Professional Documents
Culture Documents
Pemeriksaan Hormon
Pemeriksaan Hormon
Pemeriksaan Hormon
INTERPRETASINYA
PENDAHULUAN
HORMON : substansi yang diproduksi
kelenjar endokrin , disekresi ke sirkulasi
darah menuju organ target, dimana ia
berikatan dengan reseptor dan meregulasi
fungsi jaringan/organ target tersebut.
HORMON STEROID
precursor : cholesterol
4 organ : kelenjar adrenal,
ovarium, testes, plasenta
water insoluble bound to a
carrier protein
half life panjang : 60 100 menit
HORMON PROTEIN
Metoda Pemeriksaan
Immunologic Assays
High-Performance Liqiud
Chromatography (HPLC)
Prinsip presipitasi
Antibodi (Ab) + antigen (Ag) kompleks Ag-Ab
(Ab) berlebihan semua Ag sites diikat oleh
(Ab) membentuk komplek yang larut
Ab excess
Ag
Ab
komp. Ag-Ab(larut)
Prozone effect
Equivalence zone
(optimal proportion)
Ag
Ab
Kompl. Ag-Ab
Terjadi ikatan maksimum
max presipitasi
Antigen excess
Ag
Ab
Komp. Ag-Ab
(larut)
Kurva presipitasi
Prozone
Ab berlebihan
postzone
Ag berlebihan
zone of
equivalen
konsentrasi Ag meningkat
agglutination
Memerlukan 2 phase :
(1) specific binding of antibody to
antigen
(2) lattice formation
Klasifikasi agglutinasi
Direct agglutination (antigen terletak di
permukaan sel seperti RBC atau
bakteria : pemeriksaan golongan darah
Aglutinasi indirek
Step 1
+
Ag (serum)
Ab spesifik
komp.Ag-Ab (larut)
Step 2
+
Ab spesifik (-)
particulate Ag (reagen)
tidak
terjadi aglutinasi
Aglutinasi indirek
Serum tidak mengandung antigen
Aglutinasi indirek
Step 1
(-)
Ag (serum)
Ab spesifik
komp.Ag-Ab (-)
Step 2
+
terjadi
aglutinasi
particulate Ag
Ab spesifik (+)
Presipitasi
Soluble Ag atau Ab
Miminal harus ada 2 antigenic determinan
Antigen excess result in a postzone reaction
Ag excess result in a prozone reaction
Reaction time : hours to days
Teat result : qualitative, semiquantitative, or
quantitative.
Labeled Immunoassay
radioactive labels
enzyme labels
fluorescent labels
Chemiluminescent labels
Assay design
Competitive immunoassays
Non competitive immunoassays
Competitive immunoassays
Step 1 : antigen tidak dilabel diinkubasi
dengan reagen antibodi.
Ag +Ab AgAb
Step 2 : tambahkan antigen berlabel
AgAb + Ab + Ag* AgAb + Ag*Ab + Ag*
Ag
Ab
kompl.Ag-Ab
Ab berlabel
+
bead-Ab
antigen
+
Komplek Ab-Ag
+
kompleks Ab-Ag-Ab
enzyme
substrat
colored endproduct
RADIOIMMUNOASSAY
PRINSIP PEMERIKSAAN
Antigen /antibodi spesifik yang tidak
dilabel yang difiksasi pada permukaan
padat (dinding tabung/bead) dicampur
dengan antibodi /antigen yang diukur,
kemudian ditambahkan antigen/antibodi
yang dilabel dengan isotop radioaktif.
Memerlukan alat detektor radioaaktif
Hanya dilakukan pada institusi tertentu.
ELISA
Ag atau Ab difiksasi pada permukaan padat,seperti
dinding tabung atau plastic bead.
T3
rT3
TSH
I
O
(T4)
I
HO
NH2
CH2 CH COOH
I
O
NH2
CH2 CH COOH
(T3)
I
HO
I
O
NH2
CH2 CH COOH
(rT3)
FT4
FT3
Free T3 level
FT4I
FT3I
immunoassay T4 dan T3
Radioimmunoassay :
T4 dalam darah dipisahkan dari protein
(binding protein)
Ditambahkan T4 dilabel + anti T4 antibodi
competitive binding kompleks antigenantibodi
Yang terikat dan yang bebas dipisahkan
radioaktivitas pada yang terikat diukur dengan
radioactive counter (gamma counter).
rT3
rT3 dapat meningkat pada :
penderita penyakit non tiroid,
dimana T3 menurun disebabkan
degradasi rT3 T2 berkurang
Pemakaian obat propanolol
TSH
T3U
Prinsip : penetapan T3 dan T4 total di serum
dipengaruhi oleh binding protein (TBG). T3U
mengukur kapasitas binding site yang bebas
dengan resin.
sampel serum diinkubasi 1 jam pada suhu kamar
bersama T3* dan resin.
Pisahkan resin dari serum.
Radioactivity di resin diukur menunjukkan (%)
radioaktivitas yang terikat di resin.
Digunakan T3 karena afinitas thd TBG rendah, T3
lebih stabil.
T3U
Pada peningkatan kadar TBG primer
jumlah binding sites meningkat, FT4 tetap
normal tetapi T4 total meningkat karena >
T4 terikat TBG.
Beberapa obat : dilantin, dicumarol,
salisilat berkompetensi dengan T4
berikatan dengan TBG, FT4 normal
tetapi total T4 rendah.
T3U tidak dipengaruhi oleh perubahan
kadar TBG.
T4
T3
normal
Hipertiroidism
N/R
Hipotiroidism
N/T
TBG meningkat
TBG menurun
Displacement of
hormone by drugs
Meningkat pada :
Estrogen
Genetik
Penyakit hati
Hipotiroidism
Bayi baru lahir
Kontrasepsi oral
Kehamilan
Menurun pada :
akromegali
androgen
penyakit hati
sindroma nefrotik
phenytoin
prednison
sakit berat
tirotoksikosis
Calcitonin
Ca< , P<
Vit D3
Ca> , P>
Ca > ,
gastrin
P<, PTH >
calcitonin
Vit D3
Transport
Ca >
Ginjal
Reabsorpsi reabsorpi
Ca >,
Ca & P <
ekskresi P >
reabsorpsi
Ca <
Usus
halus
Absorpsi Ca
&P>
Absorpsi
Ca & P >
Hiperparatiroid primer
Produksi PTH meningkat, menstimulasi
osteoklas tulang osteolisis fraktur
patologis. (Ca dalam darah >)
Laboratorium : Ca darah >, Ca di urin
berkurang, kadar P di plasma <, P di
urin meningkat, alkalifosfatase >,
kadar PTH meningkat.
cortisol
adrenal
Defisiensi Glukokortikoid
(Addisons disease)
Etiologi :
kerusakan kel. Adrenal oleh : autoimun,
infeksi (TBC,mycotic infection,
amyloidosis), neoplasma (metastasis dari
Ca bronchialis)
Insufisiensi adrenal primer menunjukkan
defisiensi glukocorticoid dan defisiensi
mineralokortikoid
Insufisiensi adrenal sekunder hanya
menunjukkan insufisiensi glukokortikoid
Insufisiensi Adrenal
Test stimulasi ACTH sintetis
insufisiensi adrenal primer respons
sekresi cortisol (-)
insufisiensi adrenal sekunder respons
terjadi setelah pemberian 2-3 hari.
Diberikan 500 ug cosyntropin (ACTH
sintetis) i.v. selama 6 jam, diukur kadar
cortisol
Hypercortisolism
Diagnosis :
Dexamethasone suppresion test.
Vasopressin test : hiperplasia adrenal
menunjukkan respons stimuli
peningkatan kadar cortisol, pasien
dengan tumor hipofisis, adrenal
adenoma, respons stimuli (-)
Low-dose dexamethasone
suppression test
Orang normal : kadar cortisol plasma &
cortisol urin < pada test ini.
Penderita hipercortisolism kadar
cortisol plasma & urin tetap tinggi.
kumpulkan urin 24 jam selama 4 hari,
dexa 0.5 mg /6jam 8 dosis.
Cortisol urin < 50% nilai normal
Suppression Respons to
high-dose
cosyntropin
N/ > sedikit Ya
rendah
Ectopic
Sangat
ACTH prod. tinggi
ya
Tidak
Variasi
Tidak
Variasi
Growth hormone
Growth hormone excess :
10% penderita acromegali GH normal
tetapi menunjukkan respons thd
pembebanan glukosa abnormal
Somatomedin C meningkat (6.8 U/L)
pada orang normal (1.5 U/L)
Pada hypopituitary children < 0.10 U/L
Defisiensi GH
Exercise test for GH.
Latihan fisik berat selama 20 menit
(paling baik dilakukan pada pagi hari).
Segera ambil darah sampel, periksa GH
Interpretasi :
bila GH > 6 ng/mL GH defisensi
GH 3-6 ng/mL : suspek GH defisiensi
Hormon insulin
Hormon protein disintesis oleh
sel Langerhans pankreas.
Sekresi distimulasi oleh
glukosa, asam amino,
Hormon pankreas glukagon, gastrin,
pankreozim, gastrin, sekretin
Obat : sulfonil urea, adrenergic
stimulator : isoproterenol
Hormon insulin
Dihambat oleh :
Hipoglikemia
Stomatostatin (sel pankreas),
Obat : adrenergic stimulator,
adrenergic blocking agents, diazoxide,
phenothyazine, nicotinic acid.
Diabetes mellitus
Sindroma gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia sebagai
akibat defisiensi sekresi insulin, atau
berkurangnya efektivitas biologik insulin
atau kedua-duanya.
International Expert Committee on the
Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus (1995) disponsori ADA/WHO
ADA/WHO menetapkan kriteria &
klasifikasi D.M.
Katagori D.M.
Diabetes
Diabetes
Diabetes
Diabetes
tipe-1
tipe-2
tipe spesifik lain
Mellitus Gestasional (GDM)
Dibetes tipe-1
Destruksi sel
Defisiensi insulin absolut
Autoantibodi : islet cell autoantibodi,
insulin antibodi, dsb.
Diabetes tipe-2
Resistensi insulin dengan defek sekresi
insulin
Defisiensi insulin relatif
Glukosa puasa
terganggu
Diabetes mellitus
LH
FSH
N/R
N/R
N
R
Kemungkinan gangguan
Kelainan primer di tetis,
indikasi analisa kromosom
kelainan hipothalamus /
hipofise
FSH, LH
Pada pria FSH & LH diperlukan untuk
spermatogenesis dan pematangan
Pada wanita FSH & LH diperlukan untuk
pertumbuhan follikel, ovulasi, pematangan
follikel
Pengukuran FSH dan LH dapat membantu
menetapkan adanya defisiensi primer atau
defisiensi sekunder hormon hipofisis.
Pada kegagalan ovarium primer atau
testis, kadar FSH meningkat
Amenorrhoe sekunder
Gangguan fungsi ovarium (tumor
ovarium), gangguan hipofisis
(adenoma), gangguan axis
hipotalamus-hipofisis-gonad (anoreksia
nervosa, latihan fisik berat, tumor,
androgen excess, dsb.