Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Nama : Galih Nugraha

Nim : 04121401078
Daftar pustaka :
1.

Saifuddin, Abdul Bari, et al. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


2. F. Gary Cunningham, et al. Williams Obstetric 23rd ed. 2013. Jakarta: EGC

1. Skenario
A woman attends a routine antenatal appointment at 31 weeks gestation. She is 26 years old and
this is her fifth pregnancy. She has four children, all spontaneous vaginal deliveries at term. Her
fourth child is 18 months old and the delivery was complicated by a postpartum haemorrhage
(PPH) requiring a 4 unit blood transfusion. She is reffered by midwife to doctor (public health
centre) with possibility of breech presentation. The mother complains of malaise and dizzy. Due
to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only eats some food that she
can afford to buy. She feels generally tired and attributes this to caring for her four young
children. She reports good fetal movements (more than 10 per day).
In the examination findings:
Height = 150 cm; Weight 45 kg; Blood pressure = 126/73 mmHg; Pulse = 92 x/m; RR = 22 x/m.
Palpebral conjunctival looked pale
Outer examination: hard parts are palpabled in the right side of mothers abdomen.
Haemoglobin

7.8 g/dL

Mean cell volume

68 fL

Mean corpuscular hemoglobin concentration

28 g/dL

Serum iron level

32 g/dL

Total iron binding capacity

510 mg/dL

White cell count

11.200/L

Platelets

237.000/L

Urinalysis: negative
Blood group: A negative
No atypical antibodies detected.
You act as the doctor in public health centre and be pleased to analyse this case.
2. Analisis Masalah
a. A woman attends a routine antenatal appointment at 31 weeks gestation with
possibility of breech presentation
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi janin usia 31 minggu?
2. Tindakan apa yang dilakukan pada keadaan breech presentation usia 31 minggu?
Dilakukan diagnosis terlebih dahulu
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.
Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjugan perawatan antenatal bila
umur kehamilannya diatas 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat
keraguan pada pemeriksaan palpasi , dapat dilakukan pemeriksaan dalam vagina
atau pemeriksaan USG. Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi
bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur versi
luar yang direkomendasikan guna menurunkan insidensi persalinan dengan
presentasi selain kepala dan persalinan bedah sesar.
Penanganan
Presentasi bokong pada masa kehamilan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi
pada waktu persalinan. Pada saat ini ada 3 cara yang dipakai untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi,
akupuntur, dan posisi dada lutut pada ibu. Perubahan spontan menjadi presetasi
kepala sebagian besar akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga
penemuan adanya presentasi bokong mulai umur kehamilan 34 minggu akan

bermanfaat untuk pertimbangan melakukan tindakan versi luar. Versi luar adalah
prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan manuver tertentu
pada perut ibu untuk mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala.
Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu jelas.
Pada dasarnya semakin tua umur kehamilan, akan semakin kecil tingkat
keberhasilannya. Pada umumnya versi luar dilakukan pada umur kehamilann 3436 minggu untuk mencegah kembali posisi bayi menjadi posisi presentasi bokong.
Versi luar dapat dipertimbangkan untuk diulang kembali bila sebelumnya gagal
atau sudah berhasil, tetapi kembali menjadi presentasi bokong. Proses versi luar
dapat dipermudah dan rasa tidak nyaman pada pasien dapat dikurangi dengan
pemberian tokolitik (terbutalin 0,125 0,250 mg subkutan)
Untuk melakukan versi luar, mula mula bokong dikeluarkan dari pelvis
dan diarhakan lateral sedikitnya sebesar 90 derajat. Dengan langkah ini biasanya
kepala akan bergerak 90 derjat ke arah yang berlawanan dengan bokong. Setelah
itu dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan bokong untuk mengarahkan
kepala kea rah kaudal dan bokong kea rah kranial. Apabila digunakan tokolitik
(pastikan tidak ada kontra penggunaannya), pemberiannya antara 5 10 menit
sebelum prosedur dilakukan. Dalam satu kali sesi versi luar direkomendasikan
dilakukan tidak lebih dari dua kali upaya versi luar. Apabila belum berhasil dapat
diulang pada sesi berikutnya, terhantung umur kehamilan dan keadaan persalinan
pada waktu itu.

(Ilmu Kebidanan, Sarwono. Hml 594)

b. She is 26 years old and this is her fifth pregnancy G5P4A0. Her fourth child is 18
months old
1. Apa komplikasi dari garde multigravida dengan jarak persalinan dekat?
Di usia nya yang ke 26 tahun sedangkan ia telah memiliki riwayat
kehamilan sebanyak 4 kali menandakan bahwa terlalu pendeknya jarak kelahiran
tiap-tiap anak. Hal ini dapat menjadi faktor resiko untuk mengalami perdarahan
post partum seperti halnya yang ia alami ketika ia melahirkan anaknya yang
keempat. Sedangkan riwayat kehamilan grande multipara juga dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya perdarahan post partum walaupun bukan sebagai

faktor resiko independen. Selain itu, perdarahan post partum bisa juga disebabkan
oleh hal-hal lain seperti atonia uteri. Atonia uteri adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
Atonia uteri bisa disebabkan karena umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua,
multipara dengan jarak kelahiran pendek, malnutrisi, dan lain-lain. Perdarahan
post-partum yang ibu ini alami bisa menyebabkan terjadinya anemia. Apalagi
dengan adanya kehamilan berulang dengan interval yang pendek bisa
menyebabkan anemia, terutama anemia defisiensi besi yang berat. Karena
kebutuhan besi pada ibu hamil akan meningkat, sedangkan asupan makanan tidak
mencukupi maka dapat memperberat timbulnya anemia pada ibu ini dan
bermanifestasi timbulnya gejala seperti lemah, lesu dan pusing. Grande multipara
juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya presentasi sungsang pada bayi
yang akan dilahirkan.
Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2 tahun)
akan mengalami resiko antara lain (Yolan, 2007) :
-

Resiko perdarahan trimester III

Plasenta previa

- Anemia
-

Ketuban pecah dini

Endometriosis masa nifas

Kematian saat melahirkan

Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat menimbulkan resiko tinggi

antara lain persalinan lama.


Dengan adanya resiko dalam menentukan jarak kehamilan maka diperlukan
penelitian tentang hubungan umur, pendidikan maupun ekonomi terhadap
penentuan jarak kehamilan.

c. Due to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only eats
some food that she can afford to buy.
1. Apa dampak makan makanan seadaanya terhadap kehamilan?
Dampak asupan makanan yang kurang selama kehamilan akan berpengaruh
terhadap ibu dan bayi yang dikadungnya. Status gizi ibu hamil sangat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normal pada masa kehamilan maka kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas
bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu selama hamil(Lubis,
2003).
Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda
dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trimester
pertama hidupnya janin, hingga kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan
dalam proses diferensiasi dapat menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ
dengan sempurna, atau tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin tersebut.
Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan ibu. Maka
kekurangan makanan dalam periode tersebut dapat menghambat pertumbuhannya,
hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada
seharusnya. Malnutrisi juga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi yang
berdampak pada ibu dan janin.

d. In the examination findings:


1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik dan
penunjang?

Height = 150 cm; Weight 45 kg; Blood pressure = 126/73 mmHg; Pulse =
92 x/m; RR = 22 x/m.

Hasil Pemeriksaan

Normal

Interpretasi

Height: 150cm
Weight: 45 kg

IMT = 20
Normal (untuk yang tidak hamil)
Normalnya = 18 Pada kehamilan, BB ideal sebelum
25
hamil + (usia kehamilan 0,35)
BB ideal sebelum hamil = TB-105

Blood

Pressure: 120/80 mmHg

Normal

126/73 mmHg
Pulse: 92x/menit

60-100x/menit

Normal

RR: 22x/menit

18-24x/menit

Normal

Normalnya, berat badan akan bertambah sebanyak 12-15 kg selama


kehamilan. Pada trimester ke-2 janin akan tumbuh hingga 10 gram per hari. Pada
minggu ke 16 bayi akan tumbuh sekitar 90 gram, minggu ke-20 sebanyak 256
gram, minggu ke 24 sekitar 690 gram, dan minggu ke 27 sebanyak 900 gram.
Beberapa sumber menggolongkan kenaikan berat badan normal saat hamil
berdasarkan indeks masa tubuh Anda sebelum masa kehamilan, seperti berikut ini:
Kriteria Kenaikan Berat Normal Badan Pada Ibu Hamil:
1. Ibu hamil yang sebelumnya memiliki berat badan underweight dengan indeks
massa tubuh (BMI) kuang dari 18,5 maka peningkatan berat badan dikatakan
normal bila bobotnya bertambah 13 sampai 18 kg.
2. Ibu hamil yang sebelumnya memiliki berat badan normal dengan indeks massa
tubuh (BMI) antara 18,5 dan 24,9 maka peningkatan berat badan dikatakan
normal jika bertambah 11 hingga 16 kg.
3. Pada ibu overweight dengan indeks massa tubuh (BMI) antara 25 dan 29,9
maka peningkatan berat badan dikatakan normal bila ibu hamil bobotnya
bertambah 7 sampai 11 kg.
4. Ibu yang mengalami obesitas sebelum hamil dengan indeks massa tubuh (BMI)
lebih dari 30 maka peningkatan berat badan dikatakan normal bila pada saat
hamil bobotnya bertambah 5 sampai 9 kg.
Idealnya, berat badan calon ibu saat mulai kehamilan berkisar antara 45 sampai 65
kg. Calon ibu yang memiliki berat badan yang kurang (underweight) atau berlebih
(overweight) dapat menimbulkan risiko pada ibu maupun janin dalam kandungan.

Berat badan yang berlebih (overweight) bisa menimbulkan berbagai dampak


negatif terhadap ibu dan janin baik selama hamil, persalinan, maupun setelah
proses persalinan.

a. DD
Differential diagnosis presentasi bokong adalah:
a. Apabila yang diduga adalah presentasi bokong tipe Frank, bila dalam
palpasi teraba anus, maka kemungkinan ada dilatasi servikal kecil.
b. Presentasi bokong dan presentasi wajah bisa membingungkan
c. Anomali fetus bisa mempersulit penentuan:
Presentasi bokong dengan teratoma sakrikoksigeal
Anensefali
DD Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan :
a. Anemia fisiologis kehamilan
b. Anemia Megaloblastic

Defisiensi asam folat


Defisiensi vit B 12
c. Anemia Penyakit kronis
Chronic renal disuse (defisiensi EPO)

Pyelonefritis
d. Hemoglobinopathi
Penyakit sel sabit

Talasemia
e. Anemia hemolitik
Didapat (autoimun, dipicu obat-obatan, paroksismal nokturnal

hemoglobinuria)
Genetik (sperositosis herediter, defek enzim sel darah merah)

b. Patofisiologi
Pada ibu multipara dapat terjadi gangguan pada lapisan oblique miometrium. Yang
mungkin dapat mempengaruhi bentuk uterus karena tonus dan kontraksi yang
melemah. Bentuk dan tonus uterus yang terganggu dapat mempengaruhi posisi
janin intrauterin karena pada kondisi uterus yang normal, posisi janin akan

mengikuti bentuk uterus dimana bagian fundus yang lebih luas akan ditempati oleh
bagian janin yang lebih luas yaitu bokong dan kaki sedangkan kepala akan berada
di bagian bawah uterus.
Letak Janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi
sungsang.
Selain itu, multiparitas dapat menjadi penyebab terjadinya perdarahan postpartum.
Pada multiparitas, uterus yang lemah akibat banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. Perdarahan post partum secara
fisiologis diatur oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi
pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Akan tetapi,
akibat multiparitas yang menyebabkan lemah nya uterus dan bisa mengakibatkan
terjadinya atonia uteri dimana serabut-serabut miometrium tersebut tidak
berkontraksi. Akibatnya terjadilah perdarahan post partum.

c. Komplikasi
Komplikasi presentasi bokong :
a) Komplikasi pada ibu
- Perdarahan
- Robekan jalan lahir
- Infeksi
b) Komplikasi pada bayi
Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :

- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)


- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- kematian bayi karena asfiksia berat.
Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung

atau telinga ; kerusakan pada jaringan otak.


Infeksi, dapat terjadi karena :
- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

Komplikasi Anemia pada kehamilan :

Bayi berat lahir rendah

Hipoksia janin

Gangguan pertumbuhan janin intrauterine

Berbagai kesulitan dalam persalinan

Komplikasi Malnutrisi pada Kehamilan :

Anemia kehamilan

Berbagai kelainan congenital

Gangguan pertumbuhan janin intrauterine

Bayi berat lahir rendah

Kematian janin intrauterin

3. Hipotesis
Seorang wanita (26 th) dengan usia kehamilan 31 minggu dan kemungkinan breech
presentation, diduga mengalami anemia akibat PPH, grande multigravida, dan
defisiensi nutrisi.

4. Learning Issue
a. Anemia pada Kehamilan
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin
kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Penyebab anemia pada ibu hamil

Umunya;
kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit
penyakit kronik (Mochtar, 2004).

Faktor resiko

Umur yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara
biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah
mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).

kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe

Pemeriksaan Antenatal minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada


trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.

Multipara

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini
dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum
optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro,
2005; Mochtar, 2004).

Gejala anemia pada ibu hamil

Lemah, Pucat, Mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai
anemia defisiensi besi.

Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).

Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin


Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 11,00 gr%.
Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan
kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:
Tidak anemia : Hb >11 gr%,
Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%,
Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%,
Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara
oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini
baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan
darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan
trimester III ( Depkes , 2009; Kusumah, 2009 ).
Metoda Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh International Committee for
Standardization in Hemathology (ICSH). Menurut cara ini darah dicampurkan dengan larutan
drapkin untuk memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian
diukur pada 540 mm dalam kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Cara penentuan Hb
yang banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukupsederhana tapi
ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO (Masrizal, 2007).

Prevalensi anemia kehamilan


Diketahui bahwa 10% - 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada kehamilannya. Di dunia
34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO,
2005 dalam Syafa, 2010). Prevalensi anemia pada ibu hamil di Negara berkembang 43 % dan 12
% pada wanita hamil di daerah kaya atau Negara maju ( Allen, 2007 ). Di Indonesia prevalensi
anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5% dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di
Amerika Serikat hanya 6% ( Syaifudin, 2006). Di Bali prevalensi anemia pada ibu hamil tahun
2007 yaitu 46,2 % (Ani dkk, 2007) Di RSUD Wangaya Kota Denpasar ibu hamil aterm dengan
anemia 25,6 % ( CM. RSUD Wangaya, 2010). Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil
sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin (Saifudin, 2006 dan Saspriyana, 2010).
Kematian ibu akibat anemia di beberapa Negara berkembang berkisar 27 per kelahiran hidup
( KH ) di India, dan 194 per 100 000 kelahiran hidup di Pakistan ( Allen, 2007 ). Menurut WHO
40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. (Saifudin,
2006 dan Saspriyana, 2010). Sedangkan di Kota Denpasar tahun 2008 kematian ibu 42 per KH
dan 20 % disebabkan oleh karena anemia (Profil Kesehatan Kota Denpasar , 2008 ). Masalah
yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil
dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zatbesi untuk pembentukan haemoglobin.
Keadaan kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak janin ( Depkes , 2009) .
Transfer zat besi ke janin
Menrut Allen ( 2007) Transfer zat besi dari ibu ke janin di dukung oleh peningkatan substansial
dalam penyerapan zat besi ibu selama kehamilan dan diatur oleh plasenta. Serum fertin
meningkat pada umur kehamilan 12 25 minggu, Kebanyakan zat besi ditransfer ke janin
setelah umur kehamilan 30 minggu yang sesuai dengan waktu puncak efisiensi penyerapan zat
besi ibu. Serum transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk transferin reseptor yang
terletak pada permukaan apikal dan sinsitiotropoblas plasenta, holotransferin adalah
endocytosied ; besi dilepaskan dan apotransferin dikembalikan ke sirkulasi ibu. Zat besi
kemudian bebas mengikat fertin dalam sel sel plasenta yang akan dipindahkan ke

apotransferrin yang masuk dari sisi plasenta dan keluar sebagai holotransferrin ke dalam sirkulasi
janin. Plasenta sebagai transfortasi zat besi dari ibu ke janin. Ketika status gizi ibu yang kurang,
jumlah reseptor transferrin plasenta meningkat sehingga zat besi lebih banyak diambil oleh
plasenta dan ditransfortasi untuk janin serta zat besi yang berlebihan untuk janin dapat dicegah
oleh sintesis plasenta fertin.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
keguguran (abortus),
kelahiranprematurs,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri),
syok,
infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin,
serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan
(Wiknjosastro, 2005; Saifudin, 2006 ).
Pengaruh anemia pada kehamilan.

Risiko pada masa antenatal berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah
dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan
intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah,
gawat janin (Anonim,tt).

Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis
hingga kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his primer,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu

cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk.,
2008).

Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan


mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et al., 2010 ).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan:


gangguan his-kekuatan mengejan,
Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,
Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan,
Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri,
Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum,
memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis
mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae ( Shafa,
2010 ; Saifudin, 2006)
Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil

Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan,

mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup,

mengkonsumsi vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250
mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar
dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan
rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti :
fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).

Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum (oral) atau
dapat secara suntikan (parenteral).
Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Nafero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
per bulan.

Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 ml) intravena atau 210 ml secara intramuskulus, dapat meningkatkan
hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan
indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang
berat, dan kepatuhan pasien yang buruk (Sasparyana, 2010 ; Wiknjosastro 2005).

b. Konseling kehamilan
Konseling Alat kontrasepsi dan membatasi jumlah kelahiran
a. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banya dipakai oleh akseptor
yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik 28%, pil 13% dan implant 4% atau jika
ditotal sekitar 15,2 juta perempuan usia reproduktif menggunakan kontrasepsi
hormonal. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progestin atau campuran keduanya.
Saat ini makin banyak metode yang bisa dipilih dalam menggunakan kontrasepsi
hormonal selain suntik, pil yang diminum dan implan/susuk yaitu kontrasepsi
hormonal dalam rahim (dimasukkan dalam IUD), transdermal patch (seperti koyo),
vaginal ring (kondom wanita), kontrasepsi emergensi (pil KB darurat setelah
berhubungan).
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR atau yang lebih dikenal dengan IUD atau spiral yajuga banyak digemari.
Beberapa

alasannya

adalah

penggunaannya

yang

jangka

panjang,

tidak

mengganggu produksi ASI serta tidak memerlukan upaya tertentu untuk


mempertahankan AKDR ini bertahan di dalam rahim.
Banyak jenis AKDR yang pernah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah
bentuk spiral tapal kuda, copper T. Saat ini telah dikembangkan metode terbaru dari

AKDR yang dapat mengeluarkan hormon progestin levonogestrol dari tangkainya.


AKDR yang populer dengan nama lenovogestrel intrauterine system (LNG-IUS) ini
memberikan efek lokal pada daerah rahim (uterus) dan sekitarnya. Manfaat
kontrasepsinya sangat baik dengan indeks pearl mencapai 0.09 dan bisa bertahan
selama 5 tahun dengan efek samping cukup minimal.
c. Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
Kontrasepsi mantap adalah pilihan untuk mengakhiri kehamilan, biasanya
dianjurkan untuk ibu yang sudah memiliki cukup anak dan usia di atas 35 tahun dan
harus dipilih dengan sukarela oleh akseptor. Pada tubektomi, dilakukan
pemotongan tuba atau saluran yang berfungsi sebagai jalan lewat sel telur dari
ovarium ke dalam rahim.
d. Kontrasepsi mantap pria (vasektomi)
Vasektomi sebagai cara mantap kontrasepsi pria yang sangat efektif melindungi istri
dari kehamilan dengan tingkat kegagalan 0.1 per 100 perempuan dalam tahun
pertama. Vasektomi berarti pemotongan vas deferens (saluran tempat keluarnya
sperma dari testis). Mengakhiri kesuburan dan pilihan menjalani vasektomi harus
secara sukarela, bahagia dan sehat. Untuk menilai 3 syarat tersebut, maka setiap
calon akseptor vasektomi harus menjalani konseling dan seleksi kelayakan medik
pratindakan.

You might also like