Resensi Lintang Kemukus Dini Hari

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Resensi Lintang Kemukus Dini Hari

Judul buku: Lintang Kemukus Dini Hari


Pengarang: Ahmad Tohari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 1999
Cetakan: kelima
Tebal buku: 209 halaman

Kepengarangan
Ahmad Tohari lahir di desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas pada tanggal 13 Juni
1948. Novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan novel ketiga karya Ahmad Tohari. Novel
pertamanya yaitu Di Kaki Bukit Cibalak pada tahun 1977. Dilanjutkan novel keduanya yaitu Kubah
(PT Dunia Pustaka Jaya) pada tahun 1980 dan dinyatakan sebagai karya fiksi terbaik pada tahun
tersebut oleh Yayasan Buku Utama. Karya yang keempat adalah Lintang Kemukus Dini Hari,
merupakan suatu trilogi tentang Dukuh Paruk. Selain itu cerita Ronggeng Dukuh Paruk dahulu
merupakan cerpen bersambung pada Harian Kompas.
Karya Tulis

Kubah (novel) (novel, 1980)


Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (diadaptasi menjadi film tahun 2011):
o Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
o Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
o Jantera Bianglala (novel, 1986)
Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
Bekisar Merah (novel, 1993)
Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
Belantik (novel, 2001)
Orang Orang Proyek (novel, 2002)
Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006; meraih Hadiah
Sastera Rancag 2007

Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan
Jerman. Edisi bahasa Inggris Ronggeng Dukuh Paruk , Lintang Kemukus Dini Hari , Jantera
Bianglala diterbitkan oleh Lontar Foundation dalam satu buku berjudul The Dancer
diterjemahkan oleh Rene T.A. Lysloff.

Sinopsis:
Semenjak kepergian Rasus yang tiba-tiba tanpa pamit itu, Srintil merasa begitu
kehilangan. Sejak itu dia sering mengalami pergolakan dan perang batin. Dia mulai
memikirkan hakikat dirinya sebagai seorang perempuan serta konsep laki-laki. Dulu, dia
berpikir bahwa lelaki itu ada dari golongan yang sama , seseorang yang rela memberikan
apapun hanya demi tidur dengannya barang satu dua malam. Namun, lantas dia menemukan
lelaki yang lain, yang berbeda, lelaki itu yaitu Rasus.
Kepergian Rasus, menjadi tekanan dan pukulan yang cukup telak. Srintil merasa
sebagian dari hidupnya menghilang, dia menjadi pemurung tidak seperti layaknya Ronggeng.
Dia juga sudah dua kali tidak naik pentas. Dari sinilah, maka timbul berbagai spekulasi di
kalangan masyarakat, mereka mengira Rasus sudah membuat Srintil tergila-gila. Mereka
menyalahkan Nyai Kartareja, sebagai seorang dukun Ronggeng, karena dinilai tak mampu
mendidik Srintil dengan baik. Hal ini mendorong Nyai Kartareja untuk berusaha
merenggangkan hubungan Srintil dengan Rasus secara gaib, namun dengan suatu peristiwa
yang tidak sengaja, media itu tidak berfungsi.
Suatu ketika datang Marsusi, seorang mandor perkebunan. Dia ingin bertemu dengan
Srintil. Bukannya menemui lelaki itu, Srintil justru kabur ke arah Pasar Dawuan. Penampilan
Srintil dan raut mukanya yang kurang menyenangkan membuat orang-orang Pasar Dawuan
berspekulasi macam-macam. Ada yang mengatakan kalau Srintil sebenernya sudah tidak mau
lagi menjadi Ronggeng, ada yang menyatakan uang yang dia terima ketika ditiduri lelaki
kurang, ada yang menyatakan bahwa Nyai Kartareja selaku orang yang mengurusi Srintil
terlalu serakah.
Di sinilah, keserakahan Nyai Kartareja terbukti. Untuk mengelak bahwa Srintil telah
melarikan diri, dia mengatakan kepada Marsusi bahwa Srintil adalah Ronggeng muda yang
masih labil. Srintil merasa iri dengan istri lurah Pecikalan yang mempunyai kalung seberat
100 gram. Mendengar hal itu, hati Marsusi masygul, maka dia memutuskan untuk pulang dan
berjanji akan kembali dengan membawa kalung emas 100 gr berbandul berlian. Sesudah itu
Nyai Kartareja menyusul Srintil ke Dawuhan. Namun sampai di Dawuhan, orang-orang tidak
memberitahu kalau Srintil di sana, melainkan mereka berbohong dengan menunjukkan arah
yang salah tentang kepergian Srintil. Setelah dirasa aman, barulah Srintil menuju markas
tentara, tak dinyana sampai di sana Kopral Pujo mengatakan bahwa tadi Nyai Kartareja
mencari Srintil di markas. Dia juga menyatakan bahwa Rasus tak ada di markas. Rasus
berada di luar kota. Tak berhasil menemui Rasus, Srintil memilih untuk kembali ke Dawuhan.
Di sanalah neneknya, Nyai Sukarya datang dan mengajak pulang.
Kepergian Rasus benar memberikan dampak yang besar, Srintl menjadi sakit-sakitan.
Gambaran bahwa rahimnya telah dimatikan oleh Nyai Kartareja membuat dia merasa takut.
Hal inilah yang kemudian membuat dia ingin menguasai Goder, anak Tampi. Hanya bocah
kecil itulah yang bisa membuat hari-harinya ceria.
Suatu ketka Marsusi datang lagi. Dia ingin mengajak Srintil dua atau tiga hari keluar.
Tak disangka tak dinyana Srintil menolak. Marsusi tak patah semangat dia keluarkan kalung
sebagaimana yang diminta oleh Nyai Kartareja, lagi-lagi Srintil menolak, ini membuat
Marsusi marah besar. Srintil bahkan tidak melayani dia berhubungan badan, karena Srintil
memang memutuskan untuk berhenti berhubungan badan dengan siapapun. Kemarahan
Marsusi berimbas pada kemarahan Kartareja kepada Srintil. Namun Srintil merasa tenang,

setidaknya dia sudah berusaha untuk mengambil jalan yang terbaik. Ketidakmauan Srintil
untuk manggung, membuat risau kakeknya si Sakarya. Dia belakangan menangkap sasmita
alam, bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi.
Musim Agustusan datang. Oleh pemerintah kecamatan Srintil diminta untuk
manggung. Meski awalnya bimbang, dia memenuhi undangan itu dengan berbagai
pertimbangan. Di lain pihak, Marsusi ingin membuat pehitungan atas penolakan Srintil dia
mendatangi seorang dukun sehingga ingin mempermalukan Srintil di depan umum. Benar
saja, ketika sedang menari dalam perayaan Agustusan Srintil merasa sesak nafas beberapa
kali, hingga pertunjukkan dihentikan.
Ketenaran Srintil sampai keluar, salah satunya terdengar oleh Goder dari
Alaswungkal. Goder sendiri adalah orang yang sangat kaya raya dan baik. Dia menemui
Srintil bermaksud untuk meronggeng di rumahnya, selain itu dia juga meminta Srintil untuk
menjadi gowok, semacam istri sementara untuk mengajari laki-laki. Dia bertugas
menjelaskan bagaimana menjalin sebuah rumah tangga. Srintil menyanggupi, hanya saja
untuk menjadi gowok dia memutuskan belakangan.
Sampai di Alaswungkal, nyatanya Srintil mau juga menjadi Gowok. Bukan karena
laki-laki yang akan dia jadikan suami adalah orang yang kaya serta tampan, melainkan karena
panggilan nuraninya sebagai seorang perempuan. Seorang perempuan sebagai penyeimbang
laki-laki. Ini hanya panggilan nurani, ketika menyadari orang yang akan dijadikan suami
adalah sosok yang masih kekanak-kanakan. Lelaki dewasa kurus yang tidak bisa merawat
dirinya sendiri, layaknya seorang anak kecil. Seorang lelaki berumur tujuh belas tahun yang
bahkan tak mengenal apa itu birahi.
Dengan berusaha sekuat tenaga, Srintil menjadkan Waras lelaki dewasa. Namun
dengan penuh penyesalan dia menyerah. Waras hanya sedikit perubahan. Srintil merasakan
kegagalan yang amat sangat. Dia hanya mampu bertahan selama tiga hari. Srintil merasa
kecewa, bukan karena kebutuhan birahinya tidak terpenuhi melainkan keperempuanannya
sama sekali tidak berarti.
Tahun 1964 merupakan kejayaan Ronggeng Dukuh Paruk, sekalipun Srintil tidak lagi
mau untuk melayani para lelaki, tapi dia mau untuk sekedar manggung. Dia bahkan
seringkali diundang untuk manggung dalam rapat-rapat. Ini berawal ketika Pak Bakar orang
dari Dawuan yang selalu berpidato dengan berapi-api, memberikan seperangkat pengeras
suara dan properti untuk keperluan Ronggeng. Sejak saat itu pula, satu-satunya akses menuju
Dukuh Paruk berhiaskaan lambang partai.
Perubahan yang begitu cepat di daerah Dukuh Paruk memuat Sakarya dan Kartareja
gamang, namun dia tidak bisa berbuat banyak karena Pak Bakar telah banyak membantu
kehidupan masyarakat. Dalam pidatonya Pak Bakar selalu menyisipkan hal-hal berbau
propaganda, seringkali pentas ronggeng juga berakhir dengan rusuh. Hal inilah yang
kemudian membuat Srintil dan grup ronggengnya memilih untuk tidak mengiktui lagi acaraacara yang dilakukan oleh Pak Bakar.
Hingga suatu ketika, Sakarya mendapati cungkup makan Ki Secamenggala telah
dirusak orang. Hal ini semakin meruncing ketika ditemukan caping hijau. Caping hijau
bukanlah sesuatu yang digunakan oleh orang-orang Bakar, orang yang selama ini diduga

merusak cungkup makam. Demi menjaga kehormatan dan pelampiasan balas dendam, maka
Srintil masuk kembali ke rombongan Bakar.
Tahun 1965 keadaan menjadi tak terkendali, ekspansi tentara ke desa semakin sering,
rumah orang-orang Bakar dibakar. Kasak kusuk dan kerusuhan ini sampai juga di Dukuh
Paruk. Ternyata Bakar adalah orang PKI. Untuk menyelesaikan masalah, maka Srintil dan
Kartareja memutuskan untuk datang ke kantor polisi. Mereka menjelaskan bahwa mereka
hanya berkesenian dan sama sekali tidak terlibat kegiatan PKI. Bukannya diperbolehkan
kembali, mereka berdua ditahan. Hal ini membuat semangat Dukuh Paruk mati, perempuan
yang dibanggakan dan seorang tetua tidak lagi berada di tempat mereka.
Yang terpukul dengan hal ini tentu Sakarya, namun semua itu hanyalah awal, karena
beberapa hari kemudian serombongan orang membakar Dukuh Paruk hingga yang tersisa
hanyalah puing-puing. Banyak orang yang menganggap Dukuh Paruk sudah diambang
kematian, apalagi Srintil saat ini tidak diketahui lagi dimana rimbanya. Sakarya, Nyai
Kartareja, Sakum, dan dua orang lainnya ikut ditahan.
Novel ini menunjukkan bahwa adanya keinginan yang berbeda dari seorang ronggeng
yaitu naluri wanita yang sesungguhnya. Menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga dan
mempunyai anak. Cerita yang menarik untuk dibaca karena menggunakan penginderaan yang
sangat jelas. Akan tetapi untuk pembaca awam akan kesulitan karena bahasa yang terlalu
rumit. Selain itu terdapat kutipan nyanyian bahasa jawa yang tidak semua orang tahu
artinya. Diluar itu semua cerita ini dibungkus sangat baik untuk sebuah cerita novel fiktif.
Novel ini cocok dan banyak dimengerti oleh kalangan dewasa karena mulai dari bahasa yang
digunakan sampai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual orang dewasa.

You might also like