21 40 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

60 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No.

1, Desember 2011
Jurnal Semai Komunikasi
Vol. II No. 1, Desember 2011: 60-81
STRATEGI KOMUNIKASI
CHANGE MANAGEMENT
(Studi Kasus : Perubahan Konsep Bisnis dari Hotel Konvensional
ke Hotel Syariah)
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
Dosen STIE Ibnu Sina Batam & Sekertaris BPC Perhumas Batam
Email: reza0376@yahoo.com
Abstract
Reposition the business would prosper when its performance is diffcult to understand by
many parties. Moreover, the changes that occur not only on the building aspect of it but
it drastically changes were made, starting from the target market to market segmentation
of hotel business have changed. If the original use-conventional business way, now is
using the principles of sharia. Simple understanding, hotels no longer provides food that
is not too kosher liquor and nightclubs, to selectively receive guests. Guests who are not
husband and wife will not be accepted if the stay of the room. Interesting to study the
above phenomena in presfektif communication. What is the concept of communication
and development strategies adopted by the Hotel Sofyan Tbk. This study uses a case
study with the type of qualitative research. The nature of the study is a holistic single case
design. The research unit is an individual with observation techniques, in-depth interviews
and documentation. Research subject is the President Commissioner (who is the originator
of the beginning), employees who had been working before changing the concept of
business, guests as well as national Islamic council (DSN - MUI).The results showed
that there is some supporting / contributing factor in the development of communication
concepts and strategies applied by Hotel Sofyan,Tbk. (1) Make the values and concept of
religion as a guide to govern all activities of Hotels (2) use of interpersonal communication
and group communication as a communication strategy to change the concept of the hotel.
Keywords : Strategy, communication strategy, change management, Sharia Hotel.
PENDAHULUAN
Dari hotel berreputasi negatif, Hotel
Sofyan kini berubah bernuansa Islami.
Tingkat huniannya pun meningkat. Jika
tamu berkunjung ke Hotel Sofyan Betawi
di Jalan Cut Meutia atau Hotel Sofyan
Tebet Jl. Sahardjo , Jakarta, tamu tidak
akan melihat lagi para resepsionis yang
memakai rok pendek. Para penerima
tamu kini mengenakan busana muslimah.
Tentu saja dengan senyum sumringah tak
mereka tinggalkan.
Kesan sebagai hotel yang mempunyai
reputasi negatif yang pernah lengket
dalam imaji publik sudah ditanggalkan
Hotel Sofyan. Seperti halnya yang
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 61
dikatakan oleh Imam salah seorang
karyawan yang bekerja diwilayah
Pancoran (http://news.detik.com/read/
2010/07/12/180032/1397809/159/geliat-
bisnis-di-hotel-syariah).
Jika menyebut Hotel Sofyan, pikiran
Imam mengawang-awang ke tahun
1980-an. Saat itu ada sebuah klub malam
Santai Music Club di hotel yang berada
di Jl Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan itu.
Tamu-tamu akan dimanjakan dengan
perempuan-perempuan cantik yang siap
menemani tamu sampai ke dalam kamar
hotel.
Para lady companion (LC) itu duduk-
duduk di dalam sebuah ruangan yang bisa
dilihat dari luar. Mereka seperti di dalam
aquarium. Mereka bertugas menemani
tamu di klub malam bahkan bisa di booking
ke luar. Selain memiliki klub malam dan
karaoke, hotel yang terletak di depan
sebuah Universitas ternama ini, juga
memiliki diskotek dan panti pijat. Apalagi
tarif menginap di hotel tersebut relatif
murah, yakni Rp 75 ribuan per malam.
Karena tarifnya yang murah, kata Imam,
banyak tamu yang memanfaatkan hotel
tersebut hanya untuk tempat berkencan
saja. Hotel itu lebih sering dipakai untuk
kencan short time aja. Karena harganya
murah, beber Imam.
Kondisi tersebut diakui Riyanto
Sofyan saat wawancara, pemilik grup
Hotel Sofyan.. Riyanto tidak menampik
kalau hotel miliknya yang ada di
wilayah Tebet tersebut, dahulu kerap
dijadikan sasaran bagi pria hidung belang
atau para penikmat hiburan malam.
Menurut Riyanto, di antara hotel-hotel
Grup Sofyan, Hotel Sofyan Tebet tingkat
huniannya yang paling tinggi. Sementara
Hotel Sofyan Betawi, tingkat huniannya
biasa-biasa saja. Kalau di Hotel Sofyan
Tebet, satu kamar saja yang check-in bisa 2
sampai 3 tamu. Mereka umumnya hanya
memakai kamar untuk berkencan singkat
saja, ungkap Riyanto.
Berdasarkan pada kondisi diatas
dan keinginan untuk mendapatkan
rezeki yang halal, maka, Riyanto Sofyan
sebagai Komisaris Utama Sofyan Hotels
Tbk kemudian melakukan repositioning
usaha jaringan perhotelannya. Positioning
atau repositioning dapat dinyatakan
dalam beberapa hal, di antaranya : logo,
slogan, aktiftas perusahaan dan identitas
perusahaan. Ada beberapa alasan
dan pertimbangan dalam melakukan
repositioning di antaranya : reaksi atas
posisi baru pesaing, menggapai posisi baru
dan menangkap tren baru. Repositioning
(Kartajaya, 2004) dapat diartikan sebagai
penempatan atau penataan kembali
positioning merek, sehingga merek
tersebut memiliki karakteristik baru yang
berbeda dari sebelumnya di pasar atau
konsumennya.
Secara umum dapat diungkapkan
beberapa poin penting alasan korporasi
mengadakan perubahan posisi
perusahaannya antara lain adalah
untuk repositioning, mengubah image,
meremajakan image dan lain sebagainya.
Begitu pula apa yang terjadi pada Sofyan
Hotels Tbk yang merubah landasan bisnis
jaringan perhotelannya dari konvensional
ke syariah yakni ingin mendapatkan
rezeki yang halal dari kegiatan bisnis
yang dilakukan dan merubah citra atau
reputasi jaringan hotel yang negatif serta
membangun kembali posisinya.
Untuk itu positioning baru Sofyan
Hotels Tbk, melalui perubahan landasan
bisnisnya menjadi syariah yang digunakan
sekarang ini dan berupaya melakukan
pengembangan produknya tidak hanya
pada dunia perhotelan saja saja, tetapi
juga dalam ruang lingkup konsultan hotel
syariah, property, pendidikan dan institusi
sosial dibawah naungan perusahaan
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
62 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
Induknya Arva Corporation.
Hotel adalah suatu bentuk bangunan,
lambang, perusahaan atau badan usaha
akomodasi yang menyediakan pelayanan
jasa penginapan, penyedia makanan dan
minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana
semua pelayanan itu diperuntukkan bagi
masyarakat umum, baik mereka yang
bermalam di hotel tersebut ataupun
mereka yang hanya menggunakan fasilitas
tertentu yang dimiliki hotel itu. Pengertian
hotel ini dapat disimpulkan dari beberapa
defnisi hotel seperti tersebut di bawah ini:
a. Hotel adalah suatu bentuk akomodasi
yang dikelola secara komersial, dise-
diakan bagi setiap orang untuk mempe-
roleh pelayanan penginapan berikut
makan dan minum. (SK. Menhub. RI.
No. PM 10/PW.391 /Phb-77).
b. Hotel adalah sejenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa
penginapan, makanan dan minuman
serta lainnya bagi umum, yang dikelola
secara komersial. (SK Menparpostel
No. KM 37 / PW 340 / MPPT-86).
c. A hotel or inn may be defned as an
establishment whose primary business is
providing lodging facilities for the general
public, and which furnishes one or more of
the following services: food and beverage
service, room attendant service, uniformed
service, laundering of linens and use of
furniture and fxtures. Hotel can have
anywhere from 50 to 2000 rooms sometimes
more. Inns usually have 5 to 50 rooms and
the levels of service are more personal.
(Kasavana, Michael L. andRichard M.
Brooks (1991)
Dari pengertian tersebut dapat
disim pulkan bahwa, hotel seharusnya:
suatu jenis akomodasi; menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan yang ada;
Menyediakan jasa penginapan, makanan
dan minuman serta jasa penunjang lainnya;
disediakan bagi umum yang dikelola
secara komersial, yaitu dikelola dengan
memperhitungkan untung atau ruginya,
serta yang utama adalah bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan berupa uang
sebagai tolak ukurnya.
Dalam penjelasan tentang kriteria
Persyaratan Operasional Penggolongan
Kelas Bintang yang terdapat pada
Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor: KM.3/HK001/MKP.02
tahun 2002, pada unsur Public Bar dan
sub unsur tersedia Public Bar disebutkan
bahwa Public bar sesuai dengan taraf
hotel. Hotel yang bertaraf internasional
sebaiknya menyediakan minuman
beralkohol. Jika hotel bertema khusus, bar
dapat menyediakan minuman non alkohol
atau minuman alkohol disediakan tetapi
tidak dipajang.
Melihat kriteria tersebut, hotel
tidak memiliki kewajiban menyediakan
minuman beralkohol. Hotel merupakan
sebuah usaha yang bersifat netral.
Keharaman dan kesyubhatannya sangat
tergantung pada produk dan fasititas
yang disediakan. Dalam kaitannya dengan
pembuatan hotel syariah, bukanlah hal
yang sangat sulit untuk membuat suatu
usaha hotel sesuai dengan syariah karena
usaha hotel adalah salah satu dari sekian
banyak usaha yang ada. Dalam Islam, kita
boleh membuka usaha apa saja selama
tidak ada hukum yang mengharamkannya.
(Corporate Profle PT. SOFYAN HOTEL
Tbk).
Hal tersebut sesuai dengan
kaidah yang dicetuskan oleh Imam
Syafi: Hukum asal sesuatu adalah
kebolehan sehingga terdapat bukti yang
mengharamkannya. (Muchlis Usman,
2002). Banyak prinsip-prinsip dan kaidah-
kaidah syariah yang dapat dijadikan
pedoman dalam mengelola hotel, yaitu
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 63
mengutamakan tamu, temtram, damai,
selamat, rahmat bagi semua kalangan
dan lingkungan, penuh kasih sayang,
jujur, dapat dipercaya, dan konsisten.
(Corporate Profle PT.SOFYAN HOTEL
Tbk). Merujuk pada dasar pemikiran
dan konsep syariah tersebut, maka hotel
syariah secara ringkas dapat didefnisikan
sebagai: Hotel syariah adalah hotel yang
menyediakan jasa pelayanan penginapan,
makan, dan minum, serta jasa lainnya
bagi umum, dikelola secara komersial
serta memenuhi kelentuan persyaratan
yang diletapkan pemerintah, industri, dan
syariah. (Corporate Profle PT.SOFYAN
HOTEL Tbk).
Oleh sebab itu, Sofyan Hotels
Tbk diposisikan sebagai Hotel dengan
landasan bisnis syariah pertama di
Indonesia yang mendapatkan sertifkat
dari Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan hotel
syariah pertama yang telah mencatatkan
sahamnya di bursa efek. Walaupun pada
tahun 1994 di Bukit Tinggi, Sumatera
Barat telah berdiri sebuah hotel kecil yang
menerapkan prinsip syariah, bedanya
hotel ini belum mendapatkan sertifkat
dari Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tidak
mencatatkan saham dibursa efek (http://
www.koran-jakarta.com/berita-detail.
php?id=8183).
Hal diatas dimaksudkan untuk
membuat khalayak yang berkepentingan
langsung terhadap hotel yang sudah
go public ini, merasa kan perubahan
yang dilakukan oleh pihak manajemen
berdampak positif bagi keberlangsungan
perusahaan. Disini dibutuhkan strategi
yang berkesinambungan sehingga reposisi
yang terjadi tidak menimbulkan efek
negative bagi khalayaknya.
Keberhasilan strategi Perubahan
landasan bisnis hotel Sofyan (repositioning
strategy) yang dijalankan manajemen
berhasil merubah dan membentuk brand
image yang unik dan tertanam kuat di
benak konsumen, sehingga berpengaruh
dalam aktivitas pemilihan hotel. Hal ini
dapat dilihat dari tahun 1998-1999 setalah
ditutupnya Santai Music club pendapatan
hotel malah naik 19,55% dan pada tahun
berikutnya naik 10, 26% dan 13.03% dan
pada tahun ini target yang ditetapkan
manajemen untuk hotel Sofyan sudah
tercapai dibulan November dari target
16 milyar setahun pada bulan november
telah mencapai 17 Milyar (Disarikan dari
wawancara dengan Ita Faridasari Asisten
Sales & Marketing Manager).
PERMASALAHAN
Strategi reposisi reputasi merupakan
salah satu alternatif strategi perubahan
yang dapat diterapkan oleh perusahaan
dalam situasi dan kondisi pasar tertentu.
Penerapan strategi ini harus dilakukan
dengan berlandaskan pada pemahaman
akan konsep dasar reposisi produk, fokus
pada kebutuhan konsumen, kepekaan
akan perubahan pasar, serta didukung
oleh seluruh komponen yang ada dalam
perusahaan.
Dengan demikian yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana naluri
perusahaan dalam memperhatikan
strategi reposisi yang telah dilakukan
dapat berpengaruh terhadap reputasi
perusahaan. Terdapat banyak jargon
untuk dapat memantapkan reputasi
perusahaan, namun intinya adalah
bagaimana komunikasi yang telah
dibangun oleh perusahaan terhadap
khalayaknya, sehingga muncul penilaian
dan kepercayaan yang baik dari khalayak
bagi perusahaan.
Melihat perkembangan yang
begitu pesat tersebut PT. Sofyan Hotels
tentu memiliki konsep dan strategi
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
64 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
komunikasi yang jitu sehingga dalam
waktu yang relatif singkat dapat menata
organisasinya dengan baik dan melakukan
pengembangan hingga menjadi konsultan
hotel syariah di Indonesia dengan
menggandeng beberapa hotel di beberapa
daerah untuk menerapkan konsep
syariah serta semua stakeholder dapat
menerima dan mendukung kegiatan
operasional perusahaan. Ini merupakan
kasus perubahan konsep manajemen yang
menarik untuk dikaji lebih jauh.
TINJAUAN PUSTAKA
Strategi
Istilah strategi dan taktik sering
dicampuradukkan. Dipinjam dari
militer, strategi melibatkan keputusan
kritis dalam perang atau kampanye,
seperti apakah akan mengandalkan misil
ataukah bom udara. Strategi mewakili
keseluruhan rencana kerja. Taktik
merupakan keputusan yang dibuat selama
pertempuran. Taktik mewakili keputusan
ditempat yang diharuskan oleh adanya
perkembangan selagi rencana strategi di
implementasikan. Sesungguhnya taktik
merupakan keputusan atau tindakan
yang dilakukan untuk menyesuaikan
strategi dengan realitas dan kemungkinan
dimedan perang.
Namun dalam praktek public
relations, lazimnya strategi mengacu
pada keseluruhan konsep, pendekatan
atau rencana umum untuk program yang
dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
Taktik mengacu pada tingkat operasional,
yaitu kejadian aktual, media dan metode
yang dipakai untuk mengimplementasikan
strategi (Cutlip, Center & Broom, 2000).
Jim Lukaszewski (Cutlip dkk, 2000)
menyatakan Strategi adalah tenaga
penggerak dalam setiap bisnis atau
organisasi. Adalah kekuatan intelektual
yang membantu mengorganisasi,
memprioritaskan, dan memberdayakan,
apa yang mereka kerjakan. Tanpa strategi,
tidak ada energi. Tanpa strategi, tidak arah.
Tanpa arah tidak ada momentum. Tanpa
strategi, tidak ada dampak. Sedangkan
Cutlip dkk. mendefenisikan Strategi
sebagai penentuan tujuan dan sasaran
dasar jangka panjang suatu perusahaan,
pengambilan rangkaian tindakan, dan
pengalokasian sumber daya yang perlu
untuk melaksanakan tujuan (2000).
Menurut Onong Uchjana Efendi
strategi pada hakekatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Namun
untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan arah saja, tetapi
harus menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya. Strategi yang baik
diperlukan bagi perusahaan untuk dapat
membantu dan mengalokasikan sumber-
sumber organisasi yang akan menentukan
kekuatan dan kelemahan organisasi
dalam mengatasi perubahan lingkungan
dan menyatukan langkah dengan
memanfaatkan kepandaian pesaing.
Selain daripada itu, komunikasi adalah
perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai tujuan
(Effendi, 2004).
Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi
secara efektif banyak ditentukan oleh
penentuan strategi komunikasi. Di lain
pihak jika tidak ada strategi komunikasi
yang baik efek dari proses komunikasi
(terutama komunikasi media massa)
bukan tidak mungkin akan menimbulkan
pengaruh negatif. Sedangkan untuk
menilai proses komunikasi dapat ditelaah
dengan menggunakan model-model
komunikasi.
Menurut Onong Uchyana Effendi
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 65
strategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen
komunikasi (communication mangement)
untuk mencapai suatu tujuan (goal).
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi
komunikasi harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara taktis
harus dilakukan dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda-beda
sewaktu-waktu, bergantung pada situasi
dan kondisi. Dalam istilah lain strategi
komunikasi adalah metode atau langkah-
langkah yang diambil untuk keberhasilan
proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu
atau mengubah sikap, pendapat dan
perilaku, baik secara langsung secara lisan
maupun tidak langsung melalui media
(Effendi, 2004).
Sedangkan menurut Anwar Arifn
dalam buku Strategi Komunikasi
menyatakan bahwa sesungguhnya suatu
strategi adalah keseluruhan keputusan
kondisional tentang tindakan yang akan
dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi
merumuskan strategi komunikasi, berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi
(ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang
akan mungkin dihadapi di masa depan,
guna mencapai efektivitas. Dengan strategi
komunikasi ini, berarti dapat ditempuh
beberapa cara memakai komunikasi secara
sadar untuk menciptakan perubahan pada
diri khalayak dengan mudah dan cepat
(Arifn, 1984)
Dalam penelitian ini strategi
komunikasi dijadikan pijakan dalam
mengelola proses interaksi yang terjadi
dalam suatu organisasi agar efektif
dan efesien dalam mencapai tujuan
didirikannya.
Manajemen Perubahan
Perubahan mempunyai manfaat bagi
kelangsungan hidup suatu organisasi,
tanpa adanya perubahan maka dapat
dipastikan usia organisasi tidak akan
bertahan lama. Perubahan bertujuan agar
organisasi tidak menjadi statis melainkan
tetap dinamis dalam menghadapi
perkembangan jaman. Perubahan pada
umumnya mencakup faktor sosial,
politik-yuridis, ekonomi dan teknologi
serta lingkungan. Perubahan teknologi,
sistem informasi dan komunikasi, telah
mengubah cara dan kecepatan berbisnis
dan inovasi berbagai produk maupun jasa.
Pola transaksi mengarah ke kecepatan,
keamanan, dan kenyamanan dengan
melalui berbagai saluran elektronik.
Ada beberapa karakteristik
perubahan (change) (kasali:2005), yaitu:
Pertama, ia begitu misterius karena tak
mudah dipegang. Bahkan yang sudah
di genggam pun bisa pergi ketempat
lain tanpa berpamitan. Ia bahkan dapat
memukul balik seakan tidak kenal budi.
Tokoh tokoh Nasional seperti Soekarno,
Soeharto, dan Abdulrrahman Wahid
dan Megawati Soekarnoputri berkuasa
karena change, tapi juga diturunkan
karena change. Kedua, Change memerlukan
change maker(s). Rata-rata pemimpin yang
menciptakan perubahan tidak bekerja
sendiri, tetapi ia punya keberanian luar
biasa. Bahkan sebagian besar pemimpin
perubahan gugur diusia perjuangannya.
Abraham Lincoln mati tertembak, Nabi
Muhammad SAW Hijrah ke Madinah.
Ketiga, tak semua orang bisa diajak
melihat perubahan. Sebagian besar orang
malah hanya melihat memakai mata
persepsi. Hanya mampu melihat realitas,
tanpa kemampuan melihat masa depan.
Maka persoalan besar perubahan adalah
mengajak orang orang melihat apa yang
anda lihat dan memercayainya. Keempat,
Perubahan terjadi setiap saat, karena itu
perubahan harus diciptakan setiap saat
pula, bukan sekali-sekali. Setiap satu
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
66 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
perubahan kecil dilakukan seseorang maka
akan terjadi pula perubahan-perubahan
lainnya. Kelima, Ada sisi keras dan sisi
lembut dari perubahan. Sisi keras termasuk
masalah uang dan teknologi, sedangkan
sisi lembut menyangkut manusia dan
organisasi. Sebagian besar pemimpin
hanya memfokuskan pada sisi keras,
padahal keberhasilan sangat ditentukan
pada sukses mengelola sisi lembut tadi.
Keenam, Perubahan membutuhkan waktu,
biaya, dan kekuatan. Untuk berhasil
menaklukkannya perlu kematangan
berpikir, kepribadian yang teguh, konsep
yang jelas dan sistematis, dilakukan secara
bertahap, dan dukungan yang luas. Ketujuh,
Dibutuhkan upaya-upaya khusus untuk
menyentuh nilai-nilai dasar organisasi
(budaya korporat). Tanpa menyentuh
nilai nilai dasar, perubahan tidak
akan mengubah perilaku dan kebiasaan
kebiasaan. Kedelapan, Perubahan
banyak diwarnai oleh mitos-mitos. Salah
satunya adalah mitos bahwa perubahan
akan selalu membawa kemajuan atau
perbaikan isntan. Seperti pasien yang
sakit, perubahan berarti menelan pil pahit,
atau bahkan amputasi yang artinya perlu
pengorbanan. Kesembilan, Perubahan
menimbulkan ekspektasi, dan karenanya
ekpektasi dapat menimbulkan getaran-
getaran emosi dan harapan-harapan
yang bisa menimbulkan kekecewaan-
kekecewaan. Kesepuluh, perubahan selalu
menakutkan dan menimbulkan kepanikan
kepanikan. Namun demikian, dengan
teknik teknik komunikasi dan perilaku
yang baik, perubahan dapat dikelola
menjadi sebuah pesta. Sebuah pesta
yang menyenangkan dan hangat, dapat
menimbulkan efek kebersamaan.
Dimensi Perubahan
Berubah atau diubah? Dalam konteks
Perubahan, Islam sudah sejak jauh
jauh hari mengingatkan manusia untuk
berubah, seperti dalam Surah Ar-Rad ayat
11 sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri
yang merubah apa-apa yang ada pada diri
mereka (QS.13:11)
Mencerna ayat diatas, sudah
sewajarnya perubahan itu terjadi,
baik dalam konteks organisasi sosial,
pemerintahan maupun bisnis. Dalam hal
ini Kasali (2005) menyatakan Pemerintah
tak bisa dirubah dalam sekejap, tetapi
bisnis bisa. Maka itu perubahan harus
dimulai dari tatanan mikro, dari dunia
usaha. Dari industri keuangan, perbankan,
pasar modal, pendidikan dan seterusnya.
Tetapi reformasi disektor mikro tak
dapat menghasilkan kesejahteraan kalau
makronya tidak ikut berubah. Maka
birokrasi pun harus berubah. Perubahan
merupakan suatu proses yang berlanjut,
bukan suatu proses yang tetap, perubahan
dapat terjadi cepat atau lambat. Disadari
atau tidak disadari, negative atau positif,
kelihatan atau tidak keliahatan disetiap
aspek organisasi.
Berubah bukanlah sesuatu yang
mudah. Untuk bergerak, manusia harus
diajak melihat dan memercayai bahwa
sesuatu telah berubah. Dan untuk
menikmati perubahan manusia harus
melompat dari satu kurva ke kurva
baru. Pada saat itulah manusia akan
berpindah dari zona kenyamanan ke
zona ketidaknyamanan, dan di titik inilah
muncul berbagai macam penolakan.
Penolakan atau resistensi tidak
selalu muncul kepermukaan secara
eksplisit semisal dalam bentuk mogok
kerja, demonstrasi atau sejenisnya,
namun juga muncul secara implicit,
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 67
misalnya menurunnya motivasi bekerja
para karyawan, tingkat absensi yang
kurang kurang baik, keselahan kerja
meningkat dan lain sebagainya. Sumber
penolakan atas perubahan umumnya
dapat dikategorikan menjadi dua, yakni
penolakan yang dilakukan orang perorang
atau per individual dan yang dilakukan
kelompok atau organisasional. Kedua
penolakan tersebut di jelaskan Stephen P
Robbins (1991) sebagai berikut: 1. Resistensi
Individual, karena persoalan kepribadian,
persepsi, dan kebutuhan, maka individu
punya potensi sebagai sumber penolakan
atas perubahan yang meliputi kebiasaan,
rasa aman, faktor ekonomi, takut akan
sesuatu yang tidak diketahui, dan persepsi. 2.
Resistensi Organisasional, organisasi, pada
hakekatnya memang konservatif. Secara
aktif mereka menolak perubahan. Terdapat
enam sumber penolakan atas perubahan,
meliputi inersia struktural atau penolakan
yang terstrukur, fokus perubahan berdampak
luas, inersia kelompok kerjaancaman terhadap
hubungan kekuasaan yang telah mapan, serta
ancaman terhadap alokasi sumberdaya.
Untuk mengatasi penolakan atas
perubahan, Coch dan French Jr. (1984)
mengusulkan enam taktik yang dapat
dipakai untuk mengatasi resistensi
perubahan, yaitu pendidikan dan komunikasi,
partisipasi, memberikan kemudahan dan
dukungan, negosiasi, manipulasi dan kooptasi,
dan paksaan.
Pendekatan dalam Manajemen
Perubahan Organisasi
Kurt Lewin (1951) dikenal sebagai
bapak manajemen perubahan, karena ia
dianggap sebagai orang pertama dalam
ilmu sosial yang secara khusus melakukan
studi tentang perubahan secara ilmiah.
Konsepnya dikenal dengan model force-
feld yang diklasifkasi sebagai model
power-based karena menekankan kekuatan-
kekuatan penekanan. Menurutnya,
perunbahan terjadi karena munculnya
tekanan-tekanan terhadap organisasi,
individu, atau kelompok. Ia berkesimpulan
bahwa kekuatan tekanan (driving force)
akan berhadapan dengan penolakan
(resistences) untuk berubah. Perubahan
dapat terjadi dengan memperkuat driving
force dan melemahkan resistences to change.
Pendekatan klasik yang dikemukaan
oleh Kurt Lewin mencakup tiga langkah.
Pertama: UNFREEZING the status quo,
lalu MOVEMENT to the new state, dan
ketiga REFREEZING the new change to
make it pemanent. Unfreezing, adalah
upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-
tekanan dari kelompok penentang
dan pendukung perubahan. Status quo
dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang
berlangsung (status quo) diguncang
sehingga orang merasa kurang nyaman;
Movement, secara bertahap (step by step)
tapi pasti, perubahan dilakukan. Jumlah
penentang perubahan berkurang dan
jumlah pendukung bertambah. Untuk
mencapainya, hasil-hasil perubahan
harus segera dirasakan; dan Refreezing,
yaitu Jika kondisi yang diinginkan telah
tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan
baru, sistem kompensasi baru, dan cara
pengelolaan organisasi yang baru lainnya.
Jika berhasil maka jumlah penentang akan
sangat berkurang, sedangkan jumlah
pendudung makin bertambah. Gambaran
model tersebut nampak pada gambar 1.2.
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
68 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
Gambar 1.2
Model Pendekatan Manajemen Perubahan dalam Organisasi
(Lewin:1951)
Selama proses perubahan terjadi
terdapat kekuatan-kekuatan yang
mendukung dan yang menolak. Melalui
strategi yang dikemukakan oleh Kurt
Lewin, kekuatan pendukung akan
semakin banyak dan kekuatan penolak
akan semakin sedikit.
Sedangkan Beer dkk (Kasali, 2005)
melalui teorinya yang dikembangkan
dalam managerial school of thought
menemukan pentingnya melibatkan
sedemikian banyak orang dalam
perubahan. Dalam managerial school of
thought, peneliti juga menggunakan body of
knowledge dari ilmu-ilmu lain, khususnya
psikologi dan sosiologi, sehingga teori ini
mengadopsi pula pentingnya upaya-upaya
mengurang stres dalam perubahan dan
desain pekerjaan yang lebih memuaskan.
Menurut teori ini, untuk meng-
hasilkan perubahan secara manajerial
perlu dilakukan: Memobilisasi energi
para stakeholders untuk mendukung
perubahan, dengan melibatkan mereka
dalam menganalisis dan mendiagnosis
masalah-masalah yang menghambat
daya saing organisasi; Mengembangkan
visi serta strategi untuk mengelola dan
menghasilkan daya saing yang positif;
Mengupayakan konsensus terhadap
visi baru sehingga visi tersebut diterima
sebagai kebenaran dan dikerjakan tanpa
pertentangan; Memperluas revitalisasi
pada seluruh departemen dalam
organisasi; Mengkonsolidasi perubahan
melalui kebijakan-kebijakan strategi yang
diformulasikan, struktur, sistem, dan
sebagainya; serta memantau terus kegiatan
ini (Kasali, 2005).
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 69
METODE PENELITIAN
Untuk menjawab pertanyaan
penelitian penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
yang sifatnya umum terhadap kenyataan
sosial dari perspektif. Pemahaman tersebut
tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi
diperoleh setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi
fokus penelitian, dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan berupa pemahaman
umum mengenai kenyataan kenyataan
tersebut (Ruslan 2003). Lincoln dan
Guba menyebutkan ciri ciri penelitian
kualitatif, antara lain sebagai penelitian
yang menempatkan manusia sebagai
instrumen, lebih mementingkan proses
dari pada hasil, juga membatasi dengan
kriterisa tertentu untuk keabsahan data
serta menyusun disain secara kualitatif
yang terus disesuaikan dengan hasil
kondisi lapangan. (Moleong:2006)
Peneliti berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai
subyek yang diteliti, dimana akan diberi
suatu pandangan yang lengkap dan
mendasar terhadap subyek tersebut.
Pertanyaan bagaimana dan mengapa
lebih eksplanatoris dan lebih mengarah
kepenggunaan strategi strategi studi
kasus, historis dan eksperimen (Yin:1996).
Subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah: Komisaris Utama, Tamu, Dewan
Syariah Nasional MUI, Karyawan PT.
Sofyan Hotels Tbk. Dalam hal ini penulis
menggunakan desain kasus tunggal
holistik, karena penulis melakukan
penelitian terhadap kasus strategi
repositioning reputasi Hotel Sofyan Tbk,
yang merubah konsep bisnisnya dari bisnis
konvensional ke konsep bisnis syariah.
Sedangkan teknik pengumpulan data
dilakukan melalui pengamatan (observasi),
wawancara dan studi dokumen.
Menurut Crasswell, proses analisa
data dapat berjalan tidak terbatas dan
tidak ada jalan yang dianggap betul betul
benar. Analisa data menuntut peneliti
membangun kategori dan membuat
perbandingan serta fakta yang berlawanan.
Selain itu peneliti juga membuka dan
melihat berbagai kemungkinan serta
pilihan penjelasan bagi penemuan
dilapangan, sehingga memperoleh analisa
yang lebih lengkap. Aktivitas utama
dari penelitian ini adalah pencarian data
dilapangan, meringkas informasi kedalam
tema atau kategorisasi, membangun
informasi kedalam cerita atau gambar
serta penulisan yang sebenar benarnya
kedalam teks kualitatif (Crasswell, 1994).
Analisis data dalam penelitian ini merujuk
pendapat Miles dan Hubberman (Sutopo,
1996) yang disebut dengan model analisis
interaktif, dimana ada beberapa tahapan
yang ditempuh, yaitu: reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan
dan verifkasi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Alasan Perubahan Konsep Hotel.
Mereposisi bisnis disaat kinerjanya
sedang berjaya tentu sulit dipahami
oleh banyak pihak. Apalagi perubahan
yang terjadi bukan hanya pada aspek
bangunan saja namun perubahan yang
dilakukan secara drastis, mulai dari
target pasar hingga segementasi pasar
dari bisnis hotelnya berubah total. Jika
semula menggunakan cara cara bisnis
konvensional, kini menggunakan prinsip
syariah. Pemahaman sederhananya, hotel
tidak lagi menyediakan makanan yang
tidak halal dan thoyib juga minuman
keras serta klub malam, hingga selektif
menerima tamu. Tamu yang bukan
pasangan suami istri tidak akan diterima
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
70 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
bila menginap satu kamar. Hal itulah yang
dilakukan oleh Riyanto Sofyan, Komisaris
Utama Hotel Sofyan Tbk, dalam merubah
konsep bisnis hotel yang memiliki 2 unit
hotel di yakni Hotel Sofyan Tebet di
Jakarta Selatan dan Hotel Sofyan Betawi di
Menteng Jakarta Pusat.
Tindakan Komisaris Utama, hotel
yang telah Go Public pada tahun 1989
ini, semula ditentang sang ayah, Sofyan
Ponda, yang menyatakan Kamu
kemasukan fanatisme, apa yang salah
dengan bisnis kita? Kita tidak mencuri,
tidak korupsi, tidak menerima fasilitas
dari pemerintah? Katanya menceritakan
komentar almarhum ayahnya menanggapi
keinginannya menjalankan bisnis sesuai
Syariah Islam (Riyanto Sofyan, Komisaris
Utama, 17/1 2011).
Awalnya keluarga dan karyawan
khawatir perubahan bisnis ini akan
membuat Pendapatan perusahaan merosot.
Bahkan bisnis hotelnya dikhawatirkan
ambruk. Namun Riyanto berkeyakinan
kuat bahwa perubahan konsep itu akan
berhasil. Makanan sampah (Junk food)
yang dijual restauran waralaba asing
saja dicitrakan bagus sehingga harganya
mahal, apalagi syariah Islam, tutur Riyanto
(http://www.koran-jakarta.com/berita-
detail.php?id=8183).
Riyanto menyebutkan alasan
munculnya wacana untuk mengelola
hotel secara syariah, didasari oleh dua
pertimbangan. Pertama, adanya keinginan
dari pemegang saham untuk mendapat
penghasilan yang halal dari usaha hotel,
bersih dari yang haram dan subhat (hal
yang abuabu/grey area). Kedua, adanya
kebutuhan terhadap pedoman usaha atau
terbentuknya budaya kerja perusahaan.
Nah, dari dua hal ini bermuara pada
keinginan untuk mengoperasikan hotel
secara syariah.
Menurut Riyanto, Penerapan
prinsip syariah sebenarnya secara tegas
sudah diisyaratkan sejak awal pendirian
perusahaan ini oleh sang pendiri Hotel
Sofyan, Drs. Sofyan Ponda, melalui
visinya yang berbunyi Menjadi salah satu
perusahaan hotel terkemuka dikelasnya,
yang handal dan terpercaya, melalui
pelayanan yang bermoral dan berkualitas,
serta mampu memberikan kesejahteraan
bagi semua stakeholder dan menjadi
rahmat bagi lingkungannya
Dari visi diatas dapat digaris
bawahi bahwa sejak awal pendiri
sudah menerapkan layanan bermoral,
berkualitas, kesejahteraan dan rahmat
bagi lingkungannya dalam visinya, yang
sangat beralasan manakala beberapa kata
kunci diatas bermuara pada pemahaman
bahwa yang dimaksud oleh pendiri
perusahaan ini adalah sebuah keinginan
untuk menjadkan hotelnya sebagai hotel
yang berbasis syariah.
Jika kita lihat lagi, asal bapak Sofyan
yang berasal dari Minang yang selalu
mengacu pada nilai nilai dan falsafah
Minangkabau, yakni Adat basandi
syarak, syarak basandi Kitabullah (adat
yang bersendikan syariah dan syariah yang
bersendikan Al-Quran) kenyataan diatas
tadi semakin menunjukkan bahwa falsafah
yang mendasari operasional hotel Sofyan
sangat bersentuhan dengan syariah. Belum
lagi kalau mas baca tujuh kepedulian hotel
Sofyan yang telah dibuat oleh pendiri,
yang menempatkan kepedulian terhadap
agama menjadi point pertama (http://www.
koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=8183).
Faktor Pendukung dan Penghambat
Perubahan
Perubahan dimanapun, tidak langsung
dapat diterima oleh lingkungannya,
resistensi atau penolakan akan muncul
kepermukaan, baik yang dinyatakan lewat
sikap keberatan (bahasa tubuh) ataupun
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 71
melalui demo yang dilakukan pihak yang
merasakan keberatan adanya perubahan.
Hal ini dikarenakan adanya ketakutan
ketakutan yang tidak pada tempatnya
dalam melihat sebuah perubahan. Dan
ada kalanya dikarena takut kebiasaan
yang telah lama berlaku berubah
hingga menyulitkan, sehingga menjadi
penghambat sebuah perubahan.
Habit atau kebiasaan, telah mengunci
perilaku manusia. Ibarat komputer,
otak manusia telah terprogram untuk
melakukan hal hal rutin dari waktu ke
waktu. Kalau sesuatu diubah atau diambil
tanpa sepengetahuannya, manusia bisa
mengalami suasana suasana negatif dan
emosional. Perasaan perasaan ini dapat
menghambat penerimaan, bahkan dan
menyabotase perubahan.
Namun hal itu tidak harus menjadikan
perubahan berhenti, Sebaliknya
dibutuhkan pandangan pandangan baru
yang melihat resistensi sebagai sesuatu
yang berbeda, bukan sebagai hambatan.
Dalam pandangan baru itu, manusia
sesungguhnya bisa disadarkan dan diajak
berubah, sepanjang kesadaran itu datang
dari dirinya. Dengan memutar arah
jarum jam seratus delapan puluh derajat,
manusia akan mendapatkan sesuatu yang
berbeda.
Dalam pandangan baru itu, resistensi
harus dilihat sebagai wake up call. Ia
distel untuk membangunkan diri dari
tidur. Ketika dibangunkan oleh jam yang
berbunyi itu, manusia tentu kesal, mungkin
marah dan enggan untuk bangun. Namun
perlahan lahan, ia akan bangun juga. Jadi
poinnya adalah, keengganan bukan berarti
pintu yang tak kan terbukakan, melainkan
akan terbuka perlahan lahan sampai
kesegaran didapatkan.
Resistensi atau gejolak dengan adanya
perubahan juga terjadi ketika Riyanto
Sofyan mereposisi atau merubah konsep
bisnisnya dari konvensional ke bisnis
syariah, seperti pernyataan berikut:
kalau karyawan kekhawatirannya adalah
mengenai penghasilannya, rata-rata hotel
dijakarta occupancynya 55 - 60 % pada
saat itu, dan itu yang tidak pakai diseleksi,
apalagi yang diseleksi, makin khawatir
para karyawan, mau makan apa kami?nah
karyawan kan kerja 24 jam, direksi tidak
24 jam, kita bilang jangan diterima,orang
maksiat tengah malam mereka menerima,
kita kan nggak tahu. Itulah tantangannya
,yang problematiknya, itulah yang harus
kita luruskan, mindsitenya. rizqy yang
kita dapat bukan dari maksiat, rizqy itu
dari Allah, Allah itu mengilhamkan jalan
yang lurus untuk taqwa. jangan kan
karyawan ayah saya saja mengatakan saya
fanatisme (Wawancara dengan Riyanto
Sofyan, 17 Januari 2011)
Sedangkan Yanti (front Offce Staff
Sofyan Tebet) dalam wawancara (17/1
2011) mengatakan:
Gejolak dari karyawan yang dulu, oh
ya ada , kalau masalah tip ya,gejolak nya
hanya masalah tip, dulukan kita nggak
muluk muluk, karyawan yang dulu,
tip itu kan gampang, karena kan tamu
konvensional, gampang cuma dua jam
tamu sudah pergi, tip banyak
Sedangkan menurut Jamaris (Security
yang beragaman Nasrani) yang
diwawancara (11/1 2012) perubahan yang
dilakukan tidak merubah kesempatan yang
ada bagi kami, walaupun saya beragama
nasrani, perusahaan tetap memberikan
toleransi, dan owner memberikan
ultimatum kepada kami untuk tetap
bekerja seperti biasanya, tanpa adanya
perbedaan perlakuan. Sehingga tidak
ada gejolak yang terjadi di hotel Sofyan
Betawi.
Strategi Perubahan Konsep Hotel Dari
Konvensional Ke Hotel Syariah
Kehidupan selalui ditandai dengan
perubahan, berbagai cara mahluk mahluk
hidup menghadapi perubahan, ada yang
dengan menciptakan masa depan dengan
melakukan perubahan secara antisipatif
(anticipatory change), namun tak sedikt pula
yang harus berjaga jaga dan melakukan
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
72 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
perubahan secara reaktif (reactive change)
atau berubah melalui krisis (crisis change).
Begitulah kehidupan, berubah dan diubah,
memengaruhi dan dipengaruhi. Semuanya
melewati pasang surut, kadang perubahan
yang mereka ciptakan menghasilkan
kesejahteraan dan kesenangan, tapi
kadang kesenangan bisa membuat mereka
dan kondisi yang ada, adalah perubahan
yang dilakukan secara bertahap. Proses ini
dijalankan melalui evolusi dan trasformasi,
dimulai dengan pencanangan wawasan
dan wacana Hotel Syariah yang diungkap
dalam Rapat Umum Pemegang (RUPS).
Konsep Syariah Sebagai Konsep Hotel.
Meskipun Hotel dengan konsep
syariah telah di akui oleh Perhimpunan
Hotel dan Restaurant Indonesia, namun
hingga saat penulis mengadakan
penelitian belum ada satupun ketentuan
baku mengenai Hotel Syariah yang
dikeluarkan oleh PHRI ataupun Dewan
Syariah Nasional MUI. Hal ini bisa
dimaklumi karena PT. Sofyan Hotels, Tbk
adalah pioneer dalam pengembangan
Hotel dengan konsep syariah.
Standar hotel syariah secara baku
memang belum ada, berbeda dengan sektor
merasa nyaman dan malas. Pada saat itu
posisi mereka bisa diambil alih oleh orang
lain, perusahaan lain atau bangsa lain.
Charles Handy (1994) dalam Kasali (2005)
mengatakan, perubahan itu mengikuti
kurva S, yaitu seperti huruf S yang tertidur
atau Sigmoid Curve
Gambar 1.5. Kurva S (Sigmoid Curve) Charles Handy (1994) dalam) Kasali (2005, ha 18)
Karena perusahaan juga merupakan
makhluk hidup maka ia pun melewati
pasang surut mengikuti pola kurva S.
Dan bagaimana jika perusahaan berada
pada titik B melakukan perubahan? Itulah
yang dilakukan komisaris Utama Sofyan
Hotels Tbk, dengan merombak konsep
bisnis hotel yang telah go public ini.
Strategi perubahan yang dilakukan
oleh Riyanto, dengan merubah keseluruhan
konsep hotel yang secara occupancy sedang
diatas rata rata hotel sejenis, memang
bukan sembarangan, kegiatan ini dimulai
dari tahun 1992 dan dicetuskan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
tahun 1994.
Atas hasil analisa dan evaluasi yang
telah dilakukan pihak perusahaan dan
konsultan syariah serta saran Dewan
Pengawas Syariah, strategi perubahan
yang ditetapkan sesuai dengan situasi
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 73
bisnis perbankan yang telah memiliki
Dewan Pengawas Syariah yang difasilitasi
oleh Bank Indonesia. Untuk produk
konsumsi juga telah memiliki standar
baku dibawah Lembaga Pengkajian dan
Pengawasan Obat dan Makanan (LPPOM)
yang berhak mengeluarkan sertifkat
produk halal yang difasilitasi oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
Sebenarnya tidak menjadi suatu yang
sulit untuk membuat suatu usaha hotel sesuai
tuntunan syariah, karena usaha tersebut
dibolehkan selama tidak ada nash ata dalil yang
melarangnya, karena kegiatan ini adalah bagian
dari muamalah. Ini sesuai dengan kaidah yang
mengatakan: hukum asal dalam muamalah
(hubungan bisnis atau hubungan antar manusia)
semuanya boleh selama tidak ada dalil yang
mengharamkannya. (Muchlis Usman, 2002)
Banyak prinsip dan kaidah syariah
yang dapat dijadikan pedoman dalam
mengelola hotel, antara lain: Memuliakan
tamu (fal yukrim dhaifahu); Tenteram,
damai dan sselamat (salam); Terbuka
untuk semua kalangan, artinya universal
(kaffatan lin-naas); Rahmat bagi semua
kalangan dan lingkungan (rahmatan
lil aalamin); Jujur (siddiq); Dipercaya
(amanah); Konsisten (Istiqomah); Tolong
menolong dalam kebaikan (taawun alal
birri wat taqwa) (Sofyan Riyanto, 17.1 2011).
Nilai nilai syariah yang menjadi
koridor dalam usaha hotel syariah adalah
sebagai berikut:
1. Tidak memproduksi, memper-
dagangkan, menyediakan, meyewakan
suatu produk atau jasa yang seluruh
maupun sebagian dari unsur jasa
atau produk tersebut dilarang atau
tidak dianjurkan dalam hukum Islam,
mislanya makanan yang mengandung
unsur babi, minuman beralkohol atau
zat yang memabukkan, perjudian,
perzinaan, pornograf dan pornoaksi,
dan lain lain.
2. Transaksi harus didasarkan pada
suatu jasa atau produk yang riil, benar
benar ada, dan bukan atas suatu
yang deveriatif seperti transaksi ijon
komoditas pertanian.
3. Tidak ada kedzaliman, kemudharatan,
kemungkaran, kerusakan, kemaksiatan,
kesesatan, dan keterlibatan baik secara
langsung maupun tidak langsungdalam
suatu tindakan atau hal yang dilarang
atau tidak dianjurkan dalam hukum
Islam.
4. Tidak ada unsur kecurangan,
kebohongan, ketidakjelasan, risiko
yang berlebihan, korupsi, manipulasi
dan ribawi.
5. Komitmen menyeluruh dan konsekuen
terhadap perjanjian yang dilakukan
(Aminudin Yacob, Anggota BPH DSN
MUI, 15/1 2011).
Berdasarkan nilai nilai tersebut
diatas, lalu dilakukan pendalaman
terhadap operasional hotel dan dibuatlah
standar atau kriteria hotel Syariah sebagai
berikut:
1. Fasilitas Semua fasilitas merupakan
fasilitas yang dapat memberi manfaat
bagi tamu. Fasilitas fasilitas
yang mengakibatkan kerusakan,
kemungkaran, perpecahan,
membangkitkan hawa nafsu,
eksploitasi wanita, dan lain yang sejenis
ditiadakan. Penggunaan fasilitas yang
disediakan juga disesuaikan dengan
tujuan diadakannya sehingga tidak
terjadi penyalahgunaan fasilitas.
2. Tamu yang check in
Tamu yang check in khususnya bagi
pasangan lawan jenis dilakukan
reception policy (seleksi tamu). Seleksi
dilakukan untuk mengetahui apakah
pasangan merupakan suami istri atau
keluarga. Seleksi tersebut didasarkan
pada dua hal yakni: Gelagat (pasangan
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
74 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
tersebut lebih cangung atau terlihat
mesra, mengucapkan katakata sayang
pada pasangannya, berjauhan pada
saat mendatangi counter front offce)
dan Penampilan (pasangan wanita
berpenampilan seksi, pasangan
wanita mengenakan seragam sekolah
dan masih belia, tidak membawa
perlengkapan menginap (koper) serta
perbedaan usia cukup mencolok
(febriyanti & Agus Herly, Staf Front
Offce Hotel Sofyan, 15 & 16 Januari
2011).
3. Pemasaran Terbuka bagi siapa saja baik
pribadi maupun kelompok, formal
maupun informal, dengan berbagai
macam suku, agama, ras dan golongan.
Asalkan aktiftas tamu tersebut
tidak dilarang oleh negara dan tidak
merupakan penganjur kerusakan,
kemungkaran, permusuhan dan lain
sejenisnya.
4. Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang
disediakan adalah manakan dan
minuman yang dijamin kehalalannya
baik bahan bahan maupun proses
pembuatannya, serta baik bagi
kesehatan tubuh yang memakannya.
5. Dekorasi dan ornamen
Dekorasi dan ornamen disesuaikan
dengan nilai nilai keindahan dalam
Islam serta tidak bertentangan dengan
syariah. Ornamen patung ditiadakan
dan lukisan mahluk hidup dihindari.
Dekorasi tidak harus dalam bentuk
kaligraf (Ita Faridasari, asisten
Marketing manajer Hotel Sofyan, 10/12
2010).
6. Operasional
a. Kebijakan, meliputi kebijakan
manajemen, peraturan peraturan
yang dibuat, kerjasama dengan
pihak luar, investasi dan
pengembangan usaha dilakukan
sesuai dengan prinsip syariah Islam.
b. Pengelolaan SDM, meliputi
penerimaan dan perekrutan
SDM, tidak membedakan suku,
agama, ras dan golongan selama
memenuhi standar kualifkasi
yang telah ditentukan. Perusahaan
harus jujur kepada karyawan dan
memberikan pelatihan pelatihan
yang dibutuhkan karyawan.
Pengelolaan SDM mengacu
pada peningkatan kualitas yang
mengacu pada peningkatan kualitas
yang mencakup tiga hal, etika,
pengetahuan dan keahlian.
c. Keuangan, yaitu pengelolaan
keuangan menggunakan akuntansi
syariah dan menggunakan bank
dan asuransi syariah sebagai
mitra. Jika perusahaan mempunyai
keuntungan yang mencukupi nilai
wajib zakat maka perusahaan
berkewajiban mengeluarkan zakat.
7. Struktur
Adanya sebuah lembaga yakni Dewan
Pengawas Syariah yang bertugas
mengawasi jalannya operasional
hotel secara syariah dan yang akan
memberikan arahan dan menjawab
masalah yang muncul dilapangan.
Lembaga ini diambil dan disetujui
oleh Dewan Syariah Nasional yang
menujuk anggotanya untuk menjadi
Dewan Pengawas Syariah.
8. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan adalah
pelayanan yang sesuai kaidah Islam yang
memenuhi aspek keramahtamahan,
bersahabat, jujur, amanah, suka
membantu dan mengucapkan kata
maaf dan terimakasih. Pelayanan
yang dilakukan juga harus pada batas
batas yang dibolehkan oleh syariat
Silam, misalnya tidak menjurus kepada
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 75
khalwat (Riyanto Sofyan, 17/1 2011).
Untuk memenuhi kebutuhan
operasional, Dewan Pengawas Syariah
PT. Sofyan Hotels Tbk, telah menetapkan
sejumlah fatwa atau opini syariah, sebagai
berikut: Fatwa atau opini syariah tentang
Bisnis Hotel; Fatwa atau opini syariah
tentang Seleksi Tamu; Fatwa atau opini
syariah tentang Sewa Ruangan; Fatwa
atau opini syariah tentang Dekorasi Hotel;
Fatwa atau opini syariah tentang Resturan
dan Produk Makanan dan minuman; Fatwa
atau opini syariah tentang penyediaan
fasilitas TV, Musik dan Hiburan; Fatwa
atau opini syraiah tentang Seragam
karyawati dan pelayanan; Fatwa atau opini
syariah tentang pengelolaan SDM; Fatwa
atau opini syariah tentang Kebiajakn /
pengelolaan keuangan; Fatwa atau opinin
syariah tentang Barang temuab; Fatwa atau
opini syariah tentang Zakat perusahaan;
Fatwa atau opini syariah tentang busana
kerja dan berhias (Riyanto: 2010).
Pemantapan Nilai-Nilai Baru
Untuk memantapkan budaya
korporat, melalui proses penyusunan yang
panjang, terinci dan menyeluruh, akhirnya
ditetapkanlah Visi dan Misi prusahaan
beserta nilai Inti budaya korporat sebagai
berikut:
Visi dan Misi PT. Sofyan Hotels Tbk.
Visi PT. Sofyan Hotels Tbk adalah
Menjadi Hotel terdepan Kelas Dunia.
Misi PT. Sofyan Hotels Tbk, adalah:
1. Menjalankan dan mengembangkan
produk dan jasa hotel yang halal,
maslahat, memberikan manfaat
optimal (best value for the money) dan
disukai yang menjadi pilihan utama
untuk semua.
2. Mengoptimalkan tingkat pengembalian
investasi dan tingkat pertumbuhan
yang berkesinambungan.
3. Mengembangkan kerjasama waralaba
dan peengelolaan hotel dengan para
investor, pemilik hotel dan operator
hotel lainnya.
Nilai Inti dan Budaya Korporat
Identitas perusahaan seperti layaknya
ujung dari sebuah gunung es, apa yang
terjadi dibawah permukaanlah yang
membuat puncak es terlihat kepermukaan.
Ketika pihak diluar organisasi hanya dapat
merasakan pengalaman bersentuhan
dengan puncak gunung es, akan terasa tak
berbeda jika mereka melakukan perjalanan
kedalam jantung perusahaan.
Identitas Sofyan Hotels mengakar
pada sejarah perusahaan, yang merupakan
ekspresi unik. Personalitas ini tersingkap
dalam apa yang hotel Sofyan lakukan,
katakan, dan pikirkan. Sofyan hotel
menyadar salah satu kunci sukses sebuah
produk atau jasa terletak pada karakter,
identitas dan ruhnya. Karenanya kontrol
yang hati hati dalam identitas korporat
adalah salah satu cara yang paling efektif
untuk menanmpilkan sebuah citra yang
kuat yang dapat mengantarkan sukses
Sofyan Hotels di setiap pasar, dimanapun
di seluruh dunia.
1. Pernyataan posisi Korporat
Kekuatan Sofyan Hotels adalah
manusia didalam perusahaan yang
meyakini kebenaran universal dalam
jiwa mereka. Manusia di Sofyan Hotels
dapat dikenali melalui pemahaman,
integritas dan antusiasme/spirit
dan kerendahan hati. Sofyan hotels
selalu bersungguhsungguh untuk
melesat menjadi lebih baik dengan
selalu mendengar, menjaga dinamika
kerjanya, memahami dan menggunakan
pengetahuan, dengan mencari ideide
dan mengupayakan ide yang lebih
baik, dengan kesungguhan heroik.
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
76 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
2. Nilai Inti Korporat
Nilai inti korporat meliputi:
a. Kesadaran (Al Wayu)
Sofyan Hotels menjadikan kesadaran
yang mencerahkan, yang bersumber
pada kompentensinya meliputi
pengetahuan, pengalaman, dan
penyikapan positif dibidang yang
digelutinya yang berorientasikan
kepada nilai kebaikan universal
yang mengarahkannya pada
independensi, rasionalitas, bebas
dari prasangka dan basis data.
b. Bijaksana dan Profesional ( Al-
Ihsan)
Sofyan Hotels menjadikan
Bijaksana dam Profesionalitas
sebagai nilai inti korporate
yang dianutnya dengan makna
ketundukan pada kebaikan
universal, sistematis, proporsional
dan cara berpikir integral yang
mengarahkan seluruh gerak kerja
kepada profesionalisme, kerja tim
dan kerendahan hati.
c. Semangat Untuk Berprestasi (Al-
Mujadalah)
Sofyan Hotels menjadikan
Semangat untuk berprestasi
sebagai nilai inti korporatnya yan
g menjadikan manusia yang ada
didalamnya memegang antusiasme
untuk selalu bersungguh sungguh,
lurus, mudah dan efsien. Nilai inti
yang mengarahkannya menjadi
melesat, dinamis dan selalu berubah
untuk yang lebih baik., serta tidak
mudah menyerah, sabar, telaten
dan mengantisipasi langkah secara
komprehensif dan kontinyu.
3. Budaya Korporat
a. Ikhlas (No Preservation), yaitu Segala
sesuatu yang dikerjakan adalah
pengabdian total tanpa pamrih
untuk sang pencipta. Dengan seikap
seperti itu daya tahan dan kekuatan
akan didapat untuk berkarya dan
meraih pencapaian dan prestasi
dengan keajaiban dan kewajaran
universal yang terbaca dalam
penciptaan alam.
b. Cermat/Seksama (Prudence),
berusaha berdasarkan kehati hatian
dan kecemasan berbassi data dan
analisis terpadu, tidak emosional
dengan tidak mengabaikan intuisi
positif yang dikarunai sumber ilham
alam semesta.
c. Kompeten, budaya ini membimbing
untuk langkah pengelolaan dan
pengembangan usaha hanya pada
bidangbidang yang dikuasai
dengan benar atau dibidang
yang sejalur dengan bidang yang
dikuasai, demi kesinambungan dan
kelanjutan usaha.
d. Profesional, pelaksanaan segala
sesuatu harus dilakukan secara
sistematis dan memperhitungkan
seluruh aspek secara seimbang
dan seefsien agar manfaat segala
sumber daya dapat dilaksanakan
secara optimal.
e. Kerja Tim, menyadari sumber daya
manusia adalah aset penting dalam
perusahaan. Peran serta partisipasi
dan kontribusi aktif seluruh
sumber daya manusia disemua lini
dalam proses kerja yang produktif
menjadi dambaan dalam setiap
ayunan langkah. Bahwa setiap
insan berperan didalam perusahaan
merupakan aktualisasi dari ke-ilahi-
an yang ada dalam diri manusia
untuk bermanfaat secara optimal
bagi lingkungan dan alam.
f. Mudah, Meyakini budaya yang
menjadikan segalanya praktis,
mudah dan jelas, adalah esensi dari
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 77
proses pekerjaan. Adalah kontra
produktif untuk mengembangkan
pekerjaan menjadi lebih rumit,
untuk masalah atau pekerjaan yang
sudah rumit. Tentunya kemudahan
proses dengan tetap mengacu pada
pengutamaan hasil yang berkualitas.
g. Rendah Hati, Menyadari dan
menempatkan diri, sebagai pelayan
sejati pelanggan dengan tujuan
meningkatkan kualitas yang lebih
baik disetiap lini, mengedepankan
rasa berkecukupan dalam
kebermutuan (plan living high
thingking) yang menghindarkan dari
pemborosan dan kecerobohan.
h. Bersungguhsungguh, Dalam
mencapai tujuan, Sofyan Hotels
selalu bersungguh sungguh
(strive) dengan semangat juang dan
optimisme tinggi untuk menghadapi
semua tantangan untuk menjadi
yang terbaik.
i. Berpacu dalam kebaikan, Terus
Berubah Untuk Lebih Baik, Seranting
Lebih Tinggi, Selangkah Lebih
Maju. Sebagai pengelola alam
semesta berdasarkan acuan
universal yang diberikanNya,
dipacu untuk mencapai hasil yang
terbaik ditengah patner. Berpijak
pada sebuah flosof asli budaya
Indonesia dari tanah Minang yang
menuntut untuk selalu menjadi
lebih baik dan lebih baik lagi untuk
masa depan. Tanpa menjadi lupa
diri, sombong terhadap capaian
dan terus meningkatkan ilmu serta
keahlian untuk memberikan yang
terbaik. Berupaya terus menerus
untuk selalu menjadi tebu, bukan
sepah.
j. Dinamis, Sofyan hotels selalu
menjaga dinamisasi dalam gerak
langkahnya. Berusaha keras
meninggalkan zona nyaman yang
biasanya selalu menghinggapi
setiap organisasi. Selalu membuka
pemikiran untuk mencari cara yang
lebih baik.
k. Melesat, semangat juang
yang berdasarkan kesadaran,
kebijaksanaan dan profesional
membuat Sofyan Hotels selalu
siap terus melesat dalam kancah
persaingan dunia profesi yang kini
ditekuni.
4. Fisosof Korporat
Setiap langkah yang diambil oleh
perusahaan dalam menjalankan bisnis
harus disertai dengan rasa tanggung
jawab, untuk menjaga Komitmen
perusahaan yang dibimbing oleh
orientasi yang hakiki. Dengan
menjaga komitmen dan orientasi
tersebut, keuntungan yang tidak hanya
keuntungan materi semata, pada
gilirannya komitmen dan orientasi ini
pula akan meningkatkan keuntungan
materi jangka panjang, daya tahan
usaha dan kesinambungan usaha itu
sendiri.
5. Filosof Pelayanan/produk
a. Virtue (Fitri), layanan Sofyan Hotels
adalah khas dibandingkan lainnya.
Khas yang dimiliki karena produk,
pengelolaan dan pelayanan yang
menerapkan prinsip prinsip
syariah, sehingga menghadirkan ke
Fitri-an, yaitu suatu yang benar,
baik, suci dan indah. Indahnya esensi
bersyariah adalah, semua elemen
yang berbahaya dan merusak bagi
manusia harus dibuang/dijauhi.
b. Benefecial (Maslahah), layanan
Sofyan Hotels selalu berusaha
mengeliminasi unsur yang tidak
sehat dan aman bagi pelanggan dan
kehidupan secara umum (esensi
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
78 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
syariah). Manfaat terbaik bagi
pelanggan menjadi tujuan utama
pelayanan. Sehingga pelanggan
merasakan seperti berada dirumah
kedua yang menentramkan.
c. Impressive (Berkesan), layanan
Sofyan Hotels berkesan bagi
pelanggan dengan menyajikan rasa
nyaman dan unik. Sehingga menjadi
pilihan utama. Yang terbaik dalam
kondisinya. Kata kuncinya adalah
optimal dan proporsional.
6. Karakter Pelayanan Produk
a. Chic, seluruh komponen yang
disajikan tempil cerdas dan bergaya
dengan kesan rapi, modis dan
elegan.
b. Comfort, karakter layanan yang
disajikan bertujuan untuk
kenyamanan bagi pelanggan bukan
hanya yang timbul dari tampilan
luar tapi juga hingga menyentuh
kedalam hati.
c. Simple, karakter simple menjadi
karakter utama layanan kami, yang
memudahkan bagi pelanggan, yang
membuat kenyaman pelanggan
bertambah baik dalam pelayan fsik,
administrasi maupun sisi layanan
lainnya.
d. Value for teh Money, karakter
layanan yang disajikan memberi
nilai lebih dari apa yang dibayar
oleh pelanggan sehingga membuat
nilai produk sebanding , bahkan
lebih dari harga yang dikeluarkan
pelanggan.
8. Logo dan Tag Line
Gambar 1.6. Logo & Tag Line Sofyan Hotels
Sumber: www.sofyanhotel.com
Makna Logo
Logo Sofyan Hotels yang
menggunakan warna utama oranye dan
merah bata merupakan sebuah perlambang
dari flosof yang disarikan dari nilai inti
dan budaya Sofyan Hotels.
Logo yang berkonotasi huruf S
merupakan sebuah penghargaan terhadap
pendiri perusahaan, dan dapat diartikan
sebagai keteguhan berpegang kepada
nilai kebaikan universal yakni syariah.
Serta dapat juga diartikan sebagai
keparipurnaan sistem yang diterapkan
Sofyan Hotels dalam kerja (syumul). Yang
bersumber kepada validitas kebenaran
yang terpercaya. Dan menjadi sebuah
kerinduankepada sebuah prototive
insani yang berusaha selalu menggapai
kesesuaian dengan kebenaran universal
yang diyakini (Shalih).
Logo yang menghadap kekanan atas
adalah sebuah pertanda bahwa Sofyan
Hotels selalu menajdi yang paling progresif
dalam menggapai kesempurnaan dengan
kaki yang menghadap kebawah sebagai
pertanda tetap membumi saat menggapai
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 79
cita cita. Pertautan dua bidang yang
berbeda letak adalah perwakilan budaya,
seranting lebih tingi, selangkah lebih maju.
Strategi Komunikasi Perubahan Konsep
Hotel.
Untuk mendukung paradigma
bisnis dan manajemen syariah yang
mulai berjalan, dilakukan pula upaya
mengidentifkasi dan mengangkat nilai
nilai sejarah perseroan dan manajemen
yang selaras dengan konsep bisnis syariah.
Upaya diatas dibarengi dengan penyiapan
sumber daya manusia (SDM) yang
memahami aspek syariah sekaligus teknis
perhotelan. Manajemen menempatkan
SDM tersebut secara informal, tidak
terstruktur dan dengan yang sealami
mungkin sehinga dapat berbaur dengan
budaya dan karyawan serta manajemen
yang ada.
Setelah berbaur, SDM syariah
tersebut berupaya menstimulasi pengajian
pengajian secara informal diseluruh
lini perseroan. Dengan cara demikian
wacana bersyariah dalam seluruh aspek
kehidupan secara alami, termasuk hotel
syariah. Pelan pelan merasuk dalam
kehidupan karyawan. Berikut penuturan
beberapa karyawan dan komisaris utama
mengenai strategi Infltrasi yang dilakukan
oleh hotel Sofyan:
pada waktu perubahan pada tahun 1992
1997 tahap pengkondisian, tiga tahun
pertama yang dilakukan adalah sosialisasi
secara informal dan jajak pendapat. Kita
buat strategi infltrasi (penyusupan) sdm
syariah kekaryawan, sehingga karyawan
tidak tahu, mereka lah yang melakukan
komunikasibaik secara pribadi atau
melalui pengajian pengajian yang
informal, jadi bukan karena strutural
manajemen, tapi itu adalah program
kami. Setelah karyawan mulai mengerti,
mulailah dimasukkan kajian mengenai
keberkahan dari pada rizqy dan lainnya,
setelah itu baru kita adakan yang sedikit
formal (Riyanto Sofyan, 17/1 2011).
Perubahan yang dilakukan oleh
pemegang saham pada awalnya memang
berat mas, namun alhamdulillah setelah
diadakan pengajian pengajian sesama
karyawan, dan pendalaman akidah Islam
yang rutin kami lakukan, membuat pola
pikir kami juga berubah tutur Agus
herli supervisor front offce hotel Sofyan
Betawi(15/1 2011).
Sedangkan Ita Faridasari, Asisten
Manager Marketing Hotel Sofyan
menyatakan;
pertama kali adanya perubahan itu kita
memang sedikit agak terpaksa, ini mau
dibawa kemana, namun setelah diadakan
pengajian pengajian yang diadakan
sesama karyawan mengenai akidah
ahlak dan akidah Islam, Alhamdulillah
keberatan keberatan atau keterpaksaan
yang pada tahun awal perubahan hilang
seketika, digantikan ke ghirahan
(semangat) yang baru lagi (10/12 2010).
Meski demikian penolakan tetap
ada dari sejumlah karyawan. Menyikapi
penolakan itu, kepada mereka diberikan
penjelasan yang bijaksana dan diselaraskan
dengan kebutuhan pihak yang melakukan
penolakan.
Setelah situasi kondusif, mulai
1997 dilakukan penempatan sdm yang
berwawasan syariah pada jabatan
jabatan formal diseluruh lini perseroan
dan merajutnya dalam satu koalisi yang
lebih terstruktur dan terpadu dalam
kerangka pengimplementasian konsep
hotel syariah. Sumber daya manusia yang
berwawasan syariah ini juga dilengkapi
dengan pelatihan pelatihan manajerial
dalam bidang Ekonomi Syariah dan
Perhotelan guna menyiapkan kerangka
visi dan misi perusahaan.
Selanjutnya ditetapkanlah visi
secara formal dan strategi penerapannya.
Langkah selanjutnya mengkomunikasikan
secara formal visi yang telah ditetapkan
melalui motivational and attitude training
dalam bentuk dauroh (intensive full
days training and outbound training), dan
Strategi Komunikasi Change Management Syailendra Reza Irwansyah Rezeki
80 Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011
diteruskan dengan pembinaan akidah
dan ahlak dalam kerangka pengenalan
wawasan manajemen syariah.
KESIMPULAN
Dari pembahasan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, dalam melakukan pe-
rubahan konsep bisnis hotel yang
dilakukan oleh PT. Sofyan Hotels, Tbk,
merujuk pada konsep Syariah, bahwa
dalam menentukan arah perusahaan nilai-
nilai yang terkandung dalam semua unsur
komunikasi didasari oleh ideologi tauhid
yang bersumber dari Al Quran dan Al
Hadits.
Kedua, terkait dengan strategi
manajemen komunikasi yang diterapkan
dalam proses perubahan konsep bisnis
hotel dilakukan secara komunikasi
antar pribadi dan komunikasi kelompok
melalui strategi Infltrasi (penyusupan)
sumber daya manusia yang berwawasan
syariah melalui komunikasi dan kegiatan
kegiatan pengajian kecil. Setelah proses
pemahaman karyawan mengenai konsep
syariah baik, dilakukan bentuk daurah
(intensive full days training and outbound
training), dan setelah pemahaman
karyawan semakin baik, lalu visi dan misi
serta bentuk hotel dikomunikasikan secara
kepada masyarakat.
Temuan ini memiliki arti penting bagi
pemerhati komunikasi, pengembangan
organisasi, dan manajemen perubahan,
khususnya mengenai konsep dan strategi
komunikasi dalam perubahan organisasi
baik bisnis ataupun social. Jadi menurut
temuan ini strategi komunikasi melalui
infltasi (penyusupan) yang dilakukan
melalui komunikasi antar pribadi dan
kelompok (pengajian) dapat berhasil
maksimal karena tidak ada paksaan
dalam memamahami konssp syariah serta
tidak paksaan dari atasan, karena yang
melakukan komunikasi adalah teman
sejawat, sehingga karyawan merasakan
sepenanggungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifn, Anwar (1984). Strategi Komunikasi : Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Armico.
Creswell, John W. (1994). Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches. KIK Press
Cutlip, Scott M., Allen H Center., Glen M Broom (1999). Effective Public Relations. London.8
th

ed Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall International.
Departemen Agama Republik Indonesia (1984). Alquran dan Terjemahannya.
Effendy, Onong Uchjana (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
cet. 6.
Jefkins, Frank (1997). Public Relations (Terjemahan Haris Munandar) Jakarta: Erlangga.
Kartajaya, Hermawan (2004). On Positioning: Seri 9 Elemen Marketing. Bandung: Mizan.
Kasali, Rhenald (2005). Change. Jakarta: Gramedia
Kasavana, Michael L and Richard M. Brooks (1991). Managing Front Offce Operations,
Third Edition, The Educational Institute of The American Hotel & Motel Assosiation.
USA.
Lewin. K. (1951). Field Theory in Social Science: Selected Theoretical Papers. New York.
USA: New York Harper.
Syailendra Reza Irwansyah Rezeki Strategi Komunikasi Change Management
Jurnal Semai Komunikasi Vol. II No. 1, Desember 2011 81
L. Coch dan J.R.P.French, Jr. (1948). Overcoming Resistance to Change.
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
(edisi Revisi).
Ruslan, Rosady (2003). Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafndo
Persada.
Sofyan, Riyanto (2010). Bisnis Syariah, Mengapa tidak! Pengalaman Penerapan Pada Bisnis
Hotel. Jakarta.
Stephen P. Robbins (1991). Organizational Behavior, Concepts, Controversies, and Application,
New York: Mc Graw-Hill, Inc.
Sutisna (2002). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutopo, HB. (2002). Metode Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya dalam
Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Usman, Muslich (2002). Kaidah-kaidah Istinbath Hukum Islam: Kaidah-kaidah Ushuliyah dan
Fiqhiyah. Jakarta: PT. Raja Grafndo Persada.
Yin, Robert K. (1996). Studi Kasus, Desain & Metode. Penerjemah Mudzakir. M. Djauzi.
Jakarta: Raja Grafndo Persada.
Corporate Profle PT. SOFYAN HOTEL Tbk
SK. Menhub. RI. No. PM 10/PW.391 /Phb-77
SK Menparpostel No. KM 37 / PW 340 / MPPT-86
SK MenbudPar No: KM.3/HK001/MKP.02_ 2002
Website
http://www.detiknews.com/read/2010/07/12/180032/1397809/159/geliat-bisnis
dihotel- syariah
www.sofyanhotel.com
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=8183

You might also like