Pemeriksaan Hormon

You might also like

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 91

PEMERIKSAAN HORMON DAN

INTERPRETASINYA

PENDAHULUAN
HORMON : substansi yang diproduksi
kelenjar endokrin , disekresi ke sirkulasi
darah menuju organ target, dimana ia
berikatan dengan reseptor dan meregulasi
fungsi jaringan/organ target tersebut.

TYPES OF HORMONE ACTION

ENDOCRINE : hormone synthesized in


one location and release into plasma,
bind to specific receptor in cells at a
distant site.
contoh : TSH dari hipofisis anterior
kelenjar tiroid

TYPES of HORMONE ACTION


NEUROENDOCRINE : hormone synthesized in
nerve ending and released into extracellular
space, interact with receptors cells at distant
site.
example : norepinephrine in splanchnic nerve
ending cardiac muscle cells
NEUROKRIN : hormone synthesized in nerve
ending, released into extracellular space binds
to receptors in nearby cell & affects its function
example : actions on cardiac muscle cells of
norepinephrine synthesized in nerve endings in
heart.

Types of hormone action


PARACRINE : hormone synthesized in
endocrine cells, released into
extracellular space, bind to specific
receptor of nearby cell
example : somatostatin from islet Dcells - & -cell in the pancreatic
islet.
EXOCRINE : synthesized in endocrine
cells released into lumen of gut
example : gastrin by mucosal cells in
the stomach.

3 KELOMPOK HORMON, BERDASARKAN


KOMPOSISI BIOKIMIANYA :
Steroids (cortisol, estrogen, androgen,
aldosteron)
Polypeptide /protein ( ACTH, GH)
Amine derivat asam amino (thyroxine,
catecholamine)

HORMON STEROID

precursor : cholesterol
4 organ : kelenjar adrenal,
ovarium, testes, plasenta
water insoluble bound to a
carrier protein
half life panjang : 60 100 menit

HORMON PROTEIN

peptida : insulin, glukagon, PTH,


GH, PRL.
glikoprotein : FSH, LH, TSH, hCG
water soluble tidak memerlukan
carrier protein.
half-life pendek : 5 60

Amine (berasal dari derivat asam amino)

Epinefrin, nor epinefrin : water soluble


tidak memerlukan carrier protein, halflife pendek, mekanisme kerja serupa
dengan hormon protein.
Tiroksin dan triiodotironin : terikat pada
protein carrier, half-life panjang,
mekanisme kerja seperti hormon steroid

Metoda Pemeriksaan
Immunologic Assays

High-Performance Liqiud
Chromatography (HPLC)

Prinsip-Prinsip Test Immunologik


Presipitasi :
Fluid : Passive, Double Diffusion,
Capillary tube precipitation
Gel : Double diffusion (Ouhterlony),
single-diffusion radial immunodiffusion
(RID)
Electrophoresis

Prinsip presipitasi
Antibodi (Ab) + antigen (Ag) kompleks Ag-Ab
(Ab) berlebihan semua Ag sites diikat oleh
(Ab) membentuk komplek yang larut

Ab excess
Ag

Ab

komp. Ag-Ab(larut)

Prozone effect

Equivalence zone
(optimal proportion)

Ag

Ab

Kompl. Ag-Ab
Terjadi ikatan maksimum
max presipitasi

Antigen excess
Ag

Ab

Komp. Ag-Ab
(larut)

Post zone effect

Kurva presipitasi
Prozone
Ab berlebihan
postzone
Ag berlebihan
zone of
equivalen

konsentrasi Ag meningkat

agglutination
Memerlukan 2 phase :
(1) specific binding of antibody to
antigen
(2) lattice formation

Klasifikasi agglutinasi
Direct agglutination (antigen terletak di
permukaan sel seperti RBC atau
bakteria : pemeriksaan golongan darah

Aglutinasi indirek
Step 1
+
Ag (serum)

Ab spesifik

komp.Ag-Ab (larut)

Step 2
+

Ab spesifik (-)

particulate Ag (reagen)

tidak
terjadi aglutinasi

Aglutinasi indirek
Serum tidak mengandung antigen

Aglutinasi indirek

Step 1
(-)

Ag (serum)

Ab spesifik

komp.Ag-Ab (-)

Step 2
+

terjadi
aglutinasi

particulate Ag
Ab spesifik (+)

Perbedaan reaksi aglutinasi dengan


presipitasi
Agglutinasi

Insoluble or particulate Ag /Ab.


Ag min ada 2 antigenic determinan
Ag excess postzone reaction
Ab excess prozone
Reaction time : min jam.
Hasil test : kualitatip, semikuantitatif

Perbedaan reaksi aglutinasi dengan presipitasi

Presipitasi

Soluble Ag atau Ab
Miminal harus ada 2 antigenic determinan
Antigen excess result in a postzone reaction
Ag excess result in a prozone reaction
Reaction time : hours to days
Teat result : qualitative, semiquantitative, or
quantitative.

Labeled Immunoassay

radioactive labels
enzyme labels
fluorescent labels
Chemiluminescent labels

Assay design
Competitive immunoassays
Non competitive immunoassays

Competitive immunoassays
Step 1 : antigen tidak dilabel diinkubasi
dengan reagen antibodi.
Ag +Ab AgAb
Step 2 : tambahkan antigen berlabel
AgAb + Ab + Ag* AgAb + Ag*Ab + Ag*

Ag

Ab

kompl.Ag-Ab

Ab berlabel

Komp. Ag-Ab-Ab berlabel enzim warna

Solid phase Enzyme Immunosorbent


assay

+
bead-Ab

antigen

+
Komplek Ab-Ag

enzyme conjugated antibody

+
kompleks Ab-Ag-Ab

enzyme
substrat

colored endproduct

RADIOIMMUNOASSAY
PRINSIP PEMERIKSAAN
Antigen /antibodi spesifik yang tidak
dilabel yang difiksasi pada permukaan
padat (dinding tabung/bead) dicampur
dengan antibodi /antigen yang diukur,
kemudian ditambahkan antigen/antibodi
yang dilabel dengan isotop radioaktif.
Memerlukan alat detektor radioaaktif
Hanya dilakukan pada institusi tertentu.

ELISA
Ag atau Ab difiksasi pada permukaan padat,seperti
dinding tabung atau plastic bead.

Tambahkan sampel Ab atau Ag ke dalam tabung,


sehingga terjadi ikatan Ag-Ab. Banyaknya Ag/Ab
yang diukur dapat ditetapkan dengan
menambahkan Ag/Ab yang dilabel dengan
enzim.
Test dapat dilakukan dengan cepat, mudah,
sederhana menggunakan alat analyzer
automatis.
Dibutuhkan Ab monoklonal dan Ag recombinant
untuk metoda pemeriksaan ELISA

Pemeriksaan Fungsi Tiroid


T4

kadar tiroksin dalam darah

T3

Triiodotironin dalam darah

rT3

Reverse T3 dalam darah

TSH

Tiroid stimulating hormon


dalam darah

Rumus molekul hormon tiroid


I
HO

I
O

(T4)

I
HO

NH2
CH2 CH COOH

I
O

NH2
CH2 CH COOH

(T3)

I
HO

I
O

NH2
CH2 CH COOH

(rT3)

Pemeriksaan Fungsi Tiroid


T3U
TBG

T3 uptake (binding protein)

FT4

Thyroxine binding globulin


(binding protein)
Free T4 level

FT3

Free T3 level

FT4I

Free Thyroxine Index (T4 x


T3U)
Free T3 Index

FT3I

immunoassay T4 dan T3
Radioimmunoassay :
T4 dalam darah dipisahkan dari protein
(binding protein)
Ditambahkan T4 dilabel + anti T4 antibodi
competitive binding kompleks antigenantibodi
Yang terikat dan yang bebas dipisahkan
radioaktivitas pada yang terikat diukur dengan
radioactive counter (gamma counter).

rT3 (reverse T3)


metabolite T4.
Menggambarkan penggunaan T4 oleh
jaringan
Perbedaan (T3) : 3,5,3-triiodotironin
rT3 : 3,3,5 triiodotironin
35% T4 di mono-deiodinated T3
Sisa T4 diubah jadi rT3, kemudian diubah
jadi T2
Kadar : 10 50 ng/dL

rT3
rT3 dapat meningkat pada :
penderita penyakit non tiroid,
dimana T3 menurun disebabkan
degradasi rT3 T2 berkurang
Pemakaian obat propanolol

TSH

Bila perlu diperiksa bersama FT4


(dan FT3)
TSH tinggi hipothyroidism
TSH rendah hiperthyroidism
TSH normal euthyroid

Penetapan TSH + FT4 + FT3


TSH rendah, periksa FT4
FT4 tinggi : hiperthyroidism
FT4 normal, periksa FT3 :
FT3 tinggi : hyperthyroidism
FT3 normal : subclinical
hyperthyroidism
TSH tinggi, periksa FT4 :
FT4 rendah hypothyroidism
FT4 normal subclinical
hypothyroidism

Penetapan TSH, FT4


TSH rendah,
FT4 rendah : hypothyroidism sekunder
FT4 tinggi : hyperthyroidism
FT4 normal, FT3 tinggi : hipertiroid
TSH tinggi,
FT4 tinggi : pituitary adenoma resistence to
thyroid hormone
FT4 rendah : hipotiroidism
FT4 normal : hipotiroid subklinis

Mengukur free binding sites


Tiroid radioaktif ditambahkan pada
plasma penderita yang akan diukur
dalam jumlah berlebihan.
Tiroid radioaktif masih ada yang bebas
(karena berlebihan)
Tambahkan resin, tiroid radioaktif
berikatan dengan resin.
Jumlah radioaktif yang terikat di TBG
dan di resin diukur

T3U
Prinsip : penetapan T3 dan T4 total di serum
dipengaruhi oleh binding protein (TBG). T3U
mengukur kapasitas binding site yang bebas
dengan resin.
sampel serum diinkubasi 1 jam pada suhu kamar
bersama T3* dan resin.
Pisahkan resin dari serum.
Radioactivity di resin diukur menunjukkan (%)
radioaktivitas yang terikat di resin.
Digunakan T3 karena afinitas thd TBG rendah, T3
lebih stabil.

T3U
Pada peningkatan kadar TBG primer
jumlah binding sites meningkat, FT4 tetap
normal tetapi T4 total meningkat karena >
T4 terikat TBG.
Beberapa obat : dilantin, dicumarol,
salisilat berkompetensi dengan T4
berikatan dengan TBG, FT4 normal
tetapi total T4 rendah.
T3U tidak dipengaruhi oleh perubahan
kadar TBG.

Hubungan hasil test fungsi tiroid


Kelainan klinik

T4

T3

FT4 T3U TBG

normal

Hipertiroidism

N/R

Hipotiroidism

N/T

TBG meningkat

TBG menurun

Displacement of
hormone by drugs

Free Thyroxine Index (FT4I) & FT3I


Total T4 tidak sepenuhnya dapat
menunjukkan adanya k elainan fungsi tiroid
FT4I : Penetapan tidak langsung hormon
bebas (FT4)
FT4I = total T4 (ug/dL) x T3U (%)
Prinsip : kalkulasi FTI berdasarkan
hubungan keseimbangan antara T4 terikat
TBG dan FT4
FT3I = T3 x T3U

TBG (Thyroxine Binding Globulin)

Meningkat pada :
Estrogen
Genetik
Penyakit hati
Hipotiroidism
Bayi baru lahir
Kontrasepsi oral
Kehamilan

Menurun pada :
akromegali
androgen
penyakit hati
sindroma nefrotik
phenytoin
prednison
sakit berat
tirotoksikosis

Pemeriksaan Penyaring untuk deteksi


hypothyroidism pada Neonatus
15% infant dengan kelainan tiroid
primer menderita hipotiroid yang
terkompensasi : T4 dalam batas normal
dan peningkatan TSH.
Strategi di Canada & US : mula-mula
periksa T4, diikuti TSH jika T4 di bawah
atau sama nilai normal rendah
Di Eropa & Jepang : TSH diperiksa,
kemudian T4

Penyakit non thyroid


Penyakit akut dan kronik mempengaruhi
deiodination T4 :
T3 menurun
reverse T3 meningkat
Umumnya : T3 rendah, FT3I rendah, TBG
rendah
Pada penyakit akut biasanya FT4 agak
meningkat, dan menurun pada penyakit
kronik

Hormon Paratiroid (PTH)


Berperan dalam keseimbangan Ca dan P
PTH meningkatkan :
absorpsi Ca dan P di usus
penglepasan (resorpsi) Ca dari tulang.
reabsorpsi Ca di ginjal (mengurangi
ekskresi Ca di urin)
ekskresi P di ginjal
Menstimulasi produksi 1.25(OH)2D3 di
ginjal

Hormon lain ikut berperan dalam


keseimbangan Ca :
Calcitonin (diproduksi oleh sel C
kelenjar tiroid) : mengabsorpsi Ca
darah masuk ke tulang.
Vit D3 (diproduksi di kulit),
dihidroksilasi menjadi 1.25(OH)2D3 di
liver, ginjal

Mekanisme kontrol oleh PTH,


calcitonin, vit D3
hormon
PTH

Efek di darah Dikontrol oleh


(distimulasi)
Ca >, P<
Ca<

Calcitonin

Ca< , P<

Vit D3

Ca> , P>

Ca > ,
gastrin
P<, PTH >

Efek PTH, calcitonin & vit D3 thd organ


PTH

calcitonin

Vit D3

Tulang Mobilisasi Ca Mobilisasi


&P>
Ca & P <

Transport
Ca >

Ginjal

Reabsorpsi reabsorpi
Ca >,
Ca & P <
ekskresi P >

reabsorpsi
Ca <

Usus
halus

Absorpsi Ca
&P>

Absorpsi
Ca & P >

Hiperparatiroid primer
Produksi PTH meningkat, menstimulasi
osteoklas tulang osteolisis fraktur
patologis. (Ca dalam darah >)
Laboratorium : Ca darah >, Ca di urin
berkurang, kadar P di plasma <, P di
urin meningkat, alkalifosfatase >,
kadar PTH meningkat.

Hiperparatiroid sekunder : umumnya


disebabkan gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik : Ca di darah <
stimulasi PTH, decalcifikasi tulang
Hipoparatiroid : akibat tiroidectomi atau
kongenital.

Hormon Kelenjar Adrenal


Kelenjar Kortex Adrenal :
Cortisol : hipersekresi sindrom Cushing
Hipofungsi primer defisiensi cortisol &
aldosteron : 1) Addisons disease
2) Congenital adrenal
hiperplasia
Hipofungsi sekunder thd defisiensi ACTH :
defisiensi cortisol saja.
Aldosteron
Androgen

Regulasi sekresi cortisol


CRH (corticothropin Releasing hormone)
yg disintesis oleh hipothalamus.
Sekresi ACTH (Adrenocorticotrophic
hormone) yg disekresi hipofisis anterior.
Cortisol disekresi oleh korteks adrenal,
memberikan negative feed back ke
hipothalamus dan hipofisis melalui
hypothalamus pituitary-adrenal axis.

Mekanisme umpan balik


Hipothalamus
CRH
Hipofisis
ACTH

cortisol
adrenal

Pemeriksaan laboratorium fungsi


adrenal

Penetapan kadar ACTH serum


Penetapan kadar cortisol serum
Penetapan kadar cortisol urin
Dexametasone suppression test
ACTH stimulation tests

Sekresi/ kadar ACTH & cortisol


dipengaruhi :
Variasi diurnal dalam sekresi ACTH &
cortisol (max: pk 06 08), dipengaruhi
sleep-wake habit.
Trauma dan stres (pyrogen,
hipoglikemia, suntikan histamin,
anxietas akut
Penetapan kadar cortisol secara tunggal
kurang bermakna

Defisiensi Glukokortikoid
(Addisons disease)
Etiologi :
kerusakan kel. Adrenal oleh : autoimun,
infeksi (TBC,mycotic infection,
amyloidosis), neoplasma (metastasis dari
Ca bronchialis)
Insufisiensi adrenal primer menunjukkan
defisiensi glukocorticoid dan defisiensi
mineralokortikoid
Insufisiensi adrenal sekunder hanya
menunjukkan insufisiensi glukokortikoid

Insufisiensi Adrenal
Test stimulasi ACTH sintetis
insufisiensi adrenal primer respons
sekresi cortisol (-)
insufisiensi adrenal sekunder respons
terjadi setelah pemberian 2-3 hari.
Diberikan 500 ug cosyntropin (ACTH
sintetis) i.v. selama 6 jam, diukur kadar
cortisol

Hypercortisolism

Hiperfungsi kel. kortek adrenal


Ectopic ACTH syndrome (tumor
menghasilkan ACTH)
Tumor adrenal menghasilkan
cortisol

Diagnosis :
Dexamethasone suppresion test.
Vasopressin test : hiperplasia adrenal
menunjukkan respons stimuli
peningkatan kadar cortisol, pasien
dengan tumor hipofisis, adrenal
adenoma, respons stimuli (-)

Overnight dexamethasone test


Dexamethasone : cortisol analog,
menekan produksi cortisol pada orang
normal, tidak demikian pada Cushings
syndrome.
1.0 mg dexa per oral jam 23.00, jam
07.00 darah diambil untuk ditetapkan
kadar cortisol.
Interpretasi : N < 5 ug/dL, > 5 ug/dL
pada sindroma Cushing, stres.

Low-dose dexamethasone
suppression test
Orang normal : kadar cortisol plasma &
cortisol urin < pada test ini.
Penderita hipercortisolism kadar
cortisol plasma & urin tetap tinggi.
kumpulkan urin 24 jam selama 4 hari,
dexa 0.5 mg /6jam 8 dosis.
Cortisol urin < 50% nilai normal

High-dose dexamethasone suppression


test

Penderita penyakit Cushing akibat


adenoma hipofisis yg memproduksi
ACTH akan menunjukkan supresi
cortisol dengan high dose
dexamethasone.
Penderita sindroma Cushing oleh sebab
lain (adenoma adrenal, ectopic ACTH
production) tidak menunjukkan supresi.

DD/ Cushings syndrome


Plasma
ACTH
Pituitary
Cushings
Adrenal
adenoma

Suppression Respons to
high-dose
cosyntropin

N/ > sedikit Ya
rendah

Ectopic
Sangat
ACTH prod. tinggi

ya

Tidak

Variasi

Tidak

Variasi

Growth hormone
Growth hormone excess :
10% penderita acromegali GH normal
tetapi menunjukkan respons thd
pembebanan glukosa abnormal
Somatomedin C meningkat (6.8 U/L)
pada orang normal (1.5 U/L)
Pada hypopituitary children < 0.10 U/L

Prosedur pemeriksaan supresi


glukosa terhadap GH
Penderita puasa semalam, dan
berbaring di tempat tidur (bed rest)
Ambil darah untuk diperiksa kadar GH.
Penderita diberi minum glukosa 100 g
secara oral.
1 jam kemudian ambil darah sampel
dan diperiksa kadar GH

Glucose suppression of growth hormone


Orang normal menunjukkan supresi GH
pasca pemberian glukosa oral. Penderita
acromegali tidak menunjukkan supresi
Interpretasi :
GH orang normal turun < 1 ng/mL.
Penderita acromegali tidak turun bahkan
menunjukkan peningkatan.

Defisiensi GH
Exercise test for GH.
Latihan fisik berat selama 20 menit
(paling baik dilakukan pada pagi hari).
Segera ambil darah sampel, periksa GH
Interpretasi :
bila GH > 6 ng/mL GH defisensi
GH 3-6 ng/mL : suspek GH defisiensi

Insulin Tolerance Test


Stress insulin menginduksi hipoglikemia
memicu sekresi GH & ACTH pd orang
normal
Interpretasi :
Cortisol harus meningkat > 7 ug/dL,
ke nilai tertinggi > 20 ug/dL
GH harus meningkat ke 20 ng/mL
GH defisiensi atau lesi hipothalamus
gagal merespons

Hormon insulin
Hormon protein disintesis oleh
sel Langerhans pankreas.
Sekresi distimulasi oleh
glukosa, asam amino,
Hormon pankreas glukagon, gastrin,
pankreozim, gastrin, sekretin
Obat : sulfonil urea, adrenergic
stimulator : isoproterenol

Hormon insulin

Dihambat oleh :
Hipoglikemia
Stomatostatin (sel pankreas),
Obat : adrenergic stimulator,
adrenergic blocking agents, diazoxide,
phenothyazine, nicotinic acid.

Kerja insulin dan reseptor insulin


Sel target insulin : liver, otot, jaringan
lemak, melalui reseptor insulin di
membran plasma.
Kerja insulin dipengaruhi oleh :
Kadar insulin yang mencapai sel target
Jumlah reseptor insulin di sel target
Afinitas reseptor insulin
postreceptor intracellular

Diabetes mellitus
Sindroma gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia sebagai
akibat defisiensi sekresi insulin, atau
berkurangnya efektivitas biologik insulin
atau kedua-duanya.
International Expert Committee on the
Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus (1995) disponsori ADA/WHO
ADA/WHO menetapkan kriteria &
klasifikasi D.M.

Katagori D.M.

Diabetes
Diabetes
Diabetes
Diabetes

tipe-1
tipe-2
tipe spesifik lain
Mellitus Gestasional (GDM)

Dibetes tipe-1
Destruksi sel
Defisiensi insulin absolut
Autoantibodi : islet cell autoantibodi,
insulin antibodi, dsb.

Diabetes tipe-2
Resistensi insulin dengan defek sekresi
insulin
Defisiensi insulin relatif

Diabetes tipe lain

Berkaitan dengan kelainan sekunder


Defek fungsi sel secara genetik
Penyakit pankreas
Penyakit endokrin
Akibat induksi obat
Abnormalitas reseptor insulin
Sindroma genetik lainnya

Diabetes mellitus gestasional


Intoleransi glukosa selama kehamilan
Akibat perubahan metabolisme dan
hormonal

Kriteria diagnosis D.M.


Semua orang dewasa umur > 45 tahun
harus melakukan test glukosa puasa
tiap 3 tahun, kecuali telah didiagnosa
D.M.
Pemeriksaan dilakukan pada umur lebih
muda dan lebih sering pada orang yang
menunjukkan :

Kriteria D.M. (lanjutan)

Obesitas (BMI 27 kg/m2)


Riwayat keluarga D.M.
Riwayat GDM / melahirkan bayi > 4.1 kg
Hipertensi (140/90)
Kadar HDL rendah (< 35 mg/dL)
Kadar trigliserida plasma > 250 mg/dL
Riwayat toleransi glukosa terganggu

Kriteria diagnostik D.M.


Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL
ditambah gejala D.M.
Glukosa puasa > 126 mg/dL
Glukosa 2 jam PP > 200 mg/dL

Katagori glukosa plasma puasa


Glukosa puasa
normal

< 110 mg/dL

Glukosa puasa
terganggu

> 110 - < 126 mg/dL

Diabetes mellitus

> 126 mg/dL

Katagori toleransi glukosa oral


Toleransi glukosa
normal
Toleransi glukosa
terganggu
Diabetes mellitus

2 jam PP < 140 mg/dL


> 140 mg/dL dan
< 200 mg/dL
2 jam PP > 200mg/dL

Hormon Reproduksi Pria


hipothalamus pituitari testis axis
hipothalamus androgen
ICHRH
FSHRH
Pituitari anterior
ICSH
FSH
Testis
sel Leydig
tubulus seminalis
androgen
sperma

Interpretasi untuk oligo-azoospermia


testosteron

LH

FSH

defek tubulus seminalis

Vas deferens (-), obstruksi.


Spermatogenesis gagal

N/R

N/R

N
R

Kemungkinan gangguan
Kelainan primer di tetis,
indikasi analisa kromosom

kelainan hipothalamus /
hipofise

Hormon reproduksi wanita

Follicle stimulating hormone (FSH)


FSH & LH hormon hipofise yang disimpan
di hipofise anterior.
Regulasinya diatur oleh axis
hipothalamus-hipofisis-ovarium/testes
Hipothalamus mensekresi GnRH
menstimulasi hipofisis memproduksi
FSH, LH stimulasi ovarium/testes.

FSH, LH
Pada pria FSH & LH diperlukan untuk
spermatogenesis dan pematangan
Pada wanita FSH & LH diperlukan untuk
pertumbuhan follikel, ovulasi, pematangan
follikel
Pengukuran FSH dan LH dapat membantu
menetapkan adanya defisiensi primer atau
defisiensi sekunder hormon hipofisis.
Pada kegagalan ovarium primer atau
testis, kadar FSH meningkat

Amenorrhoe primer : mens tidak terjadi


menjelang umur 16,5 tahun : FSH & LH
tinggi : pada disgenesis gonad, kelainan
kromosom

Amenorrhoe sekunder : mens berhenti


selama 3 bulan atau lebih pada
seorang wanita (tidak hamil) yang
sebelumnya telah mengalami mens
secara periodik

Amenorrhoe sekunder
Gangguan fungsi ovarium (tumor
ovarium), gangguan hipofisis
(adenoma), gangguan axis
hipotalamus-hipofisis-gonad (anoreksia
nervosa, latihan fisik berat, tumor,
androgen excess, dsb.

You might also like