Professional Documents
Culture Documents
Kadar SGOT Dan SGPT Setelah Pemberian Serbuk Pewarna Dari Pigmen Selaput Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana)
Kadar SGOT Dan SGPT Setelah Pemberian Serbuk Pewarna Dari Pigmen Selaput Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana)
Kadar SGOT Dan SGPT Setelah Pemberian Serbuk Pewarna Dari Pigmen Selaput Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana)
69
70
PENDAHULUAN
Perkembangan industri makanan, obat, dan kosmetik akhir-akhir ini menuntut
penggunaan bahan pewarna yang semakin meningkat terutama bahan pewarna sintetik,
mengingat harga bahan pewarna sintetik lebih murah dan bersifat lebih stabil
dibandingkan dengan pewarna alami. Di sisi lain, penggunaan bahan pewarna sintetik
dapat membahayakan kesehatan konsumen, seperti menyebabkan toksik dan
karsinogenik.
Hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menunjukkan bahwa
kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan dari tahun 2001-2006 mengalami
peningkatan, baik jumlah kejadian maupun jumlah korban sakit dan meninggal.
Penyalahgunaan pewarna makanan sintetik diantaranya Rodhamin B dan Amaranth
menyumbang masing-masing 10,4% dan 1,9% dari 89,8% kasus penyalahgunaan bahan
tambahan pangan (BTP) berbahaya (Mambo, 2007). Goyle dan Gupte (1998 dalam Rao et
al., 2004) melaporkan bahwa penggunaan pewarna sintetis yang berlebihan dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, diantaranya keracunan, gangguan
pada pencernaan, otak, limpa, ginjal, hati, tumor, kanker, lumpuh, keterbelakangan
(retardasi), serta kebutaan. Realita ini sekaligus membuka peluang besar untuk menggali
dan memanfaatkan pigmen pada tanaman sebagai bahan pewarna alami dalam industri
makanan dan farmasi.
Bixa orellana atau di Jawa Tengah populer disebut kesumba keling merupakan
salah satu tanaman yang telah lama dikenal dan digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia untuk pengobatan dan kesehatan. Akhir-akhir ini B. orellana (di
Inggris dan Amerika Serikat disebut annatto) disadari sebagai penghasil bahan pewarna
alami yang penting secara ekonomis nomor dua di dunia, setelah karamel. Bagian tanaman
B. orellana yang sering dimanfaatkan sebagai pewarna alami adalah selaput bijinya.
Suparmi et al., (2008) melaporkan bahwa selaput biji B. orellana mengandung pigmen
utama dari golongan di-apo karotenoid dengan komposisi bixin (C25H30O4) sebesar 83,41
4,54% dan norbixin (C24H28O4) sebesar 19,191,56%, sebagai komponen minor. Pigmen
ini telah dimanfaatkan sebagai pewarna makanan, obat, kosmetik, dan tekstil di banyak
negara. Akan tetapi, pemanfaatan pigmen alami dari B. orellana di Indonesia terbatas
pada industri tekstil terutama sebagai pewarna batik dan tenun, sedangkan aplikasi
71
72
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, dengan
rancangan faktorial yang terdiri 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah jenis pigmen
yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu ekstrak kasar, bixin, dan norbixin. Faktor kedua
adalah konsentrasi pigmen yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu konsentrasi 0%
(sebagai kontrol); 1%, 5%; dan 10%. Perlakuan diulang sebanyak 5 kali ulangan.
Sampel yang digunakan adalah biji kesumba keling (Bixa orellana) yang diambil
dari daerah Salatiga. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih (Mus musculus) galur
BALB/c usia sekitar 2 bulan dengan bobot 30 g jantan yang diperoleh dari Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pembuatan Serbuk Pewarna dari Pigmen Selaput Biji B. orellana
Pigmen yang digunakan dalam penelitian adalah pigmen ekstrak kasar, bixin dan
norbixin. Ekstrak kasar diperoleh dari hasil ekstraksi biji kesumba (Bixa orelana)
menggunakan pelarut aseton. Pigmen bixin diperoleh dari kromatografi kolom ekstrak
kasar menggunakan fase diam silika gel Si-60 dan fase gerak aseton : heksana (1 : 2v/v)
(Kurniawati et al., 2007). Norbixin diproleh dengan cara hidrolisis ekstrak kasar
menggunakan larutan NaOH 0,1 M, pada suhu 70 C selama 1 jam, kemudian didinginkan.
Hasil hidrolisis ditambah HCl 0,1 N untuk mengendapkan norbixin, endapan yang
terbentuk kemudian disaring. Filtrat dicuci dengan aquades berkali-kali untuk
menghilangkan sisa HCL. Pigmen yang diperoleh selanjutnya diuapkan menggunakan
rotary evaporator, disimpan ke dalam botol sampel dan dikeringkan dengan menggunakan
gas N2 (Britton et al., 1995; Kurniawati et al., 2007; Suparmi et al., 2007; Suparmi et al.,
2008).
Pembuatan serbuk pigmen untuk pewarna makanan mengacu pada metode
enkapsulasi pigmen bixin menurut Barbosa et al., (2005) yaitu menggunakan bahan
enkapsulasi, yang terdiri dari 99,8 % larutan maltodextrin dan 0,2% Tween 80. Serbuk
maltodextrin dilarutkan dalam 180 ml aquades pada suhu 60 0C dan dihomogenisasi
menggunakan magnetic stirer sampai mencapai suhu 30 0C, kemudian ditambahkan Tween
80. Bahan enkapsulasi yang sudah dipersiapkan kemudian ditambah 0,04 g pigmen
dalam 20 ml etanol, sampai total padatan terlarut mencapai 40%. Campuran tersebut
selanjutnya dihomogenisasi menggunakan magnetic stirer selama 30 menit dan
73
74
menunjukkan baik kadar SGOT maupun SGPT pada beberapa kelompok perlakuan dengan
kontrol tidak berbeda secara signifikan (p > 0,05).
Tabel 1.
Rerata kadar SGPT dan SGOT mencit pada beberapa perlakuan dengan berbagai
konsentrasi
Kelompok perlakuan
kontrol
ekstrak kasar 1%
ekstrak kasar 5%
ekstrak kasar 10%
bixin 1%
bixin 5%
bixin 10%
norbixin 1%
norbixin 5%
norbixin 10%
SGOT (/l)
69,85 15,87
231,57 109.15
101,8 49,09
96,72 92,26
72,37 25,99
83,42 32,35
83,4 82,38
89,26 14,81
135,72 106,78
120,72 77,73
129,27 41,35
231,4 64.15
212,25 85,41
154,37 34,35
282,1 48,75
283,77 41,62
224,40 86,63
230,12 127,01
257,52 55,28
243,75 69,82
PEMBAHASAN
Serum transaminase merupakan indikator yang peka terhadap kerusakan sel-sel
hepar (Sherlock, 1995). Pemberian serbuk pewarna dari ekstrak kasar pigmen, bixin, dan
norbixin dari selaput biji kesumba keling (Bixa Orellana) dengan berbagai konsentrasi
tidak mempengaruhi kadar enzim SGPT maupun SGOT. Hasil ini menunjukkan bahwa
ketiga serbuk pewarna tersebut tidak menyebabkan toksisitas pada hepar. Ditinjau dari
kajian toksikologi, bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik alami atau sintesis,
organik maupun anorganik) yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis
dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan
sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai
menyebabkan kematian (Katno dan Pramono, 2006).
Hasil tersebut sejalan dengan hasil pengujian tingkat keamanan mengkonsumsi
makanan dengan pewarna pigmen pada selaput biji B. orellana yang diberikan pada
babi yang diberi pakan dengan kandungan bixin 400 mg/kgBB selama 21 hari.
Berdasarkan pengamatan mikroskopik histopatologi tidak ditemukan adanya kerusakan
pada struktur hati, jantung, ginjal, limpa, dan pembuluh darah. Hasil ini didukung oleh
75
Fernandes et al., (2002) yang melaporkan bahwa analisa histopatologi hati dan ginjal
pada mencit yang diberi norbixin murni selama 21 hari dengan dosis 0,8; 7,6; 66 dan
274 mg/kgBB tidak ditemukan kerusakan pita DNA pada hati maupun ginjal.
Pemanfaatan bixin dan norbixin sebagai pewarna alami makanan terbukti lebih
aman dibandingkan dengan pewarna sintetik. Pigmen ekstrak kesumba sebagai pewarna
makanan tidak terakumulasi di jaringan tubuh. Uji toksisitas jangka panjang ekstrak
kesumba dengan komponan utama bixin 0.2-2.6% selama 1 tahun terbukti tidak
menyebabkan akumulasi pigmen dalam dalam jaringan. Pigmen dalam ekstrak kesumba
diabsorbsi kedalam usus halus kemudian menuju ke darah dan langsung dibersihkan
dengan cepat.
Adapun kelebihan ekstrak kesumba sebagai pewarna makanan dibandingkan
dengan pewarna sintetik, diketahui berdasarkan analisa aktivitas enzim yang berperan
dalam sintesis RNA dan DNA. Penelitian tersebut dilakukan pada tikus jantan strain
albino yang diberi pakan dengan pewarna ekstrak kesumba dosis 80 mg/kgBB selama 3
minggu dan dibandingkan dengan pemberian pewarna sintetik tartazin, carmoisin, dan
sunset yellow. Pada akhir perlakuan dilakukan isolasi sitoplasma dan mitokondria dari
otak, hati dan jantung. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak
kesumba terhadap aktivitas enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase (G-6-PD) dan
phosphogluconate dehydrogenase (6-PGD) lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh
pewarna sintetik. Perbedaan pengaruh ini terlihat besar pada aktivitas enzim di hati
(Hagiwara et al., 2003).
KESIMPULAN
Pemberian serbuk pewarna bixin, norbixin, dan ekstrak kasar dengan berbagai
konsentrasi tidak mempengaruhi kadar enzim SGPT maupun SGOT, sehingga aman sebagai
pewarna makanan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didukung oleh dana penelitian dari Kopertis Wilayah VI Kementrian
Pendidikan Nasional sesuai Surat Perjanjian Penelitian Dosen Muda dan Studi Kajian
Wanita Nomor: 002/006.2/PP/SP/2010, tanggal 01 Maret 2010.
76
DAFTAR PUSTAKA
Barbosa, M.I.M.J., Borsarelli, C.D., and Mercadante, A.Z., 2005, Light Stability of SprayDried Bixin Encapsulated With Different Edible Polysaccharide Preparations, Food
Research International 38 (2005) 989994, www.elsevier.com/locate/foodres.
Britton, G., Liaaen-Jensen, S. dan Pfander, H., 1995, Carotenoids Volume 1A: Isolation and
analysis,Birkuser Verlag, Basel, Boston, Berlin.
Fernandes, A.C.S., Almeida, C.A., Albana, F., Laranja, G.A.T., Felzenszwalb, I., Lage, C.L.S., de
Sa, C.C.N.F., Moura, A.S. & Kovary, K., 2002, Norbixin ingestion did not induce any
detectable DNA breakage in liver and kidney but caused a considerable
impairment in plasma glucose levels of rats and mice, J. Nutr. Biochem., 13, 411
420.
Hagiwara A., Imai N., Ichihara T., Sano M., Tamano S., Aoki H., Yasuhara K., Koda T. ,
Nakamura M., Shirai T., 2003, A Thirteen-Week Oral Toxicity Study of Annatto
Extract (Norbixin), A Natural Food Colour Extracted from The Seed Coat of Annatto
(Bixa Orellana L.), in Sprague-Dawley Rats, [Abstract], Food and chemical toxicology
(Food chem. toxicol) Vol. 41, No. 8, pp. 1157-1164.
Jnior, A.C.T.S., L.M.B.O. Asad, E.B. de Oliveira, K. Kovary, N.R. Asad, and I. Felzenszwalb.,
2005, Antigenotoxic and Antimutagenic Potential of an Annatto Pigment (Norbixin)
Against Oxidative Stress, Genetics and Molecular Research 4 (1): 94-99.
Katno dan Pramono, S., 2006, Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tumbuhan Obat Dan Obat
Tradisional,Balai Penelitian Tumbuhan Obat Tawangmangu.
Kurniawati, P., H. Soetjipto, dan Limantara, L., 2007, Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri
Pigmen Bixin Selaput Biji Kesumba (Bixa orelana L.), Salatiga: Skripsi, Universitas
Kristen Satya Wacana.
Linawati, Y., A.Apriyanto, E. Susanti, I. Wijayanti, dan I.A. Donatus, 2008, Efek
Hepatoprotektif Rebusan Herba Putri-malu (Mimosa pigra L.) Pada Tikus
Terangsang Parasetamol, http://www.usd.ac.id/06/publ_dosen/far/yunita.pdf.
Diakses tanggal 17.04.2009.
Lukiati, B and Nugrahaningsih, 2003, The Effect of Alcohol Concentration to Caroten
Content in Kesumba (Bixa orellana L.) Seed as Food Colouring, Abstrak. http://
www.malang.ac.id/jurnal/fmipa/chim/2003a.htm#1_2, Diakses tanggal
08.03.2007.
Mambo, 2007, Hasil Kajian BPKN di Bidang Pangan Terkait Perlindungan Konsumen, http:/
/www.indonesia.go.id-REPUBLIK INDONESIA, Diakses tanggal 23.08.2010.
Rahardjo, T. dan S. Nurhayati, 2008, Studi Toksisitas Dekontaminan Prussian Blue pada
Kera Ekor Panjang Macaca fascicularis, Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi BATAN, http://nhc.batan.go.id/dokumen/tur2.pdf. Diakses tanggal
20.04.2009.
Rao, P.G.P., Jyothirmayi, T., Balaswamy, K., Satyanarayana, A., and Rao, D.G., 2004, Effect
of Processing Conditions on The Stability of Annatto (Bixa Orellana L.) Dye
Incoporated Into Some Foods, Lebensm.-Wiss. U.-Technol. www.elsevier.com/locate/
lwt.
77
Sherlock, S.,1995, Penyakit hati dan sistem saluran empedu, Widya Medika, Ed.2, Jakarta.
Suparmi, B. Prasetyo, dan L. Limantara, 2007, Fotodegradasi Pigmen Bixin Dari Biji
Kesumba (Bixa orellana L.): Potensinya Sebagai Pewarna Alami Makanan, Prosiding
Seminar Nasional Pigmen 2007 Back to Nature dengan Pigmen Alami, UKSW
Salatiga, B(05): 195-204.
Suparmi, B. Prasetyo. and L. Limantara, 2008, Stability Characterization of
NorbixinPigment from Kesumba keling keling (Bixa orellana L.) Seeds, Proceeding
of 8th National Student Conference Smart Food: Lifestyle and Health Reconciled.
Soegijapranata Catholic University. Semarang.
Taylor, 2005, Annatto (Bixa Orellana L.). http://www.raintree.com/annatto.htm. Dikutip
tgl 25.09.2008.