Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 61

PEDOMAN CPOB 2006

(CARA PRODUKSI OBAT YANG BAIK)


oleh :
DRADJAD PRIAMBODO
Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu
DEFINISI CPOB
Sejarah CPOB di Indonesia
WH0-GMP
voluntary
CPOB ed 3
Op. Manual
Operational
Manual
CPOB ed 1
Inspeksi 1
Sertifikasi I
1971 1989 1990 1990 1990 2001 2006
CPOB ed 2
2001
Op. Manual
In process
2007 2009
CPOB
Suplement
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI..
PENERAPAN CPOB DAN PEMBARUAN PEDOMAN CPOB di
INDONESIA
1971 : Penerapan CPOB dimulai secara sukarela
(berdasarkan standar WHO)
1988 : Pedoman CPOB edisi I mulai diwajibkan untuk
diterapkan
1989 1994 : Waktu penyesuaian pemenuhan CPOB
1990 : Inspeksi CPOB pertama
2001 : Pedoman CPOB edisi 2
2005 : CPOB untuk produk Darah
2006 : Revisi Pedoman CPOB edisi 3
- 2008 : Petunjuk Operasional CPOB
- 2009 : Suplement CPOB
5
Ketentuan CPOB di Indonesia (1)
Ditetapkan melalui surat keputusan
menteri kesehatan
43/Menkes/SK/II/1988-Tgl.2 Peb 1988
Dengan adanya ketentuan tersebut
semua industri farmasi di Indonesia
harus mengacu pada ketentuan CPOB
dalam seluruh rangkaian pembuatan
obat jadi
6
Ketentuan CPOB
GMP yang berlaku lokal:
CPOB Indonesia
CGMP (current GMP) : AS
GMP yang berlaku internasional
ASEAN GMP
WHO GMP Guideline
GMP is also sometimes referred to as
"cGMP". The "c" stands for "current,"
reminding manufacturers that they must
employ technologies and systems which are up-to-
date in order to comply with the regulation.
Systems and equipment used to prevent
contamination, mix-ups, and errors, which
may have been "top-of-the-line" 20 years
ago, may be less than adequate by
today's standards.
c G M P
Other GMPs
The formalization of good manufacturing practices commenced in the
1960s and they are now in effect in over 100 countries ranging from
Afghanistan to Zimbabwe. Many countries have not developed local
requirements and rely on the World Health Organization Good
Manufacturing Practices for Pharmaceutical Prodducts. Regional
requirements have also appeared with application to several countries.
Examples of these inciude :
a) Pharmaceutical Inspection Convention (PIC) Guide to Good Manu-facturing
Practice for Pharmaceutical Products Austria, Denmark, Finland, Hungary,
Ireland, Liechtenstein, Norway, Portugal, Romania, Sweden, Switzerland, and
United Kingdom.
b) Association of South East Asia Nations (ASEAN) Good Manufac-turing Practice :
General Guidelines Brunei, Indonesia, Malaysia, Vitnam, Fhilippines, Singapore,
and Thailand.
c) European Economic Community (EEC) Guide to Good Manufac-turing Practice for
Medicinal Products-Belgium, Denmark, France, Germany, Greece, Ireland, Italy,
Luxembrueg, the Netherlands, Portugal, Spain, the United Kingdom, and more
recently Austria, Finland, and Sweden.
Penegakkan Pelaksanaan CPOB
Dilakukan oleh Badan POM
Badan POM mendapatkan kewenangan dari
Kemenkes
Badan POM
Memberikan panduan dan
memastikan pelaksanaan CPOB
di industri farmasi
Pentingnya Pelaksaan CPOB
Cara kita bekerja dalam memproduksi
obat mempengaruhi orang yang
memakai obat kita.
Pemakai obat kita percaya bahwa
produk kita adalah Aman, Murni dan
Efektif
Manfaat Penerapan CPOB (1)
cGMP
PRODUKSI
PROMOSI
Aman bagi konsumen
Sesuai
kebutuhan
konsumen
Peningkatan
pangsa pasar
Manfaat Penerapan CPOB (2)
Mengurangi risiko
produk tidak memenuhi
syarat mutu
Mengurangi risiko
ketidak sesuaian
dengan peraturan
Mengurangi stres dan
frustrasi
MUTU PRODUK
Peningkatan keamanan
konsumen
Peningkatan company
image
Peningkatan pangsa pasar
3. Aspek-aspek CPOB (1)
Aspek /hal yang harus dipenuhi dalam
pelaksaan CPOB :
Manajemen mutu
Personalia
Bangunan & sarana penunjang
Peralatan
Sanitasi dan hygiene
Aspek-aspek CPOB (2)
Produksi
Pengawasan Mutu
Penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali produk dan produk
kembalian
Dokumentasi
Pembuatan & analisa berdasarkan
kontrak
Kualifikasi & validasi
Pelanggaran terhadap ketentuan CPOB (1)
Pelanggaran terhadap ketentuan CPOB
dapat bekonsekuensi dari yang ringan
hingga berat, tergantung dari besar
kecilnya pelanggaran.
Pelanggaran terhadap ketentuan CPOB (2)
Pelanggaran dapat mengakibatkan :
Teguran
Penarikan kembali obat yang
beredar (recall)
Penutupan pabrik
Pelanggaran terhadap ketentuan CPOB (3)
Sanksi tersebut dikenakan karena
pemerintah bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan masyarakat
pemakai obat kita.
Hal tersebut sebenarnya merupakan
tanggung jawab kita juga.
Pelanggaran akan merusak reputasi
perusahaan, dan mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan.
Sepuluh aturan dasar CPOB (1)
[1] Tulislah prosedur kerja anda
Pastikan untuk memiliki prosedur
sebelum mulai bekerja
[2] Kerjakanlah sebagaimana prosedur
yang ditulis
Tanyakanlah apabila merasa ragu
atau tidak mengerti
19
Sepuluh aturan dasar CPOB (2)
[3] Catat /dokumentasikan hasil kerja
anda
Lakukan pencatatan pada saat bekerja, bukan
setelah (sebelum) bekerja Validasi pekerjaan
anda
[4] Validasi pekerjaan anda
Validasi adalah tindakan pembuktian
Sepuluh aturan dasar CPOB (3)
[5] Gunakan fasilitas dan alat yang
memadai
Untuk mendapatkan hasil optimum
Menghindari kesalahan dan kecelakaan
[6] Pelihara fasilitas dan peralatan
Pemeliharaan yang baik akan
membuat alat selalu berfungsi baik
dan siap digunakan
Sepuluh aturan dasar CPOB (4)
[7] Berlatihlah agar tetap terkini dan
berkembang
[8] Biasakan untuk bersih
dan rapi
Kebiasaan bersih dan cara kerja
yang cermat dapat menghindarkan
terjadinya kontaminasi dan
kesalahan
X
Sepuluh aturan dasar CPOB (5)
[9] Perhatikanlah kualitas
Kualitas yang baik akan
meningkatkan kepercayaan pemakai
terhadap obat kita
[10]Lakukan audit untuk mengecek
kesesuaian
Laksanakan program inspeksi diri
Istilah-istilah CPOB (1)
Dalam pembahasan pedoman
CPOB terdapat beberapa
istilah yang harus diketahui,
karena sering digunakan.
Pemahaman terhadap istilah-
istilah tersebut penting,
untuk memudahkan
memahami tentang pedoman
CPOB
Produk Jadi
Produk Jadi:
Produk yang telah melalui seluruh
tahap proses pembuatan obat.
Telah selesai diolah dan dikemas,
siap dipasarkan.
25
Produk ruahan
Produk ruahan:
Bahan yang telah selesai diolah,
tinggal dikemas.
Contoh: tablet yang telah dicetak,
kapsul yang sudah diisi.
26
Produk antara
Produk antara:
Bahan atau campuran bahan yang
masih memerlukan tahapan
pengolahan lebih lanjut untuk menjadi
produk ruahan.
Contoh: granul tablet yang belum
dicetak, granul kapsul yang belum
diisikan.
27
Bahan awal
Bahan awal:
Semua bahan baku dan bahan
pengemas yang digunakan dalam
produksi obat.
Bahan baku (1)
Semua bahan aktif dan bahan tidak
aktif yang digunakan dalam
pengolahan obat.
Bahan baku aktif : Bahan yang
memiliki efek langsung terhadap
tubuh.
Bahan yang memiliki khasiat.
Bahan baku (2)
Bahan baku tidak aktif:
Bahan yang tidak memiliki efek
langsung terhadap tubuh pasien.
Tidak memiliki khasiat, digunakan
untuk membantu formulasi.
Contohnya : Air dan gula untuk
pemanis sirup.
Bahan pengemas (1)
Bahan pengemas :
Semua bahan yang digunakan
untuk mengemas produk.
Untuk memudahkan distribusi
produk dan untuk melindungi
produk dari pengaruh lingkungan.
Terdiri dari:
Bahan pengemas primer
Bahan pengemas sekunder
Bahan pengemas (2)
Bahan pengemas primer :
Bahan pengemas yang berkontak
langsung dengan produk
alufoil, blister, botol, vial dan ampul
Karena berkontak langsung dengan
produk, proses pengemasan primer
harus dilakukan di area pengolahan,
tidak boleh dilakukan di area
pengepakan.
Bahan pengemas (3)
Bahan pengemas sekunder :
Bahan pengemas yang tidak berkontak
langsung dengan produk.
Unit box, dus, corrugated box
Proses pengemasan sekunder harus
dilakukan di area pengepakan, tidak
boleh di area pengolahan
Batch (1)
Sejumlah tertentu obat yang memiliki
sifat dan mutu yang seragam.
Dibuat atas satu perintah produksi :
Batch record/ batch processing order
Memiliki satu hasil pemeriksaan QC
yang tersendiri: COA
Diolah dalam satu siklus pengolahan:
satu kali mixing, satu kali coating,
kecuali apabila hasilnya
dicampurkan
Batch (2)
Satu batch produk tidak boleh
dicampurkan dengan batch lain
Kecuali ada persetujuan manager QC
dan disertai pencatatan yang jelas.
Perlu didukung dengan alasan yang jelas, dan
pembuktian bahwa tidak terjadi penyimpangan
mutu, dan stabilitas produk
Lot (1)
Lot :
Bagian dari batch yang memiliki sifat
dan mutu yang seragam.
Dalam proses pengolahan suatu produk dapat
ditemui tahapan yang mengharuskan untuk
membagi batch kedalam beberapa bagian
Misalnya: karena kapasitas mesin yang kecil:
mixer, coating dan autoclave
Lot (2)
Batch tidak dibagi kedalam Lot apabila
hasil akhirnya dicampurkan.
Sebelum bagian-bagian batch dapat
dicampurkan, harus dipastikan bahwa semua
bagian memiliki sifat mutu yang seragam
Misal : hasil pengeringan FBD
Apabila bagian batch tidak dijamin memiliki mutu
seragam, harus dibagi kedalam lot-lot, dan
masing-masing lot diperiksa.
Misal : hasil autoclave, coating, mixing
BANGUNAN
1. PEMILIHAN LOKASI
Tidak dilingkungan perumahan
Sebaiknya dikawasan Industri
Bebas pencemaran : udara, tanah, air, lingkungan
2. RANCANG BANGUN DAN PENATAAN GEDUNG
Berdasarkan Kontak dengan luar
Tempat penerimaan & penyimpanan : Bahan baku, bahan
pengemas, dan produk jadi.
Tempat ganti pakaian
Tempat pembersihan diri & Toilet
Berdasarkan Jenis produksi
Bangunan terpisah : Produksi - Laktam ; non - Laktam:
Sefalosporin; Hormon estrogen.
Ruang terpisah : Produk steril & non steril
Kelas-kelas ruangan (1)
Kelas ruangan di industri farmasi ada 3
:
Kelas hitam
Kelas abu-abu
Kelas putih
Kelas ruangan disesuaikan dengan
tujuan pemakaiannya.
Kelas-kelas ruangan (2)
Pembagian kelas berdasarkan :
Jumlah partikel (terutama)
Tingkat kebersihan
Jumlah mikrobanya
Secara teknis tiap kelas berbeda pada:
Konstruksi
Material
Sistem pengendalian udara
Kelas hitam
Pakaian kerja
Baju, celana sepatu
Tutup kepala, masker
Kelas hitam digunakan untuk:
Penanganan produk ruahan yang sudah tertutup kemasan
primer: pengepakan
Wadah tertutup rapat : gudang
Kegiatan di kelas hitam :
- Gudang
- Pengemasan sekunder
Kelas abu-abu
Digunakan untuk
Pengolahan
Pengambilan contoh
bahan baku
Pengemasan primer
Pakaian kerja
Baju, celana sepatu
Tutup kepala, masker
Kelas putih
Digunakan untuk pengolahan
produk steril
Merupakan kelas yang tertinggi tingkat
kebersihannya, baik dari segi partikel
ataupun jumlah mikrobanya.
Pakaian kerja (khusus)
Baju, celana, sepatu
Tutup kepala, masker
Sarung tangan, goggle (kaca mata)
43
Facility Parameters That Need To
Be Controlled
Temperature
Humidity
Air Cleanliness
Room Pressure
Air movement
Lighting
AS
EA
N
PICs
FDA
At rest In operation
Maximum permitted number of particles/m
3
equal to or above
0,5 mm 5mm 0,5mm 5mm
I A 100
(UDAF)
3 500 0 3 500 0
I B 100
(Turb.)
3 500 0 350 000 2000
II C 10 000
350 000 2 000 3 500 000 20 000
III D 100 000
3 500 000 20 000 Not
defined
Not
defined
IV NC NC
Not defined Not defined Not
defined
Not
defined
(LAF/UDAF) = laminar air flow or uni-directional air flow
(Turb.) = turbulent or non-uni-directional air flow
Ref. PICS GMP 2006 WHO TRS 902
Jumlah maksimum partikel /m yang
diperbolehkan
Keterangan
Kelas At Rest Operasional
0,5m 5m
0,5m 5m
E
ruang
proses
3.500.
000
20.
000
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Jumlah mikroba ditetapkan oleh
masing-masing industri farmasi,
misal: ruang pengolahan dan
pengemasan primer.
F
ruang
penge-
masan
sekunder
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Ruang pengemasan sekunder tidak
berhubungan langsung dengan
area luar; untuk memasuki ruang
ini disarankan melewati suatu
ruang penyangga udara (airlock)
atau ruang antara (ante- room).
G
gudang,
tehnik, lab,
kantin
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Tidak di-
tetapkan
Ruang penyimpanan (gudang).
Rekomendasi Jumlah Partikel di Lingkungan
Produksi Nonsteril.
Differential Pressure / perbedaan
tekanan
Ruang produksi non-betalaktam
Tekanan udara dalam ruang pengolahan liquid > tekanan
udara di koridor
Tekanan udara dalam ruang pengolahan solida < tekanan
udara di koridor
( P = 10-15 Psi)
Tekanan udara dalam ruang produksi > tekanan udara di
koridor
( P = 10-15 Psi)
Ruang produksi betalaktam (dry sirup, kapsul, tablet)
Tekanan udara dalam ruang pengolahan < tekanan udara
di koridor
( P = 10-15 Psi)
Tekanan udara dalam ruang produksi < tekanan udara
luar
( P = 10-15 Psi)
Diferensial Pressure / perbedaan Tekanan
(P)
Bertujuan untuk meniadakan kemungkinan terjadi Cross
Contamination/kontaminasi silang antara ruangan
pengolahan, koridor & udara luar.
One way air lock =
Ruang antara yang pintunya hanya bisa dibuka salah satu saja
1. Tekanan ruang pengolahan sediaan solid < tek. di
ruang koridor (bertujuan agar debu yang dihasilkan di
ruang pengolahan solid tidak menyebar ke ruang lain
via koridor)
2. Tekanan ruang pengolahan sediaan Liquid > tek. di
ruang koridor/solid (bertujuan agar debu yang berasal
dari solid tidak pindah ke ruang pengolahan liquid
yang relatif tidak berdebu)
3. Tekanan diruang produksi non-betalaktam > tekanan
udara luar (bertujuan agar debu yang berasal luar
gedung tidak dapat masuk ke dalam gedung melalui
aliran udara luar)
Kesimpulan :
P. ruang liquid > P. ruang koridor > P. ruang solid > P.
ruang luar
Betalactam area
1. Tekanan udara di koridor > tekanan udara di ruang
pengolahan dry sirup & solid (tablet & kapsul), agar
partikel debu dari mikrospora betalactam tidak menyebar
ke koridor yang dapat menyebabkan cross
contamination antara ruang pengolahan yang lain
2. Tekanan udara di ruang produksi betalactam < tekanan
udara luar, agar partikel debu dari mikrospora betalactam
tidak menyebar ke luar saat pintu air lock dibuka.
3. Debu yang dibawa udara luar tidak dapat mengalir masuk
ke ruang pengolahan (walaupun tekanannya lebih besar)
karena daun pintu air lock hanya dapat terbuka salah
satu saja. Selain itu air lock dilengkapi dengan air shower
untuk mencuci dengan udara bersih orang yang
melewatinya.
Kesimpulan :
P. ruang pengolahan dry syrup/solid < P.koridor < P.
udara luar
52
GUDANG
BAHAN
AWAL
R.
TIMBANG
R.
STAGING
R. MIXING
R.
PENGERINGAN
GRANUL
R.
CETAK
TABLET
RA
KORIDOR GREY
LOKER
GREY
RA
R.
COATING
R.STRIP -
PING
R.
PRODUK
RUAHAN
RA
KORIDOR BLACK
R. PENGEMASAN
SEKUNDER
LOKER BLACK
GUDANG
OBAT
JADI
IPC
LAB. QC
R.
PRODUK
ANTARA
R
PROSES
COD
R
FILLING COD
CUCI BOTOL
R
CUCI ALAT
JANITOR
WC WC JAN
R. CODING
MERAH : GREY AREA
HITAM : BLACK AREA
BIRU : RUANG ANTARA
OVEN
TEKANAN UDARA TEORITIS ANTARA KELAS BLACK & GREY
2. HUBUNGAN AIR HANDLING SYSTEM DENGAN FUNGSI BANGUNAN
++
+
+
RA R.SAM
RA
O PLING
B
+
+ + +
+
++
+ + +
+ +
C
STERILE
STAGING
STERILE
CHANGE
F
I
L
L
I
N
G

M
A
C
H
I
N
E
50Pa
D
FORMULATION
ROOM
40Pa
60Pa
40Pa
C/D
D
30Pa
D/E
20Pa
A/L
E
FINISHED PRODUCT STAGING
E
D/E
10Pa
A/L
PERSONEL
CHANGE
20Pa

A
C
Persiapan
Komponen
D
D/E
D
AUTO-
CLAVES
STER.
OVEN
H
E
P
A

D/E
Personil Airlock
Material Airlock
Produk Ruahan


A
10Pa
30Pa
20Pa
20Pa

E
10Pa
MAT
A/L
Material Airlock
untuk Komponen
D/E
20Pa
5
'-
6
"
Lampiran 3.6d
(Contoh)
Tata Letak Ruang Produksi Steril dengan Proses Sterilisasi Akhir
Pengertian kontaminasi (1)
Salah satu sasaran utama pedoman
CPOB adalah untuk menghilangkan
resiko kontaminasi atau pencemaran
terhadap produk.
Kontaminasi terhadap produk yang
terjadi selama proses produksi,
tidak selalu dapat diketahui
melalui pemeriksaan produk jadi.
Pengertian kontaminasi (2)
Kontaminasi adalah masuknya
pengotor atau impurities yang dapat
berupa bahan kimia, mikroba dan
partikel asing kedalam bahan awal
atau produk antara
Kontaminasi dapat terjadi selama
proses produksi, pengambilan contoh,
pengepakan, penyimpanan atau
transport.
Penyebab kontaminasi
Dalam CPOB dikenal 3 jenis penyebab
kontaminasi :
Bahan kimia
Mikroba
Partikel asing
QUALITY CONTROL ???
1. Melaksanakan pengawasan & pengujian
terhadap
seluruh bahan awal
2. Melakukan pengawasan selama proses
produksi
3. Melakukan pengujian terhadap produkjadi
4. Melakukan pengujian stabilitas produk
terhadap produk yang telah dan akan
diedarkan
WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB:
No No Sertifikat CPOB Bentuk Sediaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1714/CPOB/A/XII/96
1715/CPOB/A/XII/96
1716/CPOB/A/XII/96
1717/CPOB/A/XII/96
1718/CPOB/A/XII/96
2081/CPOB/A/VI/99
2082/CPOB/A/VI/99
2083/CPOB/A/VI/99
Tablet biasa non antibiotika
Tablet biasa antibiotika Penisilin dan
turunannya
Kapsul keras non antibiotika
Kapsul keras antibiotika
Kapsul keras antibiotika Penisilin dan
turunannya
Cairan obat luar non antibiotika
Cairan oral non antibiotika
Cairan oral antibiotika
No No Sertifikat CPOB Bentuk Sediaan
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
2084/CPOB/A/VI/99
2085/CPOB/A/VI/99
2110/CPOB/A/IX/99
2111/CPOB/A/IX/99
2650/CPOB/A/XII/05
2651/CPOB/A/XII/05
2652/CPOB/A/XII/05
Salep/krim/gel non antibiotika
Salep/krim/gel antibiotika
Serbuk oral non antibiotika
Suspensi kering oral antibiotika
Penisilin dan turunannya
Tablet biasa antibiotika Sefalosporin
dan turunanya
Kapsul keras antibiotika
Sefalosporin dan turunannya
Sirup kering antibiotika Sefalosporin
dan turunannya
Last but not least
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk
dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronis,
termasuk fotokopi, rekaman dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.
TERIMA KASIH

You might also like