Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 11

VISI (2010) 18 (1) 77 - 87

PEMBERDAYAAN UKM DENGAN MENGGUNAKAN


PENDEKATAN MODEL EKONOMI DI SUMATERA UTARA
Parulian Simanjuntak
ABSTRACTS
After the economic crisis in 1997, the growth of Big and Medium Scale
Industries (MBI) have been slowing down. The perspective of business returns to
Cooperation and Small Scale industries (CSI). Meanwhile, the problems of CSI,
some of them, have been known as slow technology innovation, slow output growth
(productivity) and lack of working capital. To maintain the competition in the
market, CSI must accompany some strategies, in order to survive in the market and
having a bargaining position. This paper just made a recommendation of a model to
optimize the growth of CSI. The spread and diffusion of MBI as a leader to CSI as
follower can be done by making some assumptions which must be done by both
parties. By doing this, CSI could enhance their function in the economy and thus,
CSI will have a secure market to support the economy and sustainability of
economic growth. To increase the parameters of productivity can be implemented in
some ways. The growth of investment, return of capital, working hours, and the
growth of human resources quality can be maintain as the engine of growth for CSI.
To perform this, CSI could do through raised of the saving, lower inflation and real
costs through governments policy. The development of industry should not be
imposed only through MBI. The participation of CSI should be in the perspective of
the government. As it has been mentioned above, the sustainability growth of CSI
must be integrated with the growth of MBI. The government should realize that most
of Indonesia population works in this sector, therefore the growth of this sector will
be the locomotive engine of peoples economy.
--------------
Keywords : Cooperation and Small Scale Industries, Medium and Big Industries,
Technology, Innovation.
LATAR BELAKANG
Keterpurukan ekonomi Indonesia pada tahun 1997/1998, yang kemudian
dikenal dengan nama krisis ekonomi, membuat banyak perusahaan-perusahaan
besar terpuruk dan bahkan banyak yang gulung tikar (menutup usahanya) karena
tidak mampu untuk bersaing di pasar dan memenuhi pertambahan modalnya. Pada
saat sekarang ini, semakin dirasakan tuntutan yang lebih tinggi dan lebih tajam
bagi persaingan usaha, baik dari segi tekhnologi, informasi dan permodalan.
Dengan dasar ini, mendirikan perusahaan berskala besar tidak lagi menjadi tujuan
utama (populer), akan tetapi mendirikan usaha-usaha yang berskala kecil dan
menengah (small and medium business) yang lincah, fleksibel dan cepat bergerak
mengikuti keinginan pasar menjadi tujuan yang lebih menarik. Dengan
kecenderungan sepertt ini, maka akan membuat banyak UKM (Usaha Kecil dan
Menengah) menjadi ujung tombak perekonomian di daerah.
____________
ISSN 0853-0203
77
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
UKM adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja yang terbatas
1
,
bukan hanya dalam kuantitas melainkan juga dalam kualitasnya. Berdasarkan
penggolongannya, maka UKM dapat digolongkan berdasarka UKM Modern dan
UKM Tradisional. UKM Modern menggunakan teknologi proses madia dan
dilibatkan dalam proses produksi industri besar. Sedangkan UKM tradisional
menggunakan teknologi yang sederhana dan pemasarannya sangat terbatas.
Pembagian UKM juga dapat dilakukan berdasarkan beberapa kriteria lainnya,
misalkan dengan menggolongkannya berdasarkan modal yang dimilikinya.
Dalam perjalanannya, UKM masih banyak memiliki kelemahan, walaupun
UKM juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan industri besar.
2
Berdasarkan kondisi UKM di atas, maka pemerintah harus mencurahkan
perhatiannya pada UKM, baik dalam pembinaan maupun dalam pemenuhan
kebutuhannya. Pengembangan dapat juga dilakukan secara bersama-sama antara
pemerintah dan swasta besar terhadap UKM. Usaha-usaha kemitraan pemerintah
dan swasta dalam membantu UKM dapat dilakukan dengan (a) menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi UKM, (b) menciptakan pola kemitraan sehingga UKM
dapat juga berpartisipasi dalam perdagangan besar, (c) membantu meningkatkan
kualitas SDM dengan memberikan bantuan pelatihan dan pendidikan, (d)
membantu manajemen UKM sehingga dapat diandalkan untuk melakukan tugas-
tugas yang lebih berat pada masa mendatang.
Kenyataan menunjukkan bahwa UKM telah memberikan kontribusi yang
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi (pendapatan daerah) maupun dalam
penyediaan lapangan pekerjaan. Inilah yang menjadi tantangan bagi pemerintah
untuk mengoptimalkan tenaga kerja yang tidak tertampung pada perusahaan-
perusahaan besar agar mampu untuk mengembangkan diri melalui UKM.
Kemudian, menindaklanjutinya dengan berbagai usaha untuk meningkatkan
kemampuan, produktifitas maupun penerimaannya. Pengembangan UKM, selain
memiliki tujuan di atas, juga memiliki beberapa tujuan lain, yaitu (a) UKM dapat
mendayagunakan semua sumberdaya yang ada di daerah sehingga dapat
mendayagunakan potensi daerah yang ada dan menghemat devisa, (b) UKM dapat
mempekerjakan banyak tenaga kerja yang berpendidikan relative rendah, yang
hingga saat ini sangat besar jumlahnya, (c) UKM dapat mengurangi kesenjangan
pendapatan antar kelompok yang berpendapatn tinggi dan rendah, dan (d) UKM
dapat memperkaya pengalaman tenaga kerja dalam menuju industri yang lebih
maju.
Sejalan dengan keadaan yang ada, UKM merupakan usaha yang
menyentuh masyarakat banyak dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf
1
Menurut BPS, Industri kecil adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja
antara 5 19 orang dan industri menengah adalah industri yang memiliki
tenaga kerja antara 20 100 orang.
2
Kekuatan UKM adalah padat karya, hanya membutuhkan pendidikan yang
rendah, produk bernuansa kultur lingkungan, menggunakan bahan baku di
sekelilingnya dan cukup menggunakan modal sendiri. Sementara beberapa
kelemahan UKM adalah dalam bidang permodalan, kewirausahaan,
keterbatasan teknologi, SDM, Bahan baku dan pemasaran produk.
____________
ISSN 0853-0203
78
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
hidupnya. Faktor strategis dalam pengembangan UKM adalah permodalan yang
dimiliki. Tidak dapat dipungkiri bahwa kendala pengembangan usaha dari UKM
akan terbentur pada modal kecil yang dimilikinya sehingga mengakibatkan
kurangnya kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan usahanya.
Kemampuan mendapat modal tambahan merupakan hal yang sangat perlu
mendapatkan perhatian besar dari pemerintah dan pemodal (Bank, Bapak Angkat
dan yang lainnya) sehingga dapat membantu UKM dalam meningkatkan
permodalannya.
Dilihat dari jumlah pelaku UKM yang sangat banya, maka persoalan
UKM tidak dapat diabaikan begitu saja. Disisi lain, usaha perbankan
mengamanatkan bahwa tujuan perbankan Indonesia adalah untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat
banyak. Sehubungan dengan hal di atas, maka perbankan tidak dapat begitu saja
mengabaikan keberadaan UKM walaupun kecenderungan bank untuk melayani
nasabah besar dapat dimengerti, akan tetapi bank jangan sampai melupakan
keberadaan dan pelayanan terhadap UKM. Dengan demikian, maka bank
seharusnya melayani semua proses ekonomi di segmen pengusaha UKM (baik di
pedesaan maupun perkotaan) meliputi segala sesuatu yang menyangkut tabungan
dan pembiayaan usaha/kredit.
Pada saat ini, banyak lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank
yang ingin menyalurkan pembiayaan usaha/kredit kepada UKM, baik berdasarkan
anjuran pemerintah mapun kesadarannya sendiri. Akan tetapi, UKM memiliki
beberapa keterbatasan (kelemahan), antara lain adalah tidak mampunya UKM
untuk menyusun studi kelayakan dalam melakukan peminjaman dana ke bank.
Pada saat ini, studi kelayakan bisnis merupakan keharusan bagi dunia usaha yang
akan melakukan permintaan pembiayaan usaha/kredit. Keterbatasan yang dimiliki
oleh UKM ini kemudian akan dikonsultasikan kepada pemerintah yang merupakan
orang tua angkat bagi UKM. Akan tetapi, kelemahan yang sama juga didapati
pada unsur pemerintah yang banyak ditemui oleh UKM. Dimana seharusnya
mereka mampu membantu permasalahan UKM dalam pembuatan studi kelayakan
UKM tersebut, akan tetapi mereka tidak mampu untuk membantu memfasilitasi
UKM dengan pembuatan studi kelayakan yang benar. Disinilah salah satu
letaknya kegagalan banyak UKM untuk berkonsultasi dengan pemerintah dalam
berbagai bidang yang tujuannya adalah membantu UKM dalam peningkatan
modal dan usahanya.
Disamping itu, walaupun pemerintah mampu untuk membantu UKM
dalam bidang studi kelayakannya, maka seringkali, pemerintah juga akan terbentur
kepada prasyarat dalam membuat studi kelayakan yaitu ketersediaan data yang
dimiliki oleh UKM. Hal-hal seperti inilah yang sering dijumpai di kenyataan.
Dengan demikian, maka keberadaan UKM itu sendiri dan pemerintah, pada saat
ini, haruslah saling berbenah diri sehingga pada masa yang akan datang akan
saling melengkapi satu dengan yang lain. UKM dalam menghadapi tantangan dan
persaingan yang makin tajam dapat memperbaiki dirinya dengan mempersiapkan
data dan laporan yang lebih baik, sementara di sisi lain, pemerintah dalam
____________
ISSN 0853-0203
79
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
mewujudkan kondisi good governance haruslah memiliki kemampuan yang cukup
sehingga dapat menolong masyarakat untuk berkembang. Pemerintah sebagai
lembaga pengayom, hendaklah berfungsi sebagaimana mestinya dan mampu untuk
mengembangkan dirinya dalam membantu UKM dalam pengembangan usahanya.
Fakta empiris menunjukkan bahwa jumlah usaha besar dan menengah (UMB) di
Sumatera Utara pada tahun 2006 menunjukkan jumlah yang cukup besar yaitu
1.056.553 unit dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 2.279.367 orang
(Sumatera Utara Dalam Angka 2007). Sementara itu jumlah usaha yang tidak
berbadan hukum atau usaha kecil (UK) sebanyak 503.397 unit dan jumlah tenaga
kerja yang terserap sebanyak 1.104.196 jiwa. Melihat perbandingan jumlah
perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang diserap maka terlihat bahwa
perbandingan yang lebih besar terletak pada UK.
Pemberdayaan UKM dan Koperasi sebagaimana diatur dalam Inpres No.
6/2007 meruapakan suatu langkah maju dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia umumnya dan di Sumatera Utara khususnya. UK terlihat memiliki
kontribusi yang cukup nyata dalam perekonomian Sumatera Utara, akan tetapi
perbandingan nilai produktifitas tenaga kerja, UK masih lebih rendah. Model
alternative pemberdayaan UKM dan Koperasi di Sumatera Utara adalah eksplorasi
usaha-usaha atau kebijakan-kebijakan yang akan mendorong pertumbuhan output
dan produktifitas UKM dan Koperasi. Pemberdayaan UKM dan Koperasi
meruapakn suatu usaha untuk mengurangi pengangguran dan pengentasan
kemiskinan. Keterpaduan antara konsep dan fakta empiris dalam pemberdayaan
UKM dan Koperasi akan memberikan jawaban terhadap permasalahan UKM dan
Koperasi. Model yang akan diberikan ini bertujuan untuk mengeksplorasi
parameter-parameter pemberdayaan UKM dan Koperasi di Sumatera Utara.
MODEL EKONOMI PEMBERDAYAAN UKM DAN KOPERASI
Pandangan teoritis dan fakta empiris yang telah ditunjukkan pada latar
belakang mengidentifikasi bahwa kendala utama yang dihadapi oleh UKM dan
Koperasi adalah peningkatan pertumbuhan output dan produktifitas. Pandangan
teoritis sebagai salah satu model alternatif pemberdayaan UKM dan Koperasi yang
akan ditawarkan pada tulisan ini adalah model diffuse teknologi. Diffusi teknologi
dan produksi dalam proses produksi merupakan factor penting dalam
pemberdayaan UKM dan Koperasi. Pengalaman dan berbagai tulisan telah
menunjukkan bahwa telah banyak Negara yang berhasil dalam pemberdayaan
industri karena difusi atau penyebaran teknologi. Negara China berhasil
melakukan pemberdayaan industrinya dengan mengadopsi teknologi dari
Hongkong (Romer, 1992; Gulhati and Nallari, 1990 dan Bowman, 1991).
Penyebaran atau difusi teknologi dari UB sebagai pemimpin (leader)
terhadap UKM dan Koperasi sebagai pengikut (follower) dapat dilakukan. Tingkat
teknologi yang berhubungan dengan jumlah dan jenis produk antara atau input
dari pemimpin adalah N
L
. Pengikut tidak menemukan jumlah dan jenis produk
antara atau input akan tetapi dapat meniru produk antara atau input yang
dihasilkan pemimpin. Hal ini dapat terjadi apabila ada asumsi yang menyatakan
____________
ISSN 0853-0203
80
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
bahwa produk akhir akan dapat diperdagangkan secara bebas antara pemimpin dan
pengikut. Sebaliknya, produk antara atau input tidak dapat diperdagangkan secara
bebas. Penjelasan di belakang model ini adalah bahwa bantuan ahli dari UB
melalui jaminan kebijakan pemerintah dalam difusi atau penyebaran teknologi
sangat diperlukan dalam usaha pemberdayaan UKM dan Koperasi. Optimasi
perilaku, baik UB maupun UKM dan Kopreasi akan menghasilkan parameter
pemberdayaan UKM dan Koperasi.
Perilaku UB sebagai pemimpin dalam inovasi teknologi dapat dijelaskan
dengan merumuskan fungsi produksi akhir seperti yang dikemukakan oleh Ethier
(1982), dan Romer (1986, 1990) sebagai berikut :
( )

L
N
j
Lj L L L
X x xL A Y
1
1
(1)
Dimana :
Y
L
= jumlah produk akhir dari pemimpin
A
L
= Parameter produktifitas pemimpin
L
L
= jumlah input tenaga kerja pemimpin
X
Lj
= jumlah produk antara tipe ke-j dari pemimpin
0 < < 1
Parameter (A
L
) juga menjelaskan berbagai aspek kebijakan pemerintah,
seperti pajak, pembayaran transfer dari pemerintah, parameter kebijakan
pemerintah lainnya yang dideskripsikan dalam tingkat adopsi atau difusi
teknologi. Biaya produksi setiap input antara (X
Lj
) adalah satu kesatuan dan setiap
produk akhir dijual dengan harga monopolis (P = 1/). Keseimbangan
produktifitas marjinal dengan harga akan menghasilkan keseimbangan jumlah
produk antara tip eke-j, yaitu :
L L Lj
xL x A X
) 1 /( 2 ) 1 /( 1

(2)
Substitusi (2) ke (1) akan menghasilkan output per tenaga kerja dari pemimpin,
yaitu :
L L
L
L
L
xN x A
L
Y
y
) 1 /( 2 ) 1 /( 1



(3)
Dimana tingkat upah tenaga kerja pada pemimpin adalah (w
L
=(1-)y
L
).
Dari persamaan (3) ditunjukkan bahwa peningkatan parameter (A
L
) akan
meningkatkan produktifitas tenaga kerja pemimpin. Parameter (A
L
) juga
menjelaskan kebijakan pemerintah dalam menjamin stabilitas pajak, upah dan
biaya-biaya riil lainnya. Produktifitas TK juga ditentukan oleh jumlah produk
antara (N
L
). Persamaan (2) menunjukkan laba pemimpin dari penjualan produk
antara atau input ke-j dapat dituliskan sebagai berikut :
L L Lj
xL x xA
) 1 /( 2 ) 1 /( 1
1

,
_

(4)
____________
ISSN 0853-0203
81
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
Nilai sekarang dari laba penjualan produk antara atau input ke-j dari
pemimpin adalah (
Lj
/R
L
), dima R
L
adalah tingkat pengembalian pemimpin.
Tingkat pengembalian tersebut tetap dalam keseimbangan jangka panjang
sehingga tingkat pengembalian sama dengan tingkat biaya-biaya ekonomi
pemimpin, yaitu . Melalui proses matematis (lihat Barro and Sala I. Martin,
1995) diperoleh tingkat pengembalian, yaitu :
) 1 /( 2 ) 1 /( 1
1

,
_

,
_

x xA x
L
R
L
L
L
(5)
Apabila tingkat pertumbuhan konsumsi ditentukan oleh tingkat
pengembalian dan parameter preferensi konsumen ( dan ), yaitu
L
= (1/) x (R
L
), maka pertumbuhan konsumsi, produk akhir dan produk antara atau input
adalah sama pada kondisi steady state, yaitu :
1
]
1

,
_

,
_

) 1 /( 2 ) 1 /( 1
1
) / 1 ( x xA x
L
L
L
L
(6)
Persamaan (5) dan (6) menjelaskan bahwa tingkat pengembalian dan
tingkat pertumbuhan sangat bergantung pada parameter A
L
, dimana parameter ini
ditentukan secara dominan oleh kebijakan pemerintah. Selain factor tersebut,
tingkat pengembalian dan tingkat pertumbuhan merupakan fungsi turunan dari
biaya-biaya ekonomi (). Penurunan biaya-biaya ekonomi pemimpin akan
mendorong pertumbuhan output dan tingkat pengembalian.
Perilaku UKM dan Koperasi sebagai pengikut mirip dengan perilaku UB
sebagai pemimpin, dimana fungsi produksinya dapat dirumuskan sebagai berikut :
( )

F
N
j
Fj F F F
X x xL A Y
1
1
(7)
Dimana :
Y
F
= jumlah produk akhir dari pengikut
A
F
= Parameter produktifitas pengikut
L
F
= jumlah input tenaga kerja pengikut
X
Fj
= jumlah produk antara tipe ke-j dari pengikut
0 < < 1
Parameter N
F
menjelaskan jumlah dan jenis produk antara atau input yang
tersedia untuk pengikut tetapi dapat ditentukan atau dihasilkan sendiri oleh
pengikut. N
F
merupakan bagian dari N
L
, artinya tidak ada inovasi produksi pada
pemimpin dan pengikut. Parameter A
F
dan L
F
dapat berbeda dengan parameter A
L
dan L
L
. Perbedaan parameter A
F
dan A
L
menjelaskan perbedaan kebijakan
pemerintah pada pemimpin dan pengikut. Perbedaan parameter L
F
dan L
L
menjelaskan perbedaan skala ekonomi dari pemimpin dan pengikut.
____________
ISSN 0853-0203
82
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
Model imitasi teknologi dari pengikut adalah sejalan dengan model
produksi pemimpin, kecuali imitasi secara penuh biaya-biaya riil tidak dapat
dilakukan oleh pengikut. Biaya-biaya riil produksi dari pengikut adalah .
Diasumsikan bahwa biaya-biaya riil pemimpin lebih tinggi dibandingan biaya-
biaya riil pengikut, yaitu 0 < < . Asumsi ini sangat krusial karena imitasi biaya
sulit diserap secara utuh oleh pengikut (Mansfield, Schwartz and Wagner, 1981).
Harga setiap produk antara dan produktifitas TK pengikut masing-masing dapat
dituliskan sebagai berikut :
F F Fj
xL x A X
) 1 /( 2 ) 1 /( 1

(8)
F F
F
F
F
xN x A
L
Y
y
) 1 /( 2 ) 1 /( 1



(9)
Dimana tingkat upah TK pengikut adalah (w
F
=(1-)y
F
). Dari persamaan
(9) dan (3) dapat ditunjukkan bahwa rasio produktifitas TK adalah y
L
/y
F
yang
ditentukan oleh rasip parameter [A
L
/A
F
]
1/(1-)
dan fraksi produksi yang dapat
diserap [N
L
/N
F
]. Demikian juga rasio tingkat upah [w
L
/w
F
] juga ditentukan oleh
rasio parameter [A
L
/A
F
]
1/(1-)
dan fraksi produk antara atau input yang dapat diserap
[N
L
/N
F
].
Laba dari hasil penjualan produk antara atau input ke-j, tingkat
pengembalian dan tingkat pertumbuhan konsumsi, dan produk akhir dari pengikut
mempunyai bentuk yang sama dengan pemimpin, yaitu :
F F Fj
xL x xA
) 1 /( 2 ) 1 /( 1
1

,
_

(10A)
) 1 /( 2 ) 1 /( 1
1

,
_

,
_

x xA x
L
R
F
F
F
(10B)
1
]
1

,
_

,
_

) 1 /( 2 ) 1 /( 1
1
) / 1 ( x xA x
L
L
F
F
(10C)
Imitasi teknologi secara penuh dijelaskan oleh [
F
>
L
]. Jika pemimpin
mempunyai nilai parameter (A dan L) sama maka [ < ] dan akan menjamin
[
F
>
L
]. Ini berarti bahwa pengikut mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan pemimpin karena imitasi teknologi dan produksi lebih
murah, dan dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
( ) ( ) ( )
) 1 /( 1
/ / /


L F L F L F
A A x L L jika (11)
Persamaan (11) menjelaskan bahwa pertumbuhan pengikut akan lebih
cepat dari pertumbuhan pemimpin jika pengikut memiliki keunggulan dalam
parameter A
F
dan L
F
. Lebih jauh dapat didefinisikan bahwa tingkat pengembalian
pengikut lebih tinggi dari tingkat pengembalian pemimpin, dimana preferensi
konsumsen terhadap produk akhir dari pemimpin dan pengikut adalah sama.
____________
ISSN 0853-0203
83
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
Pertumbuhan pengikut lebih tinggi dari pertumbuhan pemimpin jika pertumbuhan
N
F
> N
L
, sebagai implikasi dari difusi teknologi.
Jika parameter (A
F
= A
L
) dan (N
F
< N
L
) maka persamaan (3) dan (10C)
mengimplikasikan [
F
>
L
] dan tingkat upah [w
F
< w
L
]. Jika parameter (A
F
= A
L
)
dan (N
F
= N
L
) maka persamaan (3) dan (10C) mengimplikasikan [
F
=
L
] dan
tingkat upah [w
F
= w
L
]. Sebaliknya jika parameter (A
F
< A
L
) maka parameter
F
dan w
F
akan lebih rendah dari parameter
L
dan w
L
. Jika parameter (A
F
> A
L
)
maka parameter
F
dan w
F
akan lebih tinggi dari parameter
L
dan w
L
. Penjelasan
ketiga kondisi di atas mengindikasikan bahwa pengikut dapat lebih baik dari
pemimpin dalam bentuk output per kapita dan tingkat upah jika parameter
produktifitas pengikut lebih tinggi dari parameter produktifitas pemimpin.
Dengan melihat rumusan di atas, maka parameter keberhasilan
pemberdayaan UKM dan Koperasi ada 2, yaitu pertumbuhan outpunya atau nilai
tambahnya dan produktifitas TK atau tingkat upah. Guna mendorong tingkat
pertumbuhan output dan produktifitas UKM dan Koperasi diperlukan 3 (tiga)
parameter pemberdayaan yaitu pemberdayaan TK [L
F
], pemberdayaan
produktifitas [A
F
] dan pemberdayaan kuantitas dan jenis produk antara atau input
[N
F
]. Parameter pemberdayaan TK adalah pemenuhan standar kualitas dan
kuantitas TK pada UKM dan Koperasi, yaitu jumlah TK yang memiliki keahlian
teknis dan keahlian manajerial yang sesuai dengan kebutuhan UKM dan Koperasi.
Penyediaan fasilitas pendidikan dan pelatihan keahlian teknis dan manajerial
secara terus menerus dan berkelanjutan sangat diperlukan bagi UKM dan Koperasi
yang memiliki potensi skala ekonomis.
Parameter pemberdayaan produktifitas adalah perbaikan produktifitas atau
penurunan biaya-biaya riil. Parameter produktifitas juga menjelaskan aspek
kebijakan pemerintah dalam difusi teknologi (Harbeger, 1998). Parameter
pemberdayaan produktifitas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama,
peningkatan pertumbuhan investasi, tingkat pengembalian stok modal, jam kerja
TK, dan peningkatan kontribusi stok capital atau kualitas rata-rata TK UKM dan
Koperasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah penurunaninflasi dan peningkatan
tabungan UKM dan Koperasi, penurunan biaya-biaya riil melalui kebijakan
pemerintah. Kedua, akumulasi modal manusia melalui peningkatan kontribusi TK.
Upaya yang dapat dilakukan adalah investasi dalam tingkat pendidikan dan
pelatihan. Ketiga, eksternalitas melalui perbaikan pendidikan dan pelatihan modal
manusia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menjamin eksternalitas dari UB
terhadap UKM dan Koperasi melalui kebijakan pemerintah. Keempat,
pemanfaatan skala ekonomis dengan cara menjamin penurunan biaya-biaya riil.
Kelima, identifikasiUKM dan Koperasi yang memiliki potensi skala ekonomis
melalui suatu survey. UKM dan Koperasi yang tidak memiliki skala ekonomis
disarankan untuk bergabung dengan yang memiliki skala ekonomis.
Parameter pemberdayaan jumlah dan jenis produk antara atau input
merupakan penyediaan jumlah dan jenis produk antara atau input sehingga harga
menjadi relative lebih murah. Pemberdayaan parameter ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pertama, stabilisasi inflasi untuk menurunkan harga relative produk
____________
ISSN 0853-0203
84
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
antara atau input. Kedua, peningkatan tingkat perlindungan efektif terhadap UKM
dan Koperasi melalui kebijakan pemerintah dalam intervensi harga dan kredit atau
pembiayaan modal. Ketiga, penurunan pajak, penghapusan kuota, penyederhanaan
perijinan dan bantuan permodalan dan pembiayaan produk antara. Keempat,
privatisasi UKM dan Koperasi, perlindungan hak kepemilikan dan hak ekonomi
lainnya serta konsensus politik.
Suatu usaha banyak yang dilahirkan dari sebuah mimpi atau keinginan dan
angan-angan seseorang. Beberapa diantaranya bermimpi memperoleh kebebasan
ekonomi dan memiliki keamanan dalam keuangannya apabila dapat mendirikan
usaha. Orang-orang seperti ini, kebanyakan, bukan memperuntukkan impiannya
untuk menghasilkan ide-ide baru ketika mereka memperoleh kesempatan atau
peluang yang baik melainkan hanya untuk kemapanan keuangannya saja. Yang
lain, mimpi-mimpi itu terletak antara peolehan ide-ide dan bagaimana menyatakan
dan mengimple-mentasikan ide-ide tersebut pada suatu usaha. Tetapi, apapun
mimpi-mimpi tersebut, membuat suatu usaha dengan segala rencananya sehingga
dapat memenuhi tujuan-tujuan yang telah dimimpikan, merupakan suatu hal yang
memerlukan pemikiran dan kerja yang sangat keras. Dengan dasar pemikiran
inilah maka banyak bermunculan UKM di perekonomian. Dengan dasar ini,
mendirikan perusahaan berskala besar tidak lagi menjadi tujuan utama (populer),
akan tetapi mendirikan usaha-usaha yang berskala kecil dan menengah (small and
medium business) yang lincah, fleksibel dan cepat bergerak mengikuti keinginan
pasarmenjadi tujuan yang lebih menarik. Dengan kecenderungan sepertt ini, maka
akan membuat banyak UKM (Usaha Kecil dan Menengah) menjadi ujung tombak
perekonomian di daerah.
Kegiatan UKM dan Koperasi di Indonesia pada saat ini dan dalam
perkembangannya, merupakan kegiatan ekonomi nyata yang makin berkembang
secara luas dan perlu dibina dan dilindungi agar tumbuh menjadi unsur kekuatan
ekonomi yang handal, mandiri dan maju serta dapat berperan dalam menciptakan
kesempatan berusahan dan lapangan pekerjaan. Merupakan suatu konsepsi yang
nyata bahwa perekmbangan di bidang ekonomi sampai saat ini masih tetap
menjadi titik pusat dari pembangunan jangka panjang sehingga peran UMKM dan
Koperasi menjadi bertambah penting karenanya. Hal ini telah teruji dengan
bertahannya banyak industri kecil di Indonesia pasca krisis moneter. Dalam
kondisi ekonomi yang tidak stabil, UKM dan Koperasi mampu bertahan karena
kemampuan mengadaptasi keadaan, permodalan yang rendah, meliputi kebutuhan
banyak orang dan faktor kewirausahaan yang cukup baik.
Pembangunan industri bukan hanya menitikberatkan pada pembangunan
industri besar saja, melainkan pembangunan UKM dan Koperasi harus menjadi
pertimbangan penting bagi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Peningkatan kemampuan UKM dan Koperasi merupakan bagian
terpenting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan
industri harus dikembangkan secara bertahap dan terintegrasi antar skala industri
dan antar sektor industri. Pemerintah harus menyadari bahwa dalam perjalanan
waktu, peran UKM dan Koperasi sudah teruji dengan penyediaan lapangan
____________
ISSN 0853-0203
85
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
pekerjaan bagi banyak lapisan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, peran UKM dan Koperasi juga terlihat
dalam meningkatkan produksi dalam negeri dan menjadi penopang bagi
kebutuhan industri berskala besar sehingga keseimbangan ekonomi menjadi
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bangs, David H. Jr. 1995. Pedoman Langkah Awal Menjalankan Usaha. Seri
Usaha Kecil. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Barro, R. J and X. Sala-I-Martin. 1995. Economic Growth. International Edition.
Mc-Graw Hill. Singapore.
Baumol, William J. and Allan S. Blinder. 2005. Economics : Principles and
Policy. 9
th
Edition. SW Learning. Chicago.
Boyd, Harper W., Ralph Westfall and Stanley F. Stasch. 2004. Marketing
Research : Text and Cases. 7th Edition. Richard D. Irwin Inc. Illinois.
Churchill, Gilbert A and Dawn Iacobucci. 2005. Marketing research
Methodological Foundations. 9th Edition. Thomson South-Western.
Douglas, K. Hoffman, et al. 2005. Marketing Principles and Best Practices. 3
rd
Edition. SW-Thomson Learning. Chicago.
Ethier, W. J. 1982. National and International Return To Scale in The Modern
Theory of International Trade. American Economic Review 72 : p. 389-
405.
Gaither, Norman and Greg Frazier. 2002. Operation Management. 9
th
Edition.
SW-Thomson Learning. Chicago.
Gomez-Meija, Luis R, David B. Balkin, and Robert L. Cardy. 1998. Managing
Human Resources. 2
nd
Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Harberger, A. C. 1998. A Vision of the Growth Process. The American
Economic Review. 88, p. 1-32.
Harper, Stephen C. 2003. Starting Your Own Business : A Step by Step Blueprint
for the first time Entrepreneur. 2
nd
Edition. McGraw-Hill. New York.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana
meneliti dan menulis tesis. Erlangga. Jakarta.
Louise, E. Boone and David L. Kurtz. 2005. Contemporary Marketing 2005.
11
th
Edition. SW-Thomson Learning. Chicago.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Macroeconomics. 5
th
Edition. Worth Publishers.
New York.
____________
ISSN 0853-0203
86
VISI (2010) 18 (1) 77 - 87
McDaniel, Carl dan Roger Gates. 2001. Riset Pemasaran Kontemporer.
Salemba Empat. Jakarta.
Romer, P. M. 1990. Endogenous Technological Change. Journal of Political
Economy 98, p. S71-S102.
Romer, P. M. 1992. Two Strategies for Economic Development : Using Ideas
and Producing Ideas. Annual Conference in Economic Development.
World Bank. Washington D. C.
Romer, P. M. 1993. Idea Gaps and Object Gaps in Economic Development.
Journal of Monetary Economics 32, p. 543-573.
William, Chuck. 2005. Management. 3
rd
Edition. SW Learning. Chicago.
Zikmund, William G. 2003. Exploring Marketing Research with Websurveyor
Certificate and InfoTrac. 8th Edition. Thomson South Western.
____________
ISSN 0853-0203
87

You might also like