Jurnal Branti

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

PENGARUH TERPAAN BERITA KRIMINAL TERHADAP FEAR OF CRI ME DI

KALANGAN WANITA
(Studi Eksperimental Tayangan Reportase Investigasi Eps. Penjahat Jalanan
Mengincar Pengemudi Wanita dengan Pendekatan Elaboration Likelihood Model
(ELM))

Branti Nurghida Kousiana, Antoni, Suryadi
Universitas Brawijaya Malang
Jalan Veteran, Malang

ABSTRACT
This study is conducted to know the influence of criminal news about fear of crime
among women with Elaboration Likelihood Model (ELM) theory approach. This research is
television media effect study on the formation fear of crime. This study is a quantitave
approach using experimental methods. The experimental method in this study including field
experimental research. The design is posttest only control group design. Reportase Investigasi
program is treatment for experimental group. Questionnaire were employed as the
instruments for data collection. The samples are 60 women drivers in Jakarta, there are 30
respondents in experimental group and 30 respondents in control group. The type technique
sample is simple random sampling. The data analysis technique used frequency distribution
and t-test. The result of t-test is t-counting > t-table. The result showed significantly different
between experimental and control group. Criminal news has an influence on respondents. The
result of this study is respondent feeling fear of crime after they watched Reportase
Investigasi program. Elaboration Likelihood Model analyses explained that the respondents
used central and peripheral route in received and processed the message. This study provides
a new finding in the communication study. Combining the concept of fear of crime and
analyzed using ELM theory approach, the study from sociopsychology tradition used to
explained the influence of media exposure. In the other research, there arent research have
been done like this.
Keyword: media exposure, fear of crime, Elaboration Likelihood Model, experimental
research.

Fear of crime telah menjadi tema pokok yang telah didiskusikan berulang kali dalam
kehidupan bermasyarakat dan perdebatan akademis. Telah banyak perundingan disebarkan
melalui penelitian empiris mengenai fear of crime pada literatur yang berkembang
belakangan ini (Hale, dikutip dari Gabriel & Greeve 2003), dan terdapat kumpulan artikel
klasik fear of crime yang telah dipublikasikan (Ditton & Farral, dikutip dari Gabriel &
Greeve 2003). Fear of crime adalah respon atau tanggapan emosional dalam merasakan
ancaman (Elchardus, De Groof & Smits, dikutip dari Donder, Verte, & Messelis 2005).
Menurut Warr (dikutip dari Fox, Nobles, & Piquero 2009) fear of crime menyebabkan stres
tingkat tinggi dan kecemasan yang dapat menyebabkan perilaku menjadi lemah dan terbatas.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa seseorang yang telah lanjut usia, terutama
perempuan lebih berpengaruh terhadap fear of crime. Terdapat hubungan antara gender dan
takut, namun fear of crime pada pria belum terdapat dokumentasinya (Beaulieu dkk., 2007).
Hasil penelitian terhadap pria berumur 60 tahun ke atas di Quebec (Kanada) menunjukkan
bahwa secara umum pria tidak berpengaruh terhadap fear of crime namun mereka mengambil
langkah penghindaran dan perlindungan (Beaulieu dkk., 2007). Temuan menyatakan bahwa
wanita membatasi perilaku. Menjaga diri saat melakukan aktifitas pada sore hari dan jarang
bepergian. Wanita yang seringkali merasa kurang aman pada suatu kondisi, dan
meningkatkan tindakan keamanan, juga memiliki tingkat ketakutan yang tinggi (Scott, 2003).
Selain lingkungan, media juga berpengaruh terhadap fear of crime seseorang. Isi
televisi mengenai kejahatan yang paling berpengaruh pada daya tanggap penonton dan respon
kejahatan dibanding akun fiksi atau koran (Callanan, 2012). Penelitian berpendapat bahwa
kekerasan dalam media massa dengan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan ketakutan
publik menjadi korban kejahatan. Kejahatan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
yaitu dari hal yang diungkapkan oleh media massa dengan mengubah realitas kejahatan
dengan tidak sebanding, yakni kekerasan yang semakin liar (Reiner, dikutip dari Callanan
2012).
Dunia yang sesungguhnya adalah peristiwa kejahatan yang aneh dan meningkatnya
serangan massa membuat gambaran tentang media lebih kuat karena muncul secara tersebar,
penyajian media mengenai kejahatan tidak beraturan (Heath & Gilbert, 1996). Sebuah hasil
penelitian menunjukkan bahwa menonton drama kriminal Flemish mengakibatkan perasaan
kemungkinan menjadi korban, tinggi. Terdapat hubungan yang kuat antara fear of crime
dengan wanita yang tingkat sosial ekonomi tinggi dan tidak memiliki pengalaman langsung
dengan kejahatan. Jika menonton berita akan menganggap kemungkinan untuk menjadi
korban, rendah (Custers & Bulck, 2012).
ELM digunakan dalam studi ini untuk menjelaskan proses perubahan sikap. Sebuah
studi terdahulu menjelaskan bahwa wanita menggunakan rute sentral dalam proses perubahan
sikap dan menunjukkan perubahan yang tetap setelah intervensi dalam 2 bulan follow up. Pria
terlihat berada dalam isyarat peripheral dari pembicara dan menunjukkan perubahan sikap
sementara (Heppner dkk., 1995). Terpaan pada gambar visual memberi penonton suatu
informasi mengenai masyarakat dan sebagai sumber sekunder dalam hidup bermasyarakat
(Pfau dkk., dikutip dari Schroeder 2005). Adapun sebuah studi menjelaskan proses seseorang
mengolah gambaran realita dengan menonton televisi. Studi menggunakan learning and
construction model dan heuristic model. Kedua model disatukan dalam satu perspektif diuji
melalui kultivasi dengan Elaboration Likelihood Model (ELM) menggunakan topik kultivasi,
pernikahan (Schroeder, 2005). Hasil studi menunjukkan bahwa terpaan televisi, involvement,
dan butuh kesadaran masing-masing dalam memprediksi elaborasi secara luas, proses rute
sentral, dan menggambarkan proses aktif, learning and construction model (Schroeder,
2005). Responden yang kemungkinan besar mengalami elaborasi oleh isi televisi, secara
umum merasa banyak kesamaan antara media dengan sikap personal seseorang terhadap
pernikahan (Schroeder, 2005).
Adapun studi ELM dikembangkan dalam konteks new media. Hasil penelitian
menemukan bahwa ketika pembeli memiliki tingkat yang tinggi dari rasa senang dan berhati
hati atau muncul sifat mendengarkan kata hati, rute sentral isi website menimbulkan nilai
yang bermanfaat saat belanja. Sedangkan ketika pembeli memiliki tingkat yang tinggi dari
emosi yang stabil, keterbukaan, dan berlebihan maka rute peripheral isi website akan lebih
kritis dalam menanggapi nilai belanja secara hedonis (Chen & Lee, 2008). Sebuah penelitian
meneliti beberapa model kausal untuk menilai peran respon kognitif. Hasil penelitian secara
umum, data mendukung prediksi ELM bahwa argumen berkualitas tinggi menghasilkan
pemikiran yang lebih baik dan kemudian lebih banyak perubahan sikap yang ditimbulkan
oleh penerima dengan keterlibatan yang tinggi (Stephenson, Benoit, & Tschida, 2001).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berbagai studi dalam kajian fear of
crime dan ELM telah banyak dilakukan. Namun dari temuan yang telah dipaparkan
sebelumnya, peneliti belum menemukan kajian fear of crime yang telah berkembang cukup
lama, diteliti menggunakan ELM, terutama dalam kajian komunikasi. Adapun yang
menggunakan metode eksperimental dengan treatment berupa membaca buku, menonton
tayangan film namun dalam penelitian ini peneliti menyajikan treatment berupa tayangan
jurnalisme televisi, dan belum ada yang meneliti fear of crime dengan analisis ELM pada
wanita terutama pengendara mobil.
Fear of crime tidak hanya terjadi di lingkungan sekitar namun juga berkaitan dengan
unsur media, terutama televisi. Beberapa program televisi berhubungan fear of crime untuk
beberapa pemirsa (Butler & Hartshorn, 2011). Terpaan oleh media kemungkinan akan
semakin besar jika persepsi orang mengenai dunia nyata sesuai dengan apa yang sering
digambarkan media (Weitzer & Kubrin, 2004). ELM digunakan dalam penelitian ini untuk
menjelaskan proses seseorang dalam menerima dan mengolah pesan dalam kerangka pikiran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan problem
statement:
Peneliti ingin meneliti terpaan tayangan berita kriminal terhadap fear of crime yang dirasakan
oleh kalangan wanita pengemudi mobil, dengan menggunakan pendekatan studi komunikasi
Elaboration Likelihood Model. Peneliti ingin mengetahui proses kognitif dan fear of crime
yang dirasakan dalam diri seseorang ketika diterpa oleh pesan berupa tayangan berita
kriminal. Penelitian ini diuji menggunakan metode eksperimen.
Fear of Crime
Sejak tahun 1960, fear of crime telah menjadi fenomena yang sering dibahas. Banyak
peneliti setuju bahwa fear of crime merupakan konsep yang kompleks, multidimensional, dan
memerlukan pendekatan metodologis yang harus sangat berhati-hati dan ketat dalam berbagai
konseptualisasi, pengukuran, dan interpretasi pertanyaan (Barker & Crawford, dikutip dari
Vukadin & Golub 2012). Menurut Ditton dkk. (dikutip dari Wynne 2008), takut adalah
berbagai perasaan kebingungan, suatu pandangan, perkiraan resiko, dan merupakan hal yang
berbeda untuk orang yang berbeda. Menurut Ferraro (dikutip dari Wynne 2008), menyatakan
bahwa kejahatan adalah normal, karena masyarakat bebas dari kejahatan sama sekali tidak
mungkin. Takut merupakan respon alami dari kejahatan. Fear of crime dapat dilihat sebagai
respon atau tanggapan emosional dalam merasakan ancaman (Elchardus, De Groof & Smits,
dikutip dari Donder dkk. 2005). Menurut Warr (dikutip dari Fox dkk., 2009), fear of crime
menyebabkan stres tingkat tinggi dan kecemasan yang dapat menyebabkan perilaku menjadi
lemah dan terbatas.
Menurut Stanko (dikutip dari Delia 2009), fear of crime pun turut dipengaruhi oleh
perbedaan persepsi mengenai kejahatan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini merupakan
temuan paling konsisten dalam studi mengenai fear of crime. Fear of crime perempuan ini
disebabkan oleh kerentanan perempuan secara sosial serta fisik perempuan yang seringkali
dianggap lebih lemah daripada laki-laki (Skogan & Maxfield, dikutip dari Delia 2009).
Menurut Gabriel & Greeve, Sacco (dikutip dari Vukadin & Golub 2012), fear of crime terdiri
dari dimensi kognitif, emosional, dan perilaku. Dalam penelitian ini melihat pengaruh fear of
crime yang dilihat dari aspek kognitif.
Elaboration Likelihood Model
ELM menjelaskan proses dalam menerima pesan persuasif (Petty & Cacioppo, dikutip
dari Schroeder 2005) dan timbul dari teori respon kognitif (Greenwald, dikutip dari
Schroeder 2005). Teori ini, menilai informasi dalam banyak cara. Terkadang menilai pesan
dengan cara yang rumit, menggunakan pemikiran kritis, dan terkadang menggunakan yang
mudah yakni kurang kritis. Terkadang berpikir mengenai suatu argumen dan terkadang tidak.
Elaboration likelihood adalah kemungkinan menilai argumen dengan kritis dan berpikir dari
suatu hal kecil ke yang lebih besar. Kemungkinan elaborasi tergantung pada cara seseorang
memproses pesan (Littlejohn, 2002, h.132). Elaborasi adalah tingkat dimana seseorang
berpikir hati-hati dengan pendapatnya mengenai isu terkait argumen yang terdiri dalam
komunikasi persuasif (Griffin, 2003, h.198). Seseorang bermacam-bermacam dalam tingkat
berupaya, proses berpikir mengenai isu terkait dan dapat memproses informasi dengan dua
cara, rute sentral dan peripheral (Petty & Cacioppo, dikutip dari Schroeder 2005).
Rute sentral persuasi melibatkan aktivitas kognitif, upaya dimana seseorang mengacu
pada pengalaman sebelumnya dan pengetahuan untuk berhati-hati memeriksa informasi
untuk menentukan manfaat dari pesan. Sesuai dengan pendekatan respon kognitif untuk
persuasi, penerima pesan di bawah rute sentral secara aktif menghasilkan pikiran positif dan
negatif dalam menanggapi komunikasi persuasif. Tidak setiap pesan yang diterima dari media
cukup menarik atau penting dan tidak setiap situasi memberi waktu dan kesempatan untuk
menenangkan pikiran. Ketika seseorang termotivasi dan berada dalam rute sentral, maka
seseorang dengan hati-hati menilai sejauh mana komunikasi memberikan informasi atau
manfaat dari informasi tersebut (Bryant & Zillmann, 1994, h.165).
Jika menggunakan rute peripheral, berbagai hasil perubahan kemungkinan bersifat
sementara dan mungkin memiliki efek lebih sedikit pada proses seseorang berperilaku
(Littlejohn, 2002, h.132). Dalam rute peripheral, individu berkonsentrasi pada isyarat
heuristik seperti sumber yang menarik dan banyaknya atau suatu jumlah dibandingkan isi
argumen yang digunakan dalam pesan untuk mengolah pesan (Morris dkk., 2005). Teori ini
berfokus pada rute sentral dan peripheral adalah tiang dalam rangkaian proses kognitif yang
menunjukkan tingkatan upaya mental seseorang ketika menilai sebuah pesan. Skala elaborasi
yang berada pada titik puncak menggambarkan penelitian dengan cermat dengan upaya yang
maksimal dari sebuah argumen dan tanpa pertimbangan kepercayaan tidak adanya isyarat lain
dalam sisi lainnya (Griffin, 2003, h.198).
Rute sentral perubahan sikap membutuhkan motivasi dalam proses kognitif
komunikasi persuasif, kemampuan dalam proses komunikasi, dan respon kognitif yang baik
(pemikiran) pada komunikasi. Berdasarkan tingkat kepositifan pemikiran seseorang
mengenai topik komunikasi. Perubahan sikap pada rute peripheral, hasilnya kemungkinan
tidak terdapat motivasi, kemampuan, atau pemikiran positif. Perubahan sikap pada rute
peripheral membutuhkan topik komunikasi persuasif yang dihubungkan dengan isyarat yang
positif (Brooks-Harris dkk., 1996). Berpikir kritis bergantung pada dua faktor umum yakni
motivasi dan kemampuan. Ketika motivasi tinggi, maka menggunakan proses sentral, dan
ketika motivasi rendah, lebih mungkin menggunakan proses peripheral (Littlejohn, 2002,
h.132).
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis
penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat perbedaan proses kognitif terhadap rasa takut kejahatan (fear of crime)
antara nilai posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
H
1
: Terdapat perbedaan proses kognitif rasa takut kejahatan (fear of crime) antara nilai
posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.
Eksperimen lebih baik digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dibandingkan
tujuan deskriptif (Baxter & Babbie, 2004, h.205). Eksperimen menjelaskan hubungan sebab
akibat antara variabel independen dan variabel dependen (Baxter & Babbie, 2004, h.206).
Penelitian ini termasuk field experiment, yaitu eksperimen yang dilakukan seperti kegiatan
sehari-hari dalam kegiatan sosial (Baxter & Babbie, 2004, h.206). Kontrol atas variabel
pengganggu juga dilakukan sepanjang memungkinkan di lapangan (Nahartyo, 2012, h.3).
Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control
Group Design, desain eksperimental ini menggunakan dua grup dalam pelaksaannya. Grup
pertama memperoleh manipulasi sedangkan grup kedua yang berperan sebagai grup
pembanding tidak memperoleh manipulasi tersebut. Lalu, efek manipulasi diukur pada grup
pertama dan dibandingkan dengan kondisi pada ukuran variabel dependen grup kedua
(Nahartyo, 2012, h.93). Pada penelitian ini menayangkan tayangan Reportase Investigasi
pada kelompok eksperimen setelah itu responden diberikan kuesioner untuk diisi. Pada
kelompok kontrol tidak diberikan tayangan apapun, langsung diberikan kuesioner untuk diisi.
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pengendara mobil wanita di kota Jakarta dan
berumur 18 tahun keatas.
Dalam penelitian ini menggunakan populasi sampling karena yang dijadikan sampel
adalah wanita pengemudi mobil di RT.08 RW.08 Jakarta Barat Kecamatan Palmerah yang
terdiri dari 130 wanita. Dalam penelitian ini akan dipilih 60 orang berjenis kelamin wanita
sebagai subjek penelitian, yakni 30 orang dalam kelompok eksperimen yakni kelompok yang
diberikan perlakuan (treatment) dan 30 orang dalam kelompok kontrol. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel
acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit
penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel (Singarimbun & Effendi, 1989, h.156).
Pada penelitian ini, terpaan media dioperasionalkan melalui selective television
exposure. Tiga genre televisi yang relevan untuk penelitian ini: berita, drama kejahatan, dan
realitas kejahatan. Terpaan berita televisi terdiri dari frekuensi tampilan berita lokal dan
nasional (Custers & Bulck, 2012). Peneliti melakukan modifikasi terhadap item pertanyaan
untuk terpaan media, dengan jawaban pertanyaan a) 15-30 menit, b) 30-60 menit c) 60-90
menit. ELM dioperasionalkan sebagai skor pernyataan yang disampaikan kepada responden
untuk mengetahui proses pengolahan pesan seseorang dalam menerima tayangan berita
kriminal. Peneliti menggabungkan item pernyataan dengan menggunakan acuan dimensi
ELM melalui penelitian Stephenson et al. Item pertanyaan ELM mengadopsi penelitian
Stephenson dkk. (2001) dan Brooks-Harris dkk. (1996). Peneliti melakukan adaptasi item
pertanyaan dari berbagai sumber tersebut dengan melakukan modifikasi dari pernyataan yang
tertera.
Peneliti juga menggunakan item pertanyaan Television Motives Scale dari Rubin,
Palmgreen, & Sypher (2004) untuk mengukur motivasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti
hanya menggunakan 1 indikator dari 9 indikator yang ada. Peneliti juga menggunakan Need
for Cognition Scale dari Brooks-Harris dkk. (1996) untuk mengukur motivasi dengan
menggabungan item pertanyaan dalam indikator involvement. Fear of crime dioperasionalkan
sebagai skor pernyataan yang mencakup dimensi kognitif. Indikator fear of crime beserta
item pertanyaan yang dijadikan acuan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian Vukadin &
Golub (2012) dan Beaulieu dkk. (2007).

Hasil
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang wanita. Dari tabel
distribusi frekuensi menyatakan bahwa rata-rata usia responden adalah 31,1 tahun atau 31
tahun 1 bulan. Agar lebih mudah dipahami, usia responden dikelompokkan menjadi empat
kelompok usia. Pada keempat kelompok tersebut ditemukan bahwa mayoritas responden
berada dikelompok usia 18 sampai 28 tahun yaitu sebanyak 40%. Jika dilihat dari tingkat
pendidikan responden, mayoritas responden sebanyak 31 orang (51,7%) berpendidikan S1.
Jenis pekerjaan responden terdiri dari karyawan (swasta, BUMN, pegawai negri sipil,
dan honorer), wirausaha, pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, dan profesional (fotografer).
Dalam jenis pekerjaan responden mayoritas karyawan swasta 17 orang (28,3%). Selanjutnya,
status pernikahan mayoritas responden sudah menikah sebanyak 31 orang (51,7%).
Pengalaman seseorang terhadap kejahatan dibagi menjadi dua yaitu pernah dan tidak pernah
menjadi korban kejahatan, mayoritas responden tidak pernah menjadi korban kejahatan
sebanyak 38 orang (63,3%).
Hasil independent samples t-test dari tabel di atas adalah 3,543. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel (berbeda secara signifikan) yakni, menolak Ho dan
menerima H
1
. Sehingga hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal ini menjelaskan bahwa terpaan media berupa
tayangan Reportase Investigasi memiliki pengaruh terhadap responden. Pada kelompok
eksperimen diberi treatment berupa tayangan Reportase Investigasi (eps. Penjahat jalanan
mengincar pengemudi wanita). Di mana dalam tayangan ini ditayangkan secara rinci proses
penjahat jalanan menjalankan tindak kejahatannya terhadap pengemudi mobil wanita.
Terpaan pada gambar visual memberi penonton suatu informasi mengenai masyarakat
dan sebagai sumber sekunder dalam hidup bermasyarakat (Pfau dkk. dikutip dari Schroeder,
2005). Penelitian ini menggunakan responden pengemudi mobil wanita karena dalam
tayangan Reportase Investigasi merujuk pada pengemudi mobil wanita. Peneliti
menggunakan responden wanita karena pada umumnya wanita merasa takut kejahatan tiga
kali lipat dibandingkan laki-laki (Scott, 2003). Fear of crime pada wanita disebabkan oleh
kerentanan wanita secara sosial serta fisik wanita yang seringkali dianggap lebih lemah
dibanding pria (Skogan & Maxfield dikutip dari Delia, 2009).


Pembahasan
Pengolahan pesan yang terjadi pada kalangan wanita pengemudi mobil berlangsung
pada rute sentral dan peripheral. Pada hasil penelitian terdahulu tidak ditemukan bahwa
pengolahan pesan berlangsung pada kedua rute sekaligus, seperti pada hasil penelitian ini.
Dalam penelitian ini, meskipun kualitas argumen berkualitas rendah tidak membuat
responden kehilangan ability dan motivasi untuk menonton tayangan Reportase Investigasi.
Adapun yang mendorong responden memiliki ability dan motivasi untuk menonton
tayangan Reportase Investigasi, menampilkan wawancara dengan korban kejahatan, korban
menceritakan aktivitas sehari-harinya dan menceritakan pengalaman ketika menjadi korban.
Tayangan ini juga melakukan wawancara langsung dengan pelaku kejahatan bahkan pelaku
juga mengajak kru untuk ikut beraksi namun demi keamanan, kru meminta pelaku untuk
tidak mengajak semua teman dari pelaku kejahatan. Kru juga mengontrol perbuatan yang
tidak sesuai dengan modus kejahatan yang telah direncanakan, korban kejahatan didampingi
kru.
Kru menyusun strategi dengan mengikuti pelaku kejahatan saat sedang melakukan
aksinya untuk mengetahui cara dan trik yang biasa mereka lakukan. Terdapat pula kru yang
bergabung dengan korban dan ikut dikuras harta bendanya. Menayangkan aksi kejahatan
mulai dari persiapan yang dilakukan pelaku kejahatan sampai melakukan aksi tindak
kejahatan. Namun dipastikan tidak ada pihak yang dirugikan, termasuk korban kejahatan
karena harta benda yang telah dikuras dikembalikan lagi. Pelaku kejahatan juga menceritakan
pengalamannya saat melakukan tindak kejahatan.
Pada akhir tayangan, pihak Trans TV juga menampilkan pula tips-tips untuk
menghindari penjahat jalanan. Reporter menjelaskan tips-tips tersebut. Adapun berbagai
narasumber juga menjelaskan berbagai tips untuk menghindari kemacetan jalanan. Tips-tips
yang diberikan dijelaskan secara terperinci, seperti alat-alat yang sebaiknya ada di dalam
mobil, memeriksa kendaraan, menyimpan barang berharga di tempat tertutup, dan lain
sebagainya. Treatment yang diberikan tersebut memberikan stimulus kepada responden, dan
memberikan pengaruh terhadap fear of crime.
Skor pada fear of crime menunjukkan skor yang cukup signifikan dengan rute sentral.
Mean pada item ELM rute sentral adalah 105,86 dan nilai rata-rata pada item fear of crime
adalah 106,75. Wanita dengan rata-rata usia 33 tahun 1 bulan, sebagian besar bekerja sebagai
karyawan swasta, tingkat pendidikan S1, sudah menikah, dan tidak pernah menjadi korban
kejahatan mengolah informasi menggunakan rute sentral. Hasil pada kredibilitas sumber yang
menjelaskan aspek rute peripheral memberikan hasil yang cukup yakni berada pada ragu-
ragu. Wanita yang cenderung menggunakan rute peripheral dalam mengolah informasi
berusia 32 tahun 5 bulan, sebagian besar bekerja sebagai PNS, tingkat pendidikan S1, sudah
menikah, pernah dan tidak pernah menjadi korban kejahatan (memiliki skor yang sama).
Kredibilitas sumber yang diragukan responden membuat responden memiliki dorongan untuk
memikirkan argumen sehingga dapat menghasilkan pikiran positif dari tayangan.
Responden juga berada pada pengolahan pesan rute peripheral meskipun hasil skor
tidak cukup tinggi (skor 98 dan berada di ragu-ragu). Adapun yang mendorong responden
berada dalam rute peripheral. Tayangan Reportase Investigasi menayangkan reka adegan
korban kejahatan yang sering terjadi pada pengemudi mobil wanita, ditampilkan kegiatan
sehari-hari korban. Announcer dubbing cenderung monoton dalam pembacaan naskahnya.
Menggabungkan reka adegan terdahulu dimana Trans TV pernah melakukan investigasi pada
bulan Agustus 2012. Adegan yang ditayangkan juga melalui kamera tersembunyi. Pelaku
kejahatan mengajak kru untuk ikut beraksi kejahatan namun demi keamanan, kru meminta
untuk tidak mengajak semua teman pelaku. Adapun kru mengontrol perbuatan yang tidak
sesuai dengan modus kejahatan yang telah direncanakan, korban kejahatan didampingi kru.
Pelaku kejahatan melakukan aksi kejahatan dan kru lainnya merekam kejahatan tersebut.
Tayangan ini juga memperlihatkan senjata tajam yang digunakan penjahat.
Reporter dalam tayangan ini adalah Reni Risty, keberadaan reporter saat
menyampaikan pesan yaitu di tempat-tempat yang berkaitan dengan episode ini yakni, seperti
berada dipinggir jalan dan didalam mobil saat memberikan penjelasan terkait berita. Reporter
juga cenderung mengulangi hasil wawancara dengan pelaku kejahatan tersebut. Musik
dengan nada-nada dibuat mencekam saat reka adegan kejahatan ditampilkan. Visual gambar
terlihat buram karena menggunakan kamera tersembunyi.
Tayangan ini juga menayangkan wawancara dengan Kadiv. Humas Polda Metro Jaya
dalam menanggapi dan meminta keterangan mengenai kejahatan jalanan pengemudi wanita
yang kerapkali terjadi. Adapun wawancara dengan psikolog forensic untuk memberi
penjelasan mengenai kejahatan yang kerapkali menimpa wanita dan tanggapan dari psikolog
akan hal ini. Terdapat juga wawancara dengan pemilik SS Bengkel Bandung untuk memberi
arahan mengenai mobil yang kempes atau terdapat bagian-bagian penting yang kemungkinan
rusak, memberi contoh penggunaan alat-alat kewaspadaan dimobil, dan peragaan untuk
bersikap waspada dalam mengemudi mobil. Pada tayangan tersebut juga ditampilkan tulisan
Hati-Hati Penjahat Jalanan incar pengemudi wanita dengan ukuran huruf yang cukup besar
ditengah layar kaca dan berwarna merah.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada pengaruh terpaan tayangan
berita kriminal terhadap fear of crime kalangan wanita pengemudi mobil dengan
menggunakan pendekatan Elaboration Likelihood Model (ELM), maka kesimpulan dalam
penelitian ini adalah tayangan berita kriminal memberikan pengaruh pada rasa fear of crime.
1. Kelompok eksperimen yang diberikan treatment berupa menonton tayangan
Reportase Investigasi memiliki pengaruh terhadap rasa fear of crime dibandingkan
kelompok kontrol yang tidak diberikan treatment.
2. Hasil penelitian ini memberikan sebuah temuan baru dalam kajian komunikasi
khususnya media effect, dimana ELM digunakan untuk menjelaskan pengaruh terpaan
media terhadap fear of crime. Penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam
kelompok eksperimen berada dalam rute sentral dan peripheral. Hal ini merupakan
sebuah temuan dalam penelitian ini, dimana pada penelitian terdahulu tidak
ditemukan proses penerimaan dan pengolahan pesan berlangsung pada kedua rute
sekaligus.
3. Pengolahan pesan yang berlangsung pada rute sentral menjelaskan bahwa responden
memiliki kemampuan dan motivasi dalam menonton tayangan. Penggambaran
tayangan berupa penjelasan yang informatif dan bermanfaat sehingga tayangan
tersebut membuat responden berpikir melalui rute sentral.
4. Pengolahan pesan pada rute peripheral juga berlangsung, adanya unsur dramatisasi
seperti musik dengan nada mencekam, memperlihatkan senjata tajam, serta
kredibilitas sumber yang ditampilkan pada tayangan ini.
Highlight
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memberikan sebuah temuan baru dalam kajian
komunikasi yakni menggabungkan konsep fear of crime, yang merupakan studi kriminologi
dan diteliti menggunakan ELM. ELM merupakan studi komunikasi dari tradisi
sociopsychology yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh terpaan media. Tradisi
sociopsychology adalah berteori komunikasi sebagai proses ekspresi, interaksi, dan pengaruh,
proses di mana perilaku manusia mengungkapkan mekanisme psikologis, menyatakan, dan
sifat serta melalui interaksi dengan ekspresi yang sama dengan orang lain menghasilkan efek
kognitif, emosional, dan perilaku (Craig & Muller, 2007, h.82). Sociopsychology dimediasi
oleh kecenderungan psikologis (sikap, emosi, kepribadian, konflik bawah sadar, kognisi
sosial, dan lain-lain) sebagaimana telah diubah dengan efek yang muncul dari interaksi sosial
(yang mungkin mencakup dampak teknologi dan institusi media serta pengaruh antar pribadi)
(Craig & Muller, 2007, h.83). Komunikasi berteori dengan cara ini menjelaskan penyebab
dan dampak dari perilaku sosial. Masalah komunikasi dalam tradisi ini menganggap bahwa
situasi yang menjadi penyebab perilaku dalam menghasilkan suatu yang objektif untuk
didefinisikan dan diukur (Craig & Muller, 2007, h.83). Pemberian treatment dalam penelitian
ini berupa tayangan berita kriminal jurnalisme televisi dan menggunakan sampel kalangan
pengemudi mobil wanita. Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya belum
ada yang melakukan penelitian seperti ini.
Keterbatasan Studi
1. Latar belakang responden bukan target utama dari tayangan Reportase Investigasi
Trans TV namun secara manusiawi dapat memberikan pengaruh terhadap fear of
crime. Sehingga pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat lebih
mempertimbangkan relevansi antara sasaran audiens utama dari tayangan.
2. Adanya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga sehingga uji coba kuesioner yang
dilakukan dalam penelitian ini di Malang, namun karakteristik sampel telah terpenuhi.
3. Penelitian ini menggunakan eksperimen lapangan dimana validitas internal yang
dimiliki tidak sekuat eksperimen laboratorium.
Rekomendasi Penelitian Selanjutnya
1. Responden yang digunakan hanya mencakup satu RT/RW di Jakarta, diharapkan pada
penelitian selanjutnya lingkup penelitian menggunakan sampel yang lebih luas.
2. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain Posttest only
control group, penelitian selanjutnya sebaiknya dapat mengembangkan desain
penelitian.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa lebih mengembangkan objek penelitian seperti
proses ELM dalam konsep media effect yang terjadi pada kalangan anak-anak dan
diteliti dari sudut komunikasi.
4. Penelitian selanjutanya diharapkan bisa mengembangkan studi ELM pada kajian
komunikasi politik.

5. Penelitian selanjutnya juga diharapkan melakukan replikasi studi ini, dengan mengubah
treatment (tayangan lain) yang diberikan namun sampel penelitian tetap pada kalangan
wanita pengemudi mobil. Ataupun sebaliknya, sampel penelitian diubah namun
treatment yang diberikan sama (berita televisi lokal).

Daftar Pustaka
Baxter, L. A. & Babbie, E. (2004). The basics of communication research. Canada :
Wadsworth.
Beaulieu, M., Dube, M., Bergeron C., Cousineau, M-M. (2007). Are elderly men worried
about crime. Journal of Aging Studies, 21, 336-346.
Brooks-Harris, J.E., Martin, H., & Christina, M-M. (1996). Changing men's male gender-role
attitudes by applying the elaboration likelihood model of attitude change. Sex Roles, 5
(9/10), 563-580.
Bryant, J. & Zillmann D. (1994). Media effects advances in theory and research. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
Butler, K. & Hartshorn, S. (2011). Watching the detectives: crime programming, fear of
crime. The Sociological Quarterly, 52, 36-55
Callanan, V. J. (2012). Media consumption, perception of crime risk and fear of crime:
examining race/ethic differences. Sociological Perspectives, 55, 93115.
Chen, S-H. & Lee K-P. (2008). The role of personality traits and perceived values in
persuasion: an elaboration likelihood model perspective on online shopping. Social
Behavior and Personality, 36 (10), 1379-1399.
Craig, R.T & Muller, H.L. (2007). Theorizing Communication : Readings Across Traditions.
London : SAGE Publications.
Custers, K. & Bulck, J.V.D. (2012). The cultivation of fear of sexual violence in women :
processess and moderators of the relationship between television and fear.
Communication Research, 40(1), 96 124.
Delia, R. P. (2009). Analisis determinan penyebab timbulnya fear of crime pada kasus
pencurian di kalangan ibu rumah tangga. Jurnal Kriminologi Indonesia, 5 (1), 67-76.
Donder, L. D., Verte, D., & Messelis, E. (2005). Fear of crime and elderly people: key factors
that determine fear of crime among Elderly people in west flanders. Ageing
International, 30 (4), 363-376.
Fox, K. A., Nobles, M, R., & Piquero, A.R. (2009). Gender, crime victimization and fear of
crime. Security Journal, 22 (1), 24-39.
Gabriel, U. & Greve, W. (2003). The psychology of fear of crime. British Journal of
Criminology, 43, 600-614.
Griffin, Em. (2003). A first look at communication theory. New York : Mc Graw-Hill.
Heath, L. & Gilbert, K. (1996). Mass media and fear of crime. The American Behavioral
Scientist, 39 (4), 379-386.
Heppner, M. J., Good G.E., Hillenbrand-Gunn, T. L., Hawkins, A.K, Hacquard, L.L, Nichols,
R.K., DeBord, K.A., Brock, K.J. (1995). Examining sex differences in altering
attitudes about rape. Journal of Counseling and Development, 73(6), 640-647.
Littlejohn, Stephen. (2002). Theories of Human Communication. (7
th
edition). CA: Lyn Uhl.
Morris, J.D., Woo, CM., Singh, A. J. (2005). Elaboration likelihood model: a missing
intrinsic emotional implication. Journal of Targeting, Measurement and Analysis for
Marketing, 14 (1), 79-98.
Nahartyo, E. (2012). Desain dan implementasi riset eksperimen. Yogyakarta : UPP STIM
YKPN.
Scott, H. (2003). Stranger danger: explaining womens fear of crime. Western Criminology
Review, 4(3), 203-214.
Schroeder, L.M. (2005). Cultivation and the elaboration likelihood model: a test of the
learning and construction and availability heuristic models. Communication Studies,
56 (3), 227-242.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (1989). Metode penelitian survai. Jakarta : LP3ES.
Stephenson, M. T., Benoit, W.L., Tschida, D.A. (2001). Testing the mediating role of
cognitive responses in the elaboration likelihood model. Communication Studies, 52
(4), 324-337.
Vukadin, I. K. & Golub, T.L. (2012). Fear of crime in zaegrab, croatia: gender differences in
the face of incivilities and prior victimization. Journal of Criminal Justice and
Security. No.4, 435-459
Weitzer, R. & Kubrin, C.E. (2004). Breaking news: how local tv news and real world
conditions affect fear of crime. Justice Quarterl, 2 (3), 497-520
Wynne. (2008). An investigation into the fear of crime: is there a link between the fear of
crime and the likelihood of victimisation?. Internet journal of criminology.

You might also like