Analisis Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Penderita Rawat Jalan Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

14

H
H
H
A
A
A
S
S
S
I
I
I
L
L
L


P
P
P
E
E
E
N
N
N
E
E
E
L
L
L
I
I
I
T
T
T
I
I
I
A
A
A
N
N
N




ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER
PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT
DOKTER PIRNGADI MEDAN

Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah

Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
J l. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT
Transition of Epidemiology may impact on pattern disease that increased non
communicable diseases in community. Coronary heart disease is a problem in public
health that cause of death. The aim of the study is to analyze risk factors related to
coronary heart disease in patient treated in Pirngadi Hospital. This research is an
analytic observational with cross sectional design. Sample is 84 patients with
purposive sampling.Collecting data from medical record and interview. Data was
analyzed using logistic regression. The result of this study showed 83,9% coronary
heart disease patients have hypertension and there was significant relation between
hypertension and coronary heart disease (p: 0,0008; RP : 10,3235). 10 patients
(35,7%) have family history and there was significant relation between family history
and coronary heart disease (p: 0,436; RP : 3,846 ). 12 Patients (42,9%) smoking and
there was significant relation between smoking and coronary heart disease (p:
0,0345; RP: 3,6111). It is suggested that promotion about risk factors and symptoms
must be widened to improve knowledge so that people can take action to prevent.

Keywords: Coronary heart disease, Risk factors

PENDAHULUAN

Seiring dengan keberhasilan
pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia
terjadi transisi demografi dan epidemiologi yang
berdampak pada peningkatan usia harapan hidup
dan perubahan pola penyakit dimasyarakat ke
arah penyakit tidak menular seperti penyakit
degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup
atau perilaku modern (Yuniarti, 1999).
Perbaikan sosioekonomi berdampak pada
perubahan gaya hidup dan perilaku seperti pola
makan tidak seimbang, merokok, kurangnya
aktivitas juga berperan dalam terjadinya
penyakit tidak menular (Yuniarti, 2000).
Penyakit Jantung Koroner (PJ K),
penyakit tidak menular yang dewasa ini semakin
mendapat perhatian di mana insiden cenderung
meningkat dan merupakan penyebab kematian
utama. World Health Organization (WHO)
melaporkan pada tahun 2000 proporsi kematian
akibat Penyakit J antung Koroner (PJ K) adalah
12,7% terdiri atas 12,2% kematian pria dan
13,2% kematian wanita.
Di Indonesia menurut Survai Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 1995, kematian akibat
penyakit kardiovaskuler pada umur >55 tahun
(36,5%), umur 45-55tahun (34,0%) dan umur
35-44 tahun(23,5%). Angka kematian akibat
Penyakit J antung Koroner (PJ K) mengalami
peningkatan dari 11,0% (SKRT 1987) : 16%
(SKRT 1991) dan 26% (SKRT 1995). Proporsi
penderita rawat jalan yang dirawat di rumah
sakit juga meningkat dari 2,1% pada tahun 1990
menjadi 3,8% pada tahun 1995 (Darmodjo, 1998
).
Data dari Profil Kesehatan Sumatera
Utara tahun 2000, menunjukkan kasus baru
rawat jalan di rumah sakit adalah 1,92%.
Proporsi jumlah kasus baru rawat jalan untuk

FaktorFaktoryangBerhubungandenganPemilihanSusuFormula(713)
ErnawatiNasution
15
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
No Variabel Responden Jumlah
PJK Non PJK
1. Umur : < 55 tahun
55 tahun
6 (21,4%)
22 (78,6%)
20 (34,8%)
36 (65,2%)
26 (31,0%)
58 (69,0%)
2. J enis kelamin : Pria
Wanita
10 (35,7%)
!8 (64,3%)
22 (39,3%)
34 (60,7%)
32 (38,1%)
52 (61,9%)
3. Suku : Tapanuli
Non tapanuli
19 (67,9%)
9 (32,1%)
36 (64,3%)
20 (35,7%)
55 (65,5%)
29 (34,5%)
4. Pendidikan : Rendah ( SLTP)
Sedang ( SMA )
Tinggi
14 (50,0%)
8 (28,6%)
6 (21,4%)
20 (14,8%)
25 (44,6%)
11 (19,6%)
34 (40,4%)
33 (39,3%)
17 (20,2%)
5. Pekerjaan : Tidak bekerja
Petani
Swasta
Wiraswasta
PNS
Pensiunan
10 (35,7%)
0 (0,0%)
0 (0,0%)
1 (3,6%)
4 (14,3%)
13 (46,4%)
29 (51,8%)
2 (3,6%)
0 (0,0%)
5 (8,9%)
10 (17,9%)
10 (17,9%)
39 (46,4%)
2 (2,4%)
0 (0,0%)
6 (7,1%)
14 (16,7%)
23 (27,4%)

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan faktor risiko
No Variabel Responden Jumlah
PJK Non PJK
1. Riwayat keluarga : Ada
Tidak ada
10 (35,7%)
18 (64,3%)
7 (12,5%)
67 (79,8%)
17 (20,2%)
67 (79,8%)
2. Status gizi : Obesitas
Non obesitas
8 (28,6 %)
20 (71,4%)
8 (14,3%)
48 (85,7%)
16 (19,0%)
68 (81,0%)
3. Kebiasaan : Merokok
Merokok Tidak merokok
12 (42,9%)
16 (57,1%)
13 (23,2%)
43 (76,8%)
25 (29,8%)
59 (70,2%)
4. Kebiasaan : Olah raga
olah raga Tidak olah raga
12 (42,9%)
16 (57,1%)
40 (71,4%)
16 (28,6%)
52 (61,9%)
32 (38,1%)
5. Hipertensi : Ya
Tidak
25 (89,3% )
3 (10,7%)
25 (44,6%)
31 (55,4%)
50 (59,5%)
34 (40,5%)
6. Diabetes : Ya
Tidak
Tidak tercatat
10 (35,7%)
15 (53,6%)
3 (10,7%)
3 (5,4%)
39 (69,6%)
14 (25,0%)
13 (15,5%)
54 (64,3%)
17 (20,2%)
7. Hiperkoles- : Ya
terolemia Tidak
Tidak tercatat
20 (71,4%)
6 (21,4%)
2 (7,2%)
6 (10,7%)
36 (64,3%)
14 (25,0%)
26 (31,0%)
42 (50,0%)
16 (19,0%)

penyakit jantung sebesar 17,16% (Kaplan S.,
1994). Sementara dipoli kardiologi rumah sakit
Dokter Pirngadi Medan pada tahun 2000 tercatat
15.411 kunjungan dengan 3.369 jumlah
kunjungan baru atau sekitar 25,86%. J umlah
kunjungan baru meningkat 27,23%
dibandingkan kunjungan baru sebelumnya
(2.733 kunjungan).
Dengan meningkatnya angka kunjungan
penderita PJ K dipoli kardiologi rumah sakit
Dokter Pirngadi Medan, perlu upaya
pengendalian kejadian PJ K dengan
mengidentifikasi faktor risiko yang berperan
terhadap terjadinya PJ K. Dengan demikian perlu
dilakukan pengkajian tentang faktor risiko
penyakit jantung koroner (PJ K) penderita rawat
jalan rumah sakit Dokter Pirngadi Medan.

METODE PENELITIAN

Penelitian bersifat observational analitik
dengan pendekatan cross sectional. Sampel
diambil secara purposive dari populasi penderita
rawat jalan poli klinik kardiologi RS Dokter
Pirngadi Medan sebesar 84 orang. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara terstruktur
dan dari medical record. Analisis data secara
deskriptif disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, dan secara analitik menggunakan
regresi logistik ganda.


AnalisisFaktorRisikoPenyakitJantungKoronerPenderitaRawatJalan(1418)
FazidahA.Siregar,AchsanHarahap,danRasmaliah

16
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi responden
Dari 84 responden yang diambil sebagai
sampel, gambaran karakteristiknya terlihat
seperti pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 terlihat sebagian besar
responden berusia 55 tahun (69,0%), jenis
kelamin wanita (61,9%), suku tapanuli (65,5%),
pendidikan rendah dan sedang (40,4%) dan
(39,3%). Dilihat dari pekerjaannya sebagian
besar tidak bekerja (46,4%) dan pensiunan
(27,4%).
Penderita PJ K sebagian besar berusia
55 tahun (78,6%), jenis kelamin wanita
(64,3%), suku tapanuli (67,9%). Dilihat dari
pekerjaan sebagian besar adalah pensiunan
(46,4%), tidak bekerja (35,7%) dan PNS
(14,3%).
Dari gambaran faktor risiko pada
responden diperoleh data seperti terlihat pada
Tabel 2.
Dari Tabel 2 terlihat dari seluruh
reponden hanya 17 (20,2%) yang mempunyai
riwayat keluarga, obesitas sebesar 19,0%,
merokok sebesar 29,8%, olah raga sebesar
61,9%, dan hipertensi sebesar 59,5%
Pada penderita PJ K 35,7% mempunyai
riwayat keluarga, 28,6% obesitas, 42,9%
merokok 57,1% tidak olahraga dan 89,3%
menderita hipertensi.

B. Analisis bivariat
Hasil analisis bivariat masing- masing
variabel penelitian dengan cara analisis regresi
logistik terhadap kejadian PJ K (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji bivariat masing-masing variabel
penelitian faktor risiko kejadian PJK
Variabel Wald p Exp
Umur 0,7115 1,7462 0,1864 2,0370
Riwayat
keluarga
1,3581 5,7854 0,0162 3,8889
Status gizi 0,8755 2,3889 0,1222 2,400
Kebiasaan
merokok
0,9086 3,3555 0,0470 2,4808
Aktivitas
fisik
-0,0755 0,0252 0,8738 0,9273
Riwayat
hipertensi
2,3353 12,2398 0,0005 10,3330

Dari uji bivariat didapat variabel yang
signifikan adalah: riwayat keluarga, kebiasaan
merokok, dan riwayat hipertensi. Variabel
riwayat diabetes dan hiperkolesterolemia tidak
dilakukan analisis karena pada masing-masing
variabel terdapat data yang tidak tercatat.

C. Analisis regresi logistik multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk
mengetahui pengaruh beberapa variabel secara
bersama-sama terhadap kejadian PJ K. Variabel
yang dianalisis adalah riwayat keluarga,
kebiasaan merokok dan riwayat hipertensi.
Dari seluruh variabel yang dianalisis
secara bersama dengan menggunakan analisis
multivariat regresi logistik dengan metode
Backward didapatkan bahwa variabel yang
bermakna terhadap kejadian PJ K adalah; riwayat
hipertensi, kebiasaan merokok, dan riwayat
keluarga (p <0,05). (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik multivariat
Variabel Wald p Exp ()
Riwayat
keluarga
1,13470 4,6714 0,0436 3,8460
Kebiasaan
merokok
1,2840 4,4704 0,0345 3,6111
Hipertensi 2,3344 11,2476 0,0008 10,3235
Constan -3,0427 18,7960 0,0000

Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa
hipertensi mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya PJK dengan tingkat kemaknaan (p)
sebesar 0,0008. Orang yang menderita hipertensi
mempunyai risiko terkena PJ K 10,3235 kali
dibanding orang yang tidak menderita hipertensi
(RP =10,3235 ).
Kebiasaan merokok merupakan faktor
risiko yang mempengaruhi terjadinya PJ K
dengan tingkat kemaknaan (p) sebesar 0,0345.
Orang yang mempunyai kebiasaan merokok
mempunyai risiko terkena PJ K 3,6111 kali
dibanding orang yang tidak mempunyai
kebiasaan merokok (RP =3,6111).
Riwayat keluarga mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya PJ K dengan tingkat
kemaknaan (p) sebesar 0,0436. Orang yang
mempunyai riwayat keluarga mempunyai risiko
terkena PJ K 3,8460 kali dibanding yang tidak
mempunyai riwayat keluarga (RP : 3,8460).






AnalisisFaktorRisikoPenyakitJantungKoronerPenderitaRawatJalan(1418)
FazidahA.Siregar,AchsanHarahap,danRasmaliah
17
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar penderita PJ K (78,6%) berusia
55 tahun, sedangkan usia < 55 tahun hanya
21,4%. Hal ini sesuai pendapat Askandar
Tjokroprawiro (1996) bahwa usia antara 40-60
tahun merupakan periode yang paling sering
mengalami PJ K, pria > 45 tahun dan wanita
pada usia setelah menopause yaitu usia > 45
tahun. Teori ini mendukung hasil penelitian di
mana proporsi penderita PJ K tertinggi pada
wanita (64,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan
sebagian besar penderita PJ K (50,0%)
mempunyai tingkat pendidikan SMP dan dari
pekerjaan kebanyakan penderita PJ K adalah
pensiunan PNS.
Umur merupakan faktor risiko PJ K di
mana penambahan usia akan meningkatkan
risiko terjadi PJ K. Hal ini berkaitan dengan
prevalensi aterosklerosis meningkat dengan
meningkatnya usia dan penyakit yang
merupakan faktor risiko PJ K yang lebih banyak
terdapat pada usia lanjut. Pada penelitian
didapati tidak ada hubungan signifikan umur
dengan PJ K. Hal ini dimungkinkan karena
proporsi penderita PJ K dan non PJ K lebih
banyak pada usia > 55 tahun.
Faktor familial dan genetika mempunyai
peranan bermakna dalam patogenesis PJ K. Pada
penelitian ini 35,7% penderita PJ K mempunyai
riwayat keluarga menderita penyakit jantung dan
hipertensi. Dari hasil uji bivariat didapatkan ada
hubungan bermakna riwayat keluarga dengan
kejadian PJ K dengan tingkat kemaknaan (p) =
0,0162. Dari hasil analisis multivariat
didapatkan faktor riwayat keluarga tetap
bermakna. Dengan demikian riwayat keluarga
secara bersama dengan faktor lain turut
berpengaruh terhadap terjadinya PJ K. Risiko
terkena PJ K pada orang yang mempunyai
riwayat keluarga 3,8 kali dibanding yang tidak
mempunyai riwayat keluarga. Hal ini sesuai
penelitian Hariri (1997) yang mendapatkan
risiko terkena PJ K pada orang yang mempunyai
riwayat keluarga 2,36 kali dibandingkan yang
tidak mempunyai riwayat keluarga.
Obesitas berperan pada pembentukan
aterogenesis dan meningkatkan frekuensi
hipertensi, hiperlipidemia, intoleransi glukosa
dan penyakit jantung koroner. Penelitian
Framingham mendapatkan hubungan bermakna
obesitas dan kematian mendadak. Dampak
obesitas terhadap PJ K lebih besar pada pria
daripada wanita. Pada penelitian ini tidak
didapati hubungan bermakna riwayat keluarga
dengan PJ K. Hal ini kemungkinan proporsi
penderita lebih banyak pada wanita sedangkan
peran obesitas terhadap PJ K pada wanita lebih
kecil. Penelitian epidemiologi menunjukkan ada
hubungan antara merokok dan infark miokard
dan kematian akibat PJ K. Efek utama merokok
yang berperan adalah efek nikotin yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung serta desaturasi Hb
oleh karbon monoksida (CO) yang
menyebabkan gangguan difusi O
2
ke otot
jantung sehingga konsumsi O
2
menurun yang
dapat berakibat terjadi infark miokard. Hasil
penelitian mendapatkan 42,9% penderita PJ K
mempunyai kebiasaan merokok. Dari hasil uji
bivariat didapat ada hubungan kebiasaan
merokok dengan kejadian PJ K dengan tingkat
kemaknaan (p) = 0,0670. Dari analisis
multivariat faktor kebiasaan merokok tetap
bermakna. Dengan demikian kebiasaan merokok
berpengaruh terhadap terjadinya PJ K dan risiko
terkena PJ K pada yang merokok 3,6 kali
dibanding yang tidak merokok pada yang
merokok. Hal ini sesuai penelitian Erawan dan
Yohanes (1997) yang mendapatkan risiko
terkena PJ K pada yang merokok 1,84 kali
dibandingkan yang tidak merokok.
Aktivitas fisik sangat erat hubungannya
dengan pencegahan terjadinya PJ K melalui
pengendalian faktor risiko seperti hipertensi,
kegemukan dan diabetes serta meningkatkan
HDL kolesterol. Pada penelitian ini hampir
sebagian besar penderita PJ K melakukan
aktivitas fisik yaitu sebesar 42,9% dan dari
analisis regresi logistik bivariat didapat tidak
ada hubungan bermana aktivitas fisik dengan
kejadian PJ K. Hal ini berbeda dengan penelitian
Erawan dan Yohanes (1997) yang mendapatkan
risiko terkena PJ K pada yang tidak melakukan
aktivitas fisik 1,84 kali dibanding yang
melakukan aktivitas fisik.
Hipertensi sistolik dan diastolik
berpengaruh pada terjadinya PJ K dan
merupakan faktor risiko penting untuk
terjadinya PJK. Hipertensi cenderung bersama
dengan faktor risiko lain akan meningkatkan
kemungkinan terjadi PJ K. Pada penelitian ini
didapatkan 89,3% penderita PJ K mempunyai
riwayat menderita hipertensi. Dari analisis

AnalisisFaktorRisikoPenyakitJantungKoronerPenderitaRawatJalan(1418)
FazidahA.Siregar,AchsanHarahap,danRasmaliah

18
regresi logistik bivariat didapatkan ada
hubungan riwayat menderita hipertensi dengan
kejadian PJ K dengan tingkat kemaknaan (p) =
0,0005. Dari hasil analisis multivariat faktor
riwayat hipertensi tetap bermakna. Dengan
demikian faktor riwayat hipertensi secara
bersama dengan faktor lain turut berpengaruh
terhadap terjadinya PJ K. Risiko terkena PJ K
pada yang menderita hipertensi 10,3 kali
dibanding yang tidak menderita hipertensi. Hal
ini sesuai penelitian Erawan dan Yohanes
(1997) mendapatkan risiko terkena PJ K pada
yang menderita hipertensi sebesar 2,98 kali.

KESIMPULAN

1. Proporsi penderita PJ K dan non PJ K pada
usia 55 tahun lebih besar dibanding
usia < 55 tahun.
2. Penderita PJ K dengan riwayat keluarga
sebesar 35,7 %.
3. Penderita PJ K yang menderita hipertensi
sebesar 89,3 %.
4. Penderita PJ K mempunyai kebiasaan
merokok sebesar 42,9 %.
5. Riwayat keluarga, kebiasaan merokok dan
riwayat menderita hipertensi mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya PJ K.

SARAN

Dalam upaya menekan angka kejadian
PJ K maka kegiatan penyuluhan pada masyarakat
perlu lebih ditingkatkan terutama bagi yang
mempunyai faktor risiko agar dapat melakukan
tindakan pencegahan sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Askandar Tjokroprawiro, 1992. Resistansi
Insulin sebagai Faktor Risiko Penyakit
J antung Koroner. Medika; No 11,
th.18: 45-56.
Darmojo R. Boedhi, 1998. Pola Konsumsi
Makan dan Penyakit Kardiovaskular.
Medika No.1 tahun XXIV: 33-37.
Kaplan S. 1994. Pencegahan Penyakit Jantung
Koroner, Penatalaksanaan Praktis
Faktor Risiko. EGC. J akarta.
Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia
di Indonesia, 1995. Forum Studi
Aterosklerosis dan Penyakit Vaskuler
Indonesia.
Krisyanto Y, 1996. Pendekatan Terpadu
Peyakit jantung Koroner. Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia: tahun
XXIV No 10: 688-691
Profil Kesehatan Sumatera Utara 2000, 2000.
Kanwil Departemen Kesehatan RI
Sumatera Utara, Medan.
Yuniarti SI, 1999. Penyakit Tidak Menular di
Indonesia dan Pengendaliannya.
Medika No 11. tahun XX : 732- 736.
Yuniarti SI, 2000. Epidemiologi Penyakit
jantung Koroner. Medika No 5 tahun
XXVI: 307313.
Zainuddin, 1999. Metodologi Penelitian.
Surabaya Airlangga Press, 88-90.

You might also like