Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

J U R N A L P E N E L I T I A N

JANUARI, 2013 Fakultas Kesehatan MasyarakatUNDANA




Emanuel B. L. Wayan
1
, Acep Effendi
2
, Yendris K. Syamruth
3


1

Prediksi Umur Nyamuk Aedes albopictus

ABSTRAK
PREDIKSI UMUR NYAMUK Aedes Albopictus


LIFE PREDICTION of Aedes albopictus Mosquito.
Emanuel B. L. Wayan
1
, Acep Effendi
2
, Yendris K. Syamruth
3

1-3
Jurusan Epidemiologi dan Biostatistika
Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Nusa Cendana

ABSTRACT
Aedes albopictus is a one kind of mosquito that spread dengue virus. However, to become a vector of dengue
virus, the age of mosquito must exceed the extrinsic incubation period of dengue virus. Mosquito age can be
predicted by knowing the number of opportunities daily life, and number of opportunities daily life can be
calculated by knowing the parousitas number and gonotrophic cycle of the mosquito. This research was
aimed to examine the parousitas number, gonotrophic cycle and to predict the age of the suspect vector
mosquito Aedes albopictus in dengue endemics areas of Kupang, 2012. This was a pre-experimental study
using post test only design. Sample of this study was divided into two group. First group was 141 adult
female Aedes albopictus, which are using for determining parousitas number through ovarian surgery.
Second group was 30 adult female Aedes albopictus that were using to observe gonotrophic cycle. Results
showed that the length of gonotrophic cycle is over 3,875 or 4 days, the rate of parousitas is 92,907%, the
number of opportunities daily life is 0,98 and life prediction of Aedes albopictus for 54 days at an average of
27 Celcius and 67% humidity. In conclusion, the mosquito Aedes albopictus is a vector for transmission of
dengue hemorrhagic fever as it has far exceeded the predicted lifespan of extrinsic incubation period of
dengue virus in the mosquito.
Keywords: Aedes, Aedes albopictus, parousitas, gonotrophic cycle, mosquito age

PENDAHULUAN
Serangga merupakan hewan yang paling
berbeda, di antara berbagai macam hewan lainnya.
Kemampuan beradaptasi yang sangat baik terhadap
lingkungan telah membuatnya terhindar dari ancaman
kepunahan. Saat ini, tidak terhitung banyaknya
penyakit-penyakit yang ditularkan oleh serangga
khususnya nyamuk. Demam Berdarah Dengue
(DBD), Malaria, Chikungunya, dan Filariasis
merupakan beberapa contoh dan telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius di
Indonesia. Sedangkan jenis-jenis nyamuk yang biasa
menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes spp,
Anopheles spp, Culex spp, dan Mansonia spp
4
.
Demam Berdarah Dengue adalah salah satu
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes spp.
Vektor utama DBD di Asia Tenggara adalah Aedes
aegypti dan Aedes albopictus sedangkan di negara-
negara kepulauan pasifik vektor utama DBD adalah
Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris, dan Aedes
pseudoscutellaris. Penyakit yang selalu menjadi
masalah kesehatan saat memasuki musim penghujan
ini pertama kali dilaporkan di Indonesia tahun 1968,
namun konfirmasi virulogistnya baru diketahui tahun
1972. Sejak saat itu, DBD telah menyebar ke hampir
seluruh wilayah di Indonesia sebagai akibat dari
mobilitas penduduk yang semakin tinggi dari tahun
ke tahun.
J U R N A L P E N E L I T I A N
JANUARI, 2013 Fakultas Kesehatan MasyarakatUNDANA


Emanuel B. L. Wayan
1
, Acep Effendi
2
, Yendris K. Syamruth
3


2

Prediksi Umur Nyamuk Aedes albopictus

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah
satu provinsi dengan jumlah kasus terbanyak. Hingga
tahun 2007 diketahui ada 7 kabupaten dan satu kota
yang terjangkit DBD. Tercatat ada 584 kasus dan 13
kematian dengan CFR sebesar 2,2 % tahun 2007.
Tahun 2008 sebanyak 695 kasus dan 22 kematian
dengan CFR sebesar 3,17 %, dan pada tahun 2009
mencapai 406 kasus dan 7 kematian dengan CFR
sebesar 1,72 %. Kota Kupang merupakan salah satu
daerah endemis DBD di provinsi NTT. Tahun 2010
tercatat ada 295 kasus dan 2 kematian dengan CFR
sebesar 0,7 % dan tahun 2011 mencapai 251 kasus
dan 6 kematian dengan CFR sebesar 2,39 %.
Sedangkan kelurahan yang paling banyak
menyumbang kasus DBD pada tahun 2011 adalah
Kelurahan Oebobo dengan 16 kasus dan Kelurahan
Kelapa Lima dengan 14 kasus.
Aedes albopictus dan Aedes aegypti adalah
vektor utama DBD di Indonesia. Keduanya adalah
nyamuk yang aktif pada siang hari dan suka
menghisap darah manusia. Aedes spp adalah nyamuk
yang membiakan telurnya dalam air bersih yang
tertampung dalam kontainer-kontainer bekas dan
tidak bersentuhan langsung dengan tanah seperti
botol-botol plastik, kaleng bekas, ban bekas, bak
mandi, dan penampungan yang terbuka
4
.
Pada dasarnya tidak semua nyamuk Aedes spp
dapat menularkan virus dengue. Selain keberadaan
virus dengue dalam tubuh nyamuk itu sendiri,
nyamuk yang dapat menularkan virus dengue adalah
nyamuk betina yang berumur lebih dari sepuluh hari.
Hal ini dikarenakan di dalam tubuh nyamuk, virus
dengue akan mengalami satu siklus lagi hingga siap
untuk dapat menginfeksi manusia. Siklus hidup atau
masa inkubasi virus dengue terjadi dalam 2 tahap
yaitu masa inkubasi internal di dalam tubuh manusia
dan masa ekstrinsik dalam tubuh nyamuk. Masa
inkubasi ekstrinsik ini berlangsung selama 8-10 hari.
Setelah berada dalam tubuh nyamuk selama 10 hari,
maka virus tersebut sudah siap dan mampu
menginfeksi manusia. Akibat dari masa inkubasi
ekstrinsik dalam tubuh nyamuk yang mencapai 8-10
hari, maka umur seekor nyamuk sangat
mempengaruhi kemampuannya menyebarkan untuk
virus dengue. Nyamuk yang berumur lebih dari 10
hari sangat berpotensi untuk menyebarkan virus
dengue, sebaliknya nyamuk yang berusia di bawah 10
hari tidak berpotensi menyebarkan virus dengue
1
.
Umur seekor nyamuk dapat diprediksi dengan
mengetahui siklus gonotropik yaitu waktu yang
dibutuhkan seekor nyamuk untuk mematangkan
telurnya dan parousitas yaitu persentase nyamuk
betina yang sudah mengalami pembuahan ovum
2
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama
siklus gonotropik, parousitas dan prediksi umur
nyamuk Aedes albopictus tersangka vektor di daerah
endemis DBD Kota Kupang tahun 2012.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat pra-eksperimen atau
percobaan dengan menggunakan rancangan
atau design post test only
3
. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Entomologi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Negeri Kupang
dan di Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang.
Populasi dalam penelitian ini terbagi atas 2 sesuai
pelaksanaan penelitian yaitu :
1) Pengamatan Siklus Gonotropik
Populasi dalam pengamatan siklus gonotropik ini
adalah seluruh nyamuk Aedes albopictus betina.
2) Pembedahan Ovarium
Populasi dalam pembedahan ovarium ini adalah
semua nyamuk Aedes albopictus betina yang ada
di Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari
hasil observasi terhadap nyamuk Aedes albopictus.
selama perlakuan. Data hasil uji coba yang telah
dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan rumus
prediksi umur nyamuk
Prediksi umur =


untuk mengetahui prediksi umur nyamuk Aedes
albopictus.




2
J U R N A L P E N E L I T I A N
JANUARI, 2013 Fakultas Kesehatan MasyarakatUNDANA


Emanuel B. L. Wayan
1
, Acep Effendi
2
, Yendris K. Syamruth
3


3

Prediksi Umur Nyamuk Aedes albopictus

HASIL DAN BAHASAN
1. Pengamatan Siklus Gonotropik Nyamuk Aedes
albopictus
Pengamatan siklus gonotropik dimulai saat
nyamuk menghisap darah sampai dengan meletakkan
telur. Nyamuk yang digunakan dalam pengamatan
siklus gonotropik ini adalah nyamuk Aedes
albopictus betina dewasa hasil rearing yang telurnya
diambil dari lokasi penelitian yaitu Kelurahan Kelapa
Lima.
Hasil pengamatan siklus gonotropik nyamuk
Aedes albopictus di Kelurahan Kelapa Lima
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Tahun 2012
Spesies
Nyamuk
Pengamatan Siklus Gonotropik
Waktu menghisap
darah
Waktu didapati adanya
telur
Aedes
albopictus
Rabu, 2 Mei 2012
12.00 WITA
Minggu, 6 Mei 2012
09.00 WITA
Lama siklus
gonotropik
dalam jam
93 jam

Tabel ini menunjukkan bahwa nyamuk Aedes
albopictus betina mulai menghisap darah pada hari
Rabu, 2 Mei 2012 pukul 12.00 WITA dan didapati
adanya telur pada Minggu, 6 Mei 2012 pukul 09.00
WITA. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam setelah
nyamuk menghisap darah. Proses pematangan telur
nyamuk Aedes albopictus betina berlangsung selama
93 jam, dihitung dari saat nyamuk betina mulai
menghisap darah sampai didapati adanya telur di
dalam ovitrap yang ditempatkan di dalam kurungan
nyamuk. Hasil pengamatan siklus gonotropik nyamuk
Aedes albopictus yang telurnya diambil dari
Kelurahan Kelapa Lima menunjukkan bahwa
lamanya siklus gonotropik selama pengamatan dalam
adalah 3,875 hari yang kemudian dibulatkan menjadi
4 hari. Lama siklus gonotropik ini menunjukkan
bahwa nyamuk Aedes albopictus membutuhkan
waktu 4 hari untuk mematangkan telurnya. Karena
perilaku kawin dari nyamuk hanya sekali seumur
hidupnya, maka setelah meletakkan telur nyamuk
Aedes albopictus akan kembali mencari dan
menghisap darah lagi untuk mematangkan telurnya.
Berdasarkan hasil pengamatan ini pula dapat
disimpulkan bahwa nyamuk Aedes albopictus akan
kembali menghisap darah setiap 4 hari sejak
lambungnya penuh dengan darah.
2. Penangkapan dan Pembedahan Nyamuk Aedes
albopictus Betina Dewasa
Penangkapan nyamuk Aedes albopictus dilakukan
dengan menggunakan metode umpan orang. Jumlah
orang yang digunakan dalam metode ini sebanyak 4
orang. Penangkapan dilakukan di luar rumah,
tepatnya di areal semak-semak dan di bawah
rerimbunan pohon di sekitar rumah penduduk di
Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang.
Hasil penangkapan dan identifikasi nyamuk
Aedes albopictus di Kelurahan Kelapa Lima
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Tahun 2012
No
Tanggal
Penangkapan
Jumlah nyamuk Aedes
albopictus yang tertangkap
dalam jam penangkapan
(ekor/jam)
Hasil
identifikasi
(ekor)
Jumlah
08.00-
09.00
09.00-
10.00
15.00-
16.00
16.00-
17.00
Jantan Betina
1 29 Maret 2012 5 - - - 2 3 5
2 2 April 2012 - - 30 28 7 51 58
3 3 April 2012 13 12 26 45 9 87 96
Jumlah 18 12 56 73 18 141 159
Tabel IV.4 menunjukkan bahwa hasil
penangkapan nyamuk Aedes albopictus dengan
menggunakan metode umpan orang terbanyak terjadi
pada tanggal 3 April 2012 yaitu sebanyak 96 ekor dan
paling sedikit terjadi pada tanggal 29 Maret 2012
yaitu sebanyak 5 ekor. Jumlah nyamuk Aedes
albopictus yang tertangkap paling banyak terjadi
pada pukul 16.00-17.00 WITA yaitu sebanyak 73
ekor dan paling sedikit terjadi pada pukul 09.00-
10.00 WITA yaitu sebanyak 12 ekor.
Hasil pembedahan ovarium nyamuk Aedes
albopictus betina yang tertangkap di Kelurahan
J U R N A L P E N E L I T I A N
JANUARI, 2013 Fakultas Kesehatan MasyarakatUNDANA


Emanuel B. L. Wayan
1
, Acep Effendi
2
, Yendris K. Syamruth
3


4

Prediksi Umur Nyamuk Aedes albopictus

Kelapa Lima Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang
Tahun 2012
No
Tanggal
Penangkapan
Kondisi Ovarium Nyamuk Aedes
albopictus betina yang tertangkap
Jumlah
Parous Nulli Parous
1 29 Maret 2012 3 - 3
2 2 April 2012 48 3 51
3 3 April 2012 80 7 87
Jumlah 131 10 141
Tabel ini menunjukkan bahwa kondisi ovarium
nyamuk Aedes albopictus betina yang teridentifikasi
parous (sudah pernah bertelur) setelah dibedah paling
banyak ditemukan pada nyamuk betina yang
tertangkap pada tanggal 3 April 2012 yaitu sebanyak
80 ekor dan paling sedikit ditemukan pada nyamuk
betina yang tertangkap pada tanggal 29 Maret 2012
yaitu sebanyak 3 ekor. Kondisi ovarium nyamuk
Aedes albopictus betina yang teridentifikasi nulli
parous (belum pernah bertelur) setelah dibedah
paling banyak ditemukan pada nyamuk betina yang
tertangkap pada tanggal 3 April 2012 yaitu sebanyak
7 ekor sedangkan yang paling sedikit ditemukan pada
nyamuk betina yang tertangkap pada tanggal 2 April
2012 yaitu sebanyak 3 ekor. Pada nyamuk Aedes
albopictus betina yang tertangkap pada tanggal 29
Maret 2012 tidak ditemukan adanya nyamuk Aedes
albopictus betina dengan kondisi ovarium nulli
parous.
Hasil pembedahan dari 141 ekor nyamuk Aedes
alboictus betina yang tertangkap di Kelurahan Kelapa
Lima sebagai daerah endemis DBD dengan
menggunakan metode umpan orang menunjukkan
bahwa angka parousitas dari nyamuk tersebut sebesar
92,907 %. Angka parousitas ini menunjukkan bahwa
nyamuk Aedes albopictus yang ada di Kelurahan
Kelapa Lima didominasi oleh nyamuk yang sudah
pernah bertelur atau sudah tua dan memiliki peluang
yang besar menjadi vektor DBD karena telah kawin
dan akan terus menghisap darah untuk mematangkan
telurnya sekaligus menularkan virus dengue selama
hidupnya
3. Prediksi Umur Nyamuk Aedes albopictus
Tersangka Vektor di Daerah Endemis DBD
Kota Kupang
Hasil perhitungan peluang hidup harian nyamuk
Aedes albopictus di Kelurahan Kelapa Lima yaitu :
Diketahui :
A (lamanya siklus gonotropik) = 4 hari
B (angka parousitas / parity rate) = 0,92907


0,981775317
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa
peluang hidup harian nyamuk Aedes albopictus setiap
hari di Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang sebesar
0,981775317 atau 98,18 %.
Prediksi umur nyamuk Aedes albopictus di
Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang yaitu :
Diketahui :
P = 0,981775317 = 98,18 %
Prediksi umur nyamuk =



Prediksi umur nyamuk = hari.
Hasil perhitungan matematis terhadap umur
nyamuk Aedes albopictus di Kelurahan Kelapa Lima
Kota Kupang diperoleh selama 54 hari. Hasil
perhitungan ini diperoleh setelah terlebih dahulu
mencari angka peluang hidup harian nyamuk,
parousitas, dan lama siklus gonotropik dari nyamuk
Aedes albopictus di Kelurahan Kelapa Lima Kota
Kupang.
J U R N A L P E N E L I T I A N
JANUARI, 2013 Fakultas Kesehatan MasyarakatUNDANA


Emanuel B. L. Wayan
1
, Acep Effendi
2
, Yendris K. Syamruth
3


5

Prediksi Umur Nyamuk Aedes albopictus

Prediksi umur nyamuk ini menunjukkan bahwa
nyamuk Aedes albopictus di Kelurahan Kelapa Lima
Kota Kupang setidaknya dapat menyelesaikan kurang
lebih 5 kali masa inkubasi ekstrinsik virus dengue
sampai tahap infektif untuk dapat menginfeksi
manusia dan dapat dikategorikan sebagai vektor
potensial penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
dan dapat dikatakan berpotensi 5 kali sebagai vektor
DBD.
Umur nyamuk Aedes albopictus yang melebihi
masa inkubasi ekstrinsik virus dengue dalam tubuh
nyamuk sangat berbahaya bagi penduduk yang berada
di wilayah Kelurahan Kelapa Lima. Spesies yang
biasanya disebut sebagai vektor sekunder ini biasanya
lebih diabaikan pengendaliannya dibandingkan
dengan Aedes aegypti. Kebanyakan bentuk
pengendalian semuanya hanya difokuskan pada
Aedes aegypti. Status Aedes albopictus yang sering
disebut sebagai vektor sekunder dan cenderung tidak
dipedulikan dalam kegiatan pengendalian sebenarnya
justru sangat menguntungkan nyamuk ini karena
dapat berkembangbiak secara bebas tanpa ada
intervensi. Ketidaktahuan masyarakat mengenai
habitat dan tempat perkembangbiakan nyamuk ini
juga menambah potensi nyamuk Aedes albopictus
sebagai vektor DBD. Hal ini membuat nyamuk Aedes
albopictus menjadi vektor potensial penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang sangat berbahaya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pisdon (2011) di Kelurahan Oebobo
terhadap spesies Aedes aegypti yang memiliki umur
harapan hidup 23,5 hari.

SIMPULAN
Waktu yang dibutuhkan nyamuk Aedes albopictus
untuk mematangkan telurnya atau menyelesaikan satu
kali siklus gonotropik adalah 93 jam atau 4 hari.
Angka parousitas sebesar 92,907 % dan memiliki
kemungkinan untuk bertahan hidup selama 54 hari
pada suhu rata-rata 27C, dan kelembaban 67 %
sehingga berpotensi menjadi vektor DBD karena
memiliki umur lebih dari masa inkubasi ekstrinsik
virus DBD di dalam tubuh nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI). 2005. Pencegahan Dan Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Ditjen
PP dan PPL Depkes RI: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI). 2006. Modul Entomologi Dasar. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit (BPVRP) Depkes RI: Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sembel, Dantje. 2009. Entomologi Kedokteran.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Pisdon, Samuel Alfred. 2011. Gambaran Prediksi
Umur Nyamuk Aedes aegypti Sebagai Vektor
Demam Berdarah Dengue Di Daerah Endemis
Kota Kupang Tahun 2011 : Skripsi. Kupang

You might also like