Sistem Pemipaan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

i

Daftar Isi

Kata Pengantar vii


Bab 1 : Sistim Pemipaan dan Perusahaan EPC 1

1.1 Sejarah Pipa 1
1.2. Jenis Pipa dan Ukurannya 3
1.2.1. Ukuran Pipa 7
1.2.2. Schedule Pipa 8
1.2.3. Pipe Ends 9
1.2.4. Jenis Pipa 9
1.3. Komponen Pipa 12
1.4. Jenis-jenis Sistim Pemipaan 18
1.5. Perusahaan EPC 21
1.5.1. Kantor Pusat 23
1.5.2. Kantor Proyek 24
1.6. Engineering 25
1.6.1 Process Engineering 27
1.6.2. Civil Engineering 28
1.6.3. Static Equipment/Rotating Machinery 29
1.6.4. Piping Engineering 30
1.6.5. Electrical Engineering 31
1.6.6. Instrument/Control system Engineering 31
1.6.7. Departemen Pendukung 32
1.7. Procurement 33
1.8. Construction 33
1.9. Project Control 34
1.10.Quality Control 34

Bab 2 : Piping Engineering 36

2.1. Pendahuluan 36
2.2. Departemen Piping Engineering 38
2.3. Lead Piping Engineer 40
2.4. Piping Material Engineering 45
2.5. Piping Design 46
2.6. Piping Material Control 50
2.7. Piping Stress Engineering 50
2.8. Piping Code dan Standard 51
2.9. ASME B31 Code 63

Bab 3 : Piping Stress Engineering 65

3.1. Pendahuluan 65
3.2. Tujuan Analisa 68
3.3. Tugas dan Tanggung Jawab 69
3.4. Hubungan Antar Departemen 73
3.5. Lead Piping Stress Engineer 76
3.6. Piping Stress Engineer 78
3.7. Metode Analisa 82
3.8. Analisa Formal 85
3.9. Stress Critical Line List 87

Bab 4 : Pipe Support 91

4.1. Pendahuluan 91
4.2. Code dan Standard 96
4.3. Material 97
4.4. Perlindungan Terhadap Korosi 97
4.5. Allowable Pipe Span 98
4.6. Standard Pipe Support 103
4.6.1. Shoe 104
4.6.2. Guide 109
4.6.3. Line Stop 110
4.6.4. Anchor 111
4.6.5. Trunnion 112
4.6.6. Reinforcing Pad 116
4.6.7. Adjustable Support 117
4.7. Spring Support 117
4.8. Spesial Support 120


Bab 5 : Teori Dasar Piping Stress Analysis 123

5.1. Pendahuluan 123
5.2. Formula Perhitungan Tebal Pipa
Berdasarkan ASME B31.3 127
5.3. Formula Perhitungan Tebal Pipa
Berdasarkan ASME B31.4 dan B31.8 129

iii

5.4. Karakteristik Material Pipa 132
5.4.1. Modulus Elastisitas 132
5.4.2. Thermal Expansion 133
5.4.3. Kekuatan Material (Strength) 134
5.5. Beban pada Pipa (Pipe Loading) 135
5.5.1. Sustained Load 136
5.5.2. Thermal Load 137
5.6. Stress Categories 138
5.6.1. Primary Stress 138
5.6.2. Secondary Stress 140
5.7. Allowable Stress 141
5.7.1. Code Allowable Stress 141
5.7.2. Allowable Stress Range 143
5.8. Temperatur Yang Digunakan untuk Analisa 146
5.9. Nozzle Displacement 150
5.10. Flexibility dan Stress Intensifiaction Factor 157
5.10.1. Flexibility Factor 159
5.10.2. Stress Intesification Faktor 159
5.11. Cold Spring 161
5.12. Allowable Loads 164
5.13. Bellow Expansion Joints 169
5.14. Beban Angin (Wind Loads) 173
5.15. Beban Gempa (Seismic Load) 175
5.16. Perhitungan Slug Force 178
5.17. Perhitungan Gaya Reaksi pada PRV 180
5.17. Pertimbangan didalam Piping Stress Analysis 182

Bab 6 : CAESAR II

6.1. Pendahuluan 191
6.2. Penggunaan CAESAR II 192
6.3. Program Selain CAESAR II 193
6.4. Kelebihan CAESAR II 194
6.5. Proses Install CAESAR II 195
6.6. CAESAR II Siap Digunakan 198

Bab 7: 7 Langkah Piping Stress Analysis 199

7.1. Mengumpulkan Data Pendukung 201
7.2. Membuat Stress Sketch 206
7.3. Memasukan Data ke CAESAR II 212
7.4. Analisa Statis (Static Analysis) 220
7.5. Analisa Hasil Perhitungan 228
7.6. Mengirimkan Hasil Perhitungan 231
7.7. Laporan Akhir Kalkulasi (Final Stress Report) 233


Lampiran A: Metode Input Equipment di CAESAR II 237

Lampiran B: Metode Input Reducer di CAESAR II 224

Lampiran C: Metode Input Trunnion di CAESAR II 244

Daftar Pustaka 249

BAB
1
Sistim Pemipaan
dan Perusahaan EPC

1.1 Sejarah Pipa

Dalam sejarah kehidupan umat manusia yang sudah
berjalan selama puluhan ribu tahun lamanya, seni mendisain
dan membangun jaringan Pemipaan sudah dikenal
berabad-abad lalu.

Awal mulanya, sistem pemipaan banyak digunakan oleh
masyarakat untuk keperluan pengairan pada pertanian,
dengan menggunakan pipa berbahan baku bambu, seperti
dilakukan oleh masyarakat di China pada kira-kira antara
tahun 3000 dan tahun 2000 sebelum Masehi.

Seiring dengan kemajuan kebudayaan umat manusia,
maka makin luas jugalah penggunaan pipa dalam berbagai
aspek kehidupannya.

Selain penduduk di negara China, maka penduduk di
daerah yang dulunya disebut Indus Valley (saat ini adalah
Pakistan dan sebelah utara India) terkenal pada tahun 2500
sebelum Masehi sebegai ahli dalam pembuatan jaringan
pemipaan untuk rumah-rumah.

Selain itu, Mesir juga tercatat dalam sejarah ketika
penduduknya mengalirkan air dari Sungai Nil untuk mengairi
sawah-sawah pertanian mereka.

Tapi, diantara semua itu, Roma layak diberi perhatian
khusus atas kepiawaiannya dalam hal disain dan konstruksi
jaringan pemipaan, khususnya untuk keperluan air minum,
mandi, air mancur di tengah kota dan beberapa untuk
keperluan pribadi, pada tahun 150 setelah masehi.

Pada jaman tersebut, jenis pipa yang dipakai bermacam-
macam: pipa kayu dengan menggunakan besi apda titik
sambungan, bronze, dan pada tempat-tempat yang elit,
pipa yang digunakan adalah dari bahan perak.

Namun diakui, baru pada abad ke-19, perkembangan
dibidang teknologi pipa terjadi sangat pesat.

Sementara itu, pembahasan dari sisi permasalahan
pemuaian pipa ketika dialiri fluida yang bertemperatur tinggi,
masihlah sangat sederhana.

Dalam sejarahnya, pada tahun 1928, mulailah pertama
kalinya muncul sebuah metode untuk memecahkan
permasalahan single-plane konfigurasi (single-plane
configuration) yang ditulis oleh A. M. Wahl dan W. Hovgard
dalam paper, yang masing-masing berjudul Stresses and
Reaction in Expansion Pipe dan Deformation of Plain Pipe
Bends, sebagaimana ditulis dalam buku yang menjadi
panduan piping engineer dunia, Design of Piping Systems
yang diterbitkan oleh The M. W. Kellogg Company.

Pendekatan dalam metode perhitungan stress analysis
makin menunjukan kemajuan ketika R. H. Tingey dalam
tulisannya berjudul Method of Calculation Thermal Expansion
Stresses in Piping pada tahun 1934 memperkenalkan apa
yang dikenal dengan virtual center of gravity or elastic
center.

Salah satu tonggak keberhasilan Pengembangan
perhitungan stress analysis adalah ketika departemen
engineering dari Perusahaan Standard Oil Co (Indiana),
Metode Input Trunnion
3

menampilkan dalam bentuk laporan internal perusahaan
pada tahun 1932, yang pada intinya mengatakan bahwa
koefisien bentuk dari planar tambahan adalah merupakan
turunan dari bentuk dasar melalui proses permutasi lingkaran
dari sumbu koordinat.

Hal ini kemudian ditampilkan pada edisi pertama buku
Design of Piping Systems oleh The M. W. Kellogg Company
pada tahun 1941.

Pada buku tersebut, juga diberitakan bahwa sebagai
tambahan dari pendekatan yang murni teknikal analysis,
maka pada tahun 1945 dikenalkanlah metode grapho-
analytical oleh S. Crocker dan A. McCutchan pada buku
Piping Handbok terbitan McGraw-Hill Book Co, New York.


1. 2. Jenis Pipa dan Ukurannya

Hampir tidak ada dalam kehidupan kita yang tidak
bersinggungan dengan pipa dan jaringannya. Di setiap
pembangunan gedung-gedung bertingkat untuk
perkantoran, rumah sakit, hotel, selalu terlihat adanya
penggunaan pipa, baik untuk keperluan sanitasi, untuk
pendingin udara, maupun pipa untuk pengaliran air
pemadam kebakaran.

Pipa juga dengan mudah bisa kita temukan pada
pembangunan pabrik pupuk, atau di kilang-kilang
pengolahan minyak mentah, baik untuk pengolahan minyak
di darat maupun di tengah laut.

Yang paling sering kita temukan dan lihat adalah jaringan
pemipaan untuk menghantarkan air minum ke rumah-rumah
yang hampir seluruhnya terbuat dari logam, dan pipa
pembuangan air kotor dari bahan palstik atau juga sering
disebut pipa paralon (PVC).
Pipa mempunyai ukuran tertentu, mulai dari yang paling
kecil dengan ukuran diameter sebesar inchi sampai ukuran
yang luar biasa besar sehingga manusia pun bisa masuk
kedalamnya, yaitu pipa dengan diameter 72 inch atau kira-
kira 1.8 meter.

Secara umum material yang banyak digunakan untuk
pipa dan komponennya terbagi atas dua kategori utama
yaitu:

Metallic (logam)
Non-metallic (non-logam).

Khusus untuk bahan metal, bisa dibagi lagi atas dua
kelompok utama yaitu Ferrous (besi) dan Non-Ferrous,
termasuk paduan Nickel, tembaga dan aluminium. Akhirnya,
dari jenis bahan material berjenis Ferrous tersebut, material
pipa dapat lagi dibagi atas dua yaitu:

wrought iron, cast iron
Steel

Hampir seluruh material pipa yang banyak digunakan di
industry Migas adalah berbahan besi baja (steel), dengan
karakteristik utama sebagai berikut:

Kimia: elemen utama (besi untuk Feerous Metal),
elemen paduan (nickel, chromium etc), impurities,
dan lainnya.

Sifat Fisik; kerapatan (density), modulus elastisitas,
koefisien thermal ekspansi, dan lain-lain.

Struktur Mikro: struktur atom, phase metalurgi, tipe
dan ukuran butir.

Sifat Mekanik: kekuatan (yield strength, ultimate
strength, elongation) dan ketangguhan
(toughness).

George Antaki, dalam bukunya Piping and Pipeline
Engineering, menggambarkan diagram material pipa dan
komponennya, seperti terlihat pada gambar 1.1.


Metode Input Trunnion
5



Gambar 1.1. Diagram Material Pipa dan Komponen
Ada dua metode yang umum digunakan untuk
menamakan ukuran suatu pipa, yaitu:

NPS: Nominal Pipe Size, banyak digunakan di Amerika
Utara, dengan satuannya Inchi.

DN: Diameter Nominal, digunakan oleh Negara di
daratan Eropa, dengan satuan milimeter.

Disamping penamaan ukuran pipa dengan NPS atau DN,
maka ada pasangannya yang selalu tidak ketinggalan ketika
disebutkan ukuran pipa, yaitu Sch atau Schedule.

Schedule (skedul) adalah menunjukan ukuran ketebalan
dinding pipa atau wall-thickness.

Yang perlu diperhatikan disini dan sering menimbulkan
kebingunan adalah bahwa tidak selalu ukuran pipa dalam
NPS merupakan ukuran diameter luar (OD) yang sebenarnya.

Perbedaan antara NPS dengan OD dimulai dari pipa
ukuran NPS sampai ukuran NPS 12 . Sedangkan untuk
pipa dengan NPS diatas 12 inches, maka NPS yang ditunjukan
adalah sesuai dengan OD dari pipa tersebut.

Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa perbedaan
tersebut lebih karena pada awal pembuatan pipa pada
tahun 1930an, pipa dibuat berdasarkan diameter dalam
dengan 1/16 tebal dinding, sehingga ukuran diameter
luarnya menjadi lebih besar 1/8.

Seiring dengan perkembangan teknologi perlogaman,
mereka pun mampu membuat pipa dengan ketebalan yang
lebih tipis, tapi dengan tetap menjaga ukuran diameter luar
pipa.

Akhirnya, ketika pipa mulai dibuat dengan ukuran yang
besar, terjadilah keadaan dimana pipa yang berukuran besar
mempunyai diameter dalam yang lebih kecil dari ukuran
Nominalnya, sedangkan pipa yang berukuran lebih kecil,
mempunyai diameter dalam yang lebih besar dari ukuran
Nominalnya.
Metode Input Trunnion
7

Salah satu perbedaan lain yang ada adalah
penggunaan huruf s setelah nomor scchedule, misalna 5S.
Hal ini adalah khusus untuk menunjukan bahwa schedule
tersebut untuk material Stainless Steel, sedangkan schedule
tanpa hurus S adalah untuk pipa selain stainless steel.

Namun, hal ini sepertinya tidak konsisten juga, karena ada
material pipa dari stainles stell tapi tidak menggunakan
penamaan dengan tambahan huruf S.

Akhirnya, disepakati bahwa penamaan huruf S pada
angka 10, misalnya, adalah lebih untuk membedakan antara
pipa yang dihitung berdasarkan ASME B36.19M dengan ASME
B36.10M.

Kita tahu bahwa dimensi dan ukuran serta schedule pipa
adalah berdasarkan ASME B36.10M untuk pipa baja biasa
(wrought steel pipe), dan berdasarkan ASME B36.19M untuk
pipa baja stainles (Stainless Steel pipe).

Pada dua Standards tersebut pada kolom Schedule
ditampilkan penamaan dengan huruf S untuk pipa Stainless
Steel dan tanpa huruf S untuk pipa bukan stainless steel.


1.2.1 Ukuran Pipa

Pipa yang ada dipasaran dan sering digunakan di industri
Migas dikelompokan dalam ukuran sebagai berikut:

Large Bore Pipe: yaitu pipa yang berukuran lebih
besar dari 2 inchi.

Small Bore Pipe: yaitu pipa yang mempunyai ukuran 2
inchi ke bawah.

Tubing: mempunyai ukuran sampai 4 inchi tappi
mempunyai ketebalan dinding yang lebih kecil dari
Large Bore dan Small Bore tadi.

Ukuran pipa yang biasanya banyak digunakan pada
industri perminyakan dan gas alam serta industri lainnya
adalah dimulai dari ukuran NPS inch, in, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10,
12 dan mempunyai Diameter Luar (Outside Diameter, OD)
yang sudah distandardkan dan tidaklah sama dengan
penamaan NPS nya. Sedangkan pipa 14 inchi keatas
mempunyai Diameter Luar (Outside Diameter) yang sama
dengan NPS nya.


1.2.2. Schedule (Ketebalan Pipa)

Seperti sudah dikemukakan diatas, bahwa pipa di
produksi dalam berbagai macam ketebalan yang sudah
distandardkan. Setiap ketebalan tertentu pada pipa diberi
penamaan dalam bentuk Schedule Number bukan dalam
bentuk ketebalan pipa sebenarnya.

Awalnya, ketebalan pipa hanya ada tiga kelompok,
yaitu:
Standard
Extra Strong (XS)
Double Extra Strong(XXS)

Saat ini penamaan sudah diganti dengan memberikan
schedule number tertentu, yang dimulai dari 5 dan 5S,
kemudian diikuti dengan 10 dan 10S, seterusnya dalam
kelipatan 10 sampai Schedule 40 (20, 30, 40), dan selanjutnya
mempunyai kelipatan 20, yaitu 60, 80, 100, 120, 140, 160.

Pada umumnya, besarnya ketebalan pipa yang
mempunyai schedule 40 dengan schedule STD adalah sama
untuk pipa ukuran 1/8 sampai pipa ukuran 10 inchi.

Demikian juga, schedule 80 adalah sama dengan
schedule XS untuk pipa ukuran 1/8 sampai 10 inchi.

Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa
penggunaan pipa yang mempunyai Schedule 5 dan 10 lebih
banyak digunakan pada pipa Stainless Steel. Sedangka pipa
yang tergolong Small Bore, biasanya mempunyai ketebalan
minimal yaitu schedule 80, walaupun boleh saja mempunyai
ketebalan yang lebih dari itu, hanya saja akan membuat
Metode Input Trunnion
9

pipanya menjadi berlebihan kekuatan daripada yang
dibutuhkan.

Pipa biasanya diproduksi dengan mempunyai panjang
yang berbeda tergantung kepada material, ukuran dan
schedule. Namun pada umumnya pipa-pipa diproduksi
dengan mempunyai rata-rata panjang 20 ft atau 6 meter
untuk pipa Carbon Steel. Panjang ini disebut juga dengan
istilah random length. Adakalanya pipa yang mempunyai
ukuran panjang dua kali dari random length tersebut juga
banyak tersedia dan termasuk disukai terutama untuk
penggunaan di pipe rack. Ukuran ini disbeut juga dengan
istilah Double Random Lenght, atau sama dengan 12 meter.


1.2.3. Pipe Ends

Secara umum, pipa yang diproduksi mempunyai tiga jenis
bentuk ujung pipanya, yaitu:

Plain Ends (PE): yaitu ujung pipa yang dipotong persegi,
sering digunakan untuk sambungan seperti sockets weld,
slip-on flanges dan mechanical couplings.

Beveled Ends (BE): yaitu ujung pipa dipotong membentuk
bevel yang cocok dan sering digunakan untuk
sambungan butt-weld,

Threaded Ends: yaitu pipa yang dibuat mempunyai ulir
pada ujungnya dan digunakan untuk sambungan jenis
Screw Joints. Ada dua pilihan, apakah berulir di kedua sisi
(TBE = Threaded Both Ends) atau hanya pada satu sisi
(TOE = threaded one end).


1.2.4. Jenis Pipa yang Sering Digunakan

Carbon Steel:

Pipa yang bernama Carbon Steel ini adalah pipa yang
paling luas penggunaanya dalam Industri Migas maupun
industri lainnya.
Hampir seluruh material pipa ini mempunyai spesifikasi
yang dikeluarkan oleh ASTM (American Society for Testing
and Materials) dan ASME (American Society of Mechanical
Engineering.

Ada dua tipe Carbon Steel yang paling banyak
digunakan, yaitu:


ASTM A106: yang mempunyai tiga grade, yaitu Grade A,
B, danC. Grade ini merujuk kepada besarnya Tensile
Strenght dari material tersebut.

Besarnya Tensile Strength dari ASTM A106 adalah:

Grade A : 48 ksi
Grade B : 60 ksi
Grade C: 70 ksi

Diantara ketiga grade tersebut, yang biasa digunakan
adalag ASTM A106 Grade B.

ASTM A 53: material ini juga sering digunakan yaitu pipa
yang dilapisi oleh unsur zinc (galvanized), atau sering juga
digunakan sebagai alternative untuk tipe A106.

A53 mempunyai tiga Grade, yaitu Grade A, B, dan C.
Disamping itu, A53 juga mempunyai tiga tipe yaitu:

Tipe E: Electric Resistance Weld
Tipe F: Furnace Butt Weld
Tipe S: Seamless

A53 Grade A dan B mempunyai Tensile Strength yang
sama denga ASTM A106 Grade A dan B.

ASTM A 333: material ini sering digunakan pada fluida
yang mempunyai temperatur yang rendah, mulai dari -
50
o
F.



Metode Input Trunnion
11

Stainless Steel:

Pipa yang sering dikategorikan didalam Stainless Steel
pipa ini sebenarnya mempunyai nama lengkap Austenitic
Stainless Steel. Namun lebih sering dikenal dengan nama
Stainless Steel.

Stainless Steel mempunyai 18 Grade, namun yang sering
digunakan adalah tipe 304L.

Pada intinya, Tipe 304 adalah tipe yang mempunyai
kadar karbon yang rendah dengan tujuan memperkuat
kemampuan menahan korosi. Dengan penambahan huruf L
dibelakang namanya, menjadi 304L, menunjukan bahwa tipe
tersebut mempunyai kadar karbon konten yang semakin
rendah, jauh lebih rendah dari hanya 304 saja.

Dengan demikian dalam aplikasinya, ada dua tipe
stainless steel yang umum dikenal dan digunakan di industri
migas, yaitu:

ASTM A312: standard ini digunakan untuk Pipa ukuran 8
inchi kebawah.

ASTM A358: standard ini digunakan untuk Pipa ukuran
diatas 8 inchi.

Masih banyak lagi jenis material pipa yang cukup sering
digunakan seperti:

Chrome-Moly Pipe: yaitu Chromium-Molybdenum Alloy
Pipe, yang terdirid ari 10 grades, dan merujuk ke ASTM
A335.

Nickel dan Nickel Alloy Pipe: contoh yang banyak
digunakan adalah Inconel, Incoloy dan Monel.

Cast iron Piping,Cooper Piping

Plastic Pipe, concrete pipe.

1. 3. Komponen Pada Sistim
Pemipaan

Sistim pemipaan tidak hanya terdiri dari pipa-pipa saja,
tetapi sangat memerlukan adanya komponen lain seperti
elbow, flanges, weldolet, threadolet, tee,reducer, dan
komponen lainnya yang didunia piping dikenal dengan
nama Fittings.

Fittings terbuat dari material yang sama dengan meterial
pipa dimana fttings tersebut akan disambungkan.

Beberapa standard yang sering digunakan untuk
pembuatan pipe fittings ini adalah sebagai berikut:

ASTM A234: adalah standard untuk fitting dari bahan
Carbon Steel dan Alloy Steel untuk penggunaan pada
temperatur sedang dan tinggi.

ASTM A420: ini adalah standard yang mengatur untuk
fittings Carbon Steel dan Alloy Steel tapi untuk
penggunaan pada temperatur rendah.

ASTM A403: adalah untuk fittings Stainless Steel


Berikut ini akan ditampilkan secara sekilas beberapa jenis
fittings yang banyak digunakan pada sistim pemipaan, yaitu:

Elbow: adalah jenis fitting yang dipasangkan pada pipa
pada saat pipa akan berobah arah perjalanannya.

Misalnya pipa yang sedang menuju kearah barat,
selanjutnya akan berbelok menuju arah selatan, maka
diantara kedua pipa tersebut, yang sedang menuju arah
barat dan pipa yang akan menuju ke selatan, dipasangkan
Elbow sebagai penyambungnya.

Perubahan arah tersebut bisa dalam bentuk sudut 45o
atau 90o. Elbows tersedia dalam dua tipe yaitu tipe Short
Radius, yaitu tipe dimana jarak dari pusat elbow ke ujungnya
Metode Input Trunnion
13

(B) sama dengan NPS nya, dan tipe Long Radius, dimana
jaraknya (A) adalah 1.5 kali NPS.

Umumnya diameter pipa pada sisi masuk akan sama
dengan sisi keluar. Namun pada kasus tertentu, bisa saja
terjadi perbedaan diameter tersebut, dan untuk itu
komponen ini dinamakan dengan Reducing Elbow.




Gambar 1.2. 90 Deg Elbow



Gambar 1.3. 45 Deg Elbow

Tee: adalah sebuah komponen yang mempunyai tujuan
untuk membagi aliran fluida dalam pipa menjadi dua arah
atau sebaliknya menggabungkan dua aliran fluida menjadi
satu didalam pipa selanjutnya.

Tipe tee yang paling umum adalah tee yang mempunyai
ukuran diameter yang sama antara masuk (inlet) dan keluar
(outlet), dengan demikian dimensi C pun akan sama untuk
semua arah.

Gambar 1.4. Equal Tee

Cap: adalah tipe komponen dari pipa yang berfungsi
sebagai penutup akhir sebuah sistim pemipaan. Fungsinya
kurang lebih sama dengan plug.



Gambar 1.5. Cap

Reducer: adalah komponen pipa yang mengalami
pengurangan atau penambahan diameter dari diameter
kecil ke yang lebih besar atau sebaliknya, sesuai dengan
persyaratann dari process engineering.

Ada dua jenis Reducer yang umum dikenal, yaitu tipe
yang mempunyai perbedaan garis tengah (center line)
antara pipa dengan reducer. Tipe ini disebut dengan
Eccentric Reducer. Pola peletakanya bisa dua cara, yaitu
Flat-Bottom, yaitu bagian ratanya berada dibawah, atau
sebaliknya, bagian ratanya diatas yang disebut juga dengan
Flat-Top.

Metode Input Trunnion
15

Cara mana yang akan digunakan tergantung dari
dimana Eccentric Reducer ini akan ditempatkan. Secara
umum, Flat-Bottom Reducer biasanya ditempatkan di
Piperack, sedangkan yang Flat-Top banyak diaplikasikan
didekat nozzle pompa.


Gambar 1.6. Eccentric Reducer

Adapun jeniss Reducer yang ke dua adalah Concentric
Reducer. Jenis ini adalah reducer yang mempunyai garis
tengah (center line) yang sama baik antara garis tengah
pipa maupun garis tengah reducer.

Jenis ini bisa dipakai dimana saja, sesuai dengan
keinginan Piping Designer, yang tentu saja sudah
memperhitungkan aspek konstruksi dan persyaratan
prosesnya.

Gambar 1.7. Concentric Reducer

Flanges: adalah jenis komponen pipa yang banyak
digunakan untuk menyambung antara satu pipa dengan
pipa lain yang tidak menginginkan adanya proses
pengelasan karena perbedaan material misalnya, atau
menyambungkan antara pipa dengan komponen lain,
seperti Valve, Orifice, Spectacle Blind dan lain-lainnya,

Jika Elbow, Tee, Reducer, Cap adalah komponen yang
terbuat dari bahan yang sama dengan material pipa tempat
dia akan tersambung, maka flanges mempunyai perbedaan
karena umumnya Flange terbuat dari bahan logam melalui
proses forging yaitu proses pembentukan logam dengan cara
pemberian tekanan.

Disamping itu Flange juga mengalami proses apa yang
disebut dengan machined surface.

Ada beberapa jenis muka flange seperti:

o Flat face: biasanya sering mengunakan material besi
tuang (cast iron) dengan class 125 dan 250. Salahs atu
alsanya adalah untuk mendistribusikan compressive stress
ke are yang lebih luas dan menghindari terjadinya
momen lentur yang bisa meretakkan besi tuang tersebut.

o Raised Face: ini adalah tipe flange yang umum dan biasa
digunakan. Permukaan flange akan naik 0.06 inchi untuk
class 150 dan 300, sedangkan untuk class400 naik 0.25
inchi. Karena ada permukaan yang naik, maka gasket
nya pun lebih kecil dari lingkaran baut.

o Lap Joint: mempunyai muka seperti raised face tapi
didapat dengan menggunakan pipa.

o Ring Face: cincin metal akan diselipkan dimuka flange
dnegan tujuan menghindari terjadinya kebocoran.


Disainnya pun bisa bermacam-macam seperti welding
neckj, slip-on, lap joint, socket weld, threaded dan satu lagi
blind flange, seperti gambar disebelah ini.

Metode Input Trunnion
17


Gambar 1.8. Weldneck Flanges



Gambar 1.9. Slip-On Flanges


Gambar 1.10. Blind Flanges


Gambar 1.11. Socket Weld Flanges




Gambar 1.12. Threaded Weld Flanges

Flange Rating:

Flanges biasanya dikelompokan didalam Class dengan
menggunakan Rating sesuai dengan Tekanan Disain
(Design Prerssure). Sebenarnya Flange Rating itu adalah
disebutkan dalam psi, namun lebih sering cukup
dinamakan dengan pound, walaupun flange 300 pound
bukan berarti bahwa Design Pressure nya adalah 300 Psi.

Menurut ANSI B16.5, working pressure (PT) sebuah flange
adalah fungsi dari Rating Pressure (Pt) dan Allowable Stress
(ST).

P
T
= P
t
S
t
/ 8750

Dimana:

PT = Working Pressure untuk material tertentu pada temp, T, psi
Pt = Pressure Class rating index.
ST = Flange Material Allowable Stress pada temperature T, psi

Ada sebuah aturan Rule of Thumb yang mengatakan
bahwa pada temperature ambient, Tekanan Operasi
Maksimal sebuah Flange Carbon Steel class X adalah kira-kira
2.4 X. Aturan ini cuocok untuk rating 300 keatas.

Misalnya Flange Carbon SteelClass 300 pound mempunyai
Design Pressure sebesar kurang lebih 2.4 x 300 = 720 psi pada
temperature ambient.

1. 4. Jenis-jenis Sistim Pemipaan

Didalam hal penggunaannya, sistim pemipaan terbagi atas
dua kategori:

Process Plant Piping System :

Yaitu sistim pemipaan yang terdapat pada suatu pabrik
yang bersifat mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
Sistim Pemipaan yang termasuk kedalam kategori ini adalah

You might also like