofi otak
Atrofi testis
Hipertrofi
Sel membesar organ Jumlah sel tetap Kebutuhan sel menyerap bahan2 sintesa intra sel Penyebab :
Beban Stimulasi hormonal
Hipertrofi
Jenis hipertrofi :
1. Hipertrofi fisiologik :
Otot skelet pekerja kasar Otot pada binaragawan Otot jantung pada hipertensi
2.
Hipertrofi patologik :
Makroskopis :
Organ membesar & berat Sel Mitochondria bertambah Retikulum sarkoplasmik
Mikroskopis :
Ultrastruktur :
ORGAN YANG HIPERTROFI = ORGAN YANG MEMPUNYAI DAYA REGENERASI YG RENDAH SEPERTI : SARAF, OTOT SKELET & OTOT JANTUNG
Hipertrofi patologik
Hiperplasia
Organ membesar Jumlah sel bertambah Biasanya sering bersamaan dengan hipertrofi Terjadi pada sel yg mempunyai daya proliferasi ( regenerasi ) yg tinggi :
Epitel kulit Epitel usus halus Hepatosit Sumsum tulang dsb
Hiperplasia
Jenis hiperplasia :
1. Hiperplasia fisiologik :
Hiperplasia hormonal uterus saat kehamilan Hiperplasia kompensatorik Hiperplasia endometrium pada posmenopause
2.
Hiperplasia patologik :
Hiperplasia prostat
Metaplasia
Perubahan satu jenis sel dewasa menjadi sel dewasa jenis lain Terjadi pada :
Epitel Sel mesenkim
Contoh :
Metaplasia skuamosa epitel bronkus pada perokok Fibroblas osteoblas osteosit ( tulang )
Displasia
Perubahan pada sel dewasa dengan variasi dalam bentuk, ukuran dan susunan sel Sifat perubahan :
Orientasi dengan sel sekitarnya hilang Bentuk dan besar sel berubah Bentuk dan besar`inti berubah Reaksi terhadap pengecatan berubah
Morfologi :
sel melebar, maturasi abnormal Mitosis (+) proliferasi
Contoh :
Displasia epitel serviks uteri Displasia epitel duktus mamma
Displasia
Displasia
Displasia
Hipoplasia
Terbentuknya organ dengan ukuran tidak mencapai normal Fungsi tidak normal dapat memenuhi kebutuhan
Aplasia
Organ terbentuk, tapi sangat tidak sempurna Fungsi tidak dapat memenuhi kebutuhan
Agenesis
Organ tidak terbentuk
Aging process
Konsep :
1. Program genetik terbatas 2. Perubahan pada sel mitosis (-), adaptasi (-)
Perubahan lain
Kalsifikasi :
Pengendapan abnormal garam kalsium Ada 2 jenis :
Kalsifikasi distrofik: pengendapan kalsium pada jaringan mati Kalsifikasi metastastik : pengendapan kalsium akibat perubahan metabolisme kalsium
Makroskopis :
Kelompok granula putih
Mikroskopis :
Endapan amorf, basofilik pada ektra dan intra seluler