Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan Endapan Pelarutan Endapan yang Terbentuk

No.





Volume Pb(NO
3
)
2

0,075 M (mL)





Volume KCl
1 M (mL)
Pembentukan
endapan
(sudah/belum)




Suhu
o
C
o
K
1 10 0,5 Belum - -
2 10 1,0 Belum - -
3 10 1,5 Sudah 38 311
4 10 2,0 Sudah 43 316
5 10 2,5 Sudah 45 318
6 10 3,0 Sudah 48 321

4.2 Reaksi
Pb(NO
3
)
2(aq)
+ 2KCl
(aq)
PbCl
2(s)
+ 2KNO
3(aq)

PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)


4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan Pembentukan Endapan PbCl
2

a. Penambahan 0,5 mL KCl 1 M
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 0,5 mL = 10,5 mL
[Pb
2+
] = V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

V Total
=


= 0,0714 M

[Cl
-
] = V KCl x M KCl
V Total
= 0,5 mL x 1 M
10,5 mL
= 0,0476 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

Ksp = [Pb
2+
][Cl
-
]
2

= (0,0714 M)(0,0476 M)
2

= 1,6177 x 10
-4

b. Penambahan 1,0 mL KCl 1 M
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 1,0 mL = 11,0 mL
[Pb
2+
] = V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

V Total
=


= 0,0682 M
[Cl
-
] = V KCl x M KCl
V Total
= 1,0 mL x 1 M
11,0 mL
= 0,0909 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

Ksp = [Pb
2+
][Cl
-
]
2

= (0,0682 M)(0,0909 M)
2

= 5,6352 x 10
-4

c. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 1,5 mL = 11,5 mL
[Pb
2+
] = V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

V Total
=


= 0,0652 M
[Cl
-
] = V KCl X M KCl
V Total
= 1,5 mL X 1 M
11,5 mL
= 0,1304 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

Ksp = [Pb
2+
][Cl
-
]
2

= (0,0652 M)(0,1304 M)
2

= 11,086 x 10
-4
d. Penambahan 2,0 mL KCl 1 M
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 2,0 mL = 12,0 mL
[Pb
2+
] = V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

V Total
=


= 0,0625 M
[Cl
-
] = V KCl x M KCl
V Total
= 2,0 mL x 1 M
12,0 mL
= 0,1667 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)


Ksp = [Pb
2+
][Cl
-
]
2

= (0,0625 M)(0,1667 M)
2

= 17,3680 x 10
-4
e. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 2,5 mL = 12,5 mL
[Pb
2+
] = V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

V Total
=


= 0,0600 M
[Cl
-
] = V KCl x M KCl
V Total
= 2,5 mL x 1 M
12,5 mL
= 0,2000 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

Ksp = [Pb
2+
][Cl
-
]
2

= (0,0600 M)(0,2000 M)
2

= 24 x 10
-4
f. Penambahan 3,0 mL KCl 1 M
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 3,0 mL = 13,0 mL
[Pb
2+
] = V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

V Total
=


= 0,0577 M
[Cl
-
] = V KCl x M KCl
V Total
= 3,0 mL x 1 M
13,0 mL
= 0,2307 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

Ksp = [Pb
2+
][Cl
-
]
2

= (0,0577 M)(0,2307 M)
2

= 30,7093 x 10
-4

4.3.2 Perhitungan Pelarutan Endapan PbCl
2

a. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M
mmol KCl = V KCl x M KCl
= 1,5 mL x 1 M = 1,5 mmol
mmol Pb(NO
3
)
2
= V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 1,5 mL = 11,5 mL
Pb(NO
3
)
2
+ KCl(aq) PbCl
2
(s) + 2KNO
3
(aq)

m : 0,75 mmol 1,5 mmol
b : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
s : - - 0,75 mmol 1,5 mmol
[PbCl
2
] =

=


= 0,0652 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

s s 2s
Ksp = s (2s)
2
= 4s
3


= 4 (0,0652)
3

= 11,0867 x 10
-4

b. Penambahan 2,0 mL KCl 1 M
mmol KCl = V KCl x M KCl
= 2,0 mL x 1 M = 2,0 mmol
mmol Pb(NO
3
)
2
= V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 2,0 mL = 12,0 mL
Pb(NO
3
)
2
+ KCl(aq) PbCl
2
(s) + 2KNO
3
(aq)

m : 0,75 mmol 2,0 mmol
b : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
s : - 0,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
[PbCl
2
] =

=


= 0,0625 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

s s 2s
Ksp = s (2s)
2
= 4s
3


= 4 (0,0625)
3

= 9,7656 x 10
-4
c. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M
mmol KCl = V KCl x M KCl
= 2,5 mL x 1 M = 2,5 mmol
mmol Pb(NO
3
)
2
= V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 2,5 mL = 12,5 mL
Pb(NO
3
)
2
+ KCl(aq) PbCl
2
(s) + 2KNO
3
(aq)

m : 0,75 mmol 2,5 mmol
b : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
s : - 1,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
[PbCl
2
] =

=


= 0,0600 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

s s 2s
Ksp = s (2s)
2
= 4s
3


= 4 (0,0600)
3

= 8,64 x 10
-4
d. Penambahan 3,0 mL KCl 1 M
mmol KCl = V KCl x M KCl
= 3,0 mL x 1 M = 3,0 mmol
mmol Pb(NO
3
)
2
= V Pb(NO
3
)
2
x M Pb(NO
3
)
2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
Volume total = V Pb(NO
3
)
2
+ V KCl
= 10 mL + 3,0 mL = 13,0 mL
Pb(NO
3
)
2
+ KCl(aq) PbCl
2
(s) + 2KNO
3
(aq)

m : 0,75 mmol 3,0 mmol
b : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
s : - 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
[PbCl
2
] =

=


= 0,0577 M
PbCl
2(s)
Pb
2+
(aq)
+ 2Cl
-
(aq)

s s 2s
Ksp = s (2s)
2
= 4s
3


= 4 (0,0577)
3

= 7,6840 x 10
-4

4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Hubungan antara Suhu dengan Kelarutan
No. Suhu(K) Kelarutan (s)
1. 311 0,0652 M
2. 316 0,0625 M
3. 318 0,0600 M
4. 321 0,0577 M



4.4.2 Grafik Hubungan antara Suhu dengan Ksp
No. Suhu (K) Ksp
1. 311 11,0857 x 10
-4
M
2. 316 9,7656 x 10
-4
M
3. 318 8,6400 x 10
-4
M
4. 321 7,6840 x 10
-4
M

y = -0,0008 + 0,301
R = 0,974
0.056
0.058
0.06
0.062
0.064
0.066
310 315 320 325
K
e
l
a
r
u
t
a
n

Suhu (K)
Suhu vs Kelarutan


4.4.3 Grafik Hubungan antara 1/T dengan log Ksp sebelum regresi
No. T (K) 1/T Ksp Log Ksp Log Ksp Regresi
1. 311 3,2154 x 10
-3
11,0857 x 10
-4
-2,9552 -56,2153
2. 316 3,1645 x 10
-3
9,7656 x 10
-4
-3,0103 -56,2157
3. 318 3,1446 x 10
-3
8,6400 x 10
-4
-3,0634 -56,2159
4. 321 3,1152 x 10
-3
7,6840 x 10
-4
-3,1144 -56,2162



4.4.4 Grafik Hubungan antara 1/T dengan log Ksp setelah regresi
Log Ksp regresi = y
1/T = x
y = 8,918x 56,244
y
1
= 8,918(3,2154 x 10
-3
) 56,244
= -56,2153
y = -0.3175x + 109.8
R = 0.9526
0
2
4
6
8
10
12
310 312 314 316 318 320
K
s
p

Suhu (K)
Suhu vs Ksp
y = 8,918x - 56,244
R = 0,955
-32
-31.5
-31
-30.5
-30
-29.5
2.75 2.8 2.85 2.9 2.95
L
o
g

K
s
p

1/T
1/T Vs Log Ksp
y
Linear (y)
y
2
= 8,918(3,1645 x 10
-3
) 56,244
= -56,2157
y
3
= 8,918(3,1446 x 10
-3
) 56,244
= -56,2159
y
4
= 8,918(3,1152 x 10
-3
) 56,244
= -56,2162

y = ax + b
a = slope
b = intersep
y = log Ksp regresi
a = slope = ta =

=
(-)--
-
=
-
-
= 4
b = y - ax
b = (-56,2153) (4) (0,0032)
= -56,2281
x untuk y = log Ksp regresi = ax + b
x =

aa
=


= 0,0032154
y = 6.3333x - 56.236
R = 0.7037
-56.2164
-56.2162
-56.216
-56.2158
-56.2156
-56.2154
-56.2152
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325
L
o
g

K
s
p

R
e
g
r
e
s
i

1/T
1/T vs Log Ksp Regresi
y = log Ksp regresi = ax + b
= (4) (0,0032154) + (-56,2281)
= -56,2152
Log Ksp regresi =
2,303R
H
T
1

-H = log Ksp regresi x 2,303 x RT
H = - (log Ksp regresi x 2,303 x RT
H = - (-56,2153 x 2,303 x 8,314 J/mol K x 311 K)
H = 334748,6851 J/mol
= 334,7486851 kJ/mol

4.5 Pembahasan
Kelarutan merupakan jumlah zat yang terlarut yang dapat larut dalam
sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan endapan-endapan yang
dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat dengan bertambahnya temperatur.
Dalam keadaan tersebut, kemampuan terlarut telah maksimum untuk melarutkan atau
mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi
endapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan kesetimbangan sebenranya merupakan
nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara
fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dalam larutan itu.
Pada percobaan ini, Pb(NO
3
)
2
0,075 M dimasukkan masing-masing sebanyak
10 mL ke dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan KCl 1 M dengan volume yang
berbeda yaitu 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; dan 3,0 mL. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pada volume berapa KCl 1 M dapat membuat endapan
PbCl
2.
Pada saat larutan KCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
Pb(NO3)2, larutan tersebut berubah dari bening menjadi putih, kemudian setelah
dikocok dan didiamkan sekitar 10 menit, larutan tersebut kembali bening dan
terdapan endapan PbCl
2
yang berwarna putih di bawahnya.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, PbCl
2
terbentuk pada saat
penambahan KCl 1 M sebanyak 1,5 mL. Endapan yang terbentuk merupakan
endapan putih PbCl2 yang terbentuk akibat gabungan ion-ion di dalam larutan yang
membentuk partikel yang memiliki ukuran lebih besar yang selanjutnya mengendap.
Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut sudah jenuh dan hasil kali konsentrasi
ion-ion dalam larutan melewati nilai Ksp nya (Qsp > Ksp) berarti larutan
mengendap. Pada penambahan KCl 1 M sebanyak 3,0, endapan PbCl
2
yang tebentuk
semakin banyak. Jadi, semakin banyak penambahan KCl pada Pb(NO
3
)
2
, maka
semakin banyak pula endapan PbCl
2
yang terbentuk.
Setelah terbentuk endapan, tabung reaksi kemudian dipanaskan didalam
penangas sampai endapan tersebut larut sempurna. Selama pemanasan, larutan
tersebut diaduk dengan menggunakan termometer agar endapan PbCl
2
cepat larut.
Pengadukan merupakan salah satu faktor yang mempercepat kelarutan, dimana
semakin banyak jumlah pengadukan maka semakin cepat endapan tersebut larut.
Seperti percobaan yang kami lakukan pada penambahan KCl 1,5 mL, pengukuran
suhunya tidak akurat karena suhu yang terukur merupakan suhu penangas air yang
telah melampaui suhu seharusnya. Hal ini terjadi karena tabung reaksi yang
dipanaskan tidak secara berurutan dari volume KCl terkecil hingga terbesar.
Setelah endapan PbCl
2
larut sempurna, suhunya diukur untuk
membandingkan dengan seberapa besar suhu yang dibutuhkan untuk melarutkan
endapan dengan massa endapan yang berbeda. Semakin banyak KCl yang
ditambahkan, maka semakin lama proses pelarutan dan semakin besar pula suhu
yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan secara sempurna. Jadi banyaknya
endapan yang dilarutkan berbanding lurus dengan suhu.
Selain itu, volume KCl yang ditambhakan ternyata juga mempengaruhi nilai
hasil kali kelarutan (Ksp). Semakin besar volume KCl yang ditambahkan, semakin
kecil nilai hasil kelarutan (Ksp) yang diperoleh. Hal ini dikarenakan besar volume
KCl mempengaruhi banyaknya endapan yang terbentuk, sehingga mempengaruhi
besar nilai hasil kali kelarutan (Ksp).
Adapun reaksi yang terjadi yaitu reaksi endoterm dimana reaksi ini menyerap
kalor dari lingkungan sehingga suhu sistem meningkat. Hal ini sesuai dengan teori,
dimana untuk melarutkan suatu endapan, dalam hal ini PbCl
2
, dibutuhkan proses
pemanasan yang merupakan proses penyerapan kalor.
Pada penentuan panas pelarutan PbCl
2
dengan menggunakan ketergantungan
pada suhu diperoleh hasil bahwa semakin banyak endapan maka semakin tinggi suhu
yang diperlukan untuk membuat endapan kembali larut. Faktor yang sangat penting
yang mempengaruhi kelarutan suati kristal padat adalah temperatur. Kebanyakan
garam anorganik kelarutannya meningkat bila temperatur dinaikkan juga. Kelarutan
dari suatu zat terlarut akan semakin kecil jika volume dari pelarut yang diberikan
besar.
Kelarutan dari suatu zat terlarut sangat bergantung pada suhu, semakin besar
suhunya maka kelarutannya akan semakin besar pula. Kelarutan dari suatu zat
terlarut akan semakin kecil jika volume pelarut yang diberikan besar. Kelarutan dari
suatu zat terlarut sangat berpengaruh pada besar kecilnya hasil kelarutannya karena
dari kelarutan kita dapat menentukan hasil kelarutan, begitu pula sebaliknya.
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kelarutan garam PbCl
2

semakin menurun dengan semakin banyaknya penambahan KCl, dimana pada
penambahan 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; dan 3,0 mL kelarutannya berturut-turut yaitu
0,0652 M; 0,0625 M; 0,0600 M; dan 0,0577 M, serta nilai Ksp yang diperoleh
berturut-turut adalah 11,0857 x 10
-4
M; 9,7656 x 10
-4
M; 8,6400 x 10
-4
M; dan
7,6840 x 10
-4
M. Sedangkan panas pelarutan yang diperoleh berdasarkan sifat
ketergantungan Ksp pada suhu yaitu 334,7486851 kJ/mol yang menandakan bahwa
reaksi berlangsung endotermik yang artinya bahwa selama proses terjadi, kalor
menyerap panas dari lingkungan, sehingga panas dalam sistem pun juga meningkat.

You might also like