Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Kolaborasi Multipihak pada Program Pengembangan Kawasan Perikanan (Minapolitan) di Kabupaten Luwu Timur (Multiparty Collaboration in the Fishery

Region Development Programme (Minapolitan) in East Luwu Regency)

Mirah Muthmainnah Mujahid, Darmawan Salman and M. Abduh Ibnu Hajar

ABSTRACT The study is devoted to describing the multiparty collaboration in the fishery region development programme (Minapolitan) in East Luwu Regency and its effects on the stakeholders and the community involved. It is a qualitative study with qualitative descriptive analysis method. The study reveals that 1) the coordination among the government stakeholders occurs due to the similarity in their basic goals. Coordination runs through central, provincial, and regency coordination meetings; 2) the characteristics of (a) diversity is that there are various stakeholders, problems, interests, conributions, vision, mission, objectives, and targets of every stakeholder, (b) mutual interdependence on the contribution provided by each party which are complementary of each other in reaching the shared goals, (c) Authentic dialogues occur in the forms of coordination meetings in the central, provincial, and regency internal levels, and through non formal channel. 3) The multiparty collaboration has an influence of the establishment of mutual ralationship, reciprocal learning, signifying communal identity, and innovation. 4) it also has an influence on the improvement of income and capacity of the fishermen/farmers, yet not strong enough to influence participation level and to strengthen fishermens/farmers institution. Keywords : Multi-stakeholder Collaboration, Stock stakeholders

ABSTRAK Tujuan umum dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan kolaborasi multipihak pada Program Pengembangan Kawasan Perikanan (Minapolitan) di Kabupaten Luwu Timur, serta efeknya terhadap stakeholder dan masyarakat yang terlibat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode Analisis deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Koordinasi antara kelompok stakeholder pemerintah terjadi karena adanya kesaman tujuan dasar diantara mereka. Koordinasi berjalan melalui Rapat Koordinasi Pusat, Provinsi dan Intern Kabupaten.(2) Karakteristik dari (a) Keberagaman, yaitu ada beragam stakeholder, masalah, kepentingan, kontribusi, visi, misi, tujuan serta sasaran dari masing-masing stakeholder, (b) Saling ketergantungan dalam bentuk saling tergantung pada kontribusi yang diberikan oleh masingmasing pihak, dimana satu sama lain saling menunjang dan melengkapi dalam pencapaian tujuan bersama (c) Dialog otentik dilakukan dalam bentuk Rapat Koordinasi Pusat, Provinsi, intern Kabupaten serta jalur non formal via telepon. (3) Kolaborasi multipihak berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan timbal balik, saling belajar,Pemaknaan dan Identitas Bersama, serta Inovasi. (4) Kolaborasi multipihak berpengaruh pada Peningkatan Pendapatan dan Peningkatan kapasitas nelayan/petani, namun belum cukup berpengaruh terhadap tingkat partisipasi serta penguatan kelembagaan nelayan/petani. Kata Kunci : Kolaborasi Multipihak, Efek stakeholder

Latar Belakang Program Pengembangan Kawasan Perikanan (Minapolitan) merupakan salah satu Program Pemerintah yang dicanangkan sejak Tahun 2007 untuk mengatasi masalah kemiskinan di wilayah pesisir. Salah satu sasaran dari program Minapolitan adalah Pemberdayaan masyarakat pelaku minabisnis sehingga mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditas perikanan, yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha minabisnis yang efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan. Salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai lokasi Program Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan (Minapolitan) adalah Kabupaten Luwu Timur, daerah ini sangat potensial dengan sumberdaya lautnya. Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur telah berjalan kurang lebih 3 (tiga) tahun, pada tahun 2008 berupa kegiatan pembuatan perencanaan kawasan, sedangkan pelaksanaan perencanaan berupa kegiatan pembangunan sarana dan prasarana, pendampingan dan sekolah lapang bagi kelompok pembudidaya, pelatihan, penyuluhan, dan pembinaan, pemberian bantuan, dan lain lain baru mulai dilaksanakan pada tahun berikutnya sampai sekarang. Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur sejatinya hanya dapat berhasil bila koordinasi dan kerjasama antar pelaku pembangunan kawasan pesisir dan masyarakat nelayan dapat berjalan dengan baik. Dalam pengamatan awal pada Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur terdapat kecenderungan dominasi oleh stakeholder non-masyarakat seperti instansi pemerintahan pusat, provinsi dan daerah dalam pelaksanaan kegiatan pokok program minapolitan, program ini juga lebih bersifat derma (charity) dibandingkan upaya upaya mendayagunakan potensi sumberdaya faktor faktor internal di masyarakat, hal ini sangat bertolak belakang dengan sasaran, strategi serta arah pengembangan kawasan yang intinya adalah memberdayakan masyarakat nelayan sesuai pedoman umum pelaksanaan pengembangan kawasan minapolitan, masalah lain yang muncul kemudian adalah terdapat infrastruktur yang telah dibangun namun tidak digunakan oleh masyarakat secara optimal. Merujuk pada tahap-tahap yang ada pada proses pemberdayaan, maka pada program ini ada indikasi bahwa pada tahap persiapan sosial (social preparation) masyarakat nelayan kurang dilibatkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pada Program Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur keterkoordinasian seluruh kegiatan antar pelaku dalam mendorong keberdayaan masyarakat lemah, masing-masing pihak seperti berjalan sendiri-sendiri dalam melaksanakan kegiatannya yang dapat berdampak pada tumpang tindihnya kegiatankegiatan pembangunan yang ada serta tidak efisien dan efektif dalam mencapai tujuan program seperti yang diharapkan. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, dimana hasil penelitian ini dideskripsikan secara jelas dan terperinci yaitu memberikan gambaran secara komprehensif tentang Kolaborasi multipihak pada program pengembangan kawasan perikanan (Minapolitan) di Kabupaten Luwu Timur, khususnya mengenai Koordinasi dalam stakeholder pemerintahan, karakteristik keberagaman, saling ketergantungan dan dialog otentik yang membangun kolaborasi serta pengaruh kolaborasi terhadap Peningkatan Pendapatan nelayan/petani, peningkatan kapasitas nelayan/petani, tingkat partisipasi serta penguatan kelembagaan nelayan/petani. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang Kolaborasi Multipihak pada pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur. Adapun informan kunci yang diwawancarai adalah : Kasubdit bidang Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan dari Kospermindo dan Celebes Seaweed Group serta Masyarakat nelayan/petani dari 7 (tujuh) pokdakan di Kecamatan Malili, Angkona, Burau dan Wotu Kabupaten Luwu Timur, dll.

Hasil Penelitian A. Koordinasi Stakeholder Pemerintah yang berkolaborasi Dalam Program Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur Telah dilakukan penelitian terhadap koordinasi pada pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan (Minapolitan) di kabupaten Luwu Timur, dengan melakukan wawancara mendalam pada beberapa informan dari instansi/dinas terkait tentang pelaksanaan koordinasi tersebut. Adapun hasil penelitian dan pembahasannya sebagaimana diuraikan berikut dibawah ini: A.1. Kesamaan Tujuan dan Kesamaan Gerak Dalam pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur terdapat beberapa instansi atau pihak yang terlibat. Masing-masing pihak memiliki tujuannya sendiri-sendiri. Walaupun sekilas terlihat bahwa masing-masing pihak sepertinya memiliki tujuan yang berbedabeda namun apabila kita lihat dengan seksama maka akan terlihat keterkaitan antara tujuan mereka masing-masing. Keterkaitan tujuan antara satu instansi dengan instansi lainnya terletak pada tujuan dasarnya yaitu bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (kaum nelayan/petani) yang juga merupakan tujuan utama dari Program Minapolitan yang diusung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dengan adanya kesamaan tujuan dari multipihak tersebut maka dari berbagai instansi/dinas tersebut dapat saling bekerja sama dalam mencapai tujuan. Dibutuhkan kerjasama antara pihakpihak yang berkepentingan sehingga pelaksanaan program yang bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kaum nelayan/petani ini dapat terwujud. Pihak pihak dengan spesialisasi masing-masing saling bantu dan bekerja sama dalam memberikan kontribusinya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kaum nelayan. Pada pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur Kesamaan tujuan dari seluruh stakeholder yang terlibat adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan atau petani, kesamaan gerak telah terbentuk diantara pihak-pihak yang terkait dengan memberikan kontribusi dalam arah dan gerak yang selaras dan terpadu antara satu pihak dengan pihak lainnya menuju terwujudnya tujuan bersama. C.2. Proses Koordinasi Dalam pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur, dialog/komunikasi diantara pihak-pihak yang saling terkait diatas dilaksanakan dengan berbagai macam cara. Pada awal dilaksanakan program ini misalnya terjalin komunikasi yang intens antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian Kelautan dan Perikanan menyadari bahwa untuk mewujudkan sebuah kawasan minapolitan tidak dapat dilakukan sendiri, dibutuhkan pihak lain dengan spesialisasi masing-masing untuk ikut berpartisipasi sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien. Dialog atau komunikasi terjadi dalam rapat koordinasi pusat dan rapat koordinasi provinsi sedangkan untuk internal dinas atau instansi di Kabupaten Luwu Timur dialog atau komunikasi berjalan pada saat rapat bersama di kantor bupati atau di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Timur. B. Karakteristik dari Keberagaman, Saling Ketergantungan, dan Dialog Otentik dalam Kolaborasi Multipihak pada Program Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur Telah dilakukan penelitian terhadap proses kolaborasi pada pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan (Minapolitan) di kabupaten Luwu Timur, dengan melakukan wawancara mendalam pada beberapa informan dari instansi/dinas terkait tentang pelaksanaan kolaborasi tersebut. Adapun hasil penelitian dan pembahasannya sebagaimana diuraikan berikut dibawah ini: B.1. Karakteristik Keberagaman pada Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur. Karakteristik keberagaman pada pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur dapat kita lihat dari beragamnya stakeholder yang terlibat didalamnya. Pada kelompok stakeholder pemerintah terdapat Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pekerjaan

Umum, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Luwu Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Timur, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Timur. Adapun dalam kelompok stakeholder non pemerintah terdapat PT. INCO. Tbk, KOSPERMINDO, dan Celebes Seaweed Group. Dengan beragamnya stakeholder yang terlibat maka beragam pula visi, misi tujuan, sasaran, kepentingan dan kontribusi yang harus diorganisir ke arah pencapaian tujuan berdasarkan atas peran dan tanggung jawab masing-masing pihak. B.2. Karakteristik Saling Ketergantungan pada Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur. Karakteristik saling ketergantungan pada pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur dapat kita lihat dari apa kepentingan pihak yang satu dengan pihak yang lain, serta apa kontribusi dari masing-masing pihak yang terlibat itu sendiri. Kontribusi yang dapat diberikan oleh stakeholder pemerintah dan non pemerintah pada umumnya sangat terbatas, untuk itu antara satu dengan yang lainnya ada saling ketergantungan untuk dapat seoptimal mungkin mewujudkan tujuan bersama yaitu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan/petani. Karakteristik dari saling ketergantungan dapat kita bedakan menjadi tiga kelompok yaitu saling ketergantungan antara stakeholder pemerintah dan non pemerintah, kemudian saling ketergantungan pihak-pihak dalam stakeholder pemerintahan itu sendiri serta tentu saja saling ketergantungan pihak-pihak dalam stakeholder non pemerintah. Adapun hasil penelitian terhadap karakteristik saling ketergantungan yang membentuk kolaborasi multipihak pada Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan antara stakeholder pemerintah dan non pemerintah b. Saling ketergantungan dalam stakeholder pemerintah c. Saling ketergantungan dalam stakeholder non pemerintah B.3. Karakteristik Dialog Otentik pada Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur. Berdasarkan keberagaman dan saling ketergantungan antara pihak-pihak yang terlibat maka dibutuhkan dialog otentik untuk menyatupadukan dan menyelaraskan berbagai gerak dan fungsi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan berjalannya sebuah dialog otentik maka diharapkan semua pihak yang terlibat kemudian dapat bergerak sebagai sebuah sistem, dengan metode kerja yang adaptif untuk pencapaian kinerja yang lebih baik. Dalam Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur pihakpihak yang terlibat, melakukan dialog atau komunikasi lewat Rapat Koordinasi Pusat, Rapat Koordinasi Provinsi, Monitoring dan Evaluasi ke Kabupaten Luwu Timur atau lewat percakapan telepon. C. Efek Kolaborasi Multipihak pada Program Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur Terhadap Terbentuknya Hubungan Timbal Balik, Pemaknaan dan Identitas Bersama, Saling Belajar serta Kreativitas dan Inovasi diantara PihakPihak Yang Terlibat. C.1. Hubungan timbal balik Dari hasil wawancara terhadap informan diketahui bahwa hubungan timbal balik antar stakeholder dalam Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur terbentuk. Hubungan timbal balik ini secara otomatis dihasilkan atas adanya kesadaran bahwa adalah sesuatu yang sangat sulit untuk mewujudkan tujuan bersama tanpa adanya kerjasama dengan pihak lain atau ada saling ketergantungan diantara pihak-pihak tersebut mengingat adanya perbedaan spesialisasi dan fungsi dari masing-masing pihak yang terlibat selain keterbatasab dalam sumberdaya tentu saja sehingga kerjasama jelas sangat diperlukan dalam pelaksanaan Program ini.

Hubungan Timbal Balik yang terbentuk dapat dilihat pada kolaborasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Timur yang mengadakan Pelatihan Metode Budidaya Rumput Laut kepada petani, kemudian oleh PT. INCO Tbk para petani tersebut diberikan bantuan modal untuk produksi rumput laut. Rumput laut yang dihasilkan oleh petani meningkat secara kualitas dan kuantitas, Celebes Seaweed Group membeli hasil panen tersebut untuk keperluan perdagangan dalam dan luar negeri mereka dengan harga yang pantas. Celebes Seaweed Group menyewa gudang rumput laut yang telah dibangun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu Timur untuk menampung rumput laut yang dibeli, petani dengan mudah membawa hasil panen mereka ke gudang tersebut untuk dijual karena adanya pembangunan jalan dari dan menuju gudang oleh Dinas Pekerjaan Umum Kab. Lutim. Masing-masing pihak mendapatkan keuntungan dengan adanya kolaborasi dalam bentuk kontribusi yang diberikan, dimana hal ini sulit terjadi apabila masing-masing pihak bekerja sendirisendiri sehingga hubungan timbal balik antar pihak-pihak yang terkait tidak terbentuk. C.2. Pemaknaan dan Identitas bersama. Dialog yang mempertemukan keseluruhan stakeholder yang terlibat dalam Program Minapolitan belum pernah terjadi maka informasi tentang apa yang menjadi tujuan, kepentingan serta bentuk kontribusi masing-masing pihak tidak dapat diketahui secara baik dan menyeluruh oleh seluruh stakeholder yang terlibat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam pelaksanaan Program Minapolitan . Masing-masing stakeholder mengacu pada Masterplan Minapolitan tanpa berkoordinasi mengenai mana kegiatan yang merupakan kegiatan prioritas sehingga kemudian masih terjadi perbedaan persepsi tentang kegiatan mana yang harus didahulukan khususnya untuk kegiatan yang pengerjaannya sangat bergantung pada penyelesaian kegiatan lain yang dilaksanakan pihak yang berbeda. Masterplan Kawasan Minapolitan Mangbotu Malili ini yang menjadi acuan oleh stakeholder dalam melaksanakan Program Minapolitan sehingga setiap kegiatan yang mereka laksanakan masih dalam rangka pencapaian tujuan bersama serta sesuai dengan spesialisasi dan fungsi masing-masing sebagaimana telah tercantum dalam Masterplan sehingga kegiatan masingmasing stakeholder tidak keluar dari koridor untuk mewujudkan kawasan minapolitan mangbotu malili. Dari hasil penelitian diketahui bahwa identitas bersama diantara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur telah terbentuk yaitu Kelompok Satuan Kerja Minapolitan Mangbotu Luwu Timur. Dalam Pelaksanaan Program Minapolitan dialog berjalan dalam bentuk rapat-rapat koordinasi dan percakapan via telepon namun Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan oleh pihakpihak terkait selama ini cenderung mengacu pada masterplan minapolitan mangbotu yang dibuat Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, pada kenyataannya masih terjadi perbedaan persepsi mengenai kegiatan mana yang merupakan prioritas khususnya antara pihak Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten, hal ini yang kemudian menyebabkan terjadi masalah dalam pelaksanaan suatu kegiatan misalnya kegiatan pembangunan jalan tani di Desa lakawali dan desa Lampenai. Dalam pelaksanaan Program Minapolitan khususnya untuk stakeholder dalam Pemerintahan Kabupaten Luwu Timur tidak menemui banyak kendala, hal ini terjadi karena diantara mereka telah terbentuk kesamaan persepsi pada saat penyusunan Masterplan Minapolitan yang memang merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah. Secara keseluruhan Pemaknaan bersama terbentuk karena adanya Masterplan Minapolitan Mangbotu Maili yang menjadi acuan masing-masing pihak dalam melaksanakan kegiatannya. Dialog yang dilasanakan juga ikut membantu terbentuknya pemaknaan bersama walaupun kemudian masih ditemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan program. C.3. Saling belajar Dari hasil wawancara dengan beberapa informan terkait diketahui bahwa proses belajar terbentuk dari kolaborasi multipihak dalam pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur, yaitu dalam bentuk para ahli yang membawakan materi dalam rapat koordinasi baik pusat

atau provinsi serta pertukaran informasi antar peserta rapat koordinasi. Kesempatan untuk pihak Pemerintah Kabupaten memberikan informasi tentang pelaksanaan Program Minapolitan di daerah masing-masing, terutama apa kendala dan masalah yang dihadapi belum optimal mengingat banyaknya peserta yang mengikuti rapat koordinasi tersebut sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas. C.4. Inovasi Dari hasil observasi dilapangan kemudian terlihat bahwa inovasi terbentuk dari proses kolaborasi pada pelaksanaan Program Minapolitan. Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa untuk menyelesaikan masalah rantai penjualan yang panjang dan kemudian merugikan petani/nelayan maka digandenglah pihak pembeli rumput laut dalam hal ini Kospermindo dan Celebes Seaweed Group. Namun untuk kemudian Kospermindo dan Celebes Seaweed Group mau membeli hasil produksi rumput laut petani maka kualitas dari produksi rumput laut yang dihasilkan harus sesuai dengan yang mereka inginkan. Kemudian PT. INCO Tbk memberikan pelatihan budidaya rumput laut dengan menghadirkan tenaga-tenaga ahli rumput laut yang dapat memberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai cara/metode budidaya yang baik, kegiatan pelatihan ini juga melibatkan secara langsung pihak pembeli/pabrik dalam hal ini Kospermindo sehingga para petani dapat meningkatkan produksi dengan standar kualitas yang diinginkan oleh pabrik. D. Efek Kolaborasi Multipihak dalam Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur terhadap Tingkat Partisipasi, Peningkatan Pendapatan, Peningkatan Kemampuan dan Penguatan Kelembagaan Masyarakat D.1. Tingkat Partisipasi Tahap Perencanaan Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur dapat digolongkan sebagai partisipasi konsultatif. Untuk pembuatan masterplan kawasan minapolitan, pihak Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Luwu Timur melakukan penggalian informasi tentang kebutuhan masyarakat. Penggalian informasi dilaksanakan dengan mengundang masyarakat untuk hadir pada musyawarah tingkat desa. Masyarakat yang hadir kemudian mengemukakan apa yang menjadi kebutuhan mereka namun keputusan tetap berada ditangan pemerintah karena masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tahap Pelaksanaan Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur dapat digolongkan sebagai partisipasi material, karena partisipasi masyarakat dapat kita lihat dari keikutsertaan masyarakat pada kegiatan-kegiatan dalam Program Minapolitan. Dalam Kegiatan Pembangunan atau Peningkatan jalan tani, partisipasi masyarakat terlihat dari kerelaan mereka memberikan sebagian tanah mereka untuk dijadikan badan jalan tanpa meminta ganti rugi yang memang tidak disediakan oleh pihak pemerintah. Partisipasi masyarakat juga terlihat pada keikutsertaan mereka pada kegiatan Pembinaan atau Pendampingan atau penyuluhan tentang komoditi rumput laut, ikan bandeng, udang atau kepiting. Pada kegiatan tersebut masyarakat berperan sebagai peserta. Keikutsertaan mereka bukan atas inisiatif sendiri, melainkan atas undangan yang dikirimkan oleh pihak pemerintah.

D.2. Peningkatan Pendapatan Kolaborasi multipihak pada Pelaksanaan Program Minapolitan di Kabupaten Luwu Timur berpengaruh terhadap Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan. Sebelum rumput laut merupakan komoditi yang tidak begitu banyak dibudidayakan oleh nelayan/petani. Hal ini disebabkan antara lain: harga jual rumput laut yang rendah yang salah satu penyebabnya adalah kualitas rumput laut yang dihasilkan masih dibawah standar kualitas yang ditetapkan oleh pabrik.

Pada saat Program Minapolitan masuk kemudian Pemerintah Kabupaten menyadari bahwa bantuan yang paling perlu diberikan untuk nelayan/petani di Kabupaten Luwu Timur adalah pengetahuan tentang metode budidaya rumput laut yang baik dan benar serta solusi untuk masalah rantai penjualan yang panjang dan merugikan petani. Apabila kedua hal ini telah dapat diatasi maka bantuan berupa sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan akan sangat bermanfaat. Setelah Petani mengetahui metode budidaya rumput laut dan penanganan pasca panen yang baik, harga jual rumput laut mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kualitas rumput laut yang dihasilkan petani serta dapat dipangkasnya mata rantai penjualan rumput laut, semangat petani untuk melakukan budidaya rumput laut telah bangkit kembali. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya petani tambak yang bekerja secara berkelompok untuk melakukan budidaya rumput laut sehingga terjadi penambahan luasan areal budidaya rumput laut yang berdampak pada peningkatan jumlah hasil panen atau produksi rumput laut. D.3. Peningkatan Kapasitas Pelaksanaan Program Minapolitan berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas/kemampuan nelayan/petani. Hal ini dapat kita lihat khususnya pada kualitas rumput laut yang dihasilkan para petani. Salah satu jenis bantuan dalam Program Minapolitan adalah pendampingan /sosialisasi /pembinaan /study lapang yang merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas/pengetahuan nelayan/petani dalam hal budidaya komoditi rumput laut/ikan bandeng/udang/kepiting. Sebelum pelaksanaan program minapolitan, petani rumput laut menjual rumput laut mereka dalam keadaan basah dan dengan kualitas rendah karena dipanen pada saat rumput laut berumur 30-35 hari. Setelah Program Minapolitan berjalan, Mereka mulai mengetahui metode budidaya rumput laut yang baik mulai dari tahap persiapan, kemudian tahap penyediaan bibit. Panen rumput laut dilakukan setelah mencapai umur 45 hari yang dihitung 1 (satu) minggu setelah dilakukan penebaran bibit kedalam tambak. Penanganan pasca panen juga telah berubah, Rumput laut yang sudah dipanen dicuci terlebih dahulu sebelum dijemur keesokan harinya. Dengan peningkatan kemampuan petani rumput laut dalam hal metode budidaya dan perlakuan pasca panen, maka hasil panen rumput laut mereka sekarang sudah dapat dijual kepada pihak-pihak tersebut dengan harga yang pantas untuk keperluan perdagangan dalam dan luar negeri mereka. D.4. Penguatan Kelembagaan Diketahui bahwa penguatan kelembagaan telah terbentuk, Bentuk penguatan atas kelembagaan nelayan/petani pada Program Minapolitan diberikan dalam bentuk peningkatan kapasitas antara lain pendampingan, pembinaan, sosialisasi dan lain lain. Namun demikian motivasi sebagian besar kelompok yang terbentuk adalah untuk mendapatkan bantuan. selain itu sebuah organisasi yang dapat menjadi wadah kelompok-kelompok nelayan/tani belum terbentuk padahal keberadaan organisasi ini sangat penting untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan nelayan/petani. Masih dibutuhkan penguatan kelembagaan yang dapat membawa masyarakat nelayan/petani menyadari akan kebutuhan mereka terorganisir dalam satu lembaga yang dapat membawa perubahan yang lebih baik dalam kehidupan mereka karena dapat memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak dan kepentingan mereka. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Koordinasi antara kelompok stakeholder pemerintah terjadi karena adanya kesaman tujuan diantara mereka. Koordinasi berjalan melalui Rapat Koordinasi Pusat, Provinsi dan Intern Kabupaten Luwu Timur, Walaupun Koordinasi telah dilaksanakan namun masih terjadi beberapa masalah.(2) Karakteristik dari (a) Keberagaman, yaitu ada beragam stakeholder, masalah, kepentingan, kontribusi, visi, misi, tujuan serta sasaran dari masing-masing stakeholder, (b) Saling ketergantungan dalam bentuk saling tergantung pada kontribusi yang diberikan oleh masing-masing pihak, hal ini terjadi karena adanya perbedaan

spesialisasi dan fungsi serta keterbatasan sumberdaya dari masing-masing stakeholder, (c) Dialog otentik dilakukan dalam bentuk Rapat Koordinasi Pusat, Provinsi, intern dalam Pemerintah Kabupaten Luwu Timur serta jalur non formal via telepon, pertemuan yang melibatkan keseluruhan stakeholder yang mendukung pelaksanaan Program belum pernah terlaksana. (3) Kolaborasi multipihak berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan timbal balik, saling belajar,Pemaknaan dan Identitas Bersama, serta Inovasi. (4) Kolaborasi multipihak berpengaruh pada Peningkatan Pendapatan dan Peningkatan kapasitas nelayan/petani, namun belum cukup berpengaruh terhadap tingkat partisipasi serta penguatan kelembagaan nelayan/petani. Saran Sebaiknya dibentuk kelompok Kerja Minapolitan Mangbotu Malili yang didalamnya terdiri dari seluruh stakeholder yang terkait dalam Program Minapolitan baik stakeholder pemerintah, non pemerintah dan masyarakat sendiri untuk kemudian bersama-sama melaksanakan dialog/komunikasi yang otentik agar proses kolaborasi dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Daftar Pustaka Abidin, I. 2009. Analisis Pendapatan Petani Minapadi di Kab. Gowa (Studi Kasus Desa Pakatto), Makassar. UNHAS. Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Timur. 2009. Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Timur. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan. Jakarta. Innes, J and Booher, D. 2003. "Collaborative Policymaking: Governance Through Dialogue." In Deliberative Policy Analysis: Understanding Governance in the Network Society. Edited by Maarten A. Hajer and Hendrik Wagenaar. Cambridge University Press. Cambridge, UK.

You might also like