Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

1

Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Bakterial Vaginosis The Influence of Hormonal Contraceptive on Vaginosis Bacterial Wenita Permanasari1, Siti Aminah TSE2 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta1 Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta2 ABSTRACT Hormonal contraception can disturb vaginal ecosystem by increasing lactid acid production by normal flora and make imbalance population between bacterial pathogen and normal flora. The negative effects are candida, bacterial, and trichomonas infection .This study attemps to analyze the effect of using hormonal contraception toward bacterial vagina effect. This research subject is woman who have fertile ages and have married. This research used convenient sampling method and cross sectional design. Then vaginal discharge examination, after that examined with gram smear and microscopic examination to know is there cell clue which is could show vaginosis bacterial. The analysis of the study shows that there are 8,7% women with clue cell and 91,3% women without clue cell in unplanned family program group, and, in nonHormonal Planned Family Program group, there are 10,5% women with clue cell and 89,5% women without clue cell. In addition ,there are 18,2% women with clue cell and 81,2% women without clue cell in Hormonal Planed Family Program group. Then,those result were tested by Chi-square corelation test, and the result of P is 0,710 (p>0,05). It means that there is no significant effect between the using hormonal contraception and bacterial vagina effect. Key words : clue cell, hormonal contraception, vaginosis bacterial.

INTISARI Kontrasepsi hormonal dapat mengganggu ekosistem vagina karena dapat menyebabkan peningkatan asam laktat oleh flora normal dan menyebabkan ketidak seimbangan antara bakteri patogen dan normal flora, salah satunya pengaruh pada vagina, yaitu infeksi jamur, bakteri dan kejadian fluor vaginalis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian bacterial vaginosis. Subyek penelitian ini adalah wanita usia subur dan yang sudah menikah.Penelitian ini menggunakan convenient sampling dan desain cross sectional. Kemudian dilakukan pemeriksaan secret vagina, setelah itu diuji laboratorium dengan melakukan pengecatan gram kemudian melihat ada tidaknya clue cell untuk mengetahui bakterial vaginosis. Hasil Penelitian menunjukkan pada kelompok non KB ditemukan clue cell sebesar 8,7% dan yang tidak ditemukan clue cell sebesar 91,3%. Pada pengguna KB non hormonal, 10,5% didapatkan hasil yang positif dan sebesar 89,5% mendapat hasil negatif, sedangkan pada sampel yang menggunakan kontrasepsi hormonal didapatkan hasil positif sebesar 18,2% dan hasil negatif sebesar 81,8%. Hasil analisa dengan chisquare didapatkan nilai P sebesar 0,710 ( p value >0,05), kesimpulannya adalah pada penggunaan kotrasepsi hormonal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian backterial vaginosis. Kata kunci : clue cell, bakterial vaginosis, kontrasepsi hormonal

PENDAHULUAN Bakterial Vaginosis ( BV ) didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides sp, Mobilincus sp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis1. Penelitian di Amerika Serikat, menunjukkan BV menjadi penyebab vaginitis yang terbanyak, mencapai sekitar 40% sampai 50% dari kasus pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini disebabkan oleh perkembangbiakan beberapa organisme, antara lain G. vaginalis, Mobilincus sp, M. hominis dan Peptostreptococcus sp.

Menentukan angka prevalensi bakterial vaginosis sulit karena sepertiga sampai dua pertiga kasus pada perempuan yang terkena tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Selain itu, angka prevalensi yang dilaporkan bervariasi menurut populasi. Bakterial vaginosis ditemukan pada 15-19% pasien-pasien rawat inap bagian kandungan, 10-30% ibu hamil dan 24%-40% pada klinik kelamin2. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, douching, stress dan hormon dapat mengubah lingkungan vagina dan memungkinkan organisme patogen tumbuh. Sebagian kejadian Vaginitis yang disebabkan oleh G. Vaginalis atau mikroorganisme yang lain disebabkan karena pengaruh kontrasepsi hormonal 2. Kontrasepsi oral pada penelitian sebelumnya mempunyai Odds Ratio (OR) sebesar 0,76 dimana mempunyai CI (0,63 0,90) sedangkan pada penggunaan kontrasepsi hormonal injeksi dan susuk mempunyai angka OR 0,64 dengan CI sebesar ( 0,53-0,76 ).Sebagian besar kontrasepsi hormonal mengandung estrogen dan gestagen sintetik, tetapi ada juga kontrasepsi hormonal yang mengandung gestagen saja. Selama penggunaan kontrasepsi hormonal terjadi peningkatan kejadian fluor vaginalis, pluritus vulvae, dan infeksi jamur3.Kontrasepsi Hormonal yang mengandung estrogen dapat mempengaruhi lingkungan vagina,karena akan meningkatkan produksi glikogen yang akan membantu flora normal dalam memetabolisme asam laktat,sehingga akan mengganggu bakteri pathogen dan menurunkan kejadian bakterial vaginosis.Untuk itu tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kontrasepsi hormonal terhadap kejadian Bakterial Vaginosis di dusun Kricak Tegalrejo, DIY. BAHAN DAN CARA Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah sample 53 subjek dan pengambilan sample dengan teknik convenient sampling. Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di desa Kricak untuk pengambilan sampel berupa swab vagina dan pengecatan gram di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta dan selanjutnya dilakukan

pembacaan preparat. Alat-alat yang digunakan meliputi spekulum, gelas object, mikroskop, kertas lakmus, rak preparat, pipet tetes, cotton bud, kapas. Bahan-bahan yang digunakan yaitu cat gram A, gram B, gram C, gram D, alkohol, gel pelumas, betadine, KOH 10-20 %, NaCl 10 %. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah 1) Pengambilan swab vagina sampel; 2) Pengecatan Gram; 3) Pembacaan hasil. Uji bacterial vaginosis mengacu pada penampakan clue cell secara mikroskopik yang terlihat secara mikroskopik apabila terdapat clue cell (yaitu sel epitel yang tepinya tidak teratur dan granular), dapat ditegakkan sebagai bacterial vaginosis apabila dijumpai clue cell >20%1. Data hasil penelitian bakterial vaginosis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari penggunaan kontrasepsi hormonal dan regresi logistik untuk mengetahui hubungan antara variabel perancu. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian pengaruh kontrasepsi hormonal terhadap kejadian ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Jumlah Kejadian Vaginosis Bakterial Jenis KB Kejadian VB Kejadian VB Total ( % ) 23 (100) 29 (100) 11 (100) 53 (100) bakterial dari kelompok bakterial vaginosis dengan jumlah sampel 53 subjek,dengan melihat ada tidaknya clue cell

Negative ( % ) Positif ( % ) Tidak KB 21 ( 91,3 ) 2 ( 8,7 ) Non Hormonal 17 ( 89,5 ) 2 ( 10,5) Hormonal 9 ( 81,8 ) 2 (18,2 ) Total 47 ( 88,7 ) 6 (11,3 ) Setelah didapatkan angka kejadian dari vaginosis KB, dilakukan uji Hipotesis dengan uji Chi square.

pengguna KB hormonal, KB non hormonal dan kelompok yang tidak menggunakan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian bacterial vaginosis ( p = 0,72). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Catriona S. Bradshaw, dkk (2006) yang meneliti adanya faktor lain yang menyebabkan terjadinya rekurensi bakterial vaginosis dan hasilnya tidak ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian vaginosis bakterial.4 Hal ini diterangkan adanya pengaruh lain yang menyebabkan terjadinya bacterial vaginosis,yang akan di analisa dengan menggunakan uji regresi logistik. MENGUJI KOEFISIEN REGRESI Hasil pengujian koefisien regresi logistik pada tingkat signifikansi 5 persen disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Koefisien
Constant KB hormonal Higient Antibiotik Infeksi Pembilas Pentiliner

Nilai P 0,998

Keterangan

-21,828 -0,494 2,991 3,730 -18,256 19,331 0,603

0,756Tidak signifikan 0,159Tidak signifikan 0,017Signifikan 0,999Tidak Signifikan 0,998Tidak Signifikan 0,690Tidak Signifiksn

Dari uji regresi logistik di atas, didapatkan hasil bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal tidak berpengaruh signifikan (p-value > 0,05) terhadap kejadian vaginosis bacterial, sedangkan antibiotik memiliki koefisien positif sebesar 3,730 dan secara statistik signifikan (p-value=0,017 < 0,05), artinya penggunaan antibiotik

berpengaruh signifikan terhadap kejadian vaginosis bacterial. Faktor lain tidak berpengaruh signifikan (p-value > 0,05) terhadap kejadian vaginosis bakterial. Mekanisme antibiotik terhadap vaginitis pada umumnya pada pemakaian antibiotik oral sistemik khususnya spectrum luas seperti tetrasiklin,ampisilin,sefalosporin karena eliminasi flora bakteri vagina yang bersifat protektif seperti lactobasilus6. Pada penelitian sebelumnya oleh Catriona S. Bradshaw, dkk (2006) juga meneliti adanya pengaruh yang signifikan pada penggunaan antibiotik jangka panjang yang berpengaruh pada kejadian bakterial vaginosis berulang, sedangkan pada penelitian ini juga meneliti adanya faktor risiko lain yang akan berpengaruh terhadap kejadian bakterial vaginosis, diantaranya adalah penggunaan antibiotik, penggunaan pembilas vagina,penggunaan pentiliner, faktor kebersihan, dan adanya penyakit infeksi,dan memberikan hasil yang signifikan pada antibiotik. Faktor inilah yang dapat menyebabkan tidak signifikannya pengaruh kontrasepsi hormonal terhadap kejadian bacterial vaginosis. Berbeda dengan penelitian Klebanoff, dkk (2007), pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa kontrasepsi hormonal diasosiasikan dapat menurunkan kejadian bakterial vaginosis, karena terjadi penurunan kejadian bakterial vaginosis antara pengguna kontrasepsi oral dan injeksi dibandingkan dengan ligasi tuba5. Penelitian ini menjelaskan bahwa ketidaksignifikannya kontrasepsi hormonal terhadap kejadian bakterial vaginosis dapat disebabkan karena jumlah sampel kelompok pengguna KB hormonal masih kurang cukup, karakteristik sampel yang berbeda pada penelitian sebelumnya, metode yang berbeda dalam penelitian, dapat pula dipengaruhi oleh faktor perancu lain.

KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian bacterial vaginosis dengan ( p value =0,72>0,05). Sebagai faktor perancu terhadap kejadian bacterial vaginosis yang

berpengaruh secara signifikan adalah antibiotik koefisien positif sebesar 3,730 dan secara statistik signifikan (p-value=0,017 < 0,05).

SARAN Perlu dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya dengan desain lain dengan menggunakan waktu yang cukup panjang supaya didapatkan hasil yang lebih baik,serta perlu penambahan jumlah sampel sehingga didapatkan jumlah yang seimbang antara kelompok pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal.Bagi pasien yang mengkonsumsi antibiotik jangka panjang,sebaiknya memperhatikan beberapa efek samping yang bisa terjadi,khususnya yang berpengaruh pada lingkungan vagina. DAFTAR PUSTAKA 1. Muliawan, Y Sylvia. (2001). Deteksi Dini Vaginosis Bakterial pada Kehamilan dapat Menurunkan Resiko Persalinan Preterm [Versi Elektronik]. Cermin Dunia Kedokteran, 133, 35059. 2. Egan, M.E., & Lipsky M.S. Vaginitis. Northwestern University Medical School, Chicago, Illinois (Qimariyah, S.N). (2010, 28 Maret). 3. Bazaid, A. (2002). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayardjohsan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 4. Bradshaw, Catriona,.& Anna N,. & Jane Hocking,.& Christoper K. (2006).High Reccurrence Rates of Bacterial Vaginosis over the Course of 12 Month after Oral Metronidazole Therapy and Factors Associated with Reccurrence.Infectious Disease Society of America;,1478-1486 5. Margaret, Riggs,.& Mark, Klebabof,. & Tonja, Nansel,.& Jun, Zhang. (2007). Longitudinal Association Between Hormonal Contraceptives and. National Institutes of Health, Rockville, Maryland;, 954-959. 6. Herman,Max Joseph. (2001). Penyakit hubungan sexual akibat jamur,parasit dan protozoa [Versi Elektronik]. Cermin Dunia Kedokteran, 130 ,13016.

You might also like