Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

1

GAMBARAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN MALARIA


RAWAT INAP DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
TAHUN 2010-2012
Yusuf Taqwa Muladi, Loly R.D.Siagian, Ronny Isnuwardana
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda
E-mail: taqwa2102@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Malaria merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian di dunia
terutama di daerah tropis dan negara berkembang, termasuk di Indonesia. Malaria dapat
menyebabkan penurunan jumlah sel darah, baik eritrosit, leukosit maupun trombosit.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran jumlah trombosit pada pasien malaria.
Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan di RSUD
A.W. Sjahranie Samarinda selama 2 bulan. Data diambil dari instalasi rekam medik RSUD
A.W. Sjahranie Samarinda.
Hasil: Dari 238 pasien, 214 (90%) adalah pasien malaria dengan trombositopenia, hanya 24
(10%) pasien malaria dengan jumlah trombosit normal. Plasmodium falciparum paling
banyak menyebabkan trombositopenia pada kasus malaria sebanyak 114 (48%), sedangkan
dari 100 (42%) merupakan infeksi Plasmodium vivax yang menyebabkan trombositopenia.
Kesimpulan: Plasmodium falciparum merupakan penyebab terbanyak pada kasus malaria
dengan trombositopenia.
Kata Kunci: Trombositopenia, Plasmodium falciparum, Malaria

ABSTRACT
Background: Malaria is the cause of illness and death in the world, especially in tropical and
developing countries, including in Indonesia. Malaria can cause a drop in blood cell counts,
both erythrocytes, leukocytes or thrombocytes. This study was conducted to overview of the
thrombocytes count in patients with malaria.
Methods: This is a descriptive study in hospitals A.W. Sjahranie Samarinda for 2 months.
Data retrieved from the hospital medical record installation A.W. Sjahranie Samarinda.
Result: Of 238 patients, 214 (90%) were malaria patients with thrombocytopenia, only 24
(10%) of malaria patients with normal platelet counts. Plasmodium falciparum causes the
most cases of thrombocytopenia in malaria as many as 114 (47.9%), while 100 (42.02%)
were Plasmodium vivax infections that cause thrombocytopenia.
Conclutions: Plasmodium falciparum is the most common cause in cases of malaria with
thrombocytopenia.
Keywords: Thrombocytopenia, Plasmodium falciparum, Malaria
2

PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu
penyakit tropik yang disebabkan oleh
infeksi parasit yaitu Plasmodium yang
menyerang eritrosit. Malaria dapat
berlangsung akut maupun kronik
1
. Malaria
merupakan penyebab angka kesakitan dan
kematian di dunia terutama di daerah
tropis dan negara berkembang dengan 300-
500 juta kasus dengan 1,5 hingga 2,7 juta
orang meninggal pertahunnya
2
.
Malaria dapat menyebabkan
penurunan jumlah sel darah, baik eritrosit,
leukosit maupun trombosit
3
. Penurunan
jumlah trombosit juga merupakan salah
satu gambaran klinis pada malaria berat.
Terdapat 3 hal yang dapat menyebabkan
trombositopenia, lisisnya kekebalan pada
imun, terjadi penyerapan di limpa, dan
proses dispoietik di sumsum tulang yang
mengakibatkan produksi trombosit yang
berkurang. Trombositopenia pada malaria
dapat disebabkan 3 hal diatas, namun
kepastian mekanismenya yang paling
berpengaruh sampai saat ini masih belum
jelas
4
.
Penelitian di India didapatkan dari
443 pasien malaria yang terinfeksi
Plasmodium falciparum, jumlah pasien
yang mengalami penurunan jumlah
trombosit sebanyak 368 pasien (83%)
5
.
Penelitian di Pakistan didapatkan jumlah
pasien malaria yang terinfeksi Plasmodium
vivax yang mengalami penurunan jumlah
trombosit lebih banyak dibandingkan yeng
terinfeksi Plasmodium falciparum, dari
117 pasien yang mengalami penurunan
jumlah trombosit, 69 pasien dari infeksi
Plasmodium vivax dan 48 pasien terinfeksi
Plasmodium falciparum, sedangkan tidak
ditemukan pasien dengan infeksi
campuran
6
.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran jumlah
trombosit pada pasien malaria rawat inap
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda tahun 2010-2012.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
untuk melihat gambaran jumlah trombosit
pada pasien malaria rawat inap di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penelitian dilaksanakan di rekam meik
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
selama bulan Februari Maret 2013.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua
pasien malaria sesuai data rekam medik
dengan nomor ICD B50.8 (malaria berat/
komplikasi yang terinfeksi Plasmodium
falciparum), B50.9 (malaria tanpa
komplikasi yang terinfeksi Plasmodium
falciparum), B51.8 (malaria
berat/komplikasi yang terinfeksi
Plasmodium vivax), B51.9 (malaria tanpa
komplikasi yang terinfeksi Plasmodium
3

vivax) dan B54 (Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax periode Januari
2010-Desember 2012.
Variabel pada penelitian ini terdiri
dari tiga variabel yaitu jenis Plasmodium,
jumlah trombosit, derajat trombositopenia.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data rekam medik di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis univariat.
Analisis ini digunakan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian, pada
umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel. Data hasil
penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk
tabel, grafik, dan narasi.

HASIL
Distribusi frekuensi pasien malaria
yang dirawat inap berdasarkan usia, jenis
kelamin, jenis Plasmodium dan jumlah
trombosit dapat dilihat pada tabel dibawah ini :





Tabel 1. Karakteristik pasien malaria
yang dirawat inap di RSUD
A.W. Sjahranie Samarinda

Tabel 1. menggambarkan
karakteristik pasien malaria yang dirawat
inap di RSUD A.W. Sjahranie periode
2010-2012. Berdasarkan umur, kelompok
usia 26-45 tahun (dewasa) menempati
presentase terbesar selama 3 tahun dengan
47,4%. Berdasarkan jenis kelamin,
kelompok laki-laki menempati presentase
(TAHUN)
(VARIABEL)
2010 2011 2012
A. Umur N N N
1. Balita (0-5) 1 0 0
2. Kanak-kanak (6-11) 3 3 2
3. Remaja (12-24) 43 22 16
4. Dewasa (25-45) 66 33 24
5. Lansia (46-65) 10 9 5
6. Manula (>66) 1 0 0
Total 124 67 47
B. Jenis Kelamin
1. Laki- laki 110 61 40
2. Perempuan 14 6 7
Total 124 67 47
C. Jenis Plasmodium
1. P.vivax 44 40 30
2. P.falciparum 80 27 16
3. infeksi campuran
P.falciparum + P.vivax
0 0 1
Total 124 67 47
D. Kadar Trombosit
1. Trombositosis
(> 400.000/mm)
0 0 0
2. Normal
(150.000-400.000/mm)
11 4 9
3. Trombositopenia
(< 150.000/mm)
113 63 38
Total 124 67 47
4

terbesar dengan 88,6%. Berdasarkan
jenis Plasmodium, Plasmodium falciparum
menempati presentase terbanyak
dengan 51,6%. Berdasarkan kadar
trombosit, kelompok trombositopenia
menempati presentase terbanyak dengan
90%.
Tabel 2. Distribusi frekuensi jumlah
trombosit berdasarkan jenis
Plasmodium

Tabel 2. Menggambarkan sebanyak
114 pasien (90%) mengalami
trombositopenia, sedangkan pasien dengan
jumlah trombosit normal sebanyak 24
pasien (10%) dan tidak didapatkan pasien
mengalami trombositosis. Plasmodium
falciparum merupakan infeksi terbanyak
penyebab trombositopenia.

Tabel 3. Distribusi frekuensi penurunan
jumlah trombosit berdasarkan
jenis Plasmodium

Tabel 3. Menunjukkan bahwa
sebanyak 124 pasien (52%) pasien
mengalami trombositopenia sedang dan
merupakan jumlah terbanyak pada kasus
diatas. Hasil ini juga mendapatkan bahwa
trombositopenia berat lebih banyak terjadi
pada infeksi Plasmodium falciparum.
PEMBAHASAN
Berdasarkan usia, penelitian ini
mendapatkan kelompok usia dewasa
merupakan kelompok usia terbanyak
terinfeksi malaria dengan 123 pasien.
Penelitian di Afrika Selatan mendapatkan
rata-rata usia pasien malaria paling banyak
berkisar 23-43 tahun
7
. Kelompok usia
dewasa merupakan kelompok usia yang

Jenis
Plasmodium

(Jumlah
Trombosit)
P.f P.v
P.f +
P.v
Trombositosis
(> 400.000/mm)
0 0 0
Normal (150.000-
400.000/mm)
9 (7%) 14 (12%)
1
(100%)
Trombositopenia
(< 150.000/mm)
114
(93%)
100
(88%)
0
Jumlah
123
(100%)
114
(100%)
1
(100%)

Jenis
Plasmodium

Jumlah
Trombosit
P.f P.v
P.f +
P.v
Normal (150.000-
400.000/mm)
9 (7%)
14
(12%)
1
(100%)
Trombositopenia
Ringan (100.000-
150.000/mm)
17 (14%)
26
(23%)
0
Trombositopenia
Sedang (50.000-
100.000/mm)
62 (50%)
62
(54%)
0
Trombositopenia
Berat
(< 50.000/mm)
35 (29%)
12
(11%)
0
Jumlah
123
(100%)
114
(100%)
1
(100%)
5

produktif bekerja dan bepergian, terutama
bekerja diluar rumah pada malam hari
sehingga berpeluang besar untuk kontak
dengan vektor penyakit malaria
8
.
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki
merupakan kelompok terbanyak dengan
211 pasien, sedangkan perempuan hanya
27 pasien. Penelitian lain di Pakistan juga
mendapatkan laki-laki lebih dominan
dengan 90 pasien dibanding perempuan
hanya 34 pasien
9
. Hubungan antara
pekerjaan di hutan, laut dan tempat-tempat
yang menjadi perindukan nyamuk
Anopheles s, sehingga laki-laki lebih
berisiko terinfeksi malaria
1
.
Berdasarkan hasil penelitian di
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda pada
pasien malaria dari tahun 2010-2012 pada
table 2, didapatkan Plasmodium
falciparum lebih banyak dibandingkan
Plasmodium vivax dengan 51,7%,
sedangkan Plasmodium vivax sekitar
47,9% dan infeksi campuran (Plasmodium
vivax dan Plasmodium falciparum) hanya
0,4%. Hasil yang sama juga didapatkan
pada penelitian di India, dimana jumlah
pasien Plasmodium falciparum lebih
banyak dibanding Plasmodium vivax
sebanyak 443 pasien, sedangkan
Plasmodium vivax sebanyak 327 pasien
dan infeksi campuran sebanyak 11 pasien
5
.
Plasmodium falciparum dan
Plasmodium malariae umumnya dijumpai
pada semua Negara dengan malaria, di
Afrika, Haiti dan Papua Nugini biasa
Plasmodium lebih sering ditemukan,
sedangkan pada Negara-negara di Amerika
Latin lebih banyak ditemukan Plasmodium
vivax. Di Indonesia sendiri bagian Timur
seperti Kalimantan, Irian Jaya, Maluku,
Sulawesi, maupun Nusatenggara
merupakan daerah endemis dari malaria
Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax
1
.
Plasmodium falciparum merupakan
salah satu jenis yang paling berbahaya dan
paling sering dibanding dengan jenis
Plasmodium lain yang menginfeksi
manusia, yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,
oleh karena itu Plasmodium falciparum
banyak diteliti karena paling banyak
menyebabkan angka kesakitan
10
.
Pernyataan tersebut juga diperkuat dari
hasil penelitian ini pada tabel 2, dari 123
pasien malaria yang terinfeksi Plasmodium
falciparum didapatkan sebanyak 114
pasien (92,7%) mengalami penurunan
jumlah trombosit, sedangkan hanya 9
pasien (7,3%) dengan jumlah trombosit
normal. Hasil penelitian ini juga
mendapatkan Plasmodium falciparum
merupakan penyebab terjadinya jumlah
trombosit kurang dari 50.000/mm
(trombositopenia berat) sebanyak 35
pasien, sedangkan Plasmodium vivax
hanya sebanyak 12 pasien yang mengalami
6

penurunan jumlah trombosit kurang dari
50.000/mm.
Setelah melalui jaringan hati
Plasmodium falciparum melepaskan 18-24
merozoid ke dalam sirkulasi yang akan
menginfeksi eritrosit. Plasmodium
falciparum cenderung menyerang semua
bentuk eritrosit, mulai dari retikulosit
sampai eritrosit yang matang dan
menyerang hingga 20%-50% eritrosit,
sedangkan Plasmodium vivax hanya
menyerang kurang dari 2% eritrosit dan
yang diserang biasanya retikulosit
11
.
Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium akan
mengikat eritrosit sehat dan trombosit, lalu
terjadi proses sekuestrasi yang akan
membawa eritrosit yang terinfeksi parasit
dan eritrosit matang serta trombosit masuk
ke dalam organ-organ vital, seperti otak,
hati, limpa lalu dapat menyumbat serta
hancur didalam organ tersebut dan tidak
kembali ke dalam sirkulasi
12
. Proses
sekuestrasi ini juga hanya bisa dilakukan
oleh Plasmodium falciparum, sehingga
tingkat kesakitan pada Plasmodium
falciparum lebih besar dan kemungkinan
besar terjadinya malaria berat termasuk
trombositopenia lebih banyak disebabkan
oleh infeksi Plasmodium falciparum
13
.
Penelitian oleh Yamaguchi, dkk
(1997) mengatakan penyebab pasti
penurunan jumlah trombosit pada infeksi
Plasmodium vivax kurang dipahami,
namun studi tersebut menyebutkan ada
hubungannya antara kadar trombosit
dengan IgG dan macrophage colony-
stimulating factor
14
. Mekanisme yang
melibatkan IgG spesifik antibodi trombosit
yang mengikat secara langsung terhadap
antigen malaria dalam trombosit yang akan
menyebabkan lisisnya trombosit
15
. Uji
klinis yang dilakukan oleh Lee, dkk
(1997), macrophage colony-stimulating
factor (M-CSF) dapat menyebabkan berat-
ringannya penurunan jumlah trombosit,
karena peningkatan M-CSF pada malaria
akan meningkatkan aktifasi magrofag
dalam proses penghancuran trombosit
16
.
Trombositopenia sering menyertai
malaria dan biasanya ringan sampai
sedang dan sangat jarang menimbulkan
gejala yang berarti. Trombositopenia
didapatkan lebih sering terjadi pada
malaria sekitar 60-80%, sedangkan anemia
hanya 25%
4
.
Tabel 1, menunjukkan dimana dari
238 pasien malaria, pasien yang
mengalami penurunan jumlah trombosit
sebanyak 214 pasien (90%), sedangkan
pasien dengan jumlah trombosit normal
hanya 24 pasien (10%) dan pada penelitian
ini tidak ditemukan pasien dengan
peningkatan jumlah trombosit. Hasil yang
sama juga didapatkan dari penelitian di
Pakistan, dimana terdapat 124 pasien
malaria dari bulan Juni Oktober 2006,
jumlah pasien yang mengalami penurunan
jumlah trombosit sebanyak 100 pasien
7

(80,6%), sedangkan hanya 24 pasien
(19,4%) pasien dengan jumlah trombosit
normal
9
.
Penurunan jumlah trombosit pada
pasien malaria dapat disebabkan oleh
peningkatan penyerapan dalam limpa.
Fungsi limpa sendiri dalam tubuh ada 2,
sebagai penyaring darah dan mengeluarkan
sel darah merah yang tua dan
menghasilkan limposit yang mengeluarkan
antibodi serta membantu sistem imun
17
.
Limpa juga menjadi tempat destruksi dan
penyimpanan trombosit, trombosit yang
disimpan ini dapat dikeluarkan kedalam
sirkulasi sesuai dengan kebutuhan
18
.
Karena terinfeksinya eritrosit oleh parasit
malaria, eritrosit berparasit mengikat
eritrosit muda dan eritrosit matur serta
trombosit, sehingga terjadi proses
sekuestrasi kedalam organ vital, seperti
limpa dan hati, ketika eritrosit berparasit
masuk beserta eritrosit sehat dan
trombosit, akan terjadi penghancuran oleh
makrofag didalam limpa sehingga banyak
eritrosit berparasit dan eritrosit sehat serta
trombosit ikut hancur yang menyebabkan
penurunan kadar trombosit dan tidak dapat
keluar akibat hilangnya elastisitas akibat
infeksi parasit tersebut, sehingga
menyumbat dan mengakibatkan
perbesaran limpa
1
. Proses immunologi dan
berkurangnya produksi di sumsum tulang
belakang juga merupakan penyebab
terjadinya penurunan jumlah trombosit,
namun mekanismenya sendiri masih
kurang dipahami
19
.
Komplikasi dari trombositopenia
dapat menyebabkan suatu perdarahan.
Perdarahan yang ditemukan pada pasen
malaria biasa berupa petekie, perdarahan
spontan berupa perdarahan gusi, epistaksis,
perdarahan retina, perdarahan saluran
cerna, perdarahan dibawah kulit berupa
petekie, hematoma dapat terjadi akibat
infeksi dari malaria tropika (Harijanto,
2009). Jika pada trombositopenia berat
hari keenam pengobatan tidak adekuat,
maka akan meningkatkan angka kematian
sebesar 4,1% sampai 30%
20,21
.
Data diatas menggambarkan
pentingnya penemuan kasus pasien malaria
yang mengalami penurunan jumlah
trombosit secara cepat untuk mengurangi
angka kematian dan kesakitan. Kurangnya
data serta mekanisme yang pasti tentang
pasien malaria yang mengalami penurunan
jumlah trombosit khususnya di Indonesia
menjadi salah satu kekurangan dari
penelitian ini.
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
1. Gambaran jumlah trombosit pada
pasien malaria yang dirawat di
RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
2010-2012 sebanyak 238 pasien,
pasien mengalami trombositopenia
sebanyak 214 pasien (90%),
8

sedangkan hanya 24 pasien (10%)
yang normal jumlah trombositnya
dan tidak ada yang mengalami
trombositosis.
2. Pada infeksi Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax derajat
trombositopenia sedang merupakan
jumlah yang terbanyak, masing-
masing 50% dan 54%.
3. Data penelitian ini mendapatkan
Plasmodium falciparum lebih
banyak menyebabkan
trombositopenia berat dibanding
Plasmodium vivax dengan 35 pasien
(29%).
Saran
1. Perlunya data pada lembar status
pasien tentang perdarahan berupa
petechie, hematoma, bahkan
perdarahan disaluran cerna pada
pasien malaria dengan
trombositopenia.
2. Pengevaluasian trombosit pada
pasien malaria sebaiknya dilakukan
setiap hari sampai pasien selesai
rawat inap, agar tepat
penanganannya.
3. Melakukan penelitian lebih lanjut,
sebaiknya tahun penelitian
diperpanjang, sehingga sampelnya
banyak dan dapat menambah
variabel tentang perbesaran limpa
dengan kejadian trombositopenia
pada malaria.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak RSUD AW.Sjahranie yang
memberi izin penelitian dan Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman
Samarinda atas segala fasilitas yang
diberikan kepada penulis sampai penelitian
ini selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto, P.N. (2009). Malaria.
Dalam : Sudoyo, A.W, et al. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid III
edisi V. Jakarta : Internal Publising.
2. White, N.J. (2003). Mansons
Tropical Disease. London : Saunders
Company.
3. Abro, A.H., Abdou, A.S., Ustadi,
A.M., Shuri, H.M.H., Seliem, R.M.
(2009).Thrombocytopenia in Adults
with Acute Malaria. UAE :
Infectious Diseases Unit, Rashid
Hospital Dubai.
4. Ansari, S., Khoharo, H.K., Abro, A.,
Akhund, I.A., Qureshi, F. (2009).
Thrombocytopenia in Plasmodium
falciparum Malaria. Pakistan :
Liaquat University of Medical &
Health Sciences Jamshoro.
5. Chirag, R.C., Shubhangi, D.V.,
Himanshu, R.M., Varsha, G.Y.,
Amul, P., Vaibhav, P., Dimple, D.,
Manlik, P. (2010). Plasmodium
falciparum versus Plasmodium
vivax: Which is a Lesser Evil.
Vadodara : Natl JCommunity Med.
9

6. Uttra, K.M., Devrajani, B.R.,
Shaikh, K., Shaikh, K.R., Shah, Z.A.
(2010). Severity of
Thrombocytopenia and Prologed
Bleeding Time in Patients with
Malaria. Pakistan : IDOSI
Publications.
7. Skudowitz, R.B., Katz, J., Luvie, A.,
Levin, J.,Metz, J. (1973).
Mechanisms of Thrombocytopenia
in Malignant Tertiana Malaria. South
Africa : British Medical Journal.
8. Akal, Y.G., Wahyuni, C.U. (2006).
Pengetahuan Tindakan Dan Persepsi
Masyarakat Tentang kejadian
Malaria Dalam Kaitannya Dengan
Kondisi Lingkungan. Jurnal
kesehatan Lingkungan.
9. Shaikh, Q.H., Ahmad, M., Abbasi,
A., Malik, S.A., Sahito, A.A., Munir,
S.M. (2009). Thrombocytopenia in
Malaria. Pakistan : Journal of the
College of Physicians and Surgeons.
10. Novianti, R. (2010). Patogenesis
Molekuler Plasmodium falciparum:
Kajian Gen Parasit yang Berkaitan
dengan Virulensi. Dalam : Harijanto,
P.N., Nugroho, A., Gunawan, C.A.
Malaria dari Molekuler ke Klinis.
Jakarta : EGC.
11. Rampengan, T.H. (2010). Malaria
pada Anak. Dalam : Harijanto, P.N.,
Nugroho, A., Gunawan, C.A.
Malaria dari Molekuler ke Klinis.
Jakarta : EGC.
12. Harijanto, P.N. (2010). Gejala Klinis
Malaria Ringan dan Presentasi Klinis
Malaria Berat. Dalam : Harijanto,
P.N., Nugroho, A., Gunawan, C.A.
Malaria dari Molekuler ke Klinis.
Jakarta : EGC.
13. Nugroho, A. (2010). Patogenesis
Malaria Berat. Dalam : Harijanto,
P.N., Nugroho, A., Gunawan, C.A.
Malaria dari Molekuler ke Klinis.
Jakarta : EGC.
14. Yamaguchi S, Kubota T, Yamagishi
T, Okamoto K, Izumi T, Takada M,
1997. Severe Thrombocytopenia
Suggesting Immunological
Mechanisms in Two Cases of Vivax
Malaria. AmJ Hematol 56: 183186.
15. Bhandary, N., Vikram, G.S., Shetty,
H. (2011). Thrombocytopenia in
Malaria: A Clinical Study. India :
Biomedical Research.
16. Lee, S.H., Looaresuwan, S., Chan J.
(1997). Plasma macro-phage colony
stimulating factor and P-selection
levels in malaria associated
thrombocytopenia. Thromb Haemost.
Korea
17. Levine, S.P. (2004).
Thrombocytopenia: Pathophysiology
and Classification. In: Wintrobe,
M.M, Greer, J.P. Clinical
Hematology. 11th ed. Philadellphia,
Pa: Lippincott Williams & Wilkins.
18. Sherwood, L. (2001). Fisiologi
Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi II.
Jakarta: EGC.
19. Jadhav, U.M., Patkar, V.S., Kadam,
N.N. (2004). Thrombocytopenia in
malaria-correlation with type and
severity of malaria. JAPI, 52(615), 8.
20. Krishnan, A., Karnad, D.R. (2003).
Severe falciparum malaria: an
important cause of multiple organ
failure in Indian intensive care unit
patients. Critical care medicine,
31(9), 2278.
21. Rouvin, B., Koulmann, P. (2003).
Severe malaria in intensive care
units. Med Trop (Mars), 63(3), 258-
66.

You might also like