Paper 7 Aug 2010-G-Ketut

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Sistem Akuntansi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Ditinjau dari Prior

Knowledge Mahasiswa
I Ketut Parnata dan I Ketut Suandi Politeknik Negeri Bali Abstract: The study aims at (1) describing the different achievements between students following cooperative learning and conventional learning models, (2) describing the different achievement between students having high prior knowledge and low prior knowledge, and (3) analyzing the interaction effect of learning model and prior knowledge on the learning achievement of accounting system. A quasi experiment was conducted in the third semester of 2006/2007. A two-factor measurement with a factorial version of non-equivalent pretest-posttest control group design was used involving these variables: students achievement, learning model, and prior knowledge. The samples for this research are 54 students of third semester at accounting department. Each treatment decided 13 subjects as analysis unit, therefore total analysis unit are 52 subjects. The study shows that (1) there is a significant deference of achievements between students following cooperative learning and conventional learning models (F=11.273; p<0.05), with higher achievement in students following the cooperative learning model; (2) there is a significant difference of achievements between students having high prior knowledge and low prior knowledge (F=42.557; p<0.05) with higher achievement in students having high prior knowledge; (3) there isnt a significant interaction effect between learning model and prior knowledge in achieving achievement (F=2.717; p>0.05). It is suggested that the cooperative learning model be used as accounting system teaching alternative especially in improving the students achievement. Key words: cooperative learning, prior knowledge, students achievements

PENDAHULUAN
Proses pendidikan yang semula dipandang sebagai proses sosialisasi telah bergeser menuju proses pembelajaran di mana pendidik berperan untuk mengatur, menyiapkan, dan membantu peserta didik agar tercipta kondisi belajar yang kondusif. Dalam hubungan ini, maka peran pendidik yang semula sebagai sumber otoritas ilmu pengetahuan bergeser menuju perannya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Disamping itu, perlu juga adanya pergeseran dari mengajar sebagai proses pembebanan menuju pembelajaran sebagai proses negosiasi. Paradigma pembelajaran seperti itu belum tampak pada proses pembelajaran termasuk pembelajaran mata kuliah sistem akuntansi di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali (PNB). Mata kuliah sistem akuntansi yang berbobot 2 SKS, dengan pertemuan 2 kali seminggu ditawarkan pada semester III. Tujuan umum pembelajarannya adalah, mahasiswa diharapkan mampu mengevaluasi dan mendesain sistem akuntansi pada suatu perusahaan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, hingga saat ini belum ada bahan ajar yang relevan yang dapat digunakan untuk mendukung perkuliahan mata kuliah tersebut, terutama bahan ajar yang berkaitan dengan sistem akuntansi pendukung.

98

Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Sistem Akuntansi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa (I Ketut Parnata & I Ketut Suandi)

Berdasarkan observasi dan pengalaman selama ini, pembelajaran mata kuliah ini dilaksanakan secara konvensional, dan masih dinominasi oleh kegiatan pengajar, mahasiswa hanya sebagai penerima. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran mata kuliah ini, namun hasil belajar yang dicapai mahasiswa belum memenuhi harapan. Nilai rata-rata mata kuliah ini pada setiap angkatan selama lima tahun terakhir masih berada pada kisaran 6,88 (pada skala 11, nilai tertinggi 8,50 dan terendah 5,60). Hal ini menandakan bahwa ada masalah dengan proses pembelajaran yang sedang diterapkan. Masalah-masalah yang terjadi antara lain: (1) kreatifitas dan aktivitas belajar mahasiswa masih rendah, (2) kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi dan mendesain sistem akuntansi masih rendah, dan (3) para dosen pengajar belum memperhatikan prior knowledge mahasiswa sebelum mereka menerima informasi baru dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan prior Knowledge, Ausubel (1978) menyatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi belajar, adalah apa yang telah diketahui siswa. Brook & Brook (1993) mengatakan bahwa manusia mencoba mengerti dunianya dengan mensintesis pengalaman baru ke dalam pengetahuan yang telah dipahami sebelumnya. Pengemasan pembelajaran selama ini belum sepenuhnya mengarah kepada kemampuan memecahkan masalah baru secara inovatif, pola perilaku yang unik dan divergen, dan kemampuan kerjasama yang bersinergi dengan sesamanya. Kemasan pembelajaran menitik beratkan pada tuntutan kemampuan hafalan dengan pola pengajaran bernuansa kompetitif yang sangat merugikan peserta didik yang kemampuan akademisnya rendah. Bagi peserta didik yang kurang mampu tersebut, suasana kompetitif sangat mengurangi motivasi belajarnya dan senantiasa menjadi siksaan psikologis mereka (Slavin, 1995). Oleh sebab itu, para pendidik hendaknya menghindari memunculkan suasana kompetitif, tetapi perlu menciptakan suasana kelas yang penuh toleransi dengan rancangan pembelajaran yang kolaboratif. Salah satu kemasan pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah kemasan pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995). Cooperative learning bertolak dari suatu asumsi bahwa peserta didik akan lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya dan lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan kompleks (Slavin, 1995). Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu strategi yang dapat ditempuh guna memperbaiki proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar adalah dengan melakukan redesain pembelajaran dari model pembelajaran konvensional menuju desain sesuai pandangan cooperative learning. Mahasiswa membutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Sehubungan dengan pembelajaran yang menggunakan seting pembelajaran kooperatif, Santyasa (2004) melakukan studi mengenai pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap remediasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan seting pembelajaran kooperatif lebih efektif daripada penggunaan setting pembelajaran konvensional. Dengan demikian, cooperative learning dipilih sebagai suatu studi eksperimental dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa dengan memperhatikan prior knowledge yang dimiliki mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah, (1) mendeskripsikan perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang mengikuti model cooperative learning dan model pembelajaran konvensional, (2) mendeskripsikan perbedaan hasil belajar antara mahasiwa yang memiliki prior knowledge tinggi dengan mahasiswa yang memiliki prior knowledge rendah, dan (3) menganalisis pengaruh interaktif antara learning model dengan prior knowledge terhadap hasil belajar sistem akuntansi.

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010

99

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis eksperimen kuasi versi faktorial 22 dengan model nonequivalence pretest-posttest control group design. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, prior knowledge, dan hasil belajar. Populasi terjangkau penelitian ini sebanyak 81 orang yaitu semua mahasiswa semester III tahun ajaran 2006/2007 pada Jurusan Akuntansi PNB. Berdasarkan teknik cluster random sampling, terpilih dua kelas sebagai sampel penelitian yang dikelompokan menjadi, kelompok kontrol dan eksperimen. Penentuan kelompok mahasiswa yang memiliki prior knowledge tinggi dan rendah ditetapkan 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah dari skor prates yang telah diranking. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini antara lain: rencana pembelajaran, job sheet, lembaran pengamatan, dan tes hasil belajar. Rencana pembelajaran dan job sheet didesain untuk kelas kontrol dan eksperimen. Lembaran pengamatan digunakan untuk merekam interaksi mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Tes hasil belajar disusun dalam bentuk uraian terbuka yang terdiri dari 9 butir soal dengan skor minimal ideal 0 dan skor maksimal ideal 37. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis varian faktorial 22. Pada masing-masing sel perlakuan ditetapkan 13 subjek sebagai unit analisis. Data mahasiswa yang menggunakan cooperative learning dan konvensional masing-masing unit analisisnya 26, dan data dari subjek yang termasuk tingkat pengetahuan awal tinggi dan rendah, masing-masing unit analisisnya 26. Analisis statistik inferensial menggunakan bantuan program komputer SPSS 13.0 for windows dengan keputusan hasil analisis ditetapkan pada taraf signifikansi 5%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


(1) Hasil Penelitian Deskripsi nilai rata-rata skor dari hasil prates dan postes menggunakan edaran Direktur Politeknik Negeri Bali. Nilai rata-rata skor awal mahasiswa dari hasil prates pada semua unit analisis (n=13) berada pada rentangan skor 14,6 - 22,0 (kategori cukup), kecuali kelompok cooperative dengan prior knowledge tinggi yang berada pada rentangan skor 22,1 - 29,5 (kategori tinggi). Dilihat dari perbandingan hasil belajar kelompok model (n=26), tampak bahwa baik kelompok cooperative maupun konvensional berada pada rentangan skor 14,6 - 22,0 (kategori cukup). Perhitungan hasil belajar dari kelompok prior knowledge, tampak bahwa kelompok prior knowledge tinggi nilai rata-rata pratesnya berada pada rentangan skor 22,1 - 29,5 (kategori tinggi). Sedangkan kelompok prior knowledge rendah, semua nilai rata-rata pratesnya berada pada rentangan skor 14,6 22,0 (kategori cukup). Nilai rata-rata hasil belajar dari hasil postes pada setiap unit analisis (n=13) berada pada rentangan skor 22,1 - 29,5 (kategori tinggi), kecuali pada kelopok cooperative dengan prior knowledge tinggi dengan kategori sangat tinggi. Nilai rata-rata hasil belajar, baik pada kelompok prior knowledge tinggi maupun pada kelompok prior knowledge rendah berada pada rentangan skor 22,1 - 29,5 (kategori tinggi). Walaupun berada pada kategori yang sama, nilai rata-rata hasil belajar kelompok prior knowledge tinggi lebih tinggi daripada kelompok prior knowledge rendah. Nilai rata-rata hasil prates dan postes disajikan pada Tabel 1.

100

Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Sistem Akuntansi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa (I Ketut Parnata & I Ketut Suandi)

Tabel 1: Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku dari Prates dan Postes Prior Knowledge Tinggi Model Pembelajaran 1. Kooperatif 2. Konvensional TOTAL 1. Kooperatif 2. Konvensional TOTAL 1. Kooperatif 2. Konvensional TOTAL Mean Prates 23,62 22,31 22,96 19,46 17,85 18,65 21,54 20,08 20,81 Postes 29,77 26,62 28,19 24,62 23,54 24,08 27,29 25,08 26,14 Unit Analisis 13 13 26 13 13 26 26 26 52

Rendah

TOTAL

(2) Pengujian Hipotesis Sebelum melakukan analisis varian, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi tentang normalitas dan homogenitas. Berdasarkan hasil analisis, terungkap bahwa nilai-nilai statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene menunjukkan angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Jadi, data penelitian berdistribusi normal dan homogen. Ringkasan hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2: Ringkasan Hasil Uji
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Hasil Belajar Source Corrected Model Intercept MODEL PA MODEL * PA Error Total Corrected Total Type III Sum of Squares 292,365a 35516,942 58,173 220,173 14,019 247,692 36057,000 540,058 df 3 1 1 1 1 48 52 51 Mean Square 97,455 35516,942 58,173 220,173 14,019 5,160 F 18,886 6882,786 11,273 42,667 2,717 Sig. ,000 ,000 ,002 ,000 ,106 Eta Squared ,541 ,993 ,190 ,471 ,054

a. R Squared = ,541 (Adjusted R Squared = ,513)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dirangkum sebagai berikut. (1) Prior knowledge berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar (F=42,667; p<0,05). (2) Model pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar (F=11,273; p<0,05). (3) Tidak terdapat interaksi antara prior knowledge dengan model pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar (F=2,717; p<0,05).

PEMBAHASAN
(1) Model pembelajaran kooperatif dan konvensional dalam meningkatkan hasil belajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil belajar, dengan signifikansi 0,002. Hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada yang difasilitasi dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara deskriptif hasil belajar berkategori tinggi, baik pada kelompok kooperatif maupun kelompok konvensional. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010 101

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santyasa (2004), yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan kooperatif yang di seting dengan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar. Secara teoretik, model belajar kooperatif menggunakan paradigma yang memusatkan perhatian pengkonstruksian makna pengetahuan berbasis pengetahuan awal. Dalam model pembelajaran konvensional, di mana teknik kooperatif digabung dengan teknik individual. Penerapan teknik ini cukup efektif dalam upaya mengatasi kelemahan pembelajaran individual. Secara operasional empiris, kedua model pembelajaran menyajikan materi pembelajaran yang sama mencakup sistem akuntansi. Perbedaannya terletak pada job-sheet yang digunakan. Model pertama menggunakan job-sheet yang berorientasi pada tahapan dalam model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada model Group Investigation. Job-Sheet diawali dengan masalah yang dipecahkan pada akhir pengerjaan job-sheet. Sedangkan job-sheet pada model pembelajaran konvensional hanya menuntut mahasiswa untuk menjawab kasus-kasus yang ada pada job-sheet. Berdasarkan perbandingan secara teori dan operasional empiris dari kedua model pembelajaran tersebut, tampak bahwa model pembelajaran kooperatif lebih mengakomodasi meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan model konvensional. (2) Tingkat pengetahuan awal tinggi dan rendah dalam meningkatkan hasil belajar Bagi Piaget (dalam Suparno, 1996:33), mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengan pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui oleh seorang yang sedang belajar untuk membentuk pengertian baru. Piaget berpendapat dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal, melalui kontak dengan pengalaman baru struktur pengetahuan awal seseorang dapat berkembang. Ausubel (dalam Santyasa, 2004) juga mengemukakan tiga asumsi yang saling berkaitan, yaitu (1) pengetahuan awal adalah suatu variabel yang sangat penting, (2) derajat pengetahuan awal harus diketahui dan diukur dalam rangka meningkatkan prestasi belajar secara optimal, dan (3) pembelajaran hendaknya mengaitkan secara optimal dengan derajat pengetahuan awal. Pengukuran pengetahuan awal tidak hanya berfungsi sebagai suatu prediktor belajar yang tepat, tetapi juga menyediakan dasar yang lebih bermanfaat dalam pembelajaran (Santyasa, 2004). Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran bermakna dapat diwujudkan dengan menyediakan peluang bagi mahasiswa untuk melakukan seleksi terhadap fakta-fakta kontekstual, mengorganisasikan, dan mengintegrasikannya ke dalam pengetahuan awal yang telah dimili. Pembelajaran yang berorietansi pada pengetahuan awal akan memberikan dampak pada proses dan perolehan belajar yang memadai (Ardhana et al., 2003; Santyasa, et al, 2001). Dalam pembelajaran kooperatif, pengetahuan awal merupakan spring board bagi perolehan belajar. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan awal setidak-tidaknya berfungsi sebagai bekal ajar awal (entry level) yang cukup menentukan perolehan belajar. Sejalan dengan isu tersebut, penelitian ini telah mengungkap bahwa pengetahuan awal sebagai indikator bekal ajar awal mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Hasil penelitian ini ternyata sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Dochy (1996) menyimpulkan bahwa pengetahuan awal berkontribusi signifikan terhadap skor-skor pascates. Menurut Dochy (1996), pembelajaran yang menggunakan pengetahuan awal sebagai starting point menunjukkan bahwa varians hasil belajar dapat dijelaskan oleh varians pengetahuan awal sebesar 42%.

102

Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Sistem Akuntansi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa (I Ketut Parnata & I Ketut Suandi)

Mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi lebih mudah menyesuaikan dan menghubungkan apa yang telah dipahaminya dengan apa yang dibelajarkan sebagai pengetahuan baru dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah. Selanjutnya, mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi lebih cepat melakukan pemahahan konsep dan generalisasi secara utuh melalui proses akomodasi sosial-akademis (NCSS, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara tingkat pengetahuan awal tinggi dengan tingkat pengetahuan awal rendah berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil belajar dengan F=42,667 dan signifikansi 0,000. Hasil penelitian ini sesuai dengan harapan secara teoritik. Secara konseptual, tingkat pengetahuan awal tinggi diduga akan mencapai hasil belajar yang lebih dibandingkan dengan tingkat pengetahuan awal rendah. (3) Model pembelajaran kooperatif versus konvensional dalam mengakomodasi tingkat pengetahuan awal Dalam model pembelajaran konvensional, dosen memfokuskan diri pada penuangan pengetahuan ke dalam diri mahasiswa, tanpa memperhatikan pengetahuan awal mahasiswa. Di sisi lain, model cooperative learning memusatkan perhatian pada pengkonstruksian makna pengetahuan dan berbasis pengetahuan awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tingkat pengetahuan awal dan model pembelajaran tidak berinteraksi, dengan F=2,717 dan signifikansi 0,106. Hal ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan awal dan model pembelajaran tidak menunjukkan profil interaksi. Perbedaan hasil belajar antara kedua kelompok mahasiswa (pengetahuan awal tinggi dan pengetahuan awal rendah) karena pada kelompok mahasiswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dan memiliki pengetahuan awal tinggi terjadi proses meaningful learning. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional terjadi proses belajar dengan pola transfer secara utuh, sehingga pemahaman konsep secara utuh lebih lambat terjadi (NCSS, 2003). Bagi mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah lebih lambat terjadi proses belajar bermakna, mengingat kelompok mahasiswa ini lebih lambat kemampuannya untuk mengakomodasikan konsep-konsep. Apabila kelompok mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional, maka hasil belajarnya akan berbeda. Perbedaan hasil belajar antara kedua kelompok mahasiswa tersebut disebabkan karena pada kelompok mahasiswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dan memiliki pengetahuan awal rendah terjadi pemahaman yang utuh, yaitu melalui akomodasi konsep dari konsep yang bersifat formal menuju ke konsep yang bersifat konkret. Sebaliknya dalam pembelajaran model kooperatif pengetahuan awal rendah, tetap terjadi rote learning process.

PENUTUP
Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok mahasiswa yang menggunakan cooperative learning dengan kelompok mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar kelompok mahasiswa yang menggunakan cooperative learning lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelompok mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok mahasiswa yang memiliki prior knowledge tinggi dengan kelompok mahasiswa yang memiliki prior Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010

103

knowledge rendah. Hasil belajar kelompok mahasiswa yang memiliki prior knowledge tinggi, lebih tinggi dari kelompok mahasiswa yang memiliki prior knowledge rendah. Tidak terdapat pengaruh interaktif antara model pembelajaran dengan prior knowledge mahasiswa dalam meningkatkan hasil belajar. Cooperative learning tidak hanya berinteraksi dengan tingkat prior knowledge mahasiswa tertentu, namun terhadap semua tingkat prior knowledge mahasiswa. Rekomendasi yang dapat diusulkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Cooperative learning yang diimplementasikan dalam penelitian ini hanya terbatas pada satu model, yaitu group investigation. Untuk penelitian lebih lanjut yang sejenis, sangat memungkinkan untuk menerapkan model belajar kooperatif yang lain, seperti MURDER, STAD, TGT, Jigsaw, TAI, dan CIRC. (2) Penelitian ini hanya terbatas pada cakupan materi siklus pengeluaran. Untuk penelitian lebih lanjut, sangat memungkinkan untuk melakukan pengujian ulang pada cakupan materi yang lebih luas. (3) Penelitian ini hanya mempertimbangkan faktor prior knowledge, sebaiknya melibatkan faktor psikologis lainnya seperti motivasi belajar, minat, lingkungan belajar, intelegensi, dan keadaan sosial-ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, D.P. 1978. Educational Phychology: A cognitive view. New York: Holt Rinehart and Winstone. Beyer. 1991. Critical Issue: Building on Prior Knowledge and Meaningful Student Contexts/ Cultures. http://www/ncrel.org, Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Brooks, J.G., & Brooks, M.G. 1993. In Search of understanding: The Case for constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development. Cummins, J. 1995. Teaching Strategies (Activating Prior Knowledge). http://www.ncrel.org Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Hasibuan dan Moedjiono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Imron, A. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya Kujawa dan Huske. 1995. Critical Issue: Building on Prior Knowledge and Meaningful Student Contexts/Cultures. http://www.ncrel.org. Lickona, T. 1992. Education for character, how school can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books Lie., A. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Nurani, Y. 2003. Materi Pokok Strategi Pembelajaran. Cetakan I. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Santoso, S. 2003. SPSS Statistik Multivariate. Jakarta: Elex Media Komputindo. Santyasa, I W. 2004. Pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap remediasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar. Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas Negeri Malang. Program Pasca Sarjana. Studi Teknologi Pendidikan.

104

Implementasi Cooperative Learning dalam Pembelajaran Sistem Akuntansi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa (I Ketut Parnata & I Ketut Suandi)

Santyasa, I W., Wirta, I M., Sudiatmika, A.A.R. 2001. Pengembangan model belajar kooperatif bermodul sebagai upaya mengubah miskonsepsi dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA di LPTK. Laporan penelitian Domestic Collaborative Research Grant 2000. P3M STKIP Singaraja. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning. Boston: Allyn dan Bacon. Sudjana, S. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Fallah Production. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Bani Quraisy. Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tuckman, B. W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich. Yager. R. E. 1991. The constructivist learning model: Towards real reform in science education. The Science Teacher. Vol.58 No.6, 52-57.

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010

105

You might also like