Metode Kangguru

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694 | 35

PENGARUH KANGAROO MOTHER CARE ( KMC ) DUA


JAM DAN EMPAT JAM PER HARI TERHADAP KENAIKAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH BAYI PRETERM DI RS
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Siti Arifah
1
, Sri Wahyuni
2
1
Dosen Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Perawat Ruang NICU RS PKU Muhammadiyah Surakarta

Abstract
The method of kangaroo mother care ( KMC ) or skin-to-skin contact has effectively improve the weight gain
and prevent the cold stress; however, what the most effective time to do the KMC is not clear. Aims: To compare
the effect of KMC two hours per day and KMC four hours per day on the weight gain of the preterm infant.
Study Design and Sample. Fourteen mother-infant hospitalized in Muhammadiyah Hospital in Surakarta,
Indonesia were randomly assigned to the two hours KMC per day group or the four hours KMC per day group.
The first group undertook the KMC two hours a day, during seven days a week two weeks. The second group
undertook the KMC four hours a day, during seven days a week. The infant weight was weighed every day
during 2 weeks. Result. During 2 weeks observation, the preterm infant with 2 hours of KMC increase slowly,
approximately 32.14 grams for 2 weeks, on the other hand the preterm infant with 4 hours of KMC rise rapidly
around 167.86 grams for 2 weeks. Conclusions. The Lenght of KMC implementing influence weight gain of
preterm infant. KMC 4 hours per day more effective than KMC 2 hours per day.

Key words : Kangaroo mother care, preterm infant, weight
__________________________________________________________________
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) menegmukakan bahwa di Asia Tenggara, 20 35
% bayi yang dilahirkan terdiri dari bayi berat lahir rendah (BBLR) dan 70 80% dari
kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
(WHO, 2002). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain antara 9 30%, hasil studi 7 daerah multi center diperoleh angka BBLR dengan
rentang 2,1 % - 17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Dinas Kesehatan
Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni
maksimal 7% (SDKI, 2007). Dengan demikian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih
menjadi masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab utama kematian pada masa
neonatal. Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, didapatkan bahwa sekitar 15%
bati dengan berat lahir rendah meninggal dunia (RS PKU).
Bayi prematur dan BBLR menunjukkan berbagai macam komplikasi yang berhubungan
dengan ketidakmaturan sistem saraf pusat dan organ vital yang lain. Selain itu perubahan
lingkungan yang terjadi setelah lahir dimana bayi berpindah dari uterus ke ruang perawatan
neonatus merupakan keadaan yang membuat bayi sangat stres, hal ini juga sangat beresiko
menimbulkan komplikasi terutama hipotermia, dan hipoglikemia (Orshan,2008).
Perpindahan masa dari kehidupan fetus ke neonatus merupakan keadaan stres derajat tinggi,
dimana terjadi peningkatan kadar sekresi katekolamin dan kortison (
36 Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan , ISSN: 2338-2694

Cooper&Goldenberg,1990). Bayi prematur juga beresiko tinggi mengalami stress
berhubungan dengan perbedaan suhu antara intra uterin dan ekstra uterin, stimulus cahaya
dan suara berlebihan. Hal ini dapat memberikan efek negatif pada kondisi bayi seperti suhu
tubuh tidak stabil dan pertambahan berat badan sangat rendah (Towle & Adams, 2008). Stres
pada bayi dapat dimanifestasikan dengan pemakaian oksigen yang tinggi sehingga saturasi
oksigen didalam darah rendah.
Penanganan umum perawatan BBLR atau premature setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum dan pencegahan infeksi.
Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hipotermia, karena tipisnya cadangan lemak
dibawah kulit dan belum matangnya pusat pengatur panas diotak ( Hockenberry & Wilson,
2008). Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh normal pada bayi BBLR adalah metode
kangaroo mother care ( KMC ) atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau
orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu (Anderson, 1991).
KMC pertama kali diterapkan di Bogota, Colombia dengan tujuan mengurangi angka
kesakitan dan kematian yang tinggi pada BBLR akibat terbatasnya sumber daya di ruang
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) (Anderson, 1991). Bayi BBLR yang menjalani metode
KMC akan mempunyai pengalaman psikologis dan emosional lebih baik karena dengan
metode KMC ini selain memperoleh kehangatan bayi akan lebih dekat kepada ibu sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup bayi ( Charpak et al,2005; Gomez et al, 1998).
Perawatan bayi dengan KMC sebaiknya dilakukan segera setelah lahir, dengan 2 tipe
yaitu secara intermitten atau kontinyu ( 24 jam ). Waktu dan durasi KMC tergantung dari
respon tingkah laku bayi dan kondisi fisiologis ibu dengan durasi minimal selama 1 jam
(Niqvist, 2010). Perawatan metode KMC di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
belum dilakukan secara kontinyu, dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti saat ibu
berkunjung keruang bayi dan dilakukan minimal 1 jam.
Penggunaan metode KMC setelah lahir mempunyai efek positif terhadap lama
menyusui dan suhu bayi dalam rentang normal ( Anderson et al,2003). Bayi yang diberikan
KMC mempunyai suhu tubuh dalam batas normal dan mempunyai irama jantung dan
pernafasan yang teratur, tidur lebih dalam, sedikit menangis, insiden infeksi lebih rendah,
pertambahan berat badan lebih banyak, dan pemulangan lebih awal ( Anderson, 1991). Berat
badan dan peningkatan lamanya periode menyusui( Charpak et al,2005). Bayi yang
menerima metode KMC, mempunyai suhu tubuh lebih tinggi dibandingkan ketika
ditempatkan dalam inkubator, sehingga metode KMC mencegah stres dingin pada bayi (
Bauer et al, 1997 ). Namun, Robert et al (2000) menemukan bahwa metode KMC tidak
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694 | 37

terlalu menurunkan lama tinggal di rumah sakit atau mempromosi penstabilan suhu dan
menyusui.
Sampai saat ini belum ada standar waktu penerapan metode KMC yang sesuai dan
efektif untuk bayi BBLR, padahal metode ini dapat memberikan keuntungan yang banyak
bagi ibu maupun bayi. Melalui metode KMC biaya perawatan yang harus ditanggung oleh
orang tua dan pemerintah (pasien tidak mampu) akan lebih rendah karena tidak
membutuhkan perawatan inkubator. Untuk mencapai hal ini, perlu dilakukan penelitian
untuk mencari durasi waktu pelaksanaan KMC efektif terhadap peningkatan berat badan bayi

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah Quasi eksperimental studi dengan rancangan pre test and post
test control group Design. Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok perlakuan, yaitu
kelompok bayi BBLR yang dilakukan KMC dengan durasi 2 jam dan 4 jam sehari selama 2
minggu. Berat badan bayi dimonitor setiap hari dimulai dari awal sebelum dilakukan KMC
sampai KMC berakhir. Penelitian dilakukan di ruang NICU Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2010. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah
ibu dan bayi BBLR yang berada di ruang NICU RS PKU Muhammadiyah Surakarta
berjumlah 14 (7 orang per kelompok). Bayi yang dijadikan responden memiliki berat badan
1500-2500 gram, reflek menghisap dan menelan baik, dan memiliki tanda vital stabil. Bayi
BBLR yang mengalami gangguan pernafasan dan infeksi dikeluarkan dari sampel. Kelompok
pertama bayi BBLR usia 1-2 hari mulai dilakukan KMC selama 2 jam sehari di ruangan
laktasi NICU RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Sedangkan kelompok kedua bayi BBLR
usia 1-2 hari dilakukan KMC selama 4 jam sehari di ruangan yang sama. KMC dilakukan
dengan cara menempatkan bayi pada baju khusus yang dipakai ibu, bayi diletakkan diantara
payudara ibu, tegak lurus menghadap keatas, bagian kepala ditutup dengan topi. Berat badan
bayi ditimbang setiap hari menggunakan timbangan bayi dan hasil yang diperoleh dicatat
pada lembar observasi berat badan.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini melibatkan ibu yang berusia antara 22 tahun dan 44 tahun, dengan
tingkat pendidikan SMA (62%) dan Sarjana (38%). Usia kehamilan 90% dibawah 37 minggu
dan 10% adalah 37-38 minggu.Berat badan bayi merupakan variabel utama penelitian
38 Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan , ISSN: 2338-2694

berkisar antara 1500-2050 gram, hasil dari penimbangan berat badan berdasarkan lama KMC
adalah seperti tabel 1.
Tabel 1. Berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan KMC selama 2 minggu
Kelompok Responden BB Sebelum KMC BB Sesudah
KMC
Nilai Kenaikan
KMC 2 jam 1 1500 1550 50
2 1500 1550 50
3 1500 1550 50
4 1650 1650 0
5 1800 1825 25
6 1900 1900 0
7 1900 1950 50
KMC 4 jam 1 1500 1650 150
2 1650 1825 175
3 1650 1850 200
4 1700 1850 150
5 1800 1950 150
6 1800 2000 200
7 2050 2200 150
Berat badan bayi secara umum mengalami peningkatan, bayi BBLR yang diberikan
KMC selama 2 jam meningkat dengan rata-rata 32,14 gram, sedangkan bayi dengan
pemberian KMC 4 jam sehari meningkat rata-rata 167,86 gram.
Pengujian normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test diperoleh hasil
nilai p adalah 0,087 untuk kelompok KMC 4 jam dan p =0,084 untuk kelompok KMC 2 jam,
sehingga dinyatakan data terdistribusi normal. Pengujian homogenitas dilakukan
menggunakan teknik Levene test, dengan hasil p =0,091, sehingga semua sampel dinyatakan
homogen.
Uji Anova dilakukan untuk menguji pengaruh perawatan KMC terhadap peningkatan
berat badan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hasil uji anova pengaruh KMC terhadap
peningkatan berat badan bayi diperoleh nilai F
hitung
sebesar 50,400 dengan nilai signifikansi
(p-value) sebesar 0,000. dengan demikian kesimpulan uji adalah menolak H
0
, artinya bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan perawatan bayi lekat terhadap peningkatan berat badan
bayi.

PEMBAHASAN
Bayi yang diberikan tindakan KMC selama 2 jam dan 4 jam mengalami peningkatan
berat badan, namun peningkatan berat badan lebih banyak terjadi pada kelompok KMC
selama 4 jam ( 167,86 ) dibanding kelompok KMC 2 jam (31,32 gram). Berdasarkan uji
statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan antara KMC selama 2 jam dan KMC selama 4
jam terhadap peningkatan berat badan bayi lahir rendah. Dari hasil ini diperoleh bahwa
semakin lama dilakukan KMC maka berat badannya semakin meningkat.
Peningkatan berat badan bayi yang dilakukan KMC lebih lama menunjukkan hasil
lebih baik, hal ini disebabkan metode KMC setelah lahir mempunyai efek positif terhadap
lama menyusui dan suhu bayi dalam rentang normal ( Anderson et al,2003). Bayi yang
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694 | 39

menyusu ke ibu lebih lama akan membuat bayi merasa tenang dan nyaman sehingga bayi
mendapatkan suplai ASI yang mencukupi serta energi yang diperoleh tubuh hanya
difokuskan untuk pertumbuhan. Bayi yang diberikan KMC mempunyai suhu tubuh relatif
normal, denyyut jantung dan pernafasan teratur, tidur lebih lama dan sedikit menangis
(Anderson, 1991). KMC pada bayi baru lahir menyebabkan peningkatan kadar glukosa lebih
tinggi pada bayi (Cristensson et al, 1995). Peningkatan kadar glukosa akan menyebabkan sel
melakukan metabolisme dengan baik sehingga proses pertumbuhan sel menjadi lebih baik.
Bayi yang menerima KMC juga mempunyai suhu tubuh lebih tinggi dibanding
dengan bayi didalam inkubator, hal ini mencegah stres dingin pada bayi (Bauer et al, 1997).
Stres dingin merupakan kejadian yang fatal bagi bayi yang menyebabkan suhu tubuh turun
dan mengalami hipotermia, sehingga energi yang diperlukan untuk pertumbuhan akan jauh
berkurang karena dipergunakan untuk memproduksi panas yang berakibat hilangnya lemak
dibawah kulit. Walaupun menurut Robert et al (2000), KMC tidak secara nyata menurunkan
lama tinggal di rumahsakit dan mempromosi pertahanan suhu, namun KMC disini terbukti
meningkatkan berat badan bayi.
Peningkatan berat badan disebabkan oleh meningkatnya hubungan bayi dan ibu,
dimana bayi mempunyai waktu yang lebih lama untuk menyusu. Hal ini sesuai dengan
penelitian Smith (1996), yang menyatakan bahwa KMC meningkatkan bonding ibu-bayi
(Curry, 1892). Selain itu Dodd (2005) juga melaporkan bahwa KMC merupakan intervensi
terapeutik untuk meningkatkan kedekatan ibu, mempromosi perilaku alami untuk stimulai
pertumbuhan dan perkembangan.

Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap tiga kelompok
eksperimen. Ketidakmampuan peneliti untuk mengawasi semua aktivitas yang dilakukan
masing-masing kelompok pada waktu pelaksanaan perawatan bayi lekat dapat
mengurangi akurasi hasil penelitian.
2. Peneliti hanya meneliti pengaruh perawatan bayi lekat terhadap peningkatan berat badan
bayi, sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan berat badan bayi
seperti anemia, nutrisi, emosional ibu, dan lain-lain kurang diperhatikan. Hal ini
memungkinkan bahwa faktor-faktor tersebut memiliki sumbangan yang cukup besar
terhadap peningkatan berat badan bayi, sehingga akurasi hasil penelitian berkurang.

SIMPULAN
1. Metode KMC dengan durasi 2 jam dan 4 jam sehari dapat meningkatakan berat badan
lahir rendah pada bayi prematur
2. Rata-rata peningkatan berat badan bayi setelah dilakukan perawatan KMC selama 2 jam
sehari adalah 32,14 gram.
40 Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan , ISSN: 2338-2694

3. Rata-rata peningkatan berat badan bayi setelah dilakukan perawatan KMC selama 4 jam
sehari adalah 167,86 gram.
4. Metode KMC 4 jam sehari dapat menignkatan berat badan lebih banyak dibanding KMC
2 jam sehari.


DAFTAR PUSTAKA
Anderson GC. 1991. Current knowledge about skin-to-skin care for preterm infants. J
Perinatol.(3):216-226

Anderson GC, Moor E, Hepworth J , Bergman N. 2003. Early skin-to-skin contact for
mothers and their healthy newborn infants(review). Coch-rane Database Syst Rev.
(2):CD003519

Bauer K, Uhrig C, Sperling P, Pasel K, Wieland C, Versmold HT. 1997. Body temperatures
and oxigen consumption during skin-to-skin care in stable preterm infants weighing
less than 1500 grams. J ournal of Pediatrics. February (130);2:240-244.
Brunssen SH, Miles SM. 1996. Sources of environmental stress experienced by mothers of
hospitalized medically fragile infants. Neonatal Network,15(3),88-89.

Charpak N, Ruiz J G, Zupan J , Cattaneo A, Figueroa Z, etc. 2005. Kangaroo mother care : 25
years after. Acta Paediatr. May;94(5):514-522.

Christensson K, Cabrera T, Christensson E, Uvnas MK, Winberg J . 1995. Separation distress
call in the human neonate in the absence of maternal body contact. Acta
Paediatr.84:468-473

Cooper R, Goldenberg R. 1990. Catecholamine secretion in fetal adaptation to stress. J
Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 19:223-226

Dudek-Shriber L.2004. Parent stress in the neonatal intensive care unit and the influence of
parent and infant characteristics. American J ournal of Occupational Therapy,
September (58);5: 509-520

Feldman R, Eidelman AI. 2003.Skin-to-skin contact accelerates autonomic and
neurobehavioral maturation in premature infants. Dev Med Child Neurol; 45:1-8

Ferber SG, Makhoul IR. 2004. The effect of skin-to-skin contact shortly after birth on the
neurobehavioral responses of the term newborn: A randomized, controled trial.
Pediatrics ;113:856-865

Gomez PA, Baiges NMT, Batiste FMT, Marca GMM, Nieto J A, Closa MR.1998. Kangaroo
method in delivery room for full-term babies(in Spanish). An Esp Pediatr:48:631-633.

Nyqvist KH, Anderson GC, Bergman N, Cattaneo A, Charpak N, Davanzo R, Ewald1 U, Ibe
O, Ludington-Hoe S, Mendoza S, Palls-Allonso C, Ruiz Pelez J G, Sizun J ,
Widstrm AM. 2010. Towards universal Kangaroo Mother Care: recommendations
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694 | 41

and report from the First European conference and Seventh International Workshopon
Kangaroo Mother Care. Acta Paediatrica

Orshan SA, 2008. Maternity, Newborn, and WomensHealth Nursing : Comprehensive Care
Across the Lifespan, Lippincott Williams&Wilkins, Philadelphia

Roberts KL, Paynter C, McEwan B. A. 2000. Comparison of kangaroo mother care and
conventional cuddlin care. Neonatal Network, 2000 J une(19); 4:31-35

You might also like