Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

SGD 1

LBM 4
WAJAH PEROT

STEP 1
STEP 2
Mengapa wajah nya perot?
Apa hubungan wajah perot dgn mengendarai mobil dengan jendela terbuka?
Apakah ada hubungan nya dgn stroke?
Mengapa dahi sisi kiri tdk dpt dikerutkan, mata kiri tdk dpt menutup dan mulut
tertarik kesebelah kanan??
STEP 3
Mengapa wajah nya perot?
Jawab:
Apa hubungan wajah perot dgn mengendarai mobil dengan jendela terbuka?
Jawab:
Apakah ada hubungan nya dgn stroke?
Jawab:
Mengapa dahi sisi kiri tdk dpt dikerutkan, mata kiri tdk dpt menutup dan mulut
tertarik kesebelah kanan??
Jawab :

BELLS PALSY
Definisi
o Bells Plasy is the acute onset of an isolated facial paralysis of the
peripheral type. Facial paralysis is a disfiguring disorder that has a great
impact on the patient.
o Facial nerve paralysis may be congenital or neoplastic or may result from
infection, trauma, toxic exposures, or iatrogenic causes. The most
common cause of unilateral facial paralysis is Bell palsy, more
appropriately termed idiopathic facial paralysis (IFP). Bell palsy is an
acute, unilateral, peripheral, lower-motor-neuron facial-nerve paralysis
that gradually resolves over time in 80-90% of cases.
o Bell's palsy is either weakness or paralysis of the muscles on one side of
the face due to malfunction of the facial nerve. It usually starts suddenly -
somebody can wake up in the morning and find that one side of the face
does not move. Sometimes one eyelid may be affected, meaning that the
patient is unable to blink properly from one eye.
Anatomi n. Fasialis
o Inti motoric n.VII di bagian ventrolateral tegmentum pontis. Akarnya
menuju dorsomedial lalu melingkari inti nervus VI dan membelok ke
ventrolateral kembali meninggalkan permukaan lateral pons.
o Bersama n. VIII dan n. intermedius masuk ke dalam liang os. Petrosum
lewat meatus aksutikus internus.
o N. VII keluar daro os petrosum dan tiba di kavum timpani, lalu turun dan
sedikit membelok ke belakang dan keluar dari tengkorak lewat foramen
stylomastoideum.
o Saat turun ke bawah dan membelok ke belakang di cavum timpani, n.VII
akan bergabung dengan ganglion genikulatum.
o Liang os petrosum yang dilewati n.VII disebut aquaductus Fallopi atau
kanalis fasilais.
o Sabagai saraf motoric, n. VII keluar dari foramen stylomastoideum dan
membrikan cabang2 pada otot stilohioid dan venter posterior m.
digastrikus dan otot oksipitalis.
o Pangkal sisanya menuju ke galnadula parotis dan bercabang mensarafi
otot wajah dan platisma.


o




Etiologi
o The etiology Bells Plasy is unknown, but the disease is believed to be the
result of a viral infection involving the geniculate ganglion. It is possible
that some causes are due activation of a latent herpes simplex infections.
o Controversy surrounds the etiology and treatment of Bell palsy. The
cause of Bell palsy remains unknown, though it appears to be a
polyneuritis with possible viral, inflammatory, autoimmune, and ischemic
etiologies. Increasing evidence implicates herpes simplex type I and
herpes zoster virus reactivation from cranial-nerve ganglia
I) Kongenital
1.anomali kongenital (sindroma Moebius)
2.trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.)
II) Didapat
1.trauma
2.penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
3.proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll.)
4.proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus)
5.infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll.)
6.sindroma paralisis n. fasialis familial
Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan BP antara lain : sesudah
bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai,
hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler,
gangguan imunologik dan faktor genetik

Patofisiologi
Hingga kini belum ada pesesuaian pendapat. Teori yang dianut saat ini yaitu
teori vaskuler. Pada BP terjadi iskemi primer n. fasialis yang disebabkan oleh
vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding
kanalis fasialis. Sebab vasodilatasi ini bermacam-macam, antara lain : infeksi
virus, proses imunologik dll. Iskemi primer yang terjadi menyebabkan
gangguan mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan iskemi sekunder
dengan akibat gangguan fungsi n. fasialis(5,6). Terjepit-nya n. fasialis di
daerah foramen stilomastoideus pada BP ber- sifat akut oleh karena foramen
stilomastoideus merupakan Neuron Lesion bangunan tulang keras. Perubahan
patologik yang ditemukan pada n. fasialis sbb. :
o Tidak ditemukan perubahan patologik kecuali udem
o Terdapat demielinisasi atau degenerasi mielin.
o Terdapat degenerasi akson
o Seluruh jaringan saraf dan jaringan penunjang rusak
Perubahan patologik ini bergantung kepada beratnya kompresi atau strangulasi
terhadap n. fasialis

Manifestasi klinik (berdasarkan letak lesidi foramen stilomastoideus)
o The remaining 15 % show some loss of function, including persistent
facial weakness, facial spasm, excess lacrimation ( crocodile tears )
caused regenartion and passage of axons destined for the salivary gland
to the lacrimal gland.
o Ageusia ( tidak bisa mengecap dengan2/3 bagian depan lidah ) jika lesi
di MAI
o The main symptom of Bell's palsy is a sudden weakness or paralysis in
one side of your face that causes it to droop. This may make it hard for
you to close your eye on that side of your face.
o Other symptoms include:
Drooling.
Eye problems, such as excessive tearing or a dry eye.
Loss of ability to taste.
Pain in or behind your ear.
Numbness in the affected side of your face.
Increased sensitivity to sound.
Faktor resiko
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan utama pasien
Rasa lemah di sebagian sisi dan disertai adanya rasa nyeri pada
belakang telinga Paraestasia salah satu sisi wajah
Inspeksi
Tampak kelemahan pada wajah Wajah tidak simetris
Ekspresi wajah tidk sama
Palpasi
Nyeri tekan pada belakang telinga Suhu normal
Vital Sign
Blood Preasure Normal Heart Rate Normal
Respiratory Rate Normal
Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya
kelumpuhan n. fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan
penyebab lain dad kelumpuhan n. fasialis perifer Beberapa pemeriksaan
penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan derajat kerusakan n.
fasialis sbb.)
:
i. Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)
Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri &
kanan setelah diberi rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA
menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan
kerusakan it fasialis ireversibel.
ii. Uji konduksi saraf (nerve conduction test)
Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur
kecepatan hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan.
iii. Elektromiografi
Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-
otot wajah.
iv. Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979)
menganjurkan pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu
rasa manis (gula), rasa asant dan rasa pahit (pil kina). Elektrogustometri
membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan
stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit
atau metalik. Gangguan rasa kecap pada BP menunjukkan letak lesi n.
fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya.
v. Uji Schirmer
Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di
belakang kelopak mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian
berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter; berkurang atau
mengeringnya air mate menunjukkan lesi n. fasialis setinggi ggl.
genikulatum

Penatalaksanaan (sentral dan perifer)
o Aspirin
o Kortikosteroids
o Methylprednisolone ( Medrol ) 80 mg
Komplikasi
o Misdirected re-growth of nerve fibers - nerve fibers re-grow in an
irregular way. This can result in involuntary contractions of some
muscles. A patient may involuntarily close one eye when trying to smile.
The problem might be the other way round - when the person closes one
eye, the side of the mouth lifts involuntarily.
o Ageusia - chronic (long-lasting) loss of taste.
o Gustatolacrimal reflex - also known as crocodile tear syndrome. While
the patient is eating his/her eye will shed tears. It is estimated to occur in
about 6% of patients during recovery, and eventually goes away. In some
rare cases the problem can be longer lasting.
o Corneal ulceration - when eyelids cannot completely shut, the protective
and lubricating tear film of the eye may become ineffective. This can
result in corneal drying. The risk or corneal drying is even higher if Bell's
palsy has also caused a reduction in tear production. Corneal ulceration
can result in infection of the cornea, which can lead to severe loss of
vision.
Prognosis
o The Majority of patients Bells Plasy make a complete recovery over a
period of 2 to 3 weeks.
o A very dense paralysis are associated with a poorer prognosis.
Tanda paresis n . fasialis?
Interpretasi n. Fasialis central/perifer?
2 Tipe (Jenis)
1) Sentral (4%)
a. Trauma kepala
b. Perdarahan otak
c. Abses otak
d. Penyakit sistemik
2) Perifer (96%)
a. Intra temporal (90%)
b. Ekstra temporal (6%)

K e l u m p u h a n J e n i s S e n t r a l
1. B a g i a n w a j a h s e k i t
a r m a t a d a n d a h i y a n
g m e n d a p a t p e r s a r a f a n d a r i
2. s i s i t i d a k l u m p u h . P e n d e r i
t a m a s i h d a p a t m e n g
a n g k a t a l i s , m e n g e r u t k a n d a h
i , d a n m e n u t u p m a t a .
3. B a g i a n b a w a h d a r i w a j a h l u m p u h k u r a n g d a p
a t m e n g a n g k a t s u d u t m u l u t p a d a s i
s i y a n g l u m p u h .
K e l u m p u h a n J e n i s P e r i f e r
K e r u t a n d a h i m e n g h i l a n g
M a t a k u r a n g d a p a t d i p e j a m k a n
P l i k a n a s o l a b i a l i s m e n d a t a r
S u d u t m u l u t j a d i l e b i h r e n d a h
K e r u s a k a n p a d a n e r v u s p e t r o s u s m a y o r d a p a t m e n y e b
a b k a n k u r a n g n y a p r o d u k s i air mata

Beda dan persamaan wjh perot karena bells palsy dan strok?
o Banyak orang beranggapan bahwa Bells palsy merupakan stroke, tetapi pada
hakikatnya Bells palsy berbeda dengan serangan stroke. Yang menjadi
pembeda paling mendasar adalah, pada Bells palsy tidak disertai dengan
kelemahan pada anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf
yang berbeda. Pada serangan stroke saraf yang rusak adalah pada saraf otak
yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan
pada kasus Bells palsy, kerusakan yang terjadi langsung pada saraf yang
mengurus persarafan wajah yaitu saraf fasialis (nervus VII).
o Biasanya disertai dengan kelumpuhan atau kelemahan anggota Gerak
Dapat disertai dengan penurunan kesadaran (pingsan),dan sakit kepala
Dapat disertai gangguan bicara ( kata-kata dalam satu kalimat letaknya
tidak beraturan)
o Bells palsy
Tidak disertai dengan kelumpuhan anggota badan lain
Tidak disertai dengan penurunan kesadaran
Mengapa tdk ada gangguan sensorik dan motorik dari extremitas?
Bgmn perjalanan n. Fasialis dari pusat ke perifer?
Apa fungsi n. Fasialis?
Bgmn membedakan n. Fasialis sentral dan perifer?
Apa penyebab n. Fasialis perifer?
Patogenesis n. Fasialis perifer?
Bgmn px. penunjang n. Fasialis perifer?
o If the clinical findings are doubtful or if paralysis lasts longer than 6-8 weeks,
further investigations, including gadolinium-enhanced magnetic resonance
imaging of the temporal bones and pons, should be considered.
[2]
Electrodiagnostic tests (eg, stapedius reflex test, evoked facial-nerve
electromyography [EMG], audiography) may help improve the accuracy of
prognosis in difficult cases.
o Electromyography (EMG) - electrodes are placed on the patient's face. A
machine measures the electrical activity of the nerves - and the electrical activity
of a muscles in response to stimulation. This test can determine the extent of
nerve damage, as well as its location.
o MRI, CT scans or X-rays - these are good at determining whether other
underlying conditions are causing the symptoms, such as a bacterial infection,
skull fracture, or a tumor.

You might also like