Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 31

ACUTE

RESPIRATORY
INFECTIONS


Pneumonia

Oleh :
Andy Kumara
Pembimbing :
dr. Reza Kurnia Sp.A
Acute Respiratory Infections (ARI)
Developed and developing countries
High morbidity
5 8 episodes/year/child
30 50 % outpatient visit
10 30 % hospitalization
Developing countries
High mortality
30 70 times higher than in developed countries
1/4 - 1/3 death in children under five year of age
ARI-ASSOCIATED DEATH RATE BY AGE
TEKNAF, BANGLADESH, 1982-1985
0
20
40
60
80
100
120
140
1-5 6-11 12-23 24-35 36-50
Age i n Mont hs
Deaths per 1000 children
Distribution of 12.2 million deaths among children less
than 5 years old in all developing countries, 1993
ARI (26.9%)
Measles (2.4%)
Diarrhoea/measles
(1.9%)
Diarrhoea (22.8%)
Other (33.1%)
Malaria (6.2)
ARI/Malaria (1.6%)
ARI/Measles (5.2%)
Malnutrition
(29%)
RISK FACTORS FOR PNEUMONIA
OR DEATH FROM ARI
Increase
risk of
ARI
Malnutrition, poor
breast feeding
practices
Vitamin A deficiency
Low birth weight
Cold weather
or chilling
Exposure to air pollution
Tobacco smoke
Biomass smoke
Environmental air pollution
Lack of immunization
Young age
Crowding
High prevalence
of nasopharyngeal
carriage of
pathogenic bacteria
PNEUMONIA :
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru
yang meliputi :
alveolus dan jaringan interstitial
Pneumonia merupakan penyakit yg menjadi
masalah di berbagai negara terutama
di negara berkembang termasuk Indonesia,
dan merupakan penyebab kematian utama pd balita
Pneumonia is a no 1 killer for infants
(Balita)
Magnitude of the Problem
in Indonesia
Pneumonia in children (< 5 years of age)
Morbidity Rate 10-20 %
Mortality Rate 6 / 1000
Pneumonias kill
50.000 / a year
12.500 / a month
416 / a day = passengers of 1 jumbo jet plane
17 / an hour
1 / four minutes

Pneumonia Classifications
Anatomical classification
Lobar pneumonia
Lobular pneumonia
Intertitial pneumonia
Bronchopneumonia
Etiological classification
Bacterial pneumonia
Viral pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Aspiration pneumonia
Mycotic pneumonia
Pneumonia Classifications
Bacterial etiology
Streptococcus pneumoniae
Hemophilus influenzae
Staphylococcus aureus
Streptococcus group A B
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Chlamydia spp
Mycoplasma pneumoniae
Hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan mendapatkan :
Pneumonia sebagai penyebab kejadian dan kematian
tertinggi pd balita.
Berbagai mikroorganisme dpt menyebabkan
pneumonia,
antara lain virus dan bakteri.

( Shann,1986) : Dalam penelitiannya di 7 negara
berkembang, mendapatkan:
etiologi Pneumonia yg disebabkan bakteri = 60%

(Turner, 1987): Dalam penelitiannya di negara maju,
mendapatkan :
etiologi Pneumonia yg disebabkan:
bakteri = 19%
virus = 39%
0
10
20
30
40
50
S Pneumoniae H Influenzae S Aureus
BACTERIA ISOLATED FROM LUNG ASPIRATES
IN 370 UNTREATED CHILDREN WITH PNEUMONIA
%
Pathology and Pathogenesis
Bacteriae peripheral lung tissues
tissues reaction oedematous
Red Hepatization Stadium
alveoli consist of : leucocyte, fibrine,erythrocyte,
bacteria
Grey Hepatization Stadium
fibrine deposition, phagocytosis
Resolution Stadium
neutrophil degeneration, loose of fibrine,
bacterial phagocytosis
Bronchopneumonia
Early stages of acute bronchopneumonia. Abundant inflammatory cells fill the
alveolar spaces. The alveolar capillaries are distended and engorged.

Bronchopneumonia
Acute bronchopneumonia. The alveolar spaces contain abundant PMNs and an
inflammatory infiltrate rich in fibrin.

Acute Bronchopneumonia
Acute bronchopneumonia; the alveolar spaces are full and distended with
PMNs and a proteinaceous exudate. Only the alveolar septa allow identification
of the tissue as lung.


LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF

Pencegahan Pneumococcus dan
H.influenzae dpt dilakukan dengan :
vaksin yg sudah tersedia.
Efektivitas vaksin adalah untuk :
Pneumokok sebesar 70%
H. influenza sebesar 95%.
Infeksi H influenzae bisa dicegah dgn:
rifampicin bagi kontak di rumah tangga
atau di tempat penitipan anak.

Characteristic features
S pneumoniae
mucosal inflammation lesion
alveolar exudates
frequently lobar pneumonia
H influenzae, S viridans, Virus
invasion and destruction of mucous membrane
Staphylococcus, Klebsiella
destruction of tissues multiple abscesses

LANGKAH DIAGNOSTIK

Anamnesis
Pasien biasanya mengalami demam tinggi,
batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas
Pada bayi, gejalanya tidak khas, seringkali
tanpa demam dan batuk.
Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala,
nyerl abdomen disertai muntah.
Pemeriksaan fisis
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda
berdasarkan kelompok umur tertentu.

Pada neonatus, Gejala :
sering dijumpai takipneu,
retraksi dinding dada,
grunting,
dan sianosis.

Pada bayi yang lebih tua, Gejala :
jarang ditemukan grunting.
Gejala yang sering terlihat adalah :
takipneu,
retraksi,
sianosis,
batuk,
panas,
dan iritabel.
Pemeriksaan fisis
Pada anak pra sekolah, Gejala yang sering terjadi
adalah :
demam,
batuk (non produktif/produktif),
takipneu,
dan dispneu yg ditandai dgn retraksi dinding dada.

Pada kelompok anak sekolah dan remaja, Gejala :
dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif/produktif),
nyeri dada,
nyeri kepala,
dehidrasi
dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai :
adanya napas cuping hidung.
Pada auskultasi, dapat terdengar :
suara pernapasan menurun.
Fine crackles (ronki basah halus) yg khas pd anak
besar,
bisa tidak ditemukan pada bayi.
Gejala lain pd anak besar adalah:
dull (redup) pd perkusi,
vokal fremitus menurun,
suara napas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki
basah halus) di daerah yg terkena
Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat:
Gerakan dada menurun waktu inspirasi,
Anak berbaring ke arah yg sakit dgn kaki fleksi.
Rasa nyerl dpt menjalar ke leher, bahu, dan perut.

Diagnosis pneumonia ditegakkan menurut

Fast breathing (tachypnea)

Respiratory thresholds
Age Breaths/minute
< 2 months 60
2 - 12 months 50
1 - 5 years 40

Chest Indrawing
(subcostal retraction)
Simple Clinical Signs of Pneumonia (WHO)
Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen toraks proyeksi posterior-anterior
merupakan diagnosis pasti pneumonia.
Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan,
misalnya
efusi pleura.
Pada bayi dan anak yg kecil gambaran radiologi
seringkah tidak sesuai dgn
gambaran klinis.
Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa
tetapi gambaran foto toraks :
menunjukkan pneumonia berat.
Foto toraks tidak dpt membedakan :
antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus.

Pemeriksaan penunjang
Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi
tiga macam :
1. Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air
bronchogram, biasanya disebabkan :
infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain
2. Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau
Mycoplasma; gambaran berupa :
corakan bronhovaskular bertambah, peribronchial
cuffing, dan overaeriation;
bila berat terjadi pachy consolidation karena
atelektasis
3. Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain
biasanya menunjukan :
gambaran bilateral yg difus, corakan
peribronhial yg bertambah, dan tampak infiltrat
halus sampai ke perifer.
Staphylococcus pneumonia juga sering
dihubungkan dengan pneumatocelle dan efusi
pleural (empiema),
Mycoplasma akan memberi gambaran berupa
infiltrat retikular atau retikulonodular yg terlokalisir
di satu lobus.
Ketepatan perkiraan etiologi dari gambaran foto
toraks masih dipertanyakan.
Namun para ahli sepakat adanya infiltrat
alveolar menunjukkan penyebab bakteri shg
pasien perlu diberi antibiotika.
Hasil pemeriksaan Laboratorium :
leukosit >15.000/l dgn dominasi netrofil :
sering didapatkan pd pneumonia bakteri
dapat pula karena penyebab non-bakteri.
Laju endap darah (LED) dan C reaktif protein juga:
tidak menunjukkan gambaran tidak khas.
Trombositopeni bisa didapatkan pada 90% pd :
penderita pneumonia dengan empiema.
Pemeriksaan sputum kurang berguna.
Biakan darah jarang positif, hanya positif pada 3-11 % saja,
utk pneumokokus dan H. influenzae kemungkinan positif
adlh 25-95%.
Rapid test untuk deteksi antigen bakteri mempunyai
spesifisitas dan sensitifitas rendah.
Pemeriksaan serologis juga
kurang bermanfaat.
Medikamentosa
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit utk dilakukan:
shg pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai
dgn pola kuman tersering
yaitu Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur.
Untuk bayi < 3 bulan diberikan golongan penisilin dan
aminoglikosida. Seperti :
Ampisilin 50 - 100 mg/kg/bb/hari dibagi 3-4 dosis IV
Gentamisin 5 - 7 mg/kg/bb/hari dibagi 2 dosis IV
Untuk bayi 3 bulan diberikan golongan penisilin dan
kloramfenicol. Seperti :
Ampisilin 50 - 100 mg/kg/bb/hari dibagi 3-4 dosis IV
Kloramfenicol 50 - 100 mg/kg/bb/hari dibagi 3-4
dosis IV
TERAPI


Bila keadaan pasien berat atau terdapat empierna, antibiotik
pilihan adalah golongan sefalosporin.
Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas
turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 - 10
hari.
Bila diduga penyebab pneumonia adalah S aureus, kloksasilin
dapat segera diberikan.
Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin,
klindamisin, atau vancomycin.
Lama pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu.
Bila dalam 48-72 jam tidak ada respons klinis (sesak dan
demam tidak membaik), lakukan penggantian antibiotik dengan
golongan sefalosporin.
TERAPI

You might also like