HIV-positive man and HIV-negative wife

CASE 08 : A 50-years-old man was admitted to a hospital with multiple non spesific symtoms for investigation. HIS HIV test turned out to be positive. Without informing the man of the test or its outcome, the doctor discussed the situation with tha patients wife and encouraged her to undergo an HIV test. She turned out to be negativ. Though the wife was quite upset about the situation, she showed that she was a blold woman. She asked the doctor several question on the disease transmission, treatment and curabiliti. Later she came to the doctor and made just one request. The husban and wife were living with the wifes brother. please dont tell my brother that my husban is HIV-positive. We are labours without any land and need my brothers help for shelter and survival. If he finds out about this he may ask us to leave the house.

KASUS 08 : Seorang laki-laki 50 tahun masuk rumah sakit degan gejala yang banyak tapi tidak spesifik untuk de tanya-tanya.tes HIV nya positif tanpa memberi tau laki-laki tersebut tentang hasil tes nya, dokter mendiskusikan hasil tes tersebut pada isteri nyadan agar isteri nya mengikuti tes HIV jiga. Ternyata hasil tes isteri nya negatif, walau pun isteri nya marah karena situasi tersebut. Isterimemberikan beberapa pertanyaan kepada dokter tentang perpindahan penyakit, pengobatan, dan prognosis nya. Selanjut nya dia datang ke dokter dan meminta satu permintaan. Suami dan isteri tersebut tinggal dengan kaka laki-laki nya. tolong jangan memberi tau kepada kaka laki-laki nya bahwa suami nya HIVpositif. karena suami isteri itu tidak punya tempat tinggal, dan dia butuh kakak nya untyk mendapat kan tempat tinggal dan bertahan hidup. Kalau kaka laki-laki nya tau mungkin mereka di usir

Pertanyaan Question : why do you think the HIV tes was done this patient ? Karena , saya yakin pasien akan memikirkan tentang penyakit yg berbahay itu Q : The tes was carried out without his knowledge and consent. Describe the etical problem involved in this action sang isteri tidak mau suami nya tau. Hal ini termasuk kewajiban dokter yaitu dr. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang di ketahuinya tentang seorang penderita ,bahkan sampai ia meningggal.. Intruksi menkes RI no 72/Menkes/inst/11/1988 Q : Consider the fact that no counseling can be done without informing tha patientof the diagnosis. Do you think that not obtaining informed consent is a berrier for counseling ? Discuss the ethical implications. Informed consen sangat di butuh kan karena agar bila terjadi sesuatu hal keluarga pasien tidak menyalah kan dr. , sudah da kesepakataan seblm nya tentang pasien.

Q : Can you think of any situation where HIV testing is justifiable without the consent of the patient ? Explain why, and identifi ethical problem. Tidak, harus dpt pemberitahuan dulu, hak pasien untuk memperoeleh informasi dari dr. Dgn jls dan lengkap

Q : do you think that the doctor in this case was justiifid in adopting this testing procedure and managing the information in this way? Dokter pada kasus ini tidak adil, karena pada hal ini penderita sendiri tidak di beri tau tentang penyakit yg dia derita. Pasien memiliki hak atas informasi tsb

Q : What would you do next in this case? Saya akan berusaha meyakinkan sang isteri kalu hal ini harus di sampai kan pd keluarga. Karena ini merupakan penyakit pmenular yang berbahaya.dapat mematikan. Sehingga harus penaganan yang khusus.

Kesimpulan:

dokter tsb melanggar kodeki, karena tidak membarikan hak pasien. Dokter tersebut juga wajib lapor tentang penyakit menular. Tapi dr. Tsb tidak lapor. Ini akan menyebab kan wabah.