PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZI
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI
SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : SULASYI SETYANINGSIH J310111012 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 HALAMAN PERSETUJUAN Judul : Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta Nama Mahasiswa : Sulasyi Setyaningsih NIM : J 310 111 012 Pembimbing I Pembimbing II Siti Zulaekah, A., M.Si. Dwi Sarbini,SST,M.Kes. NIK. 751 NIK. 747 Mengetahui, Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Dwi Sarbini,SST,M.Kes. NIK. 747 PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA The Difference In Blood Glucose Levels Based On The Nutritional Status Of Patients With Type 2 Diabetes Mellitus In Dr. Moewardi Surakarta Hospital Nama: Sulasyi Setyaningsih/ NIM: J310 111 012 Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT Background Overweight and obesity is related with insulin resistance. Insulin resistance might cause hyperglycemia in patient with type 2 diabetes mellitus. Thus, effective weight management is crucial for glycaemic control in overweight and obese patients with type 2 diabetes. Objective This study aims to determine the difference in blood glucose levels based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus in Dr. Moewardi Surakarta hospital Research Method This study was an observation research with cross sectional design. Location of research in Dr. Moewardi Surakarta Hospital. Research subject were 124 patient with consideration of researcher. This research used secondary data which was defined from nutrition consultation book in research location. The kind of data is Postprandial blood glucose levels (PBG), patient identity, body weight, and body height. Data was analyzed by Kruskal Wallis Result Characteristics of research subject showed 50.8% are female with the largest percentage in the age range 41-65 years( 82.3%). PBG levels was highest in underweight diabetic patients. Kruskal Wallis test showed significant difference between PBG levels (p = 0.004) based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus. Conclusion Significant difference between PBG levels based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus Key Words: PBG, Nutritional status, Type 2 Diabetes Mellitus PENDAHULUAN Permasalahan diabetes melitus (DM) telah menjadi masalah kesehatan yang terjadi di berbagai negara, tidak terkecuali negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, DM dinyatakan sebagai penyebab kematian ke- 6 untuk semua usia. Berdasarkan data WHO, prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 pada tahun 2000 dan diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030 artinya terjadi kenaikan 3 kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2007). Data rekam medis RSUD Dr. Moewardi mencatat jumlah pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan pada tahun 2011 mencapai 13.231 pasien. Pada tahun 2012 penyakit DM tipe 2 merupakan 20 penyebab kematian di RSUD Dr. Moewardi. DM termasuk kategori penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan pengendalian DM dengan baik. DM terkendali dengan baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta juga kadar lipid. Demikian pula status gizi dan tekanan darah (Perkeni, 2011 dan Soegondo, 2005). DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin, yaitu penurunan respon terhadap insulin oleh jaringan sasaran yang dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan berada pada kadar tinggi (hiperglikemi). Tipe ini sering (80% kasus) berkaitan dengan obesitas yang merupakan suatu faktor tambahan yang meningkatkan terjadinya resistensi insulin (Stephen, dkk, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi (2012) menunjukkan terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar glukosa puasa pada penderita diabetes tipe 2. Status obesitas dan overweight pada penderita DM tipe 2 dapat diketahui dengan cara menghitung indek massa tubuh (IMT). Perkeni (2006) menyatakan DM yang terkontrol dengan baik yaitu salah satu kategorinya adalah IMT berada pada rentang 18,5 - <23 kg/m 2 . Berbagai masalah yang telah disampaikan oleh penulis menjadi alasan untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta B. Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan karakteristik pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2. Mendeskripsikan kadar glukosa darah pasien DM Tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 3. Mendeskripsikan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 4. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisten insulin. DM tipe ini adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi 90% pasien penyandang diabetes (Perkeni, 2011). Resisten insulin merupakan keadaan yang ditandai dengan ketidakrentanan/ketidakmampuan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemi) (Bustan, 2007). Patogenesis DM tipe 2 dijelaskan bahwa pada keadaan DM tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi kacau. Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa (glukoneogenesis) di hati tidak dapat dihambat (karena insulin kurang/relatif kurang) sehingga kadar glukosa semakin meningkat (Soegondo, 2005). Jika peningkatan kadar glukosa melebihi ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa maka akan menyebabkan glukosuria (glukosa ditemukan di urin). Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yang secara klinis bermanifestasi sebagai poliuria (banyak kencing). Timbul dehidrasi yang dapat merangsang rasa haus dan menyebabkan polidipsia (banyak minum). Polifagia (banyak makan) terjadi karena menurunnya aktivitas pusat kenyang di hipotalamus (Stephen, dkk, 2011). DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit jantung. Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi kronik jangka panjang ( Price dan Wilson, 2003 dan Stephen, dkk, 2011). Penatalaksanaan DM secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Penatalaksanaan DM yang baik akan mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi DM dan akhirnya dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas DM. Pilar penatalaksanaan DM terdiri dari edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi. Pengendalian DM yang baik merupakan sasaran terapi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik. DM terkendali baik apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah (Perkeni, 2011). Tabel 1 Kriteria pengendalian DM Baik Sedang Buruk GDP (mg/dl) 80-<100 100-125 > 126 GD2JPP (mg/dl) 80 -144 145-179 > 180 A1C (%) < 6,5 6,5 - 8 > 8 Kolesterol Total (mg/dl) < 200 200 - 239 > 240 Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 100 - 129 > 130 Kolesterol HDL (mg/dl) Pria : > 40 Wanita : > 50 Trigliserida (mg/dl) < 150 150 - 199 > 200 IMT (kg/m 2 ) 18,5 - < 23 23 -25 > 25 Tekanan darah (mmHg) < 130/80 > 130-140/ >80-90 >140/90 Sumber : Perkeni 2006 Pemeriksaan kadar GD2JPP bagi pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011). Pemeriksaan kadar GD2JPP merupakan pemeriksaan kadar glukosa seseorang setelah menggunakan beban glukosa setara 75 gram. Kadar glukosa darah akan naik sesudah makan, paling tinggi terjadi 1 jam setelah makan tetapi tidak melebihi 180 mg/dl. Kadar glukosa darah selanjutnya akan turun dan pada 2 jam sesudah makan, glukosa darah akan mendekati kadar sebelum makan. Pada kasus DM, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (GD2JPP) akan mengalami penurunan tetapi tidak mencapai kadar glukosa darah awal atau melebihi dari nilai 180 mg/dl (Kariadi, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi (2012) menunjukkan terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar glukosa puasa pada penderita diabetes tipe 2. Sherwood (2011) berpendapat bahwa pada obesitas akan terjadi peningkatan produksi resistin yang akan mendorong resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin. Sebaliknya adiponektin, adipokin lainnya meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin, tapi pada obesitas terjadi penurunan hormon ini. Selain itu asam- asam lemak yang dikeluarkan dari jaringan lemak dapat menumpuk abnormal di otot dan mengganggu kerja insulin otot. Pengendalian status gizi dengan cara penurunan berat badan (pada pasien gemuk) biasanya akan memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi meningkatkan kontrol metabolik jangka lama (Soegondo, 2005). Pada penelitian ini menggunakan Indeks Massa Tubuh untuk menilai status gizi pasien DM tipe 2. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indeks antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam ukuran meter) : IMT = BB/TB 2 ( Arisman, 2009). Price dan Wilson (2003) menyatakan sekitar 80% penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang dapat menyebabkan kegagalan toleransi glukosa dan menyebabkan DM tipe 2. Analisis Center for Disease Control and Prevention (CDC) berdasarkan survey yang telah dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey, (NHANES) tahun 1999-2002 pada warga United States, yaitu diantara prevalensi obesitas sebesar 53% laki-laki dan 58% wanita didiagnosa DM. Hasil presentase lebih tinggi ditunjukkan pada kategori overweight yaitu 86,3% laki-laki dan 84,2% wanita. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pasien DM tipe 2 yang memiliki status gizi underweight. Chan, dkk (2009) menyatakan kejadian DM tipe 2 underweight lebih banyak terjadi di kawasan Asia dibandingkan dengan wilayah Eropa bagian timur dan wilayah Amerika latin. Das (2008) menyatakan pasien DM tipe 2 dengan staus gizi kurang mempunyai masalah hiperglikemi sedang hingga parah. Pada pasien DM tipe 2 dengan status gizi kurang dijelaskan memiliki level sirkulasi insulin lebih rendah baik pada keadaan puasa maupun setelah makan dibandingkan DM tipe 2 yang bukan dalam kategori status gizi kurang. B. Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Kumar dan Robbis (2007), Das (2008), dan Perkeni (2011) C. Kerangka Konsep D. Hipotesis Ada perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross sectional. Pada penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu pasien DM tipe 2 underweight, normal, overweight dan obesitas. Lokasi penelitian adalah RSUD Dr Moewardi di Surakarta. Subjek penelitian sebanyak 124 pasien DM tipe 2 dengan kriteria yang ditentukan peneliti. Jenis data adalah data sekunder yang diperoleh melalui catatan buku konsultasi gizi di lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari kadar glukosa darah 2 Jam post prandial (GD2JPP), identitas pasien, data berat badan dan tinggi badan. Analisisi data menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji lanjutan yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok subjek penelitian dilakukan uji Mann Whitney. Edukasi Terapi Gizi Latihan Jasmani Terapi farmakologis Kadar Glukosa darah Pasien DM Resistensi Insulin Jaringan Perifer Kegemukan Underweight Level sirkulasi insulin Status Gizi Kadar Glukosa Darah HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 124 pasien DM tipe 2. Sebanyak 124 pasien yang diteliti sebesar 50,8% berjenis kelamin wanita dan selebihnya sebesar 49,2% berjenis kelamin laki-laki. Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan usia subjek penelitian menunjukkan pasien DM tipe 2 banyak diderita pada rentang usia 41-65 tahun dengan persentase sebesar 82,3%. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan distribusi subjek penelitian berdasarkan usia. Gambar 2. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia B. Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2 Pemeriksaan kadar GD2JPP bagi pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011). Hiperglikemi yang terjadi saat kondisi postprandial (setelah makan) merupakan faktor langsung pada perkembangan penyakit kardiovaskular yang terjadi pada pasien DM tipe 2. Pengendalian kadar GD2JPP dengan menjaga dalam rentang normal dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular (Manders, dkk, 2009). Rata-rata kadar GD2JPP pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Kadar GD2JPP Pasien DM Tipe 2 Kadar Min. (mg/dl) Maks. (mg/dl) Rata-rata+SD (mg/dl) GD2JPP 108 693 306,76+122,56 Hasil rata-rata kadar GD2JPP pasien DM tipe 2 adalah 306,76 + 122,56 mg/dl. Hasil kadar GD2JPP pada pasien DM tipe 2 tersebut menunjukkan hasil melebihi batas kadar glukosa darah normal, yaitu kadar GD2JPP<180 mg/dl. Sherwood (2011) menyatakan bahwa pada pasien DM mengalami penurunan penyerapan glukosa oleh sel, disertai oleh peningkatan pengeluaran glukosa melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa tanpa kendali karena tidak adanya insulin atau resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah akan mengalami peningkatan atau disebut hiperglikemi yang merupakan salah satu tanda khas pada pasien DM. C. Status Gizi Pasien DM tipe 2 Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan IMT. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status Laki-laki 49% Wanita 51% 4% 82,30% 11,30% 2,40% Usia (th) 18-40 41-65 66-75 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 124 pasien DM tipe 2. Sebanyak 124 pasien yang diteliti sebesar 50,8% berjenis kelamin wanita dan selebihnya sebesar 49,2% berjenis kelamin laki-laki. Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan usia subjek penelitian menunjukkan pasien DM tipe 2 banyak diderita pada rentang usia 41-65 tahun dengan persentase sebesar 82,3%. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan distribusi subjek penelitian berdasarkan usia. Gambar 2. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia B. Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2 Pemeriksaan kadar GD2JPP bagi pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011). Hiperglikemi yang terjadi saat kondisi postprandial (setelah makan) merupakan faktor langsung pada perkembangan penyakit kardiovaskular yang terjadi pada pasien DM tipe 2. Pengendalian kadar GD2JPP dengan menjaga dalam rentang normal dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular (Manders, dkk, 2009). Rata-rata kadar GD2JPP pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Kadar GD2JPP Pasien DM Tipe 2 Kadar Min. (mg/dl) Maks. (mg/dl) Rata-rata+SD (mg/dl) GD2JPP 108 693 306,76+122,56 Hasil rata-rata kadar GD2JPP pasien DM tipe 2 adalah 306,76 + 122,56 mg/dl. Hasil kadar GD2JPP pada pasien DM tipe 2 tersebut menunjukkan hasil melebihi batas kadar glukosa darah normal, yaitu kadar GD2JPP<180 mg/dl. Sherwood (2011) menyatakan bahwa pada pasien DM mengalami penurunan penyerapan glukosa oleh sel, disertai oleh peningkatan pengeluaran glukosa melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa tanpa kendali karena tidak adanya insulin atau resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah akan mengalami peningkatan atau disebut hiperglikemi yang merupakan salah satu tanda khas pada pasien DM. C. Status Gizi Pasien DM tipe 2 Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan IMT. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status Laki-laki 49% 2,40% >75 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 124 pasien DM tipe 2. Sebanyak 124 pasien yang diteliti sebesar 50,8% berjenis kelamin wanita dan selebihnya sebesar 49,2% berjenis kelamin laki-laki. Gambaran distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan usia subjek penelitian menunjukkan pasien DM tipe 2 banyak diderita pada rentang usia 41-65 tahun dengan persentase sebesar 82,3%. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan distribusi subjek penelitian berdasarkan usia. Gambar 2. Grafik Distribusi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Usia B. Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2 Pemeriksaan kadar GD2JPP bagi pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011). Hiperglikemi yang terjadi saat kondisi postprandial (setelah makan) merupakan faktor langsung pada perkembangan penyakit kardiovaskular yang terjadi pada pasien DM tipe 2. Pengendalian kadar GD2JPP dengan menjaga dalam rentang normal dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular (Manders, dkk, 2009). Rata-rata kadar GD2JPP pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Kadar GD2JPP Pasien DM Tipe 2 Kadar Min. (mg/dl) Maks. (mg/dl) Rata-rata+SD (mg/dl) GD2JPP 108 693 306,76+122,56 Hasil rata-rata kadar GD2JPP pasien DM tipe 2 adalah 306,76 + 122,56 mg/dl. Hasil kadar GD2JPP pada pasien DM tipe 2 tersebut menunjukkan hasil melebihi batas kadar glukosa darah normal, yaitu kadar GD2JPP<180 mg/dl. Sherwood (2011) menyatakan bahwa pada pasien DM mengalami penurunan penyerapan glukosa oleh sel, disertai oleh peningkatan pengeluaran glukosa melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa tanpa kendali karena tidak adanya insulin atau resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah akan mengalami peningkatan atau disebut hiperglikemi yang merupakan salah satu tanda khas pada pasien DM. C. Status Gizi Pasien DM tipe 2 Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan IMT. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, dkk, 2001). Status gizi laki- laki dengan wanita cenderung berbeda, sehingga pada penelitian ini status gizi pasien DM tipe 2 dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien DM tipe 2 Status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight, overweight dan obesitas masing-masing persentase lebih besar pada wanita dan pada pasien DM tipe 2 staus gizi normal persentase lebih besar pada laki-laki. Hasil Rikesdas (2010) menunjukkan angka overweight dan obesitas wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Persentase overweight wanita sebesar 11,4% dan laki-laki sebesar 8,5%, sedangkan persentase obesitas wanita sebesar 15,5% dan laki-laki sebesar 7,8%. D. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Distribusi kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Kadar GD2JPP (mg/dl) Pasien DM Tipe 2 p Underweight Normal Overweight Obesitas Nilai Min. 108 136 145 112 0,004* Nilai Maks. 693 402 593 582 Rata-rata 379,55 257,55 307 282,94 SD 153,24 73,79 107,38 112,10 * uji Kruskal wallis Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pasien DM tipe 2 yang memiliki kadar GD2JPP tertinggi adalah pada pasien DM tipe 2 underweight dan kadar GD2JPP terendah adalah pasien DM tipe 2 dengan status gizi normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patnaik, dkk (1999) dalam Das (2008) yang menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight memiliki kadar GDP 0% 20% 40% 60% 80% 100% 48,4 51,6 gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, dkk, 2001). Status gizi laki- laki dengan wanita cenderung berbeda, sehingga pada penelitian ini status gizi pasien DM tipe 2 dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien DM tipe 2 Status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight, overweight dan obesitas masing-masing persentase lebih besar pada wanita dan pada pasien DM tipe 2 staus gizi normal persentase lebih besar pada laki-laki. Hasil Rikesdas (2010) menunjukkan angka overweight dan obesitas wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Persentase overweight wanita sebesar 11,4% dan laki-laki sebesar 8,5%, sedangkan persentase obesitas wanita sebesar 15,5% dan laki-laki sebesar 7,8%. D. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Distribusi kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Kadar GD2JPP (mg/dl) Pasien DM Tipe 2 p Underweight Normal Overweight Obesitas Nilai Min. 108 136 145 112 0,004* Nilai Maks. 693 402 593 582 Rata-rata 379,55 257,55 307 282,94 SD 153,24 73,79 107,38 112,10 * uji Kruskal wallis Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pasien DM tipe 2 yang memiliki kadar GD2JPP tertinggi adalah pada pasien DM tipe 2 underweight dan kadar GD2JPP terendah adalah pasien DM tipe 2 dengan status gizi normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patnaik, dkk (1999) dalam Das (2008) yang menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight memiliki kadar GDP 48,4 58,1 48,4 41,9 51,6 41,9 51,6 58,1 Laki-laki Wanita gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, dkk, 2001). Status gizi laki- laki dengan wanita cenderung berbeda, sehingga pada penelitian ini status gizi pasien DM tipe 2 dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien DM tipe 2 Status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight, overweight dan obesitas masing-masing persentase lebih besar pada wanita dan pada pasien DM tipe 2 staus gizi normal persentase lebih besar pada laki-laki. Hasil Rikesdas (2010) menunjukkan angka overweight dan obesitas wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Persentase overweight wanita sebesar 11,4% dan laki-laki sebesar 8,5%, sedangkan persentase obesitas wanita sebesar 15,5% dan laki-laki sebesar 7,8%. D. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Distribusi kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Kadar GD2JPP (mg/dl) Pasien DM Tipe 2 p Underweight Normal Overweight Obesitas Nilai Min. 108 136 145 112 0,004* Nilai Maks. 693 402 593 582 Rata-rata 379,55 257,55 307 282,94 SD 153,24 73,79 107,38 112,10 * uji Kruskal wallis Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pasien DM tipe 2 yang memiliki kadar GD2JPP tertinggi adalah pada pasien DM tipe 2 underweight dan kadar GD2JPP terendah adalah pasien DM tipe 2 dengan status gizi normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patnaik, dkk (1999) dalam Das (2008) yang menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight memiliki kadar GDP lebih tinggi dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 yang bukan underweight. Hasil uji beda kadar GD2JPP antar kelompok pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi menunjukkan nilai p<0,05, sehingga terdapat perbedaan kadar GD2JPP berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dudekula, dkk (2012), bahwa terdapat hubungan antara kadar GD2JPP dengan berbagai tingkat status gizi pasien DM tipe 2. E. Uji Beda Antar Kelompok Penelitian Uji yang digunakan untuk analisis Post Hoc untuk uji Kruskal Walis adalah uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan (Dahlan, 2009). Hasil uji Mann Whitney kadar GD2JPP antara pasien DM tipe 2 undeweight, status gizi normal, overweight, dan obesitas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Mann Whitney Kadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Status Gizi Underweight Normal Overweight Obesitas Nilai p Underweight - 0,000* 0,041* 0,015* Normal 0,000* - 0,91 0,390 Overweight 0,041* 0,91 - 0,430 Obesitas 0,015* 0,390 0,430 - * uji Mann whitney Hasil uji Mann Whitney kadar GD2JPP antar kelompok penelitian menunjukkan ada perbedaan rerata kada GD2JPP antara pasien DM tipe 2 underweight dengan pasien DM tipe 2 status gizi normal, overweight, dan obesitas. Tidak ada perbedaan rerata GD2JPP antara pasien DM tipe 2 status gizi normal dengan pasien DM tipe 2 overweight dan obesitas. Tidak ada perbedaan rerata GD2JPP antara pasien DM tipe 2 status gizi overweight dengan pasien DM tipe 2 status gizi obesitas. Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar GD2JPP pasien DM underweight dengan pasien DM bukan underweight (normal, overweight dan obesitas). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Patnaik dkk (1999) dalam Das (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa darah antara pasien DM underweight dengan pasien DM yang bukan underweight. Das (2008) menyatakan pasien DM tipe 2 underweight mempunyai masalah hiperglikemi sedang hingga parah. Penelitian yang dilakukan oleh Barma dkk (2010) menunjukkan pasien DM tipe 2 dengan status gizi underweight juga mempunyai kontrol glukosa darah yang buruk. Pada pasien DM tipe 2 underweight dijelaskan sebenarnya memiliki cadangan insulin yang baik dalam sel beta dan mungkin ekstraksi insulin di peredaran porta hepatis berlebih. Namun, level sirkulasi insulin lebih rendah baik pada keadaan puasa maupun setelah makan dibandingkan DM tipe 2 yang bukan underweight. (Das, 2008). Penatalaksanaan yang tepat pada pasien DM tipe 2 status gizi kurang dapat mengurangi angka morbiditas. Hasil uji beda penelitian ini menunjukkan bahwa kadar GD2JPP pasien DM overweight yang menunjukkan signifikan berbeda hanya dengan pasien DM underweight, sedangkan pada pasien DM obesitas juga menunjukkan hasil signifikan berbeda hanya dengan pasien DM underweight. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamath, dkk (2011) bahwa tidak ada perbedaan kadar glukosa darah antara pasien DM tipe 2 yang obesitas dan non obes. Berbagai faktor dapat mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Soegondo (2005) menyatakan glukosa darah pasien DM tipe 2 dapat dikendalikan melalui diet, intervensi farmakologis, dan latihan jasmani. Perlu kajian yang menyeluruh berbagai faktor yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung kadar glukosa dalam darah. Pada penelitian ini tidak melakukan pengambilan data diet, penggunaan obat dan latihan jasmani pada pasien DM tipe 2. Hal ini kemungkinan yang dapat berdampak pada hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada tiap pasien DM tipe 2. F. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah faktor-faktor selain status gizi yang berdampak pada kadar glukosa pasien DM tipe 2 tidak diambil, seperti diet yang dijalankan, lama diagnosa, dan obat yang digunakan. Faktor-faktor tersebut yang kemungkinan juga berdampak pada pengendalian kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik subjek penelitian menunjukkan sebesar 50,8% berjenis kelamin wanita, sedangkan rentang usia subjek penelitian terbanyak pada usia 41-65 tahun, yaitu sebesar 82,3% 2. Kadar GD2JPP tertinggi pada pasien DM tipe 2 underweight, yaitu sebesar 379,55+153,24 mg/dl dan kadar GD2JPP terendah adalah pasien DM tipe 2 normal, yaitu sebesar 257,55 mg/dl. 3. Status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight, overweight dan obesitas masing-masing persentase lebih besar pada wanita dan pada pasien DM tipe 2 staus gizi normal persentase lebih besar pada laki-laki 4. Ada perbedaan rata-rata kadar GD2JPP berdasarkan dari status gizi pasien DM tipe 2 B. Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menambah variabel penelitian seperti diet, penggunaan obat, latihan jasmani dan lama diagnosa. Variabel-variabel tersebut dapat berpengaruh terhadap glukosa darah pasien DM tipe2, sehingga kadar glukosa darah dapat dianalisis dari berbagai faktor 2. Bagi penderita DM sebaiknya selalu mengendalikan status gizi dalam rentang normal sehingga kadar glukosa darah dapat terkendali dengan baik 3. Bagi ahli gizi di rumah sakit dapat lebih menekankan kembali pentingnya pengaturan berat badan bagi pasien DM tipe 2 pada setiap penyuluhan dan konsultasi pasien DM rawat jalan maupun rawat inap. DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2009.Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta : 193-195 Barma, D.P., Ranabir, S., Prasad, L., Singh, P.T.2010. Clinical and Biochemical Profile of Lean Type 2 Diabetes Mellitus. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Cetakan kedua. Rineka Cipta. Jakarta : 110-119 Centers for Disease Control and Prevention. Prevalence of overweight and obesity among adults with diagnosed diabetes United States, 1988 1994 and 1999 2002. MMWR Morb Mortal Weekly Rep 2004;53(45):1066-1068 Chan JC, Malik V, Jia W, et al. Diabetes in Asia: epidemiology, risk factors, and pathophysiology. JAMA 2009; Vol. 301: 21292140. Dahlan, M. S., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta: 96-101 Das, S. 2008. Lean Type 2 Diabetes Mellitus: Profile, Peculiarities and Paradox. Medicine Update Vol. 18, 97-104 Departemen Kesehatan, RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: 276-277 Dudekula, B. A, Naik, L.J., Reddy, KSN. 2012. Correlation Between Blood Sugars and Body Mass Index With Blood Pressure Among The Type Diabetic Adults. Asian J. EXP. Biol, SCI. Vol 3(2) 2012: 378-383 Fathmi, A. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2 Di RSUD Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Kamath, A., Shivaprakash, G., Adhikari, P. 2011. Body Mass Index And Waist Circumference in Type 2 Diabetes Mellitus Patients Attending A Diabetes Clinic. Int J Biol Med Res. 2011; 2(3): 636-638 Kariadi, S.H. 2009. Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan Lengkap Untuk Diabetesi, Keluarganya, dan Profrsional Medis. PT Mizan Pustaka Bandung: 30-34, 101-106 Kumar, C. dan Robbis. 2007. Buku Ajar Patologi, ed. 7, vol. 2. EGC. Jakarta: 719-733 Manaf A. 2006. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Aru W (e.d.), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, ed 4 th . FK UI. Jakarta: 1857-1917 Manders, R. JF., Pennings, B., Beckers, C. PG., Aipassa, T. I., and Loon L. JC. 2009. Prevalence of Daily Hyperglycemia in Obese Type 2 Diabetic Men Compared With that In Lean And Obese Normoglycemic Men: Effect of Consumption of A Sucrose- Containing Beverage. Am J Clin Nutr 2009;90:511-518 PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta ________. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta Price, L. M., Wilson. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, E/6, vol.12. EGC. Jakarta: 1259-1273 Sherwood, L. 2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. EGC. Jakarta: 776-778 Soegonda, S., dkk. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Cetakan kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Stephen, J., Mc Phee dan Willian F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. EGC. Jakarta: 557-58 Supariasa, I. D. N., Bacyar, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta: 56-59 WHO. 2011. Diabetes. Diakses : 16 April 2012. Http:// www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs312/