Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK 23

Disusun oleh : Kelompok 1


Inne Fia Mariety Farida Chandradewi Nurul Hayatun Nupus M. Agung Wijaksana

(A) (B) (C) (D)

Maulia Wisda Era Chresia (E) Rizky Permata Sari

(F)

Melinda Rachmadianty (G) Fitri Hidayati Meylinda Restya Fitriani Vindy Cesariana Rahman Ardiansyah Dwi Jaya Sari Neni Septria Ningsih

(H) (I) (J) (K) (L) (M) (N)


1

Skenario C Blok 23 Tahun 2014 A female baby was born at Moh. Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her mother, Mrs. Solehah was hospitalized at Moh.Hoesin Hospital due to contraction. It was her first pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her pregnancy. Six hours after admitted, she delivered her baby spontaneously. The labor process was 30 minutes, and rupture of membrane happened one hour before delivery. The baby didnt cry spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR score at 1 minute was 1, at 5 minute was 3, and at 10 minutes was 7. One hour later the baby still had grunting and cyanosis.

On physical examination: Body weight was 1400 gr, body length was 40 cm, and head circumference was 30 cm. The muscle tone decreased, she poorly flexed at the limbs, she had thin skin, more lanugo over the body and plantar creased at 1/3 anterior. At 10 minutes of age, she still had grunting and cyanosis on the whole body. The respiratory rate was 70x/min, heart rate was 150 bpm, the temperature was 36o C. There was chest indrawing. Other physical examinations were within normal limit.

As a general practitioner please analyze the problem and the management.

I.

Klarifikasi istilah a. Kontraksi b. Kehamilan c. Ruptur membran d. HPHT e. Resusitasi f. APGAR score : Pemendekan atau penyusutan otot uterus selama inpartu : Keadaan mengandung embrio atau fetus yang bertumbuh di dalam tubuh setelah penyatuan sel telur dan spermatozoa : Robeknya lapisan tipis jaringan yang menutupi permukaan, melapisi rongga atau membagi ruang/ organ : Hari Pertama haid Terakhir yang bertujuan untuk menunjukkan usia gestasi dan waktu persalinan : Suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernapas secara spontan : Sebuah pengukuran respon bayi terhadap kelahiran dan kehidupan di luar rahim yang penilaiannya didasarkan pada denyut jantung, penampilan, refleks, kegiatan dan pernapasan bertujuan untuk menentukan prognosis ke depannya apabila dilakukan resusitasi g. Grunting : Suara merintih terdengar pada akhir ekspirasi, paling sering terdengar pada bayi baru lahir/ yang mengalami gawat pernapasan h. Sianosis i. Lanugo j. Plantar creased k. Chest indrawing : Perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadi kebiruan akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi berlebihan : Rambut halus dan tipis yang muncul pada kulit janin dan menghilang beberapa waktu setelah kelahiran : kerutan berupa lipatan-lipatan pada telapak kaki : Penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (retraksi dinding dada)

II.

Identifikasi Masalah 1. Ny Solehah , 19 tahun G1P1A0 mengalami kontraksi 2. Ny. Solehah lupa HPHT dan kira-kira usia kehamilannya 8 bulan 3. Tidak ada riwayat hipertensi dan tidak ada penyakit lainnya saat kehamilan 4. Setelah 6 jam dibawa ke RS, bayi lahir spontan selama 30 menit dan satu jam sebelumnya terjadi KPD
3

5. Bayi tidak menangis dan telah dilakukan resusitasi dengan penilaian APGAR score nya adalh 1 menit adalah 1, 5 menit adalah 3, dan 10 menit adalah 7 6. Satu jam kemudian, bayi tetap merintih dan mengalami sianosis 7. Pemeriksaan fisik ANALISIS 1. Bagaimana anatomi sistem pernapasan pada neonatus? A, N 2. Bagaimana fisiologi sistem pernapasan pada: a. usia janin 8 bulan sampai aterm (pematangan paru) B, M b. neonatus C, L 3. Bagaimana hubungan usia ibu, primigravida dengan kasus ini? D, B 4. apa etiologi dan mekanisme kontraksi? E, C

1. Bagaimana cara menentukan apakah bayi ini sudah cukup bulan? (berkaitan dengan HPHT,dll) F, D 2. Apa saja klasifikasi berat badan bayi lahir? G, E 3. Berdasarkan berat badan bayi baru lahir dan usia gestasi, apa saja kah klasifikasinya dan bagaimana interpretasi dari kasus ini? H, F 4. Apa faktor resiko bayi lahir preterm dan dampaknya pada janin? I, G

1. Bagaimana makna klinis tidak ada riwayat hipertensi dan penyakit lainnya selama kehamilan? J, H 2. Apakah jenis penyakit yang mungkin diderita pada ibu hamil trimester ketiga? K, I Hipertensi Karena Kehamilan Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan 48 jam pasca persalinan. Lebih sering pada primigravida. Risiko meningkat pada : Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas) Diabetes mellitus Faktor herediter Masalah vaskuker
4

Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat. Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg. Preeklampsia Bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan oedema. Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam. Lebih beresiko tinggi pada kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun dan Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya Tekanan darah Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol, peningkatan tekanan darah adalah tanda peringatan awal dari preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna dari pada tekanan sistolik, tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau lebih yang menetap menunjukkan keadaan abnormal. Kenaikan Berat Badan Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia, peningkatan BB lebih dari 1 kg perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya preeklampsia. Proteinuria Merupakan indikator penting untuk menentukan beratnya preeklampsia Nyeri kepala Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang tidak sembuh dengan analgetik biasa Nyeri epigastrium Sering merupakan gejala preeklampsia berat Gangguan penglihatan Disebabkan vasospasme, iskemia dan perdarahan petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol. Eklampsia Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan. Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri
5

kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia. Anemia dalam Kehamilan, yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal). Tingkat pada anemia : Kadar Hb 8 gram 10 gram disebut anemia ringan Kadar Hb 5 gram 8 gram disebut anemia sedang Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat

Anemia defisiensi besi (62,3%) Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan unsur besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan. Kebutuhan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah, maka akan mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar Anemia megaloblastik (29,0%) Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat kekurangan asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik. Anemia hipoplastik (8,0%) Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%) Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung cepat dari pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria, racun ular.

1. Bagaimana indikasi persalinan spontan? L, J 2. Bagaimanakah mekanisme persalinan spontan? M, K Keberhasilan persalinan ditentukan dengan 3P: 1. Power His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
6

2. Passage Keadaan jalan lahir 3. Passanger Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (ditambah dengan faktor-faktor P lainya : Psikologi, Penolong dan Posisi). Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul pada saat melewati jalan lahir a. Masuknya kepala janin pada PAP

Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk periode inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP) Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi : a) Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang sama rendah. b) Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubunubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan. b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul

Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan c. Fleksi

Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter
7

anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang akan melewati jalan lahir. d. Putaran Paksi Dalam

Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. e. Ekstensi / Defleksi kepala janin

Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah anteroposterior f. Putaran paksi luar atau Restitusi

Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri) g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN Kala 1 : disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap Kala 2 : disebut juga kala pengeluaran, terjadi pengeluaran bayi Kala 3 : disebut juga kala uri, terjadi pengeluaran plasenta Kala 4 : merupakan masa 1 jam setelah persalinan/ partus, terutama untuk observasi KALA 1 PERSALINAN :

Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darahlendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.

Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :

1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.


8

2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :

Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm). Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida dan multipara :

Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.

Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)

Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama. Sifat His pada Kala 1 :

Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat. Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm). Peristiwa penting Kala 1 :

1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. 2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar. 3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm). KALA 2 PERSALINAN :

Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.

Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida 1,5 jam, dan multipara 0,5 jam. Sifat His : Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi. Peristiwa penting pada Kala 2 :

1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul. 2. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat. 3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis) 4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan. 5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi). Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) : 1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior). 2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang. 3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipitobregmatikus (belakang kepala). 4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubunubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. 5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
10

6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. 7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. KALA 3 PERSALINAN :

Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.

Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Sifat His : Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid). KALA 4 PERSALINAN : Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :

1. Kontraksi uterus harus baik 2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain 3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap 4. Kandung kencing harus kosong 5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma 6. Resume keadaan umum ibu dan bayi.

11

3. Apa makna klinis dan dampak dari proses persalinan yang selama 30 menit? (partus presipitatus) N, L 4. Apa Etiologi dan mekanisme dari KPD? A, M 5. Makna klinis dari KPD? B, N 6. Apa dampak KPD? C, A

1. Apa etiologi dan mekanisme bayi lahir tidak menangis? D, B 2. Apa dampak dari bayi tidak menangis? E, C 3. Apa indikasi resusitasi? F, D 4. Bagaimana prosedur resusitasi? G, E 5. Bagaimana cara penilaian APGAR score dan bagaimana interpretasi pada kasus ini? H, F

1. Apa etiologi dari bayi merintih? I, G 2. Bagaimana mekanisme dari bayi merintih? J, H 3. Apa makna klinis dari bayi merintih? K, I 4. Apa etiologi dari sianosis? L, J 5. Bagaimana mekanisme dari sianosis? M, K Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam

mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia dan kemudian terjadi kompensasi dari tubuh untuk melakukan hipoventilasi. Hipoventilasi Pa O2 di alveolus resistensi pulmonal tetap tinggi foramen ovale dan duktus arteriosus tidak menutup terdapat shunting (dari kanan ke kiri) darah bercampur dengan CO2 Hb tereduksi banyak terbentuk cyanosis

6. Apa makna klinis dari sianosis? N, L


12

1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik? - Body weight was 1400 gr, body length was 40 cm, and head circumference was 30 cm A, M - The muscle tone decreased, she poorly flexed at the limbs, she had thin skin, more lanugo over the body and plantar creased at 1/3 anterior. B, N - At 10 minutes of age, she still had grunting and cyanosis on the whole body. C, A - The respiratory rate was 70x/min, heart rate was 150 bpm, the temperature was 36o C. There was chest indrawing. D, B

Kasus: penyakit membran hialin 1. Cara penegakan diagnosis + pem penunjang E, C 2. DD dan WD F, D 3. Etiologi kasus G, E 4. Epidemiologi H, F 5. Faktor resiko I, G 6. Patofisiologi J, H 7. Manifestasi klinis K, I Terdapat tanda-tanda berikut: Bayi lahir preterm dan bayi premature Bayi tidak bernafas atau menangis dan merintih Denyut jantung kurang dari 100x/menit. Tonus otot menurun. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu dengan at au t anpa bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi. Bayi sianosis BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010)

8. tatalaksana L, J 9. pencegahan M, K
13

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan: a) Hindari tindakan SC atau induksi persalinan. b) Penanganan Ibu yang memiliki factor risiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan. c) Memprediksi kematangan paru. d) Jika akan dilakukan SC atau induksi persalinan melakukan perkiraan lingkar kepala bayi melalui USG dan konsentrasi lecithin pada cairan amnion untuk menurunkan risiko bayi lahir premature. e) Pemeriksaan antenatal dan intrapartum yang cukup untuk mencegah dan memonitoring fetal distress. f) Pemberian kortikosteroid (dexamethason atau betamthasone) pada Ibu hamil umur 24-34 minggu kehamilan sebelum dilakukan persalinan dalam 1 minggu berikutnya, untuk mengurangi insidensi dan kematian dari bayi yang mengalami RDS. Pemberian korikosteroid ini juga harus diikuti monitoring ketat pada ibu. g) Pemberian first dose dari surfactant ke trakea bayi premature yang baru lahir < 1\jam untuk menurunkan risiko kebocoran udara dan kematian pada bayi yang mengalami RDS.

10. komplikasi N, L 11. prognosis A, M 12. SKDI B, N

LI: Anatomi sistem pernapasan neonatus Fisiologi sistem pernapasan neonatus Membran Hialin disease Preterm dan bayi prematur Asfiksi neonatal RDS A,N,K B,M,L C,J D,I E,H F, G

Hipotesis: Ny. Solehah melahirkan bayi 8 bulan lahir preterm dengan SGA dan BBLSR, asfiksia perinatal, dan respiratory distress akibat penyakit membran hialin
14

SINTESIS

ANATOMI SISTEM PERNAFASAN NEONATUS Ketika kita menghirup udara, udara akan masuk melalui saluran hidung dan nasal. Setelah udara dihangatkan dan di lembabkan di hidung,udara masuk ke faring. Di Faring terdapat dua saluran yang memiliki tugas berbeda yakni trachea sebagai saluran udara masuk keparu dan esophagus sebagai saluran pencernaan masuk ke lambung. Sebelum ke trachea, udara akan melewati laring (kotak suara), ketika udara masuk pita suara akan bergetar sehingga menimbulkan bunyi. Trakhea memiliki cabang utama, bronkus kanan dan kiri dan masing- masing cabang masuk ke paru kanan kiri. Setiap cabang akan terus bercabangcabang sampai cabang terkecil,sempit dan banyak. Cabang terkecil disebut bronkiolus dan paling ujung bronkiolus terdapat alveolus sebagai tempat pertukaran udara dengan darah.

Alveolus adalah suatu kantung udara kecil,bendinding tipis dan dapat mengembang yang di kelilingi oleh kapiler paru. Alveolus memiliki satu lapisan sel alveolus tipe 1 yang gepeng, dan jaringan padat kapiler paru juga memiliki satu lapisan sel. Ruang interstisium memisahkan udara dalam alveolus dan darah dan udara dalam kapiler paru. Selain itu, epitel alveolus juga mengandung sel alveolus tipe II yang berfungsi untuk mengeluarkan surfaktan paru yakni kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan paru dan di dalam lumen kantung udara juga terdapat magrofag untuk pertahanan tubuh. Pori pori khon terdapat pada dinding alveolus berfungsi sebagai tempat aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan ketika alveolus tersumbat. Proses ini di sebut ventilasi kolateral.

Periode Pseudoglandula

5-16 minggu

Cabang-cabang berlanjut brokiolus membentuk terminalis.

Tidak ada bronkiolus respiratorius alveoli. atau

15

Periode Kanalikuler

15-26 minggu

Setiap terminalis

brokniolus terbagi

menjadi 2 atau lebih bronkiolus respiratorius, yang kemudian terbagi menjadi alveolaris. Periode Terminalis Sakus 26 minggu sampai lahir Terbentuk terminalis sakus (alveoli 3-6 duktus

primitive) dan kapiler membentuk erat. Periode Alveolaris 8 bulan sampai masa Alveoli matang dengan kanak-kanak hubungan epitel endotel (kapiler) yang sudah dengan hubungan

berkembang baik.

Sampai bulan ke-7 prenatal, bronkioli terus menerus bercabang menjadi saluran yang lebih banyak dan lebiih kecil (tahap kanalikuler) dan suplai darah terus meningkat. Selama bulan ke-7 sudah terdapat cukup banyak kapiler untunk menjamin pertukaran gas yang cukup dan janin premature dapat bertahan hidup

Pada minggu ke-20 masa kehamilan konsentrasi surfactant tinggi, namun belum mencapai permukaan paru. Pada minggu ke-35 masa kehamilan biasanya surfactant mencapai level kematangannya. Selama 2 bulan terkahir kehidupan prenatal dan beberapa tahun pascalahir jumlah sakus terminalis terus meningkat dan sel epitel alveoli tipe I terus menipis. Hubungan antara sel epitel dan endotel membentuk sawar darah-udara. Alveoli matang belum ada, namun sel epitel alveoli tipe II sudah ada dan menghasilkan surfaktan, suatu cairan yang kaya fosfolipid dan mampu menurunkan tegangan permukaan antarmuka udara-alveolus.

16

Sebelum lahir, paru-paru berisi cairan yang mengandung kadar klorida tinggi, sedikit protein, sedikit lendir dari kelenjar bronkus, dan surfaktan. Pada kasus, bayi diperkirakan berumur 32 minggu jadi proses pematangan surfactant belum terjadi yang menyebabkan bayi susah bernafas.

17

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2008. Ilmu kandungan. FK UI, Jakarta Sastrawinata, S., 2003. Obstetri Patologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Sloane,ethel (2004) Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula, Jakarta :EGC Sherwood, lauralee (2001), Fisiologi Manusia : Dari Sel ke System Ed 2,Jakarta : EGC Hidayat, Azis Alimul A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta. 2008. Kliegman,Robert .M & Arvin, Ann .M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.

18

You might also like