Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Perbandingan Efektifitas Perawatan Metode Kanguru dengan

Inkubator Terhadap Stabilitas Suhu Bayi Berat Lahir Rendah di


Ruang High Care Unit (HCU) Neonatus Rumah Sakit Dr.Moewardi
A Comparative Study on the Effectiveness of Treatment with Kangaroo Method
and Incubator on the Temperature Stability of Infant with Low Birth Weight in
Neonatal High Care Unit (HCU) od Dr.Moewardi Hospital
Arie Sufiana, Lia Erawati Rahayu, Istiqori
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA, 2014

ABSTRACT
Background: Hypothermia is one cause of mortality in Low Birth Weight infant. Based
on medical record data of Dr. Moewardi Local General Hospital in 2013. Conventional
care method for infant with low birth weight developing hypothermia needed incubator
tool that is relatively expensive and complicated in maintenance in addition to its
inadequate number. Kangaroo method care is a method developed in treating infant
with low birth weight and hypothermia by means of contacting infants skin to his/her
mothers.
Methods: This study was an analytical research with quasi-experimental approach
using two treatment groups. The population of research was all infants with low birth
weight in Neonatus High Care Unit (HCU) of Dr. Moewardi Hospital, consisting of 35
infants. The sample of research consisted of 26 infants with low birth weight. The
independent variables of research were incubator and kangaroo method treatments,
while the dependent one was temperature stability. The instruments used were
thermometer and observation sheet. Data analysis was conducted using Independent T
Test formula.
Results: The result of Independent T-Test statistic test showed that the mean
temperature of infant with low birth weight in Kangaroo method treatment was 37.085
0.244 different from that in incubator treatment of 36.777 0.2891, with p value =
0.008 at confidence interval of 95% (0.008 < 0.005).
Conclusions: Kangaroo method treatment was more effective than the incubator one in
maintaining the temperature stability in infants with low birth weight.
Keywords: infant with low birth weight, incubator, kangaroo method treatment,
temperature stability
PENDAHULUAN
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
adalah bayi dengan berat badan kurang

dari 2500 gram tanpa memandang usia


gestasi (Pudjiati, 2010). Bayi berat lahir
rendah

tersebut

dapat

digolongkan

menjadi

prematuritas

dismaturitas.

murni

BBLR

dan

dikatakan

pengatur

suhu

tubuh,

rasio

luas

permukaan tubuh relatif lebih besar

prematuritas murni bila berat lahir sesuai

dibandingkan

untuk masa gestasinya atau biasa disebut

sehingga mudah kehilangan panas.

Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan

dengan

berat

badan

Hipotermi merupakan salah satu

(KB-SMK). BBLR dikatakan dismatur

penyebab

bila bayi lahir dengan berat badan kurang

meskipun hanya sedikit sekali dan hampir

dari berat badan seharusnya untuk masa

tidak ada data yang tersedia mengenai

gestasinya atau merupakan bayi Kecil

berapa banyak kematian BBLR yang

untuk

disebabkan hipotermi. Hipotermi menjadi

Masa

Pembagian

Kehamilan

lain

dini,

masalah dunia, bahkan di wilayah yang

yaitu : BBLR karena

beriklim panas ataupun tropis. Adapun

prematur (usia kandungan kurang dari 37

dampak atau konsekuensi dari hipotermi

minggu) atau BBLR karena Intra Uterin

pada BBLR biasanya sangat parah yaitu

Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi

hipoglikemi, asidosis metabolik, risiko

cukup bulan tetapi berat kurang untuk

tinggi terjadinya infeksi, penguningan

usiannya. (Dep Kes RI, 2010).

(joundice), dan perdarahan paru-paru.

Menurut

Badan

neonatal

Lahir

Rendah (BBLR)

Berat

(KMK).

kematian

Asrining

(2003)

BBLR dengan hipotermi akan lebih besar

menyebutkan bahwa masalah yang sering

kemungkinannya

dijumpai pada BBLR antara lain : RDS

BBLR yang tidak mengalami hipotermi (

(Respiratory

Kokom, 2007).

perdarahan

Distress

Syndrom),

intrakranial,

gangguan

metabolisme

seperti

hipoglikemi,

meninggal

daripada

Perawatan ibu dan bayi merupakan


faktor

yang

secara

tidak

langsung

hiperbilirubinemia dan hipotermi akibat

mempengaruhi pertumbuhan dan status

gangguan pengaturan suhu. Hipotermi

gizi

terjadi

konvensional, bayi berat lahir rendah

karena

kemampuan

untuk

bayi.

Metode

menghasilkan panas dan kesanggupan

(BBLR)

menambah produksi panas sangat terbatas

bahkan radiant heater untuk mencegah

karena

belum

hipotermi, tetapi kedua alat tersebut relatif

cukup memadai, ketidakmampuan untuk

mahal dan rumit dalam pemeliharaan,

menggigil,

tidak

sehingga dikembangkan cara Perawatan

memadai, belum matangnya sistem saraf

Bayi Lekat (PBL) yaitu suatu cara

pertumbuhan

sedikitnya

otot-otot

lemak

memerlukan

perawatan

inkubator

atau

perawatan adanya kontak kulit ke kulit

Tempat penelitian dilakukan di Ruang

dengan melekatkan bayi di dada ibunya

HCU (High Care Unit) Neonatus Rumah

yang

Sakit Dr. Moewardi. Pengambilan data

ternyata

dapat

menstabilkan

suhu

memperbaiki

keadaan

membantu
tubuh

dan

dilaksanakan pada Maret 2014.

umumnya

(Lusmilasari, 2003).

Populasi

dalam

penelitian

adalah semua BBLR

ini

yang dirawat di

Di Ruang HCU (High Care Unit)

Ruang HCU (High Care Unit) Neonatus

Neonatus berdasarkan data rekam medik

Rumah Sakit Dr. Moewardi selama 3

pada tahun 2013 jumlah pasien BBLR

bulan terakhir yaitu bulan November 2013

dengan masalah hipotermi rata-rata tiap

sejumlah 37 pasien, bulan Desember 2013

bulannya

antara

Berdasarkan

29

56

beberapa

bayi.

substansi

sejumlah 33 pasien dan pada bulan


Januari

2014

permasalahan yang diuraikan diatas, maka

sehingga

dipandang

perlu

bulannya.

penelitian

tentang

untuk

melakukan

perbandingan

sejumlah

rata-rata

35

37

pasien,

pasien

tiap

Tehnik sampling yang digunakan

efektifitas perawatan metode kanguru

adalah

dengan inkubator terhadap stabilitas suhu

purposive sampling. Tehnik penetapan

bayi berat lahir rendah di Ruang High

sampel

Care Unit (HCU) Neonatus Rumah Sakit

pengambilan

Dr Moewardi.

kriteria sampel, sehingga setiap populasi

sampling

dilakukan

dengan

sampel

sesuai

yaitu

cara
dengan

SUBJEK DAN METODE

mempunyai kesempatan sebagai sampel

Penelitian

dan dapat mewakili karakteristik populasi

rancangan

ini

eksperimen

menggunakan
semu

dengan

menggunakan jenis rancangan pre test dan


post test non equivalent time sample
design (pengukuran dilakukan sebelum
dan

nonprobality

sesudah

perlakuan

pada

kedua

yang telah dikenal sebelumnya (Pariani,


2001).
Sampel dipilih yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi:
a. Kriteria inklusi
Kriteria

kelompok sampel). Kelompok sampel

inklusi

merupakan

pertama mendapatkan perlakuaan dengan

kriteria dimana subyek penelitian

perawatan metode kanguru dan inkubator,

dapat

sedangkan lainnya khusus menggunakan

Adapun

metode inkubator.

penelitian ini adalah :

mewakili

dalam

kriteria

inklusi

sampel.
pada

1)

BBLR dengan berat badan

telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan

1500 gram 2500 gram.

penilaian awal (pengukuran suhu awal),

2) BBLR tidak mengalami


gangguan nafas berat
3) Orang tua bayi bersedia
untuk melakukan PMK
b.

Kriteria eksklusi
Kriteria

berturut-turut dan pengukuran akhir pada


jam ke-5 baik pada 13 bayi kelompok
perlakuan

BBLR

dengan

perawatan

metode kanguru maupun pada 13 bayi

eksklusi

menghilangkan

pengukuran suhu tiap jam selama 4 jam

atau

adalah

mengeluarkan

kelompok

perlakuan

BBLR

dengan

inkubator. Hasil pengukuran dicatat di

subyek dari penelitian karena berbagai

lembar observasi suhu.

sebab dengan kata lain tidak layak untuk

menggunakan

diteliti atau tidak memenuhi kriteria

semu

inklusi pada saat penelitian berlangsung

rancangan pre test dan post test non

(Nursalam,

equivalent

2000).

Kriteria

eksklusi

penelitian ini adalah :


1)

BBLR

BBLR

dengan

yang

mengalami

BBLR

dengan

kelainan

dalam

design

Jenis kelamin dari 26 responden


adalah perempuan sebanding dengan

BBLR

yang

sedang

Tidak

mempunyai

laki- laki yaitu bayi perempuan 13 orang


(50%) dan bayi laki-laki 13 orang (50%).
Hal ini tidak sesuai dengan yang
dikemukakan Rosemary (2007), dari

keluarga
Pengambilan data dilaksanakan
selama 14 hari tanggal 10-23 Maret
2014. Tehnik pengambilan data dengan
melakukan

sample

HASIL
kondisi

menjalani fototerapi/terapi sinar


5)

time

jenis

sampel).

sepsis .
4)

menggunakan

sesudah perlakuan pada kedua kelompok

kongenital (risiko tinggi)


3)

eksperimen

(pengukuran dilakukan sebelum dan

gangguan nafas berat


2)

rancangan

Penelitian ini

observasi

pelaksanaan

perawatan bayi kangguru dan perawatan


bayi dengan inkubator berdasarkan SPO
(Standar Operasional Prosedur) yang

beberapa penelitian ditemukan bahwa


jenis kelamin bayi berpengaruh terhadap
kejadian BBLR . Proporsi kejadian
BBLR

bayi

laki-laki

lebih

sedikit

(46,44%) dibandingkan dengan bayi


BBLR perempuan (53,56%) dan risiko
melahirkan bayi laki-laki dengan BBLR
ialah 0,82 kali lebih kecil dibandingkan

dengan

melahirkan

bayi

perempuan

BBLR.
Penatalaksanaan
Metode

Kanguru

(PMK)

pada

13

responden semuanya baik (100%) sesuai


dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO) yang ada. Hal ini dikarenakan
penerapan

metode

T-Test Stabilitas Suhu Bayi Ratarata

Perawatan

PMK

dibawah

bimbingan dan pengawasan

tenaga

Perawa
tan
Bayi

Mean

Std.
Devia
si

Mean
differenc
e

Inkuba

36,77

0,289

0,3077

tor

PMK

37,08

0,254

Independ
ent
sampel
tes (t)
2,881

Berdasarkan hasil monitoring suhu


dari 13 responden yang dilakukan PMK
pada awal perlakuan dan tiap jam sampai
dengan

jam

perlakuan

disimpulkan bahwa suhu BBLR dengan


Perawatan
normal

Metode
antara

Kanguru

36,5oC

semua
37,3oC

(100%).Hal ini sejalan dengan pendapat


Pratomo (2006) yang menyatakan bahwa
selama hamper dua dekade dilakukan
penerapan dan penelitian yang berkaitan
dengan

metode

PMK

membuktikan

bahwa PMK lebih dari hanya sekedar


alternatif

untuk

perawatan

Hasil diatas menunjukkan bahwa nilai uji


t independen sampel tes sebesar 2,881 dan
p-value 0,008, sehingga stabilitas suhu
bayi rata-rata adalah signifikan.

dapat

dengan

inkubator namun sangat efektif untuk


mengontrol stabilitas suhu tubuh BBLR.

PEMBAHASAN

Stabilitas

suhu

awal

menunjukkan bahwa nilai uji t independen


sampel tes sebesar 1,809 dan p-value
0,083, sehingga stabilitas suhu awal tidak
signifikan.

Stabilitas

0,00
8

kesehatan yang terampil dan terlatih dan


keluarga pasien yang sangat kooperatif.

suhu

jam

menunjukkan bahwa nilai uji t independen


sampel tes sebesar 2,152 dan p-value
0,042, sehingga stabilitas suhu setelah 1
jam signifikan. Stabilitas suhu 2 jam
menunjukkan bahwa nilai uji t independen
sampel tes sebesar 2,961 dan p-value
0,007, sehingga stabilitas suhu setelah 2
jam adalah signifikan. Stabilitas suhu 3
jam menunjukkan bahwa nilai uji t
independen sampel tes sebesar 3,098 dan
p-value 0,005, sehingga stabilitas suhu
setelah 3 jam adalah signifikan. Stabilitas

suhu 4 jam menunjukkan bahwa nilai uji t

risiko heat stress pada BBLR selama

independen sampel tes sebesar 2,664 dan

PMK.

p-value 0,014, sehingga stabilitas suhu


setelah 4 jam adalah signifikan. Stabilitas
suhu 5 jam menunjukkan bahwa nilai uji
t independen sampel tes sebesar 3,517 dan
p-value 0,002, sehingga stabilitas suhu
setelah 5 jam adalah signifikan. Stabilitas
suhu bayi rata-rata menunjukkan bahwa
nilai uji t independen sampel tes sebesar
2,881

dan

p-value

0,008,

sehingga

stabilitas suhu bayi rata-rata adalah


signifikan. Nilai rata-rata sabilitas suhu
BBLR
Kanguru

dengan
(PMK)

Perawatan
selalu

lebih

daripada inkubator, sehingga

Metode
tinggi

SIMPULAN
.Perawatan Metode Kanguru (PMK) dan
perawatan bayi dengan inkubator samasama berpengaruh pada stabilitas suhu
BBLR.
Perawatan Metode Kanguru (PMK) lebih
efektif daripada inkubator dalam menjaga
stabilitas suhu BBLR. Oleh karena itu,
peranan

Kanguru (PMK) lebih efektif menjaga


stabilitas suhu BBLR daripada inkubator.

sebagai

alternatif

pemakaian inkubator menjadi suatu hal


yang dapat dipertimbangkan.

dapat

disimpulkan bahwa Perawatan Metode

PMK

Peneliti

SARAN
mengharapkan

hasil

penelitian ini dapat menjadi pertimbangan


kepada Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi

guna

meningkatkan

mutu

Episode hipotermi dan hipertermi

pelayanan pada perawatan Bayi Berat

lebih signifikan terjadi pada bayi yang

Lahir Rendah (BBLR) di Ruang High

dirawat dengan inkubator daripada bayi

Care Unit (HCU) Neonatus. Bagi tenaga

yang dilakukan PMK. Pada penelitian

kesehatan khususnya dokter dan perawat

lain, PMK terbukti sama efektifnya

agar

dengan inkubator dalam menghangatkan

informatif berupa informasi dan edukasi

BBLR yang mengalami risiko hipotermi.

kepada pasien dan keluarga tentang

Pada BBLR yang cukup bulan , bayi

pentingnya Perawatan Metode Kanguru

PMK mendapat panas dari suhu ibu saat

(PMK) dalam menjaga stabilitas suhu

suhunya kurang dari 36,3oC, tetapi akan

pada BBLR.

selalu

memberikan

dukungan

kehilangan panas jika suhunya mencapai


37oC. Oleh karena itu, mungkin tidak ada

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto..2006.Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Azwar, S. 2000. Metode penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hidayat, A. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Cetakan kedua. Jakarta :
Salemba Medika.
IDAI.2005. Buku Panduan Maslah Bayi
Baru Lahir Untuk Dokter dan
Perawat Bidan di Rumah Lahir
Rujukan, , Jakarta.
Kemkes RI.2010.Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal
Essensial.Balai Pustaka. Jakarta.
Khosim.2003. Buku Panduan Manajemen
Masalah Bayi baru Lahir Untuk
Dokter Perawat Bidan Di Rumah
Sakit Rujukan Dasar, Jakarta.,
Khosim,S.et.al.2010. Buku Ajar
Neonatologi Edisi I, Jakarta:
Badan penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI)
Kokom.2007.Kematian Bayi.Akses 12
Januari
2014.hhtp//www.google.com
Lumilasari.2004. Pengaruh Perawatan
Bayi Lekat Terhadap Pencapaian
Pertumbuhan Bayi Berat lahir
Rendah di RSUP Dr. sardjioto,
Yogyakarta.

Maryunani, Anik dan Nurhayati. (2009).


Asuhan Kegawatdaruratan Dan
Penyulit Pada Neonatus.Jakarta:
Trans Info Medika.
Muslihatun, Wafi. Nur. (2010). Asuhan
Neonatus Bayi dan balita.
Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo. 2002.Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
PT. RIneka Cipta.

Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan.


Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Pedoman skripsi,
Tesis dan instrument penelitian
keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Pariani.2001.Metodologi
Keperawatan.Jakarta
Infomedika

Riset
:CV

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku


Panduan Praktek Pelayanan
Kesehatan Maternal neonatal.
Jakarta.
Sopiyudin, M. Dahlan. 2001. Statistik
untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Sugiyono,
2006.
Statistik
Untuk
Penelitian. Bandung : IKAPI
Suharsini. 2006. Prosedur penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta
: rineka Cipta.
Wasis, 2008. Pedoman Riset Praktis
untuk Profesi Perawat. Jakarta:
EGC.

You might also like