HIPERSENSITIVITAS

Lindawati Alimsardjono
Bagian Mikrobiologi FK UNAIR
Surabaya, 10 Mei 2006

TIPE TIPE HIPERSENSITIVITAS

TIPE I
ANAPHYLACTIC HYPERSENSITIVITY
TIPE II
ANTIBODY-DEPENDENT CYTOTOXIC
HYPERSENSITIVITY
TIPE III
IMMUNE COMPLEX-MEDIATED HYPERSENSITIVITY
TIPE IV
CELL-MEDIATED (DELAYED-TYPE)
HYPERSENSITIVITY
TIPE V
STIMULATORY HYPERSENSITIVITY
2

TIPE I
ANAPHYLACTIC HYPERSENSITIVITY

= Immediate hypersensitivity

Allergen
Ig E
Reseptor Fc
Sel mastosit
Degranulasi &
pelepasan mediator
3

ANTIGEN / ALLERGEN
Cara masuk
Dosis

EFEK BIOLOGIK DARI MEDIATOR

HIPERSENSITIVITAS IMMEDIATE

Figure 12-11

PENYAKIT ALERGI PADA MANUSIA

ATOPIC ALLERGY :
ALLERGIC RHINITIS & CONJUNCTIVITIS
(HAY FEVER)
BRONCHIAL ASTHMA
ATOPIC DERMATITIS (ECZEMA)
FOOD ALLERGIES
ANAPHYLACTIC SHOCK
URTICARIA

Figure 12-1

TIPE II
- ANTIBODY-DEPENDENT CYTOTOXIC
HYPERSENSITIVITY

10

11

CONTOH :

Respons terhadap eritrosit :

INCOMPATIBLE BLOOD TRANSFUSIONS
Resipien menjadi tersensitisasi terhadap
antigen yang ada pada permukaan eritrosit
donor
HAEMOLYTIC DISEASE OF THE NEWBORN
Wanita hamil menjadi tersensitisasi terhadap
eritrosit janinnya
AUTOIMMUNE HAEMOLYTIC ANAEMIAS
Pasien menjadi tersensitisasi terhadap
eritrositnya sendiri
12

13

 Drug-induced reactions to blood cells

Reaksi terhadap platelet : trombositopenia
Reaksi terhadap netrofil dan limfosit :
dihubungkan dengan SLE (Systemic
Lupus Erythematosus)

14

15

TIPE III
IMMUNE COMPLEX-MEDIATED
HYPERSENSITIVITY

16

17

PENYAKIT IMUN KOMPLEKS

Serum sickness
Autoimmunity nzb/nzw mouse
Arthus reaction
Intrapulmonary Arthus-type reaction
Farmers lung Thermophilic Actinomycetes
Pigeon-Fanciers disease

Extrinsic allergic alveolitis

Cheese washers disease (spora penicillium
casei)
Furriers lung (fox fur proteins)
Maple bark strippers disease (spora dari
cryptostroma)
18

19

20

The dose and route of antigen delivery determines

the pathology observed in type III allergic reactions
Route

Resulting
disease

Site of immune complex

deposition

Vasculitis

Blood vessel walls

Nephritis

Renal glomeruli

Arthritis

Joint spaces

Subcutaneous

Arthus reaction

Perivascular area

Inhaled

Farmer's lung

Alveolar/capillary interface

Intravenous (high dose)

21

Three categories of immune complex disease

CAUSE

ANTIGEN

SITE OF COMPLEX
DEPOSITION

persistent infection

microbial antigen

infected organ(s), kidney

autoimmunity

self-antigen

kidney, joint, arteries, skin

inhaled antigen

mould, plant or animal antigen

lung

22

TIPE IV
CELL-MEDIATED (DELAYED-TYPE)
HYPERSENSITIVITY

23

DASAR SELULER HIPERSENSITIVITAS TIPE IV

24

Figure 12-24

25

The variants of delayed hypersensitivity

DELAYED REACTION

MAXIMAL REACTION TIME

contact

48-72 hours

tuberculin

48-72 hours

granulomatous

21-28 days

26

Delayed hypersensitivity reactions

CHARACTERISTIC

DTH type
REACTION
TIME

CLINICAL
APPEARANCE

HISTOLOGICAL
APPEARANCE

ANTIGEN

Contact

48-72 hours

eczema

infiltration of
lymphocytes and,
later, macrophages,
oedema of
epidermis

epidermal: e.g. nickel,

rubber, poison ivy
usually a hapten

Tuberculin

48-72 hours

local hardening
and swelling
fever

infiltration of
lymphocytes,
monocytes, and,
macrophages

intradermal injection
used diagnostically:
tuberculin,
mycobacterial and
leishmanial antigens

4 weeks

hardening e.g. in
skin or lung

granuloma
containing epitheloid
cells, giant cells,
and macrophages;
fibrosis necrosis

persistent Ag or Ag-Ab
complexes in
macrophages; or
'nonimmunological',
e.g. talcum powder

Granulomatous

27

MANIFESTASI PENYAKIT HIPERSENSITIVITAS

GRANULOMATOUS TIPE IV

LEPRA
TUBERKULOSIS
SCHISTOSOMIASIS
SARCOIDOSIS
CROHNS DISEASE

28

29

30

31

TIPE V
STIMULATORY HYPERSENSITIVITY
Antibodi bereaksi dengan komponen
permukaan kunci seperti reseptor hormon
dan switches on sel
Contoh :
Hiper-reaktifitas thyroid pada penyakit
Graves karena autoantibodi yang
merangsang thyroid
32

33

Figure 12-2

34

Figure 12-2 part 1 of 2

35

Figure 12-2 part 2 of 2

36

37

RINGKASAN
Reaksi Hipersensitivitas tipe I :
Anafilaksis melibatkan adanya kontraksi
otot polos dan dilatasi kapiler
Hal ini tergantung reaksi ikatan antigen
dengan antibodi IgE spesifik melalui Fcnya terhadap reseptor FcRI sel mastosit
yang mempunyai afinitas tinggi
38

RINGKASAN
Reaksi Hipersensitivitas tipe II :
Reaksi ini melibatkan kematian sel yang
mengandung antibodi yang terikat pada
antigen permukaan
Sel mungkin diambil oleh sel fagositik
dimana mereka melekat melalui pelapisan
IgG atau C3b atau lisis akibat bekerjanya
sistem komplemen
39

40

 Sel yang mengandung IgG mungkin juga

dibunuh oleh PMN dan makrofag atau sel
K melalui sebuah mekanisme
ekstraseluler (antibody-dependent cellular
cytotoxicity)

41

RINGKASAN
Reaksi Hipersensitivitas tipe III :
Hasil dari efek kompleks antigen-antibodi
melalui :
1. Aktifasi komplemen & penarikan lekosit
PMN yang melepas mediator yang
merusak jaringan
2. Stimulasi dari makrofag untuk
melepaskan sitokin proinflamatori
3. Agregasi platelet untuk menyebabkan
mikrotrombi & pelepasan amin vasoaktif
42

43

RINGKASAN
Reaksi Hipersensitivitas tipe IV :
Berdasarkan interaksi antigen dengan sel
T utama dan menghasilkan kerusakan
jaringan yang diakibatkan oleh reaksi
imunitas seluler yang tidak tepat

44