Professional Documents
Culture Documents
Implementasi Usaha Ekonomi
Implementasi Usaha Ekonomi
Sukesi*
* Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Dr. Soetomo Surabaya
ABSTRACT
To speed up economy restoration with brace development basement sustainability and with
justice based on in democracy economy system. Done to pass development at economy area
with development at Natural Resources (SDA) and environment. Make use wealth SDA
without neglecting principles sustainability and environment preservation. Effort
development micro intermediate little can give big contribution towards bational economy
restoration process so that necessary more be payed because, by using technics analysis
diskriptif, technics factor analysis, and doubled linear regression is found factors that
determine development success UMKM among others Human Resource (SDM),
capitalization, engine and device, effort management, marketing, basic commodity
availability, and information so that can do global access. Bear mission creats
generalization chances work and try to preserve culture, and support to export national.
Technicsly survey existence UMKM at unlucky city to effort areas classification
arrangement, effort stratification, and troubleshoot identification, need, and the potential,
with influential factors towards the development. Furthermore evaluation towards that got
and database that made based on the effort area classification operationally permanent refer
in construction masterplan and small industry development and intermediate with pay
attention potential region.
Keyword: UMKM; Enableness; Development; Implementation; Effort Opportunity
Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 20002004, terdapat 5 Prioritas
Pembangunan Nasional yaitu:
1. Membangun Sistem Politik yang Demokratis serta mempertahankan Persatuan
dan Kesatuan.
2. Mewujudkan Supremasi Hukum dan Pemerintahan yang baik.
3. Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Landasan Pembangunan
yang berkelanjutan dan Berkeadilan yang berdasarkan Sistem Ekonomi
Kerakyatan.
4. Membangun Kesejahteraan Rakyat, Meningkatkan Kualitas Kehidupan
Beragama, dan Ketahanan Budaya.
5. Meningkatkan Pembangunan Daerah.
dan meningkatkan taraf hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi. Upaya lintas
bidang yang perlu dilakukan meliputi penegakan hukum dan prinsip keadilan,
penciptaan iklim usaha yang sehat, pemihakan dan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan akses atas sumber daya
pembangunan.
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap Proses Pemulihan Perekonomian Nasional sehingga
perlu lebih diperhatikan karena mengemban misi menciptakan pemerataan
kesempatan kerja dan berusaha, melestarikan budaya, dan mendukung ekspor
nasional.
Terdapat dua prioritas dalam pengembangan Usaha Skala Kecil dan
Menengah (UKM) sebagai tulang punggung Ekonomi Kerakyatan dan memperluas
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu Prioritas Jangka Pendek diberikan
untuk mempercepat peningkatan skala Usaha Kecil, dan Menengah serta
meningkatkan aksesnya pada permodalan, Prioritas Jangka Menengah diarahkan
untuk meningkatkan akses Usaha Kecil, dan Menengah pada sumber daya produktif
dan mengembangkan kewirausahaan.
Dari data yang diketahui bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada
umumnya tersebar di sentra-sentra maupun di luar sentra yang diusahakan secara
turun temurun dan proses terbentuknya merupakan bagian dari kultur masyarakat
setempat. Usaha Kecil dan Menengah yang berkembang mampu berperan sebagai
inti dan sekaligus sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi desa/kelurahan sehingga
secara alamiah terjadi proses transformasi budaya dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat yang maju dan modern. Lebih jauh akan memberikan dampak
yang besar pada peningkatan pendapatan masyarakat.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Pengembangan Usaha Kecil
dan Menengah diantaranya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM),
Permodalan, Mesin dan Peralatan, Pengelolaan Usaha, Pemasaran, Ketersediaan
Bahan Baku. dan Informasi agar bisa melakukan akses global.
Selama ini kualitas sumber daya manusia yang bekerja di Usaha Kecil dan
Menengah pada umumnya masih sangat rendah, hal ini ditunjukkan dengan masih
rendahnya kualitas produk, terbatasnya kemampuan untuk mengembangkan produkproduk baru, lambannya penerapan teknologi, dan lemahnya pengelolaan usaha.
Ditinjau dari pola pembinaan dan pengembangan yang diterapkan selama ini
dengan model pembinaan yang cenderung seragam, berupa paket pembinaan dari
pusat belum tentu sesuai dengan kebutuhan kondisi sosial budaya yang berkembang
di lingkungan tempat Usaha Kecil dan Menengah itu berada. Hal ini disebabkan
kondisi dan potensi masing-masing daerah berbeda.
Mengacu pada penjelasan di atas, Ekonomi Kerakyatan adalah bagian
penting dari strategi pembangunan yang difokuskan pada pemberdayaan rakyat
miskin dan lemah. Ekonomi Kerakyatan bertujuan melakukan perubahan penting
untuk membebaskan rakyat dari ikatan dan halangan, seperti tradisi kepercayaan,
dan nilai-nilai yang sampai sekarang masih membelenggu dan merintangi kemajuan
masyarakat.
Untuk memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kesejahtetaan dan
kemakmuran, khususnya masyarakat miskin sebagaimana tercantum dalam strategi
pembangunan Kota Malang tersebut di atas maka, pola pembinaan dan
pengembangan potensi Ekonomi Kerakyatan yang ada di Kota Malang harus
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi Kota Malang, agar pembinaan dan
pengembangan potensi Ekonomi Rakyat di Kota Malang lebih terarah maka perlu
melakukan pemetaan sesuai klasifikasi dan potensi usaha dengan melakukan kajian
tentang Implementasi
Pemberdayaan
Usaha Ekonomi Mikro Kecil dan
Menengah .
.
PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah penyebaran stratifikasi bidang-bidang Usaha
Kecil dan
Menengah di Kota Malang saat ini.
2. Sejauhmanakah tingkat permasalahan, kebutuhan, dan potensi Usaha Kecil dan
Menengah di Kota Malang.
3. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap implementasi
pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Malang.
TUJUAN
1. Mengetahui bidang-bidang Usaha Kecil dan Menengah di Kota Malang dan
stratifikasi usahanya.
2. Identifikasi dan evaluasi permasalahan, kebutuhan, dan potensi Usaha Kecil dan
Menengah di Kota Malang.
3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah di Kota Malang.
MANFAAT
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan bagi pembuat
kebijakan dalam merumuskan kebijakan tentang peningkatan pemberdayaan
potensi UMKM di Kota Malang
2. Terciptanya pedoman bagi instansi teknis dalam rangka pembinaan dan
pengembangan Usaha Kecil, dan Menengah di Kota Malang berlandaskan pada
sistem Ekonomi Kerakyatan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Hukum
Lebih lanjut jaminan atas hak yang sama bagi lagi-laki dan perempuan dituangkan
dalam GBHN (1999-2004), bahkan secara khusus ratifikasi CEDAW - atau UU
nomor 7 tahun 1978, menjadi bukti adanya perlindungan khusus Negara kepada
perempuan. Namun demikian realitasnya pembangunan memberikan manfaat dan
memiliki dampak yang berbeda bagi masyarakat, baik desa-kota, wilayah sentra,
pinggiran maupun pedalaman, bagi laki-laki dan perempuan, dan disadari sebagai
salah satu kelemahannya adalah dampak pembangunan tersebut menimbulkan
kesenjangan antar daerah.
Meskipun dalam laporan resmi Negara menunjukkan Indonesia mengalami
kemajuan ekonomi yang baik, dan terjadi angka pengurangan kemiskinan 18,2
persen dalam tahun 2002, dan menjadi 17,4 persen tahun 2003 (MGDs: 2004) tetapi
kemiskinan masih menjadi persoalan yang besar-terlebih lagi dengan adanya
bencana beruntun di Aceh, Sumatra Utara, dan Nias, serta dampak kenaikan BBM.
Kemiskinan dan keterbatasan lapangan kerja telah mendorong masyarakat untuk
pergi ke Luar Negeri. Pada tahun 1999 menunjukkan ratio terbesar dari perempuan
yang menjadi pekerja di Luar Negeri dibanding laki-laki, jumlah 242,6 per 100 lakilaki pekerja, sementara tidak ada perlindungan yang memadai, sehingga banyak
terjadi kasus-kasus kekerasan.
Faktor penyebab suramnya kondisi perempuan di Indonesia (termasuk di daerah
tertinggal) antara lain:
1)
2)
3)
2. Industri yang berdiri sendiri, yaitu industri yang langsung menghasilkan barangbarang untuk konsumen. Industri ini tidak mempunyai kaitan dengan industri
lain.
3. Industri yang menghasilkan barang-barang seni.
4. Industri yang mepunyai pasaran lokal dan bersifat pedesaan.
Menurut Biro Pusat Statistik, besar kecilnya industri dapat ditentukan atas dasar
kriteria jumlah tenaga kerja. Kriteria industri berdasarkan pemakaian jumlah tenaga
kerja adalah sebagai berikut:
1. Industri besar adalah industri yang mempergunakan tenaga kerja 100 orang atau
lebih.
2. Industri sedang adalah industri yang mempekerjakan tenaga kerja antara 20-99
orang.
3. Industri kecil adalah industri yang mempergunakan tenaga kerja 5-19 orang.
4. Industri rumah tangga adalah industri yang mempergunakan tenaga kurang dari
5 orang.
Jenis industri kecil jumlahnya cukup banyak, untuk menyederhanakan
sebagai upaya pembinaan dikolompokkan ke dalam sentra-sntra industri kecil yaitu
sentra industri pangan, sentra industri sedang dan kulit, sentra kimia dan bahan
bangunan, sentra industri kerajinan dan umum, serta sentra industri logam.
Karakteristik-karakteristik industri kecil dan kerajinan menurut Cahyono dan
Adi (1983) adalah:
1. Semangat kebabasan yang tinggi.
2. Semangat berusaha yang kuat.
3. Keseimbangan dominasi antara pengaruh pertimbangan-pertimbangan pribadi
dan keluarga dengan pengaruh pertimbangan profesional.
4. Pengaruh faktor ketidaksengajaan yang lebih kuat dari pada pengaruh faktor
rencana.
5. Keseksamaan dalam menggunakan waktu.
6. Pendidikan formal yang terbatas.
7. Harapan akan jangkauan hasil-hasil yang konkrit dan cepat.
Menurut Lempelius dan Thorne (1976: 74-84) mengemukakan masalahmasalah yang dihadapi industri kecil antara lain:
1. Sikap pasif dan bahkan menjahui persaingan.
2. Orientasi usahanya hanya sekedar untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
3. Orientasi usahanya hanya sekedar untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
4. Orientasi kegiatan lebih dicurahkan pada produksi dan kurang memadukan
dengan kegiatan pemasaran.
5. Sebagian industri kecil bersifat pengusaha tukang.
6. Bersikap irasional terutama tidak atau kurang diperhitungkannya produk secara
benar dalam memperoleh keuntungan.
7. Keterbatasan modal.
Hubungan industri kecil pengrajin batik dengan kewirausahaan adalah
industri kecil pengrajin batik merupakan salah satu dunia wirausaha yang
merupakan tantangan bagi generasi muda. Karena jumlah pencari kerja jauh lebih
besar dari penawaran pekerjaan, oleh karena itu harus menciptakan pekerjaan sendiri
atau berwirausaha. Menurut Nugroho (1984) seorang wirausaha adalah seorang yang
dapat menciptakan dirinya menjadi seorang usahawan yang berhasil. Apa yang
diperoleh melalui bangku sekolah adalah suatu modal dasar dari perkembangan
pemikiran. Tinggi rendahnya sekolah seseorang umumnya mempengaruhi jalan
pemikiran seseorang. Industri kecil pengrajin batik merupakan salah satu wujud
berwirausaha, yang mana merupakan satu dari sekian banyak macam industri kecil
kerajinan yang terbesar di seluruh Indonesia .
3. Posisi Strategis Usaha Kecil-Mikro
Kebijakan Negara yang sentralistik beberapa waktu yang lalu, masih
terasakan dampaknya. Lebih khusus dalam kebijakan ekonomi yang sentralistik dan
orientasi pembangunan yang menekan pada aspek pertumbuhan, dimana usaha besar
dijadikan sebagai roda penggerak ekonomi Nasional, ternyata tidak terbukti
memberikan nilai lebih, bahkan tidak mampu bertahan saat krisis melanda Indonesia
dan Asia pada umumnya. Kesalahan kebijakan investasi dan kebocoran di
berbagai sektor pemerintahan telah mengakibatkan dunia usaha terpuruk dan
selanjutnya menyeret keterpurukan pada sektor ekonomi yang lain.
Dalam kondisi diatas, maka usaha kecil terbukti mampu menjadi penyangga
perekonomian rakyat, karena keadaan tersebut mendorong inisiatif masyarakat
khususnya perempuan untuk melakukan kegiatan ekonomi pinggiran sebagai upaya
bertahan hidup. Hal ini nampak pada pertumbuhan secara kuantitatif jumlah pelaku
usaha kecil di Indonesia tahun 2001 yang mencapai 40.137.773 juta (99,86%) dari
total jumlah pelaku usaha 40.197.61 juta, sementara pelaku usaha mikro mencapai
97,6% dari jumlah pelaku usaha kecil (BPS 2001). Jumlah tersebut menunjukkan
kontribusi sangat besar UK terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut perhitungan
BPS dengan jumlah tersebut UK mampu menyediakan 99,04% lapangan kerja
Nasional, sumbangan terhadap PDB mencapai 63,11% dan memberikan pemasukan
sebesar 14,20% diluar non migas. (BPS, 2001).
Nilai strategis lain usaha kecil-mikro adalah kemampuannya menjadi sarana
pemerataan kesejahteraan rakyat. Karena jumlah besar, biasanya bersifat padat karya
sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang besar, meskipun ukuran unitnya kecil
tetapi jumlah banyak memungkinkan orang lebih banyak terlibat untuk menarik
manfaat didalamnya. Lebih lanjut, pada tahun sebelumnya (BPS, 2000) di katakan
bahwa dari jumlah 2.002.335 unit usaha kecil, dan 194, 564 unit usaha mikro, di
sektor pengolahan jumlah perempuan pelaku ada 896.047 (40,79%), dan angka
tersebut diyakini lebih besar lagi mengingat bahwa data tersebut dibuat berdasarkan
kepemilikan formal, bukan pelaku (riil) usaha. Keyakinan ini berdasarkan pada
realitas adanya hambatan mobilitas perempuan dalam usaha, bahkan beberapa
pengalaman menunjukkan bahwa usaha yang semula dirintis oleh perempuan,
setelah usaha tersebut berkembang pengelolaan dan kepemilikan formalnya bergeser
pada laki-laki, karena membutuhkan mobilitas tinggi.
Dengan mencermati data diatas, maka semakin jelas kontribusi Usaha kecilmikro khususnya perempuan dalam perekonomian keluarga dan Negara secara
umum. Meskipun terbukti kontribusi usaha kecil-mikro. Perempuan yang sangat
strategis, namun belum seimbang dengan perhatian dan pengakuan yang diberikan,
baik oleh pemerintah, maupun keluarga. Bahkan usaha kecil-mikro-perempuan
masih mengalami banyak permasalahan yang disebabkan ketidak adilan struktur
maupun budaya.
4. Mental Kewirausahaan
Para wirausahawan adalah individu-individu yang berorientasi kepada
tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Menurut Lokakarya (1977), profil dari wirausahawan mempunyai ciri-ciri dan sifatsifat mental sebagai berikut: ciri-ciri yaitu percaya diri, berorientasi tugas dan hasil,
pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan.
Mental yaitu keyakinan, ketidaktergantungan, individualisme, optimisme, kebutuhan
akan prestasi, berorientasi kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan
inisiatif, kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan, bertingkah laku
sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan
kritik, inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa dan
pandangan ke depan.
Menurut Meridith, et al (1992) tidak semua wirausahawan sama baik dalam
sifat dan mental kewirausahaan. Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai
seorang wirausahawan tergantung kepada kesediaan untuk bertanggung jawab atas
pekerjaannya. meskipun resiko kegagalan ada, para wirausahawan mengambil resiko
dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan
harus diterima sebagai pengalaman belajar. Beberapa wirausahawan berhasil setelah
mengalami banyak kegagalan.
Dengan demikian apapun profesi seseorang atau kelompok betapa sangat
membutuhkan sifat-sifat kewirausahaan. Segala jenis dan jumlah karunia Tuhan di
bumi ini perlu dinikmati melalui proses usaha dan perjuangan secara pantas. Ini
berarti dalam wirausaha tidak bisa dicapai dengan prinsip tujuan menghafalkan cara,
namun perlu ditempuh dengan cara wajar dan terhormat. Bagi seseorang
wirausahawan perlu berpedoman pada suatu rumus carilah kebutuhan dan
penuhilah. Seorang wirausahawan dituntut untuk disamping pandai menemukan
kebutuhan juga harus cekatan dalam memenuhi kebutuhan itu.
Dari beberapa uraian di atas ternyata tidak semua pengusaha otomatis
seorang wirausaha. Dengan demikian pengusaha termasuk pengrajin ada yang
berjiwa wirausaha dan ada yang bukan wirausaha. Kedua kelompok sama-sama
diperlukan dalam pembangunan, namun yang lebih didambakan adalah seorang
pengusaha yang sekaligus seorang wirausaha. Sebab tipe yang terakhir ini senantiasa
melakukan pembaharuan secara berkesinambungan baik dalam produk, bahan baku
(termasuk sumber bahan baku), metode, organisasi, dan pasar. Hal demikian akan
membuat tumbuh dan berkembangnya manusia-manusia kreatif, produktif, agresif,
ekspresif, aspiratif, antisipatif dalam pola pikir yang positif sehingga produktivitas
kerja secara kumulatif akan meningkat berlipat ganda. Pada gilirannya tingkat
kesejahteraan sosial akan semakin terpenuhi dan inilah menara akhir dari setiap
proses pembangunan.
Inovasi merupakan modal sederhana gelombang pertumbuhan ekonomi.
Berawal dari posisi ekuilibrium, terganggu oleh inovasi terjadi kenaikan output
barang konsumsi yang mendorong meningkatnya pengeluaran dan penyesuaian
aspek ekonomi serta pada saat-saatnya penurunan. Di saat suatu produk baru hasil
inovasi dilempar ke pasar akan menggeser barang dan jasa lain termasuk yang
gulung tikar. Pada gilirannya terjadi penyesuaian kembali dan terjadi penyerapan ke
dalam sistem baru. Keseimbangan baru ini cenderung lebih tinggi dari posisi
keseimbangan sebelumnya.
5. Keberhasilan Perusahaan
Keberhasilan menunjukkan suatu tingkat kerja karena telah melahirkan suatu
aktivitas atau usaha. Di dalam mengukur keberhasilan, mungkin masing-masing
bidang memakai tolok ukur yang berbeda. Menurut pendapat Guiltinon dan
G.W.Paul (1994) untuk mengukur keberhasilan dilihat dari analisis kemampulabaan
(profitabilitas) yang dibedakan berdasarkan pada keputusan manajemen yang
diperlukan, yaitu:
a. Untuk keputusan manajemen marjin.
Ini adalah keputusan-keputusan mengenai biaya, biaya variabel serta biaya
pemasaran langsung yang dapat dikendalikan (controllable direct marketing cost)
b. Untuk keputusan manajemen kekayaan (asset management)
Ukuran ini diperlukan oleh manager dalam rangka membuat keputusan-keputusan
mengenai jumlah investasi ruang (kekayaan dalam bentuk fisik) dan persediaan
(kekayaan dalam bentuk dana) yang sesuai untuk suatu produk, lini produk atau
departemen tertentu.
Adapun 4 macam ukuran besar yang sering digunakan, yaitu:
a. Perputaran persediaan.
b. Penjualan per meter persegi ruangan.
c. Pengembalian laba kotor atas investasi persediaan.
d. Laba kotor per meter persegi ruangan
Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk memilih ukuran ini, para manajer perlu
mempertimbangkan dua pokok masalah yaitu:
1. Mana sumber daya yang lebih penting, apakah persediaan atau ruangan. Beberapa
perusahaan mungkin mempunyai ruangan yang cukup, tetapi sumber dananya
terbatas untuk membeli persediaan, atau sebaliknya ruangan yang langka. Bila
sumber dana terbatas untuk membeli persediaan, maka pengukuran yang penting
dititik beratkan pada sektor alokasi persediaan, yaitu diukur dengan perputaran
persediaan dan pengembalian laba kotor atas investasi persediaan. Sebaliknya bila
ruangan yang langka, maka ukuran di dasarkan pada penjualan.
2. Mana yang akan diperegunakan sebagai uukuran penghasilan, penjualan atau laba
kotor. Hal ini didasarkan pada kemudahan pengukurannya. Banyak pengrajin
batik yang menggunakan ukuran laba kotor.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pemasaran
Di lungkungan pemasaran, setiap perusahaan harus memulai kembali secara
periodik efektivitas pemasarannya melalui suatu alat pengendalian. perusahaan
mengembangkan kombinasi variabel bauran pemasaran yang terdiri dari beberapa
faktor yang berada di bawah pengendaliannya, yaitu produk, harga, tempat dan
promosi. Untuk sampai pada kombinasi bauran pemasaran itu, perusahaan
mengelola empat sistem: sistem informasi pemasaran, sistem perencanaan
pemasaran, sistem organisasi pemasaran dan sistem pengedalian pemasaran. Sistemsistem tersebut berkaitan satu sama lain, sehingga informasi pemasaran, yang
selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi pemasaran dan hasil pelaksanaannya itu
ditinjau kembali dan dikendalikan.
Melalui semua sistem ini, perusahaan memonitor dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan pemasaran. Perusahaan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya pada tingkat mikro, yang terdiri dari pedagang perantara, pemasok,
pesaing dan masyarakat. Perusahaan juga menyesuaikan diri dengan lingkungan
Relationship:
Very close
Very Warm
Personal
Strategi marketing
Sebelum tahun 2000
Strategi marketing
Setelah tahun 2000
Menciptakan nilai buat pelanggan berkaitan erat dengan 4P, yaitu: Product,
Process, Performance, dan people. Produk atau jasa yang menjadi inti usaha
merupakan esensi yang harus disediakan oleh perusahaan dengan kualitas yang
tinggi. Sedangkan process merupakan cara untuk menjaga agar sistem terus bekerja
secara lancar. Performance merupakan janji kita kepada pelanggan yang harus
ditepati. Misalnya bisnis jasa penerbangan harus on time, produk bisnis bakery harus
hangat, bisnis hotel harus memiliki kamar yang tersedia dan bersih. Dalam hal ini,
ketidakpuasan yang muncul bukan diakibatkan oleh core product yang tidak
superior, tetapi oleh ketidakmampuan perusahaan untuk menyediakan kinerja sesuai
dengan yang dijanjikan. Terakhir adalah people, yaitu bagaimana pelanggan
memandang karyawan kita sebagai orang yang dapat melayani, kompeten, penuh
pengertian, dan sopan.
Gambar: 2
4 P dari Sisi yang Berbeda
Kemampuan
10
Menambah value
Product
Esensi (core
product) apa yang
kita tawarkan
kepada customer
Proces
Sistem dan
kegiatan yang
mendukung core
product/service
Performance
Menjadikan
product/jasa yang
diberikan sesuai
dengan yang
dijanjikan kepada
People
Interaksi dengan
karyawan
Bagaimana customer
dilayani
Kemampuan membuat
diferensiasi
Sumber: Christian Gronoroos, (1990;137)
b. Citra Perusahaan
Usaha pembentukan citra dan sikap perusahaan yang positif akan
sangat membantu usaha perusahaan dalam kegiatan pemasarannya, karena
dalam kondisi bagaimanapun suatu perusahaan akan selalu berusaha
menempatkan dirinya sebaik mungkin di mata pelanggan. Perusahaan perlu
menciptakan citra yang positif untuk mempengaruhi sikap dan citra
pelanggan yang positif terhadap perusahaan. Citra terhadap perusahaan
mempunyai beberapa makna, ada perusahaan yang dinilai baik, biasa saja,
dan ada yang dinilai kurang bahkan tidak baik. Itu semua merupakan hasil
dari usaha perusahaan tersebut di dalam memberikan layanan yang mampu
memuaskan pelanggannya. Seperti yang disampaikan Mauludin (1999;88),
bahwa keberhasilan perusahaan dalam membentuk citra yang positif tentunya
akan memberikan kontribusi positif baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap peningkatan jumlah pelanggan yang dilayani dan
juga akan berdampak pada peningkatan laba perusahaan. Hal ini merupakan
konsekuensi logis sebagai akibat dari interaksi antara perusahaan dengan
berbagai jenis pelanggan, sehingga dengan sendirinya mereka yang
berhubungan itu akan merasakan, dan mengamati kinerja perusahaan. Oleh
karena itu penting bagi perusahaan menciptakan, menunjukkan, dan selalu
membangun citra dirinya di mata pelanggan.
Brown (1985;64) menunjukkan beberapa manfaat yang bisa
diperoleh perusahaan yang telah memuaskan pelanggannya melalui
penyampaian pelayanan yang berkualitas dalam gambar di bawah ini.
11
Menciptakan Citra
Perusahaan
Pelayanan yang
memuaskan
Meningkatkan
Loyalitas
PROFITABILITAS
Selalu Diingat
Pelangan
Gambar: 3
Customer Satisfaction/Revenue Enhancement Model
Sumber: Diadaptasi dari Brown (1995:8)
Operasi
Pelanggan
Citra
Perusahaan
Komunikasi
Personil
Masyarakat
Gambar: 4
Citra Perusahaan Dipandang Dari Sudut Pelanggan Dan
Masyarakat Umum Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Dari gambar di atas terlihat bahwa citra perusahaan dari pandangan
konsumen (pelanggan) dan masyarakat umum dipengaruhi oleh aktivitas
perusahaan yang berkaitan dengan aspek pemasarannya, kegiatan operasi dan
personil yang melayaninya. Jika harapan-harapan konsumen terpenuhi
melalui ketiga aspek tersebut dalam arti terpuaskan dan tidak dikecewakan
maka mereka akan memberikan persepsi yang positif kepada perusahaan.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
12
13
14
Kecamatan
Sukun
Klojen
Lowokwaru
Blimbing
Kedungkandang
Jumlah
Jumlah UKM
274
257
228
213
106
1078
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Sukun memiliki jumlah
UKM paling banyak yaitu 274 UKM, Kecamatan Klojen 257 UKM, Kecamatan
Lowokwaru 228 UKM, Kecamatan Blimbing 213 UKM dan Kecamatan dengan
jumlah UKM paling sedikit adalah Kecamatan Kedungkandang, yaitu 106 UKM.
Dari hasil survey tentang UKM di Kota Malang, menunjukkan fenomena
dari aspek umum pada UKM di Kota Malang, terlihat memiliki beberapa
karakteristik yaitu antara lain bahwa sebagian besar UKM di Kota Malang
mempunyai kelemahan dalam bidang kelembagaan dimana umumnya masih bersifat
home industri yang tidak jelas struktur organisasinya, pembagian tugasnya, serta
wewenangnya. Kesemrawutan seperti inilah yang kadangkala menjadi pangkal
ketidakberhasilan perusahaan kecil (UKM). Dan jika ini dibiarkan berlarut-larut
akan dapat berakibat lebih parah. UKM, sebaiknya sejak awal sudah mengenal dan
menerapkan prinsip keorganisasian, karena pada dasarnya, setiap organisasi
betapapun kecilnya, termasuk UKM, harus menjalankan prinsip-prinsip
keorganisasian. Tidak perlu rumit, cukup yang sederhana dan luwes agar mudah
dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan yang baru. Yang penting, orang
dalam organisasi harus tahu betul apa tugas, wewenang dan tanggungjawabnya
masing-masing.
Mengenai pembinaan, sebagian besar UKM di Kota Malang belum pernah
mendapat pembinaan dari instansi terkait dan hanya sedikit yang menerima
pembinaaan dari instansi terkait. Di sinilah diharapkan peranserta pemerintah untuk
mendongkrak kreatifitas yang dimiliki oleh pengusaha kecil ini untuk dapat
menggali kemampuan dirinya agar mampu bersaing dalam kancah perniagaan di
negeri ini. Pembinaan dari Pemerintah ataupun pembinaan dari instansi terkait
seharusnya telah dapat dinikmati oleh pengusaha UKM dalam pengembangan
usahanya, namun nampaknya realisasinya belum berjalan sepenuhnya. Kondisi di
atas memberi kesan bahwa nampaknya komitmen lembaga-lembaga yang terkait
dengan program pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) belum cukup kuat
dalam merespon keinginan pelaku Usaha Kecil Menengah untuk lebih
mengembangkan usaha yang digelutinya. Program-program pengembangan UKM
hanya merupakan rumusan tertulis yang kurang disertai dengan komitmen yang
terus-menerus untuk mengangkat derajat UKM. Bisa jadi hal ini terjadi karena
pemerintah dihadapkan kepada permasalahan anggaran pembinaan yang terbatas
pada instansi terkait serta kurangnya koordinasi antar pelaksana kebijakan yang
saling berhubungan. Dan hal ini akhirnya menuntut Usaha Kecil Menengah untuk
bisa memberdayakan diri dan memompa kreatifitasnya, sehingga diharapkan Usaha
Kecil Menengah yang dirintis menjadi tangguh, mandiri dan juga dapat berkembang
menjadi Usaha Besar dan sejajar dengan pengusaha-pengusaha lainnya.
15
Dari aspek tenaga kerja, diperlukan usaha keras pemerintah untuk terus
mendorong keberadaan usaha UKM seperti mengembangkan industri-industri kecil
baru/meningkatkan sentra-sentra industri agar tenaga kerja yang terserap di sektor
UKM lebih banyak lagi. Dan hal ini secara tidak langsung akan mengurangi jumlah
pengangguran yang semakin hari semakin banyak. Namun walaupun demikian,
pengusaha harus tahu berapa beban kerja yang harus diselesaikan, bagaimana batasbatas tuntutan kerja dan berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan. Pengusaha juga
harus tahu apakah karyawan yang telah dimiliki sudah mencukupi jumlah maupun
kemampuannya. Mekanisme pengendalian yang sederhana seperti ini dimaksudkan
untuk mendapatkan kemampuan yang memadai dan membatasi biaya berdasarkan
beban tugasnya.
Dari aspek modal, sebagian besar UKM di Kota Malang dalam permasalahan
modal sebenarnya bukan masalah utama bagi pengelola UKM, dan mereka sudah
tidak terlalu bergantung pada pemberi modal seperti bank atau koperasi, karena
umumnya modal usaha adalah dari mereka sendiri. Tetapi walau demikian, secara
umum pada hakekatnya mereka juga tidak menolak tambahan modal terutama
apabila ada bantuan-bantuan kredit yang bersifat lunak. Namun kenyataannya, untuk
mengharapkan sisa dari kebutuhan finansial sepenuhnya dibiayai oleh dana
perbankan jauh dari realitas. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika hingga saat ini
walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan dari bantuan BUMN,
namun pengusaha UKM tidak dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan oleh
sejumlah alasan, diantaranya adalah persyaratan yang terlalu berat, urusan
administrasi yang bertele-tele, dan kurangnya informasi mengenai skim-skim
perkreditan yang ada dan prosedurnya.
Secara spesifik pembinaan dan pengembangan yang perlu diperhatikan
dalam bidang finansial/permodalan bagi UKM adalah:
a. Pemberian informasi sumber-sumber kredit
b. Advokasi pengajuan penjaminan dari berbagai sumber lembaga peminjaman
c. Mediator terhadap sumber-sumber pembiayaan
d. Pemberian informasi dan tatacara penyertaan modal
e. Membantu akses permodalan
Kondisi aspek produksi juga harus menjadi perhatian, karena memberikan
dampak yang cukup besar dalam proses produksi. Aspek produksi pada UKM di
Kota Malang meliputi volume produksi dan biaya produksi.
Volume produksi UKM di Kota Malang, sebagian besar masih tergantung
pada pesanan. Tentu saja hal ini sangat besar pengaruhnya pada kemajuan usaha
tersebut. Suatu usaha yang berproduksi dengan hanya mengandalkan pesanan, maka
usaha tersebut tidak akan mampu berkembang dan bersaing dibandingkan dengan
usaha lain. Sedangkan biaya produksi yang dibutuhkan dalam suatu produksi
tergantung pada besarnya volume produksi dan besarnya pun tidak tetap tergantung
pada banyak sedikitnya pesanan, bila pesanan banyak maka biaya produksi pun juga
akan bertambah.
D isamping kedua hal tersebut di atas, terdapat juga aspek teknologi dan
bahan baku, seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel: 2
Aspek Produksi
16
No.
Aspek Produksi
1.
Teknologi
2.
%
40,86
37,21
21,93
68,11
18.27
11.30
1,66
0,66
Keterangan
Masih tradisionil
Semi Modern
Modern
Dari Malang dan sekitarnya
Malang, Luar Kota (Satu Propinsi)
Luar Kota Satu Propinsi
Luar Kota Luar Propinsi
Dari Malang dan Luar Propinsi
17
luar daerahnya tetapi mereka tidak berani mengambil peluang untuk memasarkan
produknya ke luar daerah bahkan untuk ekspor.
Tabel: 3
Aspek Pemasaran
No.
Aspek
1.
Daerah Pemasaran
2.
Segmen Pasar
3.
Teknik Pemasaran
4.
5.
Jenis Promosi
6.
Jaringan Distribusi
%
59,47
33.89
4.65
1,66
0.33
77,08
15.61
7,31
41,86
21.26
20.93
5.65
3.99
2.66
1.33
0,33
50,83
17.28
10.30
8.97
7.31
4.98
0,33
70,12
12.63
4.99
1.33
1.00
0,33
62,79
37,21
Keterangan
Dalam dan Luar Kota
Dalam Kota
Luar Kota
Dalam, Luar Kota dan Ekspor
Luar Kota dan Ekspor
Menengah ke Atas dan ke Bawah
Menengah ke Bawah
Menengah ke Atas
Langsung dan Pesanan
Langsung, Pesanan dan Dititipkan
Pesanan
Langsung
Langsung, Pesanan, Dititipkan, LL
Order dan Dititipkan
Langsung, Pesanan, lain-lain
Dititipkan ke orang lain
Dalam Kota dan Luar Kota
Luar Kota
Luar Kota dan Ekspor
Dalam Kota
Dalam Kota, Luar Kota dan Ekspor
Ekspor
Ekspor dan Dalam Kota
Tanpa Promosi
Kartu Nama
Pameran
Sales
Brosur,koran
Koran, pameran, spanduk dll
Tidak ada jaringan distribusi
Ada jaringan distribusi
18
menyusun program yang efektif berdasarkan situasi pasar yang berlaku yang
sebelumnya telah diteliti
Dalam aspek promosi, sebagian besar UKM di Kota Malang tidak
melakukan promosi. Kebanyakan UKM enggan melakukan promosi ala perusahaan
besar. Akibatnya, hasil usahanya kurang dikenal masyarakat luas sehingga kurang
berkembang. Sementara itu, para pesaing makin getol berpromosi dengan terarah
dan intensif. Akibatnya omset penjualan makin menurun, merugi dan salah-salah
dapat gulung tikar karena kalah bersaing. Dalam persaingan yang kian keras ini,
promosi nampaknya sudah menjadi keharusan.
Promosi merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan kebaikan,
manfaat, harga yang murah dan sebagainya kepada calon konsumen. Promosi secara
tidak langsung membujuk dan merangsang calon konsumen untuk mengenal,
berminat dan akhirnya sampai pada keputusan untuk membeli. Promosi hendaknya
dilakukan secara terus menerus meskipun produk sudah laku dan dibeli orang.
Dalam hal ini promosi bertujuan mempertahankan pelanggan agar tetap membeli
dan bahkan membeli lebih banyak, serta berusaha menambah jumlah pelanggan.
Satu hal yang perlu diperhatikan, bagaimana pun cara promosi dilakukan, yang
penting harus jujur, terbuka dan mudah dimengerti sehingga orang merasa senang
dan tidak kecewa. Disamping itu, perlu juga dilakukan pembaharuan dalam promosi
terutama dicari bentuk-bentuk yang belum pernah dilakukan perusahaan lain.
Seorang pengusaha yang kreatif akan selalu berusaha dan menemukan cara-cara
baru tersebut.
Sedangkan mengenai jaringan distribusi pada UKM di Kota Malang, pada
umumnya mereka tidak memiliki. Padahal agar produk sampai kepada konsumen
dengan cepat, jaringan distribusi ini sangat diperlukan. Namun demikian, jaringan
distribusi ini hendaknya cukup sederhana, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu
banyak melibatkan lembaga pemasaran (pedagang besar, tengkulak, pengecer dan
sebagainya). Semakin panjang jalur yang ditempuh berarti akan menambah biaya
yang memungkinkan makin tingginya harga dan mengurangi laba. Perlu diingat
bahwa untuk setiap kelembagaan pemasaran akan memerlukan ongkos, baik untuk
angkutan, penyimpanan, potongan harga maupun komisi bagi para penyalur. Hal ini
berarti menambah biaya pemasaran dan rentetannya akan dibebankan kepada
konsumen dengan harga yang menjadi lebih tinggi
Dari penjelasan tentang seluruh unsur dalam aspek pemasaran di atas, secara
spesifik pembinaan dan pengembangan yang perlu diperhatikan dalam bidang
pemasaran bagi UKM di Kota Malang adalah
a. Memberikan bantuan tentang akses pasar dan informasi pasar
b. Mengembangkan jaringan usaha di daerah-daerah lain (luar kota atau ekspor)
c. Membantu melakukan identifikasi pasar dan perilaku konsumen
d. Membantu meningkatkan mutu produk dan kualitas kemasan
KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi UKM di Kota Malang, dapat disimpulkan kekuatan dan
kelemahan yang terdapat pada UKM pada tiap-tiap aspeknya, yaitu:
1. Kekuatan dan Kelemahan Usaha
19
Tabel: 4
Kekuatan dan Kelemahan UKM
1.
ASPEK
USAHA
Manajemen
2.
Lingkungan
3.
4.
Infrastruktur
Produksi
5.
Pemasaran
6.
Keuangan
7.
SDM
No.
2.
No.
1.
KEKUATAN
Sudah memiliki merk
Hubungan antar pengusaha baik
Hubungan antar pekerja baik
Kedisiplinan pegawai baik
Tidak ada limbah industri
Adanya industri sejenis
Semua aspek infrastruktur baik
Tenaga kerja cukup
Bahan baku tersedia
Kondisi mesin & peralatan baik
Permintaan pasar kontinyu
Model pembayaran penjualan baik
Memiliki strategi pemasaran
Memiliki teknik pemasaran
Lokasi usaha strategis
Memiliki modal cukup
b. Kedisiplinan Pegawai
c. Teknik Pemasaran
KELEMAHAN
Kembang Gula
a. Akses Jalan Raya
b. Tenaga khusus keuangan
c. Kedisiplinan Pegawai
d. Teknik Pemasaran
20
3.
Kerupuk/Keripik
a. Kedisiplinan Pegawai
b. Teknik Pemasaran
c. Akses Jalan Raya
d. Tenaga khusus keuangan
4.
b. Aspek Pemasaran
5.
6.
Es Krim
a. Aspek Keuangan
b. Aspek Infrastruktur
Kecap dan Saos
a. Tenaga Khusus Keuangan
b. Teknik Pemasaran
7.
21
No.
12. Kompor
a. Teknik Pemasaran
b. Kedisiplinan Pegawai
13. Plastik
a. Tenaga Khusus Keuangan
b. Teknik Pemasaran
3. Setelah dilakukan pengolahan data terhadap 28 jenis usaha UKM yang ada di
Kota Malang, akhirnya didapatkan jenis-jenis usaha yang menentukan
pertumbuhan ekonomi Kota Malang berdasarkan jumlah UKM, jumlah tenaga
kerja, nilai asset dan nilai omset, yaitu antara lain usaha logam, konveksi, roti,
mebel dan percetakan. Kelima jenis usaha ini, ternyata mendominasi baik dari
jumlah UKM, jumlah tenaga kerja, nilai asset dan nilai omset. Berdasarkan
jumlah tiap-tiap UKM, jenis usaha yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Malang adalah logam, konveksi, mebel, percetakan dan roti.
Kelima jenis usaha ini ternyata mendominasi jumlah UKM yang ada, yaitu 54.36
% atau sebanyak 586 dari total jumlah UKM di Kota Malang yaitu sebanyak
1,078. Sedangkan berdasarkan jumlah tenaga kerja, jenis usaha konveksi, logam,
mebel, roti dan percetakan, mendominasi jumlah tenaga kerja yang ada di Kota
Malang, yaitu 67.49 % atau 8064 orang dari total jumlah tenaga kerja sebesar
11,948 orang. Dari nilai asset, jenis usaha roti, percetakan, konveksi, logam dan
mebel, ternyata sangat mendominasi nilai asset yang ada, yaitu 82.83 % atau
sebesar 122,018,118.000 (seratus dua puluh dua milyar delapan belas juta seratus
delapan belas ribu rupiah) dari total jumlah nilai asset yaitu sebesar
148.202.207.000 (seratus empat puluh delapan milyar dua ratus dua juta dua
22
ratus tujuh ribu rupiah) dan untuk nilai omset, jenis usaha logam, konveksi, roti,
mebel dan percetakan, ternyata juga mendominasi nilai omset yang ada, yaitu
69.32 % atau sebesar 27,736,000.000 (dua puluh tujuh milyar tujuh ratus tiga
puluh enam juta rupiah) dari total jumlah nilai omset UKM di Kota Malang
sebesar 40.014.000.000 (empat puluh milyar empat belas juta rupiah).
SARAN
1.
23
Buku Petunjuk Teknis Pengembangan Sentra Industri Kecil yang Tangguh dan
Potensial, 20001, Deperindag Propinsi Jawa Timur.
Christian, Gronoroos, 1990, Service Management and Marketing, Lexington, Mass
Lexington
Evaluasi/Revisi RT- RW Kota Malang Tahun. 2001 2010,. BAPPEDA Kota
Malang 2001
Engel, J.F. dan Roger D. Blackwell (1995), Perilaku Konsumen. Buku Dua,
Edisi Keenam, Binarupa Aksara, Jakarta.
Fornell Claes, et al., (1995),Business Research Methods, Fith edition, USA:
Richad D. Irwin, Inc.
Forda UKM. 2003. Laporan Kegiatan Survey. Peta Usaha Kecil Menengah (UKM)
Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Malang
Harian Kompas, 23 Desember 1998.
Kusdyah R, Ike. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Melalui Program
Kemitraan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 01, No. 2, Desember 2003.
Kota Malang Dalam Angka, Tahun. 2002, 2002. BPS. Kota Malang
Kota Malang Menggali Potensi Meraih Cita. 2002, 2002. Dinas Infokom Kota
Malang.
L.R. Gay, P.L. Diehl, 1992, Research Methods for Business and Management, Mac
Milan Publishing Company, USA.
Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2001 Tentang RTRW Kota Malang Tahun 2001
2011, 2001, Pemerintah Kota Malang.
Propenas 2000 2004, Undang-undang No. 25 Tahun. 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000 2004, 2003. Cetakan II. Penerbit
Sinar Grafika. Jakarta.
Rencana Induk Pembangunan dan Pengembangan Industri Kecil dan Kerajinan
Jawa Timur Tahun 1999 2000, 1999, Deperindag Propinsi Jawa Timur.
Rencana Strategis Kota Malang Tahun 2004 2008, 2004. Pemerintah Kota
Malang.
Sarbini Sumawinata, 2004, Politik Ekonomi Kerakyatan, Cetakan I, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sevilla, G. Consuelo dan Punsalau T.G Rigala. 1993. Pengantar Metode Penelitian
(Alih Bahasa Alimuddin Tuwu) Cetakan I. Jakarta, Penerbit UI.
24
25