Islamic thinkers in the field of tafsir al - Qur'an trying to assess Hermeneutics, a branch of interpreting texts that are no longer confirmed the creator / author. Through the analysis of the philosophy of language, this article tries to provide a general overview how hermeneutic approach can be aplied to the reading of the text.
Islamic thinkers in the field of tafsir al - Qur'an trying to assess Hermeneutics, a branch of interpreting texts that are no longer confirmed the creator / author. Through the analysis of the philosophy of language, this article tries to provide a general overview how hermeneutic approach can be aplied to the reading of the text.
Islamic thinkers in the field of tafsir al - Qur'an trying to assess Hermeneutics, a branch of interpreting texts that are no longer confirmed the creator / author. Through the analysis of the philosophy of language, this article tries to provide a general overview how hermeneutic approach can be aplied to the reading of the text.
Islamic thinkers in the field of tafsir al - Qur'an trying to assess Hermeneutics, a branch of interpreting texts that are no longer confirmed the creator / author. Through the analysis of the philosophy of language, this article tries to provide a general overview how hermeneutic approach can be aplied to the reading of the text.
Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks Muhsin Mahfudz
AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013
HERMENEUTIKA: PENDEKATAN ALTERNATIF DALAM PEMBACAAN TEKS Muhsin Mahfudz Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 36 Samata-Gowa, Sulawesi Selatan e-mail: muhsinmahfudz@uin-alauddin.ac.id Abstract; Nowadays, the demand of reading text strongly require sophisticated methodology, especially in the sacred texts such as the religious scriptures . In this context , Islamic thinkers in the field of Tafsir al - Qur'an trying to assess Hermeneutics, a branch of interpreting texts that are no longer confirmed the creator/author. As the relative truth contained by ta'wil (alegoric) known in the classical interpretation of the Koran , Hermeneutics also presents analysis of products containing relative truth . That is why, Hermeneutics require the requirement of the product analysis as close as possible to the text creator intent . The problem is how Hermeneutics become an alternative approach in the study of the interpretation of the Koran ? While the creator of the text is a substance that can not be sensed. Through the analysis of the philosophy of language , this article tries to provide a general overview how hermeneutic approach can be aplied to the reading of the text . Based on the analysis, it is found that hermeneutics is possible when used in areas of scientific study, including interpretation of the Koran , because hermeneutics not only used as an approach that has had a philosophical framework, but also methodologically formulated by scientists since the century -18 . Keywords; Hermeneutics, Methodology, Texts, Interpretation Abstrak; Tuntutan realitas pembacaan teks era sekarang meniscayakan pengayaan metodologis, terutama pada teks-teks sakral semisal kitab suci keagamaan. Dalam konteks ini, para pemikir Islam di bidang Tafsir al-Quran mencoba mengkaji Hermeneutika, suatu cabang ilmu menafsirkan teks yang tidak lagi memunginkan dikonfirmasi kepada pencipta/penulisnya. Sebagaimana kebenaran relatif yang dikandung oleh tawil (alegoric) yang dikenal dalam tafsir al-Quran Muhsin Mahfudz Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 klasik, Hermeneutika juga menyuguhkan produk analisis yang mengandung kebenaran relatif. Itulah sebabnya, Hermeneutika membutuhkan rukun atau persyaratan agar produk analisisnya sedekat mungkin kepada maksud pencipta teks. Persoalannya adalah mungkinkah Hermeneutika menjadi pendekatan alternatif dalam kajian tafsir al-Quran? Sementara Pencipta teksnya merupakan Zat yang tak dapat diindera. Melalui analisis filsafat bahasa, artikel ini mencoba memberikan gambaran umum bagaimana hermeneutika bekerja sebagai suatu pendekatan dalam pembacaan teks. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa hermeneutika sangat memungkinkan jika digunakan dalam wilayah- wilayah kajian ilmiah, termasuk tafsir al-Quran, karena hermeneutika bukan saja pendekatan yang telah memiliki pijakan- pijakan filosofis, tetapi juga telah diformulasikan secara metodologis oleh para ilmuan sejak abad ke-18. Keywords; Hermeneutika, Metodologi, Teks, Interpretasi I. Pendahuluan ecara semiotik apapun yang hadir di hadapan kita adalah teks yang dalam bahasa al-Quran sering disebut al-ayat 1 . Teks itu pada dasarnya berdiri sendiri tanpa makna. Maka untuk memahaminya, teks tersebut sangat tergantung pada pemaknaan. Dan pemaknaan itu bisa terjadi karena ada subyek pemberi makna dan ada konteks (qarinah) yang mengitari teks tadi. Jadi, antara subyek, teks dan konteks adalah tiga hal yang tidak dapat diabaikan dalam dunia herkeneutika. Hermeneutika, meskipun merupakan salah satu aliran filsafat yang sudah tua, kini diangkat kembali sebagai sebuah pendekatan dalam berbagai kajian, terutama dalam kajian teks-teks keagamaan kuno semisal tafsir al- Quran dan Bibel. Hermeneutika dianggap sebagai pendekatan yang tepat karena ia mampu mendekatkan pemahaman pembaca dengan teks yang sudah jauh melampaui zamannya. Demikian hermeneutika mengingatkan kita pada istilah tawil 2 , sebuah ilmu dalam tafsir al-Quran yang juga berusaha membawa teks kepada pemahaman yang paling dekat dengan pembaca. Sebagaimana dalam dunia tafsir al-Quran, dunia hermeneutika juga tidak lepas dari problema ketika subyek berhadapan dengan teks yang penciptanya tidak hadir bersama dengan teks. Mungkinkah sebuah interpretasi atas teks dapat dijamin kebenarannya atau bisakah sebuah apresiasi atas teks semacam S Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks Muhsin Mahfudz AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 itu sama dengan apa yang inginkan oleh penciptanya. Itulah problema- problema yang harus dipecahkan oleh hermeneutika; bahwa ia harus selalu memburu teks untuk memecahkan gagasan-gagasan yang dimaksud oleh pengarang atau pencipta. Karena teks tersebut ingin dinegasikan dengan pengarang, maka hermeneutika juga harus bersentuhan dengan bahwa (semantik) sebagai media komunikasi. Dari sini, baiknya pembicaraan tentang hermeneutika dalam diskusi ini difokuskan pada persoalan: Apa sesungguhnya hermeneutika itu? Dan bagaimana metode hermeneutika diterapkan sebagai sebuah pendekatan?. II. Pengertian Hermeneutika. Kata hermeneutika berasal dari bahsa Yunani, hermeneuein yang berarti menafsirkan. Dalam arti mengubah sesuatu atau situasi ketidak- tahuan menjadi mengerti. 3 Sebuah spekulasi historis lebih tepat disebut motos -- menyebutkan bahwa kata hermeneutika sebenarnya berasal dari kata Hermes, salah satu nama Dewa yang bertugas menyampaikan sekaligus menerjemahkan pesan Jupiter kepada umat manusia. Hermes digambarkan sebagai seorang yang mempunyai kaki bersayap yang lebih dikenal dalam bahasa Latin dengan sebutan Mercurius. 4 Seyyed Hossein Nasr menyebutnya sebagai istilah yang diwarisi dari agama Zoroaster Kuno Persia, meskipun mungkin agama tersebut adalah juga salah satu agama populer di zaman Yunani Kuno. Nasr setuju dengan asumsi Afdal al-Din Kashani yang mengatakan bahwa Hermes tak lain adalah Nabi Idris yang menerjemahkan teks Arab Kuno kepada masyarakat Persia. 5 Profesi Nabi Idris yang konon sebagai tukang tenun jika dikaitkan dengan motos Yunani tentang Dewa Hermes, ternyata memiliki korelasi positif. Kata kerja memintal dalam bahasa Yunani disebut tegere sedangkan produknya disebut textus atau text, yang memang merupakan issu sentral dalam kajian hermeneutika. 6 Tentang makna hermeneutika, Zygmunt Bauman, seperti yang dikutip oleh Komaruddin Hidayat, mengatakan: hermeneutika adalah upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi sehingga menimbulkan keraguan dan kebingungan bagi pendengar atau pembaca 7 Sampai di sini, upaya pemaknaan semacam ini juga dikenal dalam tradisi intelektual Islam, yaitu apa yang disebut dengan ilmu tafsir. Ditambah lagi dengan keterangan bahwa pada perkembangan awal, hermeneutika memang hanya digunakan sebagai upaya memahami teks-teks Bibel. Muhsin Mahfudz Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 Kemudian pada abad ke-18, Frederich Ernst Daniel Schleiermacher (1768-1834) mengembangkan pendekatan hermeneutika dengan melakukan kombinasi historis, yaitu melakukan rekonstruksi historis atas sebuah teks. Kemudian dianjutkan dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911) dengan melakukan rekonstruksi metodologis atas hermeneutika dan melahirkan sebuah pendekatan kiritik sejarah dengan pendekatan hermeneutik. 8 Hingga sekarang, Hermeneutika dianggap sebuah pendekatan yang sangat luwe dan open-minded sebab kebenaran yang diperolehnya tergantung pada orang yang melakukan interpretasi. III. Hermeneutika Sebagai Suatu Pendekatan. a. Wilayah Pendekatan Hermeneutika. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, sasaran operasional hermeneutika sebenarnya selalu berhubungan dengan proses pemahaman (understanding), penafsiran (interpretation) dan penerjemahan (translation). 9 Karena itu, pada dasarnya wilayah yang dapat didekati dengan hermeneutika adalah teks yang tertulis. Tapi kemudian muncul persoalan ketika pemahaman dilakukan pada teks tanpa tuan, apakah pemahaman hanya terbatas pada teks yang nampak atau mesti melibatkan aspek psioko-histiris penulisnya. Di sinilah muncul dua aliran mazhab, yaitu mazhab hermeneutika transendental dan historis- psikologis. Yang pertama berpandangan bahwa untuk menemukan sebuah kebenaran dalam teks tidak harus mengaitkan dengan pengarangnya karena sebuah kebenaran bisa berdiri otonom ketika tampil dalam teks. Yang kedua berpandangan bahwa teks adalah eksposisi eksternal dan temporal semata dari pikiran pengarangnya, sementara kebenaran yang hendak disampaikan tidak mungkin terwadahi secara representatif dalam teks. Mazhab inilah yang diperjuangkan oleh Schleiermacher dengan teorinya gramatical undrtanding (pemahaman gramatikal) dan psychological understanding (pemahaman psikologis). 10 Tapi dalam perkembangan selanjutnya, wilayah hermeneutika tidak lagi terbatas pada dua mazhab di atas, akan tetapi telah diintegrasikan dalam berbagai disiplin ilmu. Para ilmuan seperti sosiolog, antropolog, ekonom, sejarahwan, teolog, filosof dan para sarjana agama menggunakan hermeneutika dalam disiplin ilmunya. Maka lahirlah, misalnya pertama, teori baru tentang perilaku manusia (human behavior) dalam ilmu jiwa yang dipahami sebagai pengaruh dan manifestasi perasaan akibat intres sistem klas dalam masyarakat. Kedua, pengembangan epistemilogis atas filsafat bahasa yang mengklaim Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks Muhsin Mahfudz AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 bahwa apa yang disebut dengan realitas kultural sebenarnya adalah sebuah fungsi struktur bahasa yang didasarkan pada pengalaman. Ketiga, argumentasi tertinggi di kalangan filosof semisal Ludwig Wittengstein dan Martin Heidegger, bahwa semua pengalaman manusia pada dasarnya adalah sebuah penefsiran. 11 Bahkan, hermeneutika juga digunakan dalam sosiologi interpretatif. 12 Dengan demikian, semakin meluasnya wilayah pendekatan hermeneutika, maka klasifikasi studi hermeneutika juga menjadi terbagi, yaitu: 1. Exegesis (tafsir atas Bible). 2. Philology (interpretasi atas berbagai teks sastra kuno). 3. Technical Hermeneutics (interpretasi atas penggunaan dan pengembangan kaedah-kaedah bahasa). 4. Philosophical Hermeneutics (interpretasi atas sebuah pemahaman esensial). 5. Social Hermeneutics (interpretasi atas perilaku manusia baik individu maupun sosial) 13 Nampak dengan jelas bahwa meskipun pada awalnya wilayah operasional hermeneutika terbatas pada teks-teks kitab suci semata, tetapi pada perkembangan selanjutnya hermeneutika telah dibawa memesuki wilayah- wilayah lain dan ternyata mampu diaplikasikan secara ilmiah. b. Langkah-Langkah Pendekatan Hermeneutika. Dibandingkan dengan metode fenomenologi yang mencoba mengungkapkan dan mendiskripsikan hakekat agama, maka metode hermeneutika mencoba memahami kebudayaan melalui interpretasi. Karena pada mulanya metode ini diterapkan untuk menginterpretasikan teks-teks keagamaan, maka tidak heran jika tradisi tekstualitas masih tetap melekat, dalam arti masih mendudukan teks sebagai perhatian sentral. Sehingga langkah-langkah yang perlu diikuti dalam melakukan penelitian dengan pendekatan hermeneutik adalah sebagai berikut: 1. Telaah Atas Hakekat Teks. Di dalam hermeneutika, teks diperlakukan sebagai sesuatu yang mandiri, dilepaskan dari pengarangnya, waktu penciptanya, dan konteks kebudayaan pengarang maupun kebudayaan yang berkembang dalam ruang dan waktu ketika teks itu di ciptakan. Karena wujud teks adalah tulisan dan yang ditulis adalah bahasa, maka yang menjadi pusat perhatiannya adalahhakekat bahasa. Sebagaimana diketahui, bahasa merupakan alat komunikasi, alat menyempaikan sesuatu. Sebagai akibatnya, terdapat hubungan antara alat Muhsin Mahfudz Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 penyampaian dan apa yang disampaikan. Tujuan dari metode ini adalah mengerti tentang apa yang disampaikan dengan cara menginterpretasikan alat penyampaiannya, yaitu teks atau bahasa tulis. Dengan demikian, kemandirian teks yang dimaksud sebelumnya adalah kemandirian dalam semantik, yaitu interpretasi yang dilakukan harus melalui pendekatan sematik untuk mengerti pesan yang disampaikan oleh teks. Selain semantik, semiotik juga sering menjadi metode pendukung dalam hermeneutika; yaitu melihat teks sebagai sebuah tanda yang harus dimaknai. 2. Proses Apresiasi. Proses ini, sesungguhnya adalah bentuk ketidakpuasan atas kebenaran tekstual. Karena itu, proses ini mencoba mengapresiasikan secara historis penulis atau pengarang teks. Menurut Dilthey, sebuah teks mesti diproyeksikan kebelakang dengan melihat tiga hal: a). Memahami sudut pandang atau gagasan para pelaku sejarah yang berkaitan dengan teks. b). Memahami makna aktivitas mereka pada hal yang berkaitan langsung dengan teks. c). Menilai peristiwa tersebut berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat teks tercipta. 14 Dengan demikian, seorang pembaca atau peneliti tidak dibiarkan tenggelam dalam lautan teks, tetapi juga harus menyelam ke dunia di mana teks diciptakan. Maka hingga di sini, pembaca akan memahami teks secara berbeda, karena wawasan masing-masing-masing berbeda pula. Jika pembaca memiliki wawasan yang luas maka mungkin kebenaran yang akan diperoleh akan menaji luas pula demikian juga sebaliknya. 3. Proses Interpretasi. Inilah bentuk terakhir dari proses pengkajian dengan pendekatan hermeneutika. Ketika berhadapan dengan teks maka pembaca dinyatakan dalam situasi hermeneutika, yaitu berada pada posisi antara masa lalu dan masa kini, atau antara yang asing dan yang tak asing. Masa lalu dan asing karena tidak mengetahui masa lalu teks dan masa kini dan tak asing karena mengetahui teks yang sedang dihadapi. Sebagai seorang yang menempati posisi antara, maka ia harus menjembatani masa lalu dan masa kini melalui interpretasi. Pembaca atau peneliti harus mampu menghadirkan kembali makna-makna yang dimaksudkan ketika teks dicipta di tengah-tengah situasi yang berbeda. Agar benar-benar memperoleh interpretasi yang benar (sesuai dengan pencipta teks), maka pembeca atau peneliti juga dituntut memiliki kesadaran Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks Muhsin Mahfudz AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 sejarah, karena salah dalam memahami sejarah maka proses hermeneutika akan menjadi keliru. 15 Ketiga proses di atas tidak dapat dipisahkan dalam tradisi hermenautika, karena hanya akan menimbulkan kebenaran a priori. Contoh dekat ketika mengabaikan salah satunya adalah sebagai berikut: Sekedar sebagai illustrasi aktual, ketika Pramoedra Ananta Toer menerima penghargaan sastra dari Yayasan Magsaysay di Pilipina. Bagi Mochtar Lubis, yang juga pernah menerima penghargaan serupa, sangat keberatan terhadap Yayasan Ramon Magsaysay yang memberikan penghargaan tersebut. Alasannya, antara karya sastra dan karier politik pribadi Pramoedya sangat bertentangan. Meskipun karya sastranya memiliki semangat kemanusiaan dan perlawanan terhadap penjajahan, namun pengarangnya sendiri, semasa Orde Lama, kata Mochtar Lubis, berlumuran dosa kemanusiaan dan penindasan. Lalu, tanya Moctar Lubis, bagaimana seandainya nanti ada orang semacam Hitler menulis karya sastra yang mengutuk penindasan, apakah layak sang Hitler digelari tokoh kemanusiaan?. 16 Polemik semacam inilah yang menjadi problem tersendiri dalam dunia hermeneutika jika mengabaikan proses-proses di atas. Maka sekali lagi, teks, baik tulisan maupun simbol-simbol alam (matluw dan gayr matluw) yang hadir di hadapan kita bukanlah satu-satunya pusat perhatian terbatas, tapi harus melampaui teks tersebut menjangkau esensi dan konteks kelahiran teks. Dengan kata lain, pembaca harus mampu berdialog dengan teks dengan segala hal yang dapat membantu pemahaman yang paling dekat kepada kebenaran. IV. Penutup Dari uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hermeneutika sebenarnya adalah seni membaca dan menafsirkan bacaan. Artinya ketika membaca dengan pendekatan hermeneutika, maka kebenaran pemahaman dalam bentuk interpretasi akan semakin mendekati korelasi positif dengan pemilik teks. 2. Meski sebagai ilmu seni membaca, hermeneutika sangat tepat jika digunakan dalam wilayah-wilayah kajian ilmiah, karena hermeneutika bukan saja pendekatan yang telah memiliki pijakan-pijakan filosofis, tetapi juga telah diformulasikan secara metodologis oleh para ilmuan sejak abad ke-18. 3. Hermeneutika sesungguhnya adalah sebuah pendekatan yang sangat menintikberatkan aspek pembaca, teks, pencipta dan konteks historis di Muhsin Mahfudz Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 mana pencipta hidup bersamaan dengan teks. dan korelasi tersebut akan melahirkan penafsiran yang sesuai dengan kehendak penulis. 1 Misalnya Q.S. Ali Imran (3): 97: ... ... 2 Nasr Hamid Abu Zaid dalam beberapa hal menyamakan hermeneutika dengan tawil, lihat misalnya Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum al-Nash Dirasah fi Ulum al-Quran diterjemahkan oleh Khoirun Nahdliyyin dengan judul Tekstualitas al-Quran Kritik Atas Ulum al-Quran (Cet.I; Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 327. 3 E. Sumaryono, Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat (Cet.V; Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 23 4 Ibid., h. 23-24. 5 Kepercayaan seperti ini menurut Nasr digambarkan dalam karya Kashani, Yanbu al- Hayat yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Nasaih of Hermes. Lihat, Seyyed Hossein Nasr, The Islamic Intellectual Tradition in Persia (Cet.I; Britain: Curzon Press, 1996), h. 196. 6 Lihat Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik (Cet.I; Jakarta: Paramadina: 1996), h. 125-126. 7 Ibid., h. 126. 8 Lihat, E. Sumaryono, op.cit., hh. 41, 53. 9 Lihat Dedy Djamaluddin [et.al.], Zaman Baru Islam Indonesia (Cet.I; Jakarta: Wacana Mulia, 1998), h. 73. 10 Mircea Eliade (Ed), The Encyoclopedia of Religion, Volume 7 (New York: Macmillan Publishing Company, 1993), h. 281. 11 Ibid., h. 280. 12 Pendekatan hermeneutika dalam kasus ini untuk memaknai perilaku sosial lewat aktor-aktor sosial. Lihat, Devid Jary [et.al.], The Harper Collin Dictionary of Sociology (New York: Harper Collin, 1991), h. 249. Sosiologi interpretatif menggunakan hermeneutic dan doble hermeneutic yang dalam devinisi Mohamed Arkoun disebut understanding of understanding. Lihat Komaruddin Hidayat Tragedi Raja Midas Moralitas Agama dan Krisis Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 117. 13 Dedy Djamaluddin, op.cit., h. 64. 14 Demikian yang dikutip oleh E. Sumaryono, op.cit., h. 57. 15 Proses-proses ini disadur dari Noerhadi Megatsari, Penelitian Agama Islam dalam M. Deden Ridwan (Ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin Ilmu (Cet.I; Bandung: Nuansa, 2001), h. 221-223. 16 Pro-kontra masalah ini dimuat dalam majalah Gatra, nomor 46, tahun I, 30 September 1995, h. 20. DAFTAR PUSTAKA Abu Zaid, Nasr Hamid, Mafhum al-Nash Dirasah fi Ulum al-Quran diterjemahkan oleh Khoirun Nahdliyyin dengan judul Tekstualitas al- Quran Kritik Atas Ulum al-Quran Cet.I; Yogyakarta: LKiS, 2001. Hermeneutika: Pendekatan Alternatif dalam Pembacaan Teks Muhsin Mahfudz AL-FIKR Volume 17 Nomor 2 Tahun 2013 Djamaluddin, Dedy, [et.al.], Zaman Baru Islam Indonesia. Cet.I; Jakarta: Wacana Mulia, 1998. Eliade, Mircea (Ed), The Encyoclopedia of Religion, Volume 7 (New York: Macmillan Publishing Company, 1993. Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik. Cet.I; Jakarta: Paramadina: 1996. ---------, Tragedi Raja Midas Moralitas Agama dan Krisis Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1998. Jary, Devid [et.al.], The Harper Collin Dictionary of Sociology. New York: Harper Collin, 1991. Majalah Gatra, nomor 46, tahun I, 30 September 1995, h. 20. Megatsari, Noerhadi, Penelitian Agama Islam dalam M. Deden Ridwan (Ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin Ilmu. Cet.I; Bandung: Nuansa, 2001. Nasr, Seyyed Hossein, The Islamic Intellectual Tradition in Persia. Cet.I; Britain: Curzon Press, 1996. Sumaryono, E., Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Cet.V; Yogyakarta: Kanisius, 1999.