Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

PENGERINGAN GAMBIR
DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA
Oleh:
Yazmendra Rosa
Maimuzar
Nasrullah
Staf Pengajar J urusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT
The Gambier drying system of solar dryer has been studied. Solar Energy represent the source of energy, which
is available in nature, unpollutive, free of charge and also continue all day long. The research Gambier drying was
main problems. The Gambier drying has been conducted after cropping boiling and extortion of rubber of
Gambier. The equipment absorber of zinc materials has solar radiation collector. It was used to removing heat
into air emitting a stream of in it. This high temperature air has been flow through dryer room. Scheme of this
appliance exploited situation of environment that is a designed house as solar dryer system. Result of research
obtained air temperature in dryer room (T= 60
o
C,T
mean
= 56,56
o
C) with cloudy weather condition. Drying area
could been lessen by drying vertically. Distribution temperatures in dryer room earn uniform and could dry
Gambier simultaneously. Temperature mean in every rack enough flatten except lowermost rack such as T
1mean
=
40,64
o
C, T
2mean
= 39,79
o
C, T
3mean
= 39,21
o
C, T
4mean
= 36,61
o
C, at cloudy weather condition.
Keywords: Solar energy, drying and enhanced heat transfer
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petani gambir Sumatera Barat menghasilkan
lebih dari 80 % hasil gambir di Indonesia.
Tanaman gambir tumbuh dengan baik di
Kabupaten 50 Kota di Mahat, Sungai Sembilan,
Pangkalan Koto baru, Kapur Sembilan, juga
terdapat di kabupaten Pesisir Selatan di Nagari
Burung-burung Belantai, Siguntur dan Bayang.
Disamping itu beberapa kabupaten di Sumatera
Barat juga terdapat tanaman gambir, namun
baru mulai diusahakan dan masih dalam skala
kecil.
Gambir pada umumnya sudah dapat dipanen
pada umur 1 sampai 1,5 tahun tergantung pada
tingkat pertumbuhannya. Pemanenan dilakukan
dengan cara memotong ranting-ranting dan
daunya (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda)
dengan pisau atau ani-ani (tuai). Panjang
potongan adalah 40-60 cm dari ujung,
dimaksudkan agar tunas baru pada ketiak
ranting dapat tumbuh dengan baik. Tanaman
gambir juga dapat dipanen secara berkelanjutan
tergantung pada perawatan yang kita lakukan,
bisa berumur puluhan tahun dan tetap bisa
menghasilkan getah dengan baik. Berdasarkan
pengalaman petani, pemotongan dan penuaian
daun harus dilakukan pada pagi hari, antara
pukul 8.00 sampai pukul 12.00 WIB, untuk
mendapatkan kelembaban udara yang cukup.
Penuaian ranting beserta daun setelah pukul
12.00 WIB siang mengakibatkan produksi dan
mutu gambir rendah.
Pada proses pengolahan daun dan ranting
dilakukan dengan cara tertentu sehingga
diperoleh cairan yang mengandung getah,
cairan ini diendapkan beberapa waktu sehingga
terjadi pemisahan antara air dan getah yang
telah berpisah, selanjutnya disaring lagi untuk
mengurangi jumlah airnya, sampai akhirnya
getah tersebut berbentuk pasta kemudian
dicetak. Secara garis besarnya ada beberapa
tahapan pengolahan, yang harus dilalui, setelah
membawa bahan yang telah dipanen ketempat
kempa dan dilakukan penimbangan bahan,
tahapan tersebut adalah sebagai berikut;
perebusan daun, pengempaan daun,
pengendapan getah, penirisan getah,
pencetakan dan pengeringan.
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

Pada proses pengeringan yang selama ini
menjadi salah satu masalah di dalam menjaga
kualitas, dimana masyarakat petani gambir pada
umumnya dan petani gambir Nagari Barung
Barung Belantai khususnya masih menjemur
gambir atau mengeringkan gambir dengan cara
memanfaatkan panas yang ada pada saat
perebusan dari daun gambir. Hal ini
menyebabkan warna gambir yang telah kering
menjadi hitam, disebabkan panas yang ada
bercampur dengan asap perebusan, sehingga
harga menjadi murah lebih kurang 30 %.
Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti
mencoba merancang bangun alat pengering
gambir dengan memanfaatkan energi Matahari.
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi
salah satu input dalam pengembangan teknologi
pengeringan, yang berkualitas. Dengan
memakai alat ini kualitas serta mutu akan
terjamin karena tidak bercampur dengan asap
serta debu-debu pada saat perebusan daun
gambir dan harga jual meningkat 30 %.
Pada penelitian prototype pengering gambir
energi surya
[4]
, masih terdapat hasil gambir yang
berwarna kehitaman walaupun lebih baik dari
pengeringan secara manual. Kondisi warna
hitam diakibatkan bahan gambir yang
dikeringkan masih menerima radiasi surya
secara langsung melalui plastik sebagai
covernya. Hasil kualitas gambir yang optimal
akan tercapai jika kondisi ini dapat dihilangkan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pengering Energi Surya
Pengering surya adalah suatu sistem pengering
yang memanfaatkan energi surya. Sistem
pengering surya terdiri dari dua bagian utama
yaitu kolektor surya dan ruang pengering.
Kolektor surya adalah suatu alat yang dapat
mengumpulkan atau menyerap radiasi surya
dan mengkonversikan menjadi panas. Besarnya
panas dari kolektor yang akan dimanfaatkan
dalam sistem ruang pengering dapat ditentukan
dari persamaan:
Q m c T
u p
=
-
A ... (2.1)


maka temperatur udara untuk pengering dapat
dihitung dengan persamaan:
T
Q
m c
T
ko
u
p
kin
= +
-
... (2.2)
Pengeringan adalah salah satu cara untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian
besar air yang dikandung melalui pengunaan
energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai batas dimana mikro
organisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya
(Winarno, 1980).
Pengeringan gambir mcrupakan lanjutan dari
proses perebusan, pengempaan, penirisan dan
pencetakan dengan tujuan mengurangi kadar air
yang ada di dalam gambir. yang telah dicetak.
Selanjutnya Winarno (1993) menyatakan bahwa
pengeringan pada bahan pangan dan pertanian
menjadi lebih awet, volume bahan menjadi lebih
kecil, berat bahan berkurang sehingga dengan
sendirinya biaya produksi menjadi lebih sedikit.
Dasar proses pengeringan adalah terjadinya
penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dengan bahan
yarig dikeringkan. Kemampuan udara membawa
air bertambah besar jika perbedan antara
kelembaban nisbi udara pengering dengan
udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu
faktor yang mempercepat proses pengeringan
adalah kecepatan udara pengeringan. Semakin
lambat aliran udara maka kandungan uap air

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

disekitar bahan yang dikeringkan makin jenuh
sehingga pengeringan makin lambat (Taib et al,
1987).
Peristiwa yang terjadi selama pengeringan
meliputi dua proses yaitu 1) proses perpindahan
panas dari udara ke bahan untuk menguapkan
air dari dalam bahan tersebut, 2) proses
perpindahan massa, yaitu proses perpindahan
massa uap air dari permukaan bahan ke udara.
Dalam pengeringan gambir, proses pengeringan
akan berlangsung lebih cepat pada temperatur
tinggi. Semakin tinggi temperatur akan semakin
cepat proses pengeringan berlangsung,
Temperatur yang terIalu tinggi akan
menyebabkan gambir akan kering yang sebelah
luar saja. Hal ini perlu diperhatikan pada
pengeringan dengan panas buatan. Panas yang
melebihi 45
O
C menyebabkan permukaan gambir
kurang indah atau berkerut permukaan menjadi
kering dan membentuk kerak. Kerak ini selain
menghambat pengeringan gambir dibagian
dalam, juga akan mengurangi penampilan dan
warna produk yang dihasilkan.
2.1.1 Kolektor Surya
Kolektor surya adalah sistem pengumpul radiasi
surya yang dikonversikan dalam bentuk panas
oleh absorber. Panjang gelombang radiasi surya
yang dapat diserap adalah 0,29 sampai 2,5 m.
Komponen kolektor surya adalah:
1. Absorber dari bahan yang berwarna hitam
untuk memaksimalkan penyerapan radiasi
surya.
2. Penutup berupa bahan transparan,
mempunyai transmisi yang besar untuk
gelombang pendek dan menghalangi
perpindahan panas konveksi dan radiasi.
3. Isolasi untuk menghindari kehilangan panas
ke lingkungan.
4. Rangka yang kokoh, mudah dibentuk dan
tahan lama.

E
reff

E
glob

T
in
T
out
Q
L


Gambar 2.1 Keseimbangan energi pada kolektor
Persamaan keseimbangan energi pada kolektor:
Q Q Q Q
a u l s
= + + ... (2.3)
Prinsip kerja kolektor adalah pelat absorber
menyerap radiasi surya yang jatuh ke
permukaan dan dikonversikan dalam bentuk
panas, sehingga temperatur pelat tersebut
menjadi naik. Panas dipindahkan ke fluida kerja
yang mengalir pada pelat absorber.
Perpindahan panas akan terjadi secara
konduksi, konveksi dan radiasi.
2.1.2 Proses Pengeringan
Proses pengeringan terjadi dalam ruang
pengering dengan mengalirkan udara
bertemperatur tinggi yang keluar dari kolektor
kepermukaan material yang akan dikeringkan.
Kandungan air dari material akan menguap dan
terbawa oleh aliran udara keluar. Proses
penguapan yang berlangsung secara kontinue
menyebabkan material akan semakin kering.
Untuk menghitung besarnya laju perpindahan
panas selama proses pengeringan atau
penguapan, dapat ditinjau dari suatu permukaan
basah yang dilewati oleh aliran udara panas.

dA
m
a
-
e
a
, t
a
, P
s,a

e
i
, t
i
, P
s,i



Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

Gambar 2.2 Permukaan basah dialiri udara
J ika udara panas mengalir melewati suatu
permukaan basah, maka akan terjadi
perpindahan kalor sensibel dan kalor laten
secara bersamaan, dimana perpindahan kalor
sensibel (q
s
) terjadi bila terdapat perbedaan
suhu antara udara (t
a
), dan perpindahan kalor
laten (q
l
) terjadi bila terdapat perbedaan
tekanan parsial uap air di udara (P
s,a
) dengan
tekanan di air (P
s,i
) yang disertai oleh
perpindahan massa uap air. Besarnya laju
perpindahan panas yang terjadi dapat
ditentukan dari persamaan berikut:
- Laju perpindahan kalor sensibel:
) ... (2.4)
- Laju perpindahan kalor laten:
cq h dA t t = . .(
s c a i
c e e q h dA h
l D i a
= . .( ).
fg
... (2.5)
- Laju perpindahan kalor total:
c c c q q = q
t s l
+ ... (2.6)
dengan menyederhanakan persamaan
sebelumnya, laju perpindahan kalor total selama
proses penguapan atau pengeringan dapat
ditentukan dengan persamaan:
cq
h dA h h
C
pm
J ika besarnya
t
c i a
=
. .( )
... (2.7)
massa air yang menguap
diketahui, maka:
a
... (2.8)
gan:

cq m h h
t i
= .( )
den
m
h dA
C
c
pm
= =
.
massa air yang menguap, kg.

1 2
3

t
db

J enuh
Gambar 2.3. Di trik proses
sistem pengering

agram psikrome
Pernyataan selama proses pengeringan adalah
sebagai berikut:
- 1 2 Proses pemanasan udara yang
terjadi dalam kolektor surya pada
kelembaban mutlak konstan.
- 2 3 Proses pengeringan produk atau
proses pendinginan dan pelembaban udara
pengering secara adiabatik.
Bahan basah yang akan dikeringkan akan
mengalami beberapa tahapan proses
pengering. Tahapan proses pengeringan
tersebut dapat ditunjukkan dalam sebuah grafik
yang menunjukkan hubungan antara laju
pengeringan terhadap waktu, seperti pada
gambar 2.6





B
A
c_/ct
C
D
Waktu, t

Gambar 2.4 Laju pengeringan terhadap waktu
Proses pengeringan tahap pertama yang akan
dialami bahan adalah proses pengeringan waktu
terjadi penyerapan panas oleh bahan dari udara
disekitarnya (proses A-B) proses pengeringan
selanjutnya adalah pengeringan konstan dimana
penguapan kadar air bahan pada kondisi
permukaan bahan dalam keadaan jenuh (proses
B-C), dan kemudian proses pengeringan
dengan laju pengeringan yang semakin
berkurang, dimana terjadinya pengecilan luas
permukaan bahan akibat penyusutan selama
proses pengeringan (proses C-D).
Efisiensi pengeringan dapat artikan sebagai
perbandingan antara panas yang dibutuhkan
selama proses pengeringan dengan panas yang

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

masuk ke dalam ruang pengering yang berasal
dari panas keluaran kolektor. Efisiensi
pengeringan dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan,
q =
Q
Q
x
in
100% (2.9)
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan
Taib et al., (1987) menyatakan bahwa ada 2
faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu
faktor yang berhubungan dengan udara
pengering dan faktor yang berhubungan dengan
sifat bahan yang dikeringkan. Faktor-faktor yang
termasuk dalam golongan pertama adalah suhu,
kecepatan aliran udara pengering, dan
kelembaban udara atau keadaan lingkungan
(cuaca). Faktor-faktor. yang termasuk golongan
kedua adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan
tekanan parsial di dalam bahan.
Laju pengeringan dalam proses pengeringan
suatu bahan mempunyai suatu arti yang
penting, dimana laju atau proses dari
pengeringan akan menggambarkan. bagaimana
kecepatan pengeringan itu berlangsung
(Muljoharjo, 1987).
a. Laju pemanasan, waktu panas untuk
memindahkan kebahan.
b. J umlah panas yang dibutuhkan untuk
menguapkan tiap kilogram air.
c. Suhu maksimum pada bahan,
d. Tekanan pada saat terjadi penguapan.
Laju pengeringan dan perpindahan air yang
dibawa aliran udara pengering dapat dihitung
dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
t
Wa
W =
( )
( )
1
2 1
100
100
m
m m
Wa

=
dimana;
W =Laju pengeringan rata-rata (kg/jam)
Wa =J umlah air yang diuapkan (kg)
T =Lama pengeringan (jam)
m
1
=kadar air awal bahan (% berat basah)
m
2
=kadar air akhir bahan (% berat basah)
W
d
=bobot bahan kering (kg)
3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian akan dapat menambah pengetahuan
petani dan peneliti tentang pengeringan gambir
dengan kualitas dan mutu yang terjamin.
Pengeringan gambir dilakukan tidak langsung
pada alam terbuka sehingga salah satu
pemecahan masalah gambir yang berwarna
hitam, mutu tidak terjamin dan harga menjadi
murah, maka perlu penyuluhan alat pengering
ini. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk
mengoptimalkan pengeringan supaya diperoleh
hasil sebagai berikut:
- Hasil penelitian ini diharapkan nantinya
perubahan sikap petani terhadap proses
pengeringan gambir dengan memanfaatkan
energi surya, yang selama ini masih
memanfaatkan cara-cara tradisional.
- Dapat mengetahui prinsip-prinsip
pengeringan gambir dengan energi matahari
maupun secara alami.
- Dapat menjamin pengeringan gambir atau
produk yang dihasilkan bermutu dan
berkualitas.
- Sebagai aplikasi teori dan praktek
diharapkan dapat menjawab permasalahan
yang ada pada petani gambir khususnya
dibidang pengering gambir.
4. METODE PENELITIAN
Kolektor surya adalah alat untuk
mengkonversikan energi surya ke dalam energi
panas. Pada absorber, radiasi surya di serap,
kemudian di lalui fluida kerja udara sebagai

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

pembawa energi panas menuju ruang
pengering.
Perencanaan kolektor yang meliputi pelat
absorber, penutup transparan, isolasi, saluran
udara dan rangka kolektor. Pertimbangan yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan yaitu:
ekonomis, memanfaatkan komponen yang ada
di lingkungan, mudah pembuatan, kuat dan
mudah dioperasikan.
Pada kolektor terjadi kehilangan panas, baik
yang terjadi pada bagian atas, bawah maupun
samping kolektor yang dipengaruhi oleh
kecepatan angin yang mengalir pada lingkungan
kolektor. Intensitas surya diasumsikan tetap
setiap saat dan radiasi surya yang sampai pada
permukaan pelat absorber merata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur
dan efisiensi kolektor adalah:
- Luas permukaan kolektor dan bentuk
absorber.
- Intensitas radiasi matahari maksimum.
- Laju aliran massa udara
- Kecepatan udara lingkungan.
- Isolasi dan mutu pembuatan kolektor.
Dalam perancangan ruang pengering, ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan efisiensi yang baik, dan proses
pengeringan dapat berlangsung dengan baik,
diantara aspek tersebut adalah;
- Distribusi laju aliran udara dan panas
dalam ruang pengering harus merata
- Ruang pengering diisolasi dengan baik
- Mampu menahan berat bahan yang akan
dikeringkan
- Mudah dalam pengoperasiannya dan
ekonomis
4.1 Perancangan Kolektor
4.1.1 Perancangan Pelat Absorber
Pelat absorber berfungsi untuk menyerap
radiasi surya dan mengkonversikan menjadi
panas. Energi dialirkan melalui fluida kerja
udara secara konveksi. Dengan mengacu fungsi
absorber maka dipilih sifat bahan antara lain:
- Absorbsivitas tinggi (o)
- Emisifitas panas rendah (c)
- Kapasitas panas kecil (C
p
).
- Konduktifitas besar (k)
- Refleksi rendah ()
- Tahan panas dan tahan korosi
- Kaku dan mudah dibentuk
- Memanfaatkan komponen yang ada di
lingkungan
Bahan-bahan yang baik dipakai untuk pelat
pengumpul yaitu: tembaga, alumanium,
kuningan, dan baja. Dalam perancangan ini
digunakan baja yang dilapisi seng (seng
berprofil) sesuai pertimbangan di atas. Luas
kolektor yang digunakan dengan memakai
ukuran 6 buah seng yang identik dengan bentuk
atap rumah.
Seng yang digunakan mempunyai ketebalan
0,3mm. Permukaannya dilakukan pelapisan
dengan cat semprot hitam kusam (Black Doft),
agar jangan terjadi refleksi dan mempunyai
absorsivitas maksimum.
4.1.2 Perancangan Kaca Penutup.
Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan
radiasi surya berupa gelombang pendek dan
mencegah panas yang keluar dari kolektor ke
lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan
fungsi ini maka kaca penutup harus mempunyai
sifat:
- Transmisivitas tinggi (t)
- Absorsivitas rendah (o)
- Refleksivitas rendah ()
- Tahan panas

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

- Murah dan mudah dalam pemasangan
Hubungan radiasi yang terjadi pada cover dapat
dilihat pada pada gambar 4.1:

o

t
E
glob


Gambar 4.1 Radiasi yang terjadi pada cover
Dengan pertimbangan sifat di atas, maka
digunakan plastik kaca bening.
4.1.3 Perancangan Isolasi.
Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang
hilang dari kolektor ke lingkungan pada bagian
belakang dan samping kolektor. Pada isolasi
terjadi perpindahan panas secara konduksi
sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh
sifat-sifat bahan. Isolasi yang digunakan adalah:
- Konduktifitas termal bahan (k) kecil.
- Mudah dibentuk dan praktis
- harga murah
- Tahan lama.
Bahan yang biasa digunakan untuk isolasi yaitu:
gelas wol, silika aerogel, serbuk gergaji, kapuk,
asbes semen, dan gabus. Berdasarkan sifat di
atas maka digunakan serbuk gergaji yang
mudah diperoleh untuk bagian bawah kolektor
dan bagian lain langsung kayu rangka kolektor.


4.1.4 Perancangan Saluran Udara
Saluran udara berfungsi untuk mengalirkan
fluida pembawa energi pada absorber, sehingga
pada fluida dan absorber terjadi perpindahan
konveksi. Untuk meningkatkan perpindahan
konveksi, maka perlu diperhatikan:
- Luas permukaan kontak harus besar.
- Kontak fluida dengan absorber lama.
- Aliran fluida turbulen.
Dengan memperhatikan pertimbangan tersebut
maka digunakan sekat-sekat untuk
memperlama kontak fluida udara dengan
absorber.
4.2 Keseimbangan Energi Pada Kolektor
Suatu sistem dianalisa dengan keseimbangan
energi, dimana keseimbangan energi selalu
tetap. Persamaan keseimbangan energi adalah:
Q
a
=Q
u
+Q
l


... (4.1)
dengan,
Q
a
= Laju radiasi surya yang dapat diserap oleh
pelat absorber.
Q
u
= Laju perpindahan panas dari pelat absorber
ke fluida udara (energi yang berguna).
Q
l
= Laju kehilangan energi dari kolektor ke
lingkungan.
Pada keadaan stedi tidak ada penambahan
energi dalam (AU=0)
4.2.1 Laju Aliran Energi yang digunakan (Q
u
)
Besar panas yang dapat dimanfaatkan dari
absorber oleh fluida kerja udara, dipengaruhi
oleh laju aliran, peningkatan suhu dan panas
jenis dari fluida kerja. Keadaan ini dinyatakan
dalam persamaan:
Q
u
=m
-
C
p
(T
out
- T
in
) ... (4.2)
4.2.2 Laju Energi yang Diserap (Q
a
).
Kemampuan sistem kolektor untuk menerima
radiasi surya menjadi panas dipengaruhi oleh
harga transmisivitas (t), kaca penutup dan
harga absorpsivitas (o), dari pelat absorber.
Pengaruh transmisivitas (t) dan absorpsivitas
(o) bahan disebut dengan transmittance-
absorptance product (to). Proses radiasi yang
sampai ke kolektor dapat dilihat pada gambar
4.2.
d
ialah harga refleksifitas dari bahan
penutup.

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709


Bahan penutup
to
to
d

(1-o)t
(1-o)t
d

(1-o)
2
t
d

(1-o)
2
t
d
2
(1-o)to
d

(1-o)
2
to
d
2

Gambar 4.2 Radiasi matahari yang jatuh pada
sistem kolektor
Persamaan transmittance absorptance product
ialah :
to
*
=t.o ( ) | |
( )

=

=
0
. 1 1
.
. 1
n
d
N
d
o
o t
o ... (4.3)
Besar harga transmisivitas (t) dan refleksivitas
() dari suatu bahan penutup dipengaruhi oleh
sudut jatuh,u dari radiasi surya. Sudut jatuh,u
radiasi surya ke bahan penutup diasumsikan
pada sudut nol derajat (tegak lurus kolektor).
Persamaan panas yang dapat diserap oleh
kolektor, Q menjadi:
a
Q E A
a glob a
= . . . t o ... (4.4)
4.2.3 Rugi-rugi Panas Pada Kolektor.
Panas yang hilang dari kolektor ke lingkungan
dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas
total, luas pelat absorber dan beda temperatur
absorber dengan lingkungan. Panas yang hilang
dari kolektor ke lingkungan terjadi pada tiga sisi
kolektor yaitu: bagian bawah, samping dan atas
kolektor. J umlah total rugi panas secara ke
seluruhan ke lingkungan adalah:
Q
L
=F U
L
A
k
(T
r
- T
~
) ... (4.5)
Q
L
=F
r
U
L
A
k
(T
in
- T
~
) ... (4.6)

- Rugi Panas Melalui Belakang.
Panas yang hilang pada bagian belakang
dipengaruhi oleh lapisan isolasi berupa luas,
konduktifitas dan ketebalan isolasi. Lapisan
yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.3

T
b
~
h
T
b
~
R
2

R
1

R
3

T
a

triplek
Serbuk
gergaji kayu
T
a


Gambar 4.3 Bahan isolasi bagian belakang kolektor
eh rangka kayu dan
konveksi ke lingkungan.
- Rugi Panas melalui samping.
Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa bagian
samping dipengaruhi ol

kayu
T
a

h .T
s
~
T
a

T
s
~
R
2
R
1


Gambar 4.4 Bahan isolasi bagian samping kolektor
- Rugi Panas Melalui Bagian Atas.
i bagian atas kolektor dapat
dirumuskan:
Pada bagian atas terjadi perpindahan panas
konduksi, konveksi dan radiasi seperti terlihat
pada gambar.4.5. Koefisien perpindahan panas
total melalu
|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
+
+ =

~
~
.
1
T T
T T
R R
R R
R
A
A
U
a
f a
r c k
r c
k
f
f
. (4.7)
- R
k
=tahanan termal konduksi kaca.

dengan,
R =
t

k
k
kaca
t =tebal kaca
k =konduktifitas kaca.

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

- R
c
=tahanan termal konveksi dari tutup ke
lingkungan.
R
h
c
f

- h =5,5 +2,7 (v) =koefi
=
1
sien konveksi termal
rmal radiasi antara penutup
ke lingkungan.
f
pada permukaan kaca.
- R
r
=tahanan te
R
T T T T
r
k
=
+ +
1
2 2
2
o c . .( ~).( ~)


Tb~
h~
Tf ~
h~
Plastik kaca
Ta
Rr
T~
Ta
k
Rc
R

r 4.5 Bahan isolasi bagian atas kolektor
den
an, 5,67 x 10
-8
W/m.K
- Total Rugi-rugi Panas Pada Kolektor
...(4.8)
(Q
u
). Energi
yang di terima oleh kolektor yai
Gamba
gan,
o =konstanta boltzm
c =emisivitas kaca.
T
2
=temperatur kaca, K.
~) T ).( ( . T U U U A F Q
in s b f k r total
+ + =
4.2.4 Efisiensi Termal Kolektor.
Efisiensi kolektor ditentukan oleh besarnya
panas yang diterima kolektor (Q
in
) terhadap
panas yang dapat di manfaatkan
tu:
Q E A
in glob k
= .
maka efisiensi teoritis kolektor adalah:
| |
k glob
A E .
Sedang
q = =
-
Q
Q
m C T
E A
u
in
p
glob k
. .
.
A
... (4.10)
4.3 Perancangan Ruang Pengering
Ruang pengering merupakan tempat
berlangsungnya proses pengeringan, dengan
mempertimbangkan beberapa aspek dalam
proses pengeringan, direncanakan suatu sistem
pengeringan dengan type Tray truck dryer. Type
ini merupakan suatu sistem ruang pengering
yang pendisrtibusian udaranya dibantu oleh sirip
pengarah untuk meratakan distribusi udara dan
panas dalam ruang pengering, dan mempunyai
rak-rak bertingkat yang dapat didorong keluar-
masuk ruang pengering. Sketsa dari sistem
ruang pengering type Tray truck dryer dapat
digambarkan seperti gambar 4.6


Udara panas masuk
2
1
3 3 4
Udara panas jenuh keluar
5

Gambar 4.6 Sketsa sistem ruang pengering type Tray
truck dryer
Sistem ruang pengering type Tray truck dryer
terdiri dari beberapa bagian yaitu, saluran udara
masuk dan tempat dudukan kipas (1), saluran
udara sebelum memasuki ruang tempat
pengeringan (2), sirip-sirip pengarah aliran
udara (3), rak bertingkat yang dapat didorong
keluar-masuk ruang pengering (4), dan saluran
udara keluaran (5).
Udara panas dari kolektor ditarik oleh kipas ke
dalam ruang pengering, dan didorong dalam
saluran udara sebelum memasuki ruang tempat
pengeringan. Udara sebelum memasuki ruang
tempat pengeringan, terlebih dahulu melewati
r k L k glob
T T A U A E F ~) ( . . '.
=
to
q ... (4.9)
kan efisiensi aktual kolektor dapat
ditulis:

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709


ng masih panas
akan bergerak ke atas dan disirkulasikan
berlangsung secara

pengering yang baik.
Dalam han isolasi perlu diperhatikan
beberapa sifat antara lain, konduktifitas termal
ra dapat mengalir
engan baik. Aliran udara ini berfungsi untuk
r dialirkan ke

Saluran udara yang dir
bentuk penampang empat persegi panjang.
ra dapat
sirip-sirip pengarah aliran udara, supaya
distribusi aliran udara dalam ruang pengering
merata. Bahan yang akan dikeringkan
diletakkan di atas rak-rak yang bertingkat, udara
yang mengalir di atas permukaan bahan
menyebabkan terjadinya proses penguapan air
yang dikandung oleh bahan atau terjadinya
menyalurkan udara panas yang diperlukan
dalam proses pengeringan, dan membawa uap
air keluar ruang pengering agar udara dalam
ruang pengering tidak jenuh.
Pendistribusian udara dalam ruang pengering
dilakukan dengan bantuan sebuah fan. Udara
panas yang keluar dari kolekto
proses pengeringan. Udara ya
dalam saluran udara, dan kemudian dilewatkan
pada sirip-sirip pengarah sebelum masuk ke
dalam ruang pengering agar distribusi udara
dalam ruang pengering merata.
kembali ke dalam ruang pengering, sedangkan
udara yang mengandung uap air akan turun ke
bawah, dan keluar melalui saluran keluaran.
4.3.1 Perencanaan Isolasi
Proses pengeringan
encanakan dengan
Penurunan tekanan dalam saluran uda
ditentukan dengan persamaan, adiabatik, selama proses pengeringan
diharapkan tidak ada energi yang keluar masuk
ruang pengering melalui dinding ruang
pengering, untuk itu diperlukan isolasi ruang

2
2
V
D
L
f P
eq
= A (4.11)
4.3.3 Perancangan Rak Pengeringan
Bahan yang akan dikeringkan diletakan di atas
sebuah wa
memilih ba
bahan (k) relatif kecil, mudah didapat, tahan
lama, murah dan praktis dalam pemakaiannya.
4.3.2 Perencanaan Saluran Udara dan Sirip
Pengarah
Proses pengeringan dipengaruhi oleh distribusi
udara dan panas dalam ruang pengering.
Distribusi udara dan panas dalam ruang
pengering sangat mempengaruhi keseragaman
kandungan air bahan yang dikeringkan
Perencanaan saluran udara harus
mempertimbangkan agar uda
dah yang bersusun bertingkat
ruang pengering, ukuran
dari bahan yang
kecepatan aliran udara pengeringan. Luas
penampang jarak antara rak dapat ditentukan
dengan persamaan,
berbentuk rak. Rak pengeringan yang
direncanankan terpisah dari ruang pengering,
sehingga dapat dikeluar-masukan dalam ruang
pengering.
Perancangan rak pengeringan ini berdasarkan
pada kapasitas dari
akan dikeringkan dan
A
Q
V
= (4.12)

d



Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

4.4 Pembuatan Kolektor dan Ruang Pengering

<10
O

Output (Fan)
(Masuk RuangPengering)
Input
Input
Plastik penutup kolektor
(cover)
4000mm
2000mm
300mm

(a)

600 mm
200 mm
1500 mm
600 mm
1000 mm
1000 mm
500 mm
500 mm
50 mm
Input
(dari kolektor)
output
(udaralembab)
Rak ruang
pengering

(b)
Gambar 4.7 Alat pengering gambir dengan memanfaatkan energi surya,
a) Kolektor energi surya, b). Ruang pengering bertingkat

Gambar 4.8 Rak pengering energi surya


Gambar 4.10 Sekat-sekat yang terpasang pada
kolektor
Gambar 4.10 merupakan kolektor surya yang
mempunyai sekat-sekat untuk memperlama
waktu udara menyentuh pelat absorber,
sehingga perpindahan panas ke udara semakin
tinggi.
Gambar 4.9 Alas tempat bahan gambir (Irok)

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709


Gambar 4.11 Sistem pengering energi surya
4.5 Peralatan Pengujian
Air Flow Meter digunakan untuk mengukur laju
aliran udara. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur temperatur pada kolektor adalah:
Termometer kaca dan Termokopel digital.
Sedangkan untuk menimbang bahan gambir
digunakan Timbangan digital (Mettler PM300)
4.6 Prosedur Pengujian.
Pengujian sistem alat pengering gambir awalnya
dilakukan tanpa menggunakan gambir, yaitu
pengujian ruang pengering kosong dengan
waktu pengujian pada saat radiasi matahari
maksimal yaitu pada jam 10.00 WIB sampai
dengan 14.00 WIB. Dengan pengujian tersebut
diperoleh karakteristik sistem alat dengan
temperatur dalam ruang pengering maksimal,
sehingga dapat disesuaikan laju aliran panas
dari kolektor dengan temperatur yang diizinkan
dalam pengeringan produk bahan gambir.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
9:36 10:48 12:00 13:12 14:24 15:36 16:48
Waktu (WIB)
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r

(
o
C
)
Tkin Tdb (oC) T1
Tkin Tdb (oC) T2
Tkout-Tpin Tdb (oC) T3
Tpout Twb (oC) T4
Tpout Tdb (oC) T5
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6a
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6b
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6c
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6d

Grafik 5.2 Temperatur terhadap waktu
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
9:36 10:48 12:00 13:12 14:24 15:36
Waktu (WIB)
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r

(
o
C
)
Tkin Tdb (oC) T1
Tkin Tdb (oC) T2
Tkout-Tpin Tdb (oC) T3
Tpout Twb (oC) T4
Tpout Tdb (oC) T5
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6a
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6b
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6c
Distribusi Temperatur Ruang
Pengering Tdb (oC) T6d

Grafik 5.3 Temperatur terhadap waktu
Tabel 5.1 Distribusi kecepatan udara pada saluran
sistem pengering surya
1). Kecepatan udara masuk kolektor (dia =12cm)
Tegangan
Volt Percobaan I Percobaan II Percobaan III Percobaan IV Percobaan V Rata-rata
6 1.01 1.09 1.05 1.33 1.42 1.18
7.5 1.45 1.47 1.39 1.71 1.78 1.56
9 2.4 1.66 1.6 2.52 2.03 2.04
12 2.28 1.86 1.93 2.58 2.5 2.23
2). Kecepatan udara masuk pengering (dia =12 cm)
Tegangan
Volt Percobaan I Percobaan II Percobaan III Percobaan IV Rata-rata
6 1.6 1.77 1.68 1.71 1.69
7.5 2 2.14 2.19 2.18 2.13
9 2.32 1.71 2.32 2.42 2.19
12 2.92 1.77 2.87 2.76 2.58
3). Distribusi kecepatan pada ruang pengering
Posisi Tegangan 12Volt Tegangan 10 Volt Tegangan 8 Volt Tegangan 6 Volt
1 0.11 0.11 0.02 ?
2 0.12 0.14 0.01 ?
3 0.11 0.12 0.01 ?
4 0.21 0.13 0.01 ?
4). Kecepatan keluar ruang pengering (lebar =12 cm)
Tegangan
Volt Percobaan I Percobaan II Percobaan III Percobaan IV Rata-rata
6 1.4 1.5 1.4 1.45 1.44
7.5 1.51 1.53 1.49 1.51 1.51
9 1.64 1.63 1.59 1.62 1.62
12 1.88 1.93 1.91 1.94 1.92
Keterangan
Tanda tanya (?) menyatakan tidak terbaca oleh alat ukur air flow
Kecepatan Fan, V (m/s)
Kecepatan Fan, V (m/s)
Kecepatan Fan, V (m/s)

Pada grafik 5.2 dan grafik 5.3 diperoleh bahwa
temperatur yang dihasilkan kolektor dapat untuk
mengeringkan bahan gambir dengan daya fan
yang diberikan 12 Volt. Gambir akan mengalami
permukaan terbakar di atas temperatur 45
o
C,
maka perlu untuk menurunkan temperatur di
dalam ruang pengering dibawah 45
o
C dengan
memperbesar debit aliran udara panas. J ika
debit udara panas lebih besar maka gambir
akan cepat kering. Alat ini mampu menghasilkan
temperatur di atas 60
o
C pada kondisi cuaca
berawan.
Ruang pengering dapat mengeringkan bahan
secara serentak arah vertical yaitu rak 1 sampai
rak 3 sedangkan pada rak 4 terjadi
keterlambatan. Pada rak 4 terlambat terjadinya
pengeringan karena dekat pada saluran udara
keluar sehingga udara yang berada pada rak ini

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709

lebih jenuh dari udara di atasnya. Distribusi
temperatur udara yang dihasilkan dalam ruang
pengering terlihat cukup seragam yaitu dari rak
1 sampai dengan rak 4 berturut turut adalah
T1
rata-rata
=40.64, T2
rata-rata
=39.79, T3
rata-rata
=
39.21, T4
rata-rata
=36.61.

Gambar 5.1 Gambir di dalam ruang pengeringan

Gambar 5.2 Hasil pengeringan gambir langsung
dengan energi surya

Gambar 5.3 Hasil pengeringan gambir dengan alat
pengering energi surya

Gambar 5.4 Hasil pengeringan gambir dengan alat
pengering energi surya
[5]
(penelitian sebelumnya)
Gambar 5.2 adalah hasil penjemuran secara
langsung dengan energi surya, yang
menghasilkan warna yang lebih hitam
dibandingkan dengan hasil menggunakan alat
pengering energi surya ini. Perbedaan warna ini
diakibatkan radiasi surya langsung mengenai
bahan gambir, sehingga merusak permukaan
bahan gambir.
Gambar 5.4 dan 5.5 adalah hasil pengeringan
pada alat pengeringan gambir energi surya
pada penelitian sebelumnya
[5]
. dimana bahan
gambir masih menerima radiasi surya secara
langsung.

Gambar 5.5 Alat pengeringan gambir energi surya
pada penelitian sebelumnya
[5]

6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian
ini adalah energi surya yang selama ini
dimanfaatkan dengan pemakaian langsung
untuk pengeringan dapat di manfaatkan lebih
baik dengan menggunakan alat pengeringan
energi surya seperti dalam penelitian ini.
Temperatur dan debit aliran udara yang
dihasilkan dapat diatur dengan menambah
suatu sistem kontrol yaitu dengan mengontrol
putaran fan yang digunakan. Bahan yang
dikeringkan dapat lebih baik karena dikeringkan
pada temperatur pengeringan bahan tersebut.
Kolektor yang dibuat dapat dimanfaatkan dari
atap rumah yang selama ini kita tahu bahwa
terdapat udara panas pada atap rumah tersebut.
Ruang pengeringnya dapat digunakan rumah
tersebut sekaligus dengan memberikan isolasi
yang secukupnya. Diharapkan untuk skala
pengeringan besar sistem pengeringan ini
sangat memudahkan dalam pengeringan yang
tidak membutuhkan tempat yang luas tetapi
mengunakan tempat arah vertikal.
Pada pengujian pengeringan bahan gambir
temperatur udara yang masuk ke ruang
pengering di atas 45
o
C akan mengalami
permukaan yang terbakar (kehitaman). J adi
sebaiknya menaikan debit aliran udara dan
mempertahankan temperaturnya kurang atau

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Oktober 2006 ISSN : 1858-3709


sama dengan 45
o
C, yang akan dapat meningkat
kualitas dari penelitian sebelumnya yaitu masih
adanya warna kehitaman pada gambir (gambar
5.1 s/d gambar 5.4).
Sistem kolektor yang memanfaatkan atap rumah
dalam penelitian ini, mampu menaikan
temperatur untuk ruang pengering (T= 60
o
C,
T
rata
=56.56
o
C) dengan kondisi cuaca berawan
(tidak cerah). Proses ini lebih baik dibandingkan
pengering alamiah dari segi kualitas dan
kwantitas yang didapat.
Pada pengujian dengan bahan gambir,
temperatur rata-rata setiap rak cukup merata
kecuali pada rak 4 yaitu secara berturut-turut
T1
rata-rata
=40.64, T2
rata-rata
=39.79, T3
rata-rata
=
39.21, T4
rata-rata
= 36.61, pada kondisi cuaca
berawan (tidak cerah & akan hujan).
6.2 Saran
Merencanakan penyimpan energi sementara
untuk menanggulangi kondisi lingkungan
(berawan, hujan & malam), dengan
memanfaatkan pada kondisi cuaca sangat
cerah.
Petani merencanakan tempat proses gambir
sebelumnya (perebusan & pemerasan getah
gambir) dalam satu atap agar dapat langsung
dikeringkan tanpa mengalami waktu yang lama
membawa ke tempat pengeringan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dufie, John A., & Beckman, William A,
1986, Solar Energy Thermal Processes,
J ohn Wiley & Sons, New York.
2. Holman J.P, 1991, Perpindahan Panas,
Erlangga, J akarta
3. Havendry, Adly., Rosa, Yazmendra &
Hanif, 1997, Kolektor Energi Surya untuk
Sistem Pengering Kulit Manis, J urnal
TeknikA Tahun IV ISSN 0854-8471,
Universitas Andalas.
4. Kreith, Frank, 1991, Prinsip-prinsip
Perpindahan Panas, Erlangga, J akarta
5. Maimuzar, Safril & Nasirwan, 2003,
Prototype Pengering gambir dengan
Memanfaatkan Energi Matahari, Laporan
Dana Rutin Politeknik Negeri Padang.
6. Novizar. N, 1998, Proses Pengolahan
Gambir, Yayasan Hutanku, J akarta
7. Rohsenow,warren M., Hartnett, James P
& Ganic,Ejup N, 1985, Handbook of Heat
Transfer Applications, McGraw-Hill, New
York.
8. Rosa, Yazmendra & Hanif, 2004, Optimasi
Udara Panas Keluaran Kolektor Surya,
J urnal Teknik Mesin, Polteknik Negeri
Padang.
9. Taib, Gunarib, 1988, Operasi pengeringan
pada pengolahan, PT Mediyatama Sarana
Perkasa, J akarta

You might also like