Professional Documents
Culture Documents
Amanah PDF
Amanah PDF
ISSN 1693-3699
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masyarakat pesisir memiliki
kehidupan yang khas, dihadapkan
langsung pada kondisi ekosistem yang
keras, dan sumber kehidupan yang
bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut (selanjutnya
disingkat SDP). Masyarakat pesisir terutama nelayan kecil, masih terbelit oleh
persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Terdapat persoalan tertentu terkait dengan aspek ekologis,
sosial,
dan
ekonomi,
sehingga
masyarakat pesisir masih tertinggal
(Hanson 1984). Rendahnya taraf hidup
masyarakat pesisir dan akses yang
terbatas akan aset dan sumber-sumber
pembiayaan
bagi
nelayan
kecil
merupakan persoalan utama yang
dijumpai di kawasan pesisir. Nelayanpun sangat rentan terhadap tekanan
pemilik modal.
Kegiatan
pembangunan
di
kawasan pesisir tidak terlepas dari daya
dukung lingkungan, keberlangsungan
S. Amanah
menuju
kondisi
yang
diharapkan
S. Amanah
4. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua
wilayah pesisir Kabupaten Buleleng
yakni di Kecamatan Grokgak dengan
jarak lebih kurang 55 km sebelah barat
ibu kota kabupaten, dan di Kecamatan
Tabel 1.
Responden Penelitian di Kecamatan Grokgak dan Pemuteran, 2006
No
1
Buleleng
Nelayan ikan
konsumsi
Pengolah
Pengolah dan
pemasar
Pembudidaya
Jumlah
Nelayan ikan
konsumsi
Pengolah dan
pemasar
Jumlah
Rumah Tangga
Perikanan (RTP)
246*)
Responden
(Rumah tangga)
44
Representasi
(Rumah tangga)
44
60
20
21
11
11
25
341
248*)
10
86
49
55
49
109
24
24
351
73
73
S. Amanah
Tabel 2.
Penyerapan Tenaga Kerja per Lapangan Usaha di Kabupaten Buleleng dari Tahun 2005
s.d. 2006
NO.
LAPANGAN USAHA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TAHUN 2005
Penduduk yang Persentase
bekerja (Orang)
(%)
TAHUN 2006
Penduduk yang
Persentase
bekerja (Orang)
(%)
141.839
3.910
42,07
1,16
141.839
3.910
42,07
1,16
50.033
1.450
14,84
0,43
50.033
1.450
14,84
0,43
19.319
72.285
14.565
5,73
21,44
4,32
19.319
72.285
14.565
5,73
21,44
4,32
2.933
30.816
337.151
0,87
9,14
100,00
2.933
30.816
337.151
0,87
9,14
100,00
S. Amanah
Tabel 3.
Ciri-ciri Responden di Dua Lokasi Penelitian, 2006
Perihal
Gerokgak
Jumlah
%
Buleleng
Jumlah
43
12
78,2
21,8
48
25
65,8
34,2
6
23
18
8
10,9
43,8
31,5
13,7
8
32
23
10
11,0
43,8
31,5
13,7
8
10
24
13
14,5
18,2
43,6
23,6
1
15
30
27
13,4
20,5
41,1
37,0
3
31
17
4
5,4
5,3
31,0
7,3
2
32
31
8
2,7
43,8
42,5
11,0
6
24
14
11
10,9
43,6
25,5
20,0
11
33
21
8
15,1
45,2
28,8
10,9
5
29
15
6
9,1
52,7
27,3
10,9
2
29
20
22
2,7
32,7
27,4
30,1
5.2
Peran
Strategi
Komunikasi
Pembangunan
dalam
Menjembatani Kesenjangan
Menghadapi
permasalahan
masyarakat pesisir di lokasi kajian,
maka dalam aplikasinya di lapangan,
dapat
dikomunikasikan
program
berikut:
a. Peningkatan keterampilan nelayan
dan keluarganya dalam mengelola
hasil tangkapan, memperbaiki sikap
yang merusak lingkungan dengan
mensosialisasikan
pentingnya
menjaga kelestarian sumberdaya
alam;
b. Peningkatan kemampuan manajemen usaha penangkapan dan
diversifikasi usaha yang disertai
penguatan
ekonomi
keluarga
melalui usaha produktif;
c. Penguatan
kelembagaan
lokal
termasuk organisasi pemasaran
hasil perikanan;
d. Pengelolaan wilayah pesisir secara
terpadu dengan mengedepankan
prinsip sustainability (sumberdaya
alam) dan kesejahteraan masyarakat; dan
e. Membangun jejaring (network)
dengan
mitra
usaha
guna
memperbesar
armada
dan
menggunakan alat tangkap yang
lebih efektif dan tidak merusak
lingkungan.
Dengan demikian, pesan-pesan
atau
materi
dalam
komunikasi
9
S. Amanah
Tabel 4.
Pendapat Masyarakat Pesisir tentang Penyuluhan/Program Pemberdayaan di Lokasi
Penelitian, 2009
No
Kecamatan
Uraian
1
2
3
4
5
6
7
Gerokgak
Buleleng
S (%)
TS (%)
Total (%)
85
90
15
10
100
100
100
100
100
90
85
0
0
0
10
15
100
100
100
100
100
S (%)
TS (%)
Total (%)
90
85
10
15
100
100
100
100
100
90
80
0
0
0
10
20
100
100
100
100
100
Prinsip
partisipasi
dalam
komunikasi
pembangunan
bukan
sebatas
proses
sekedar
hadir,
memberikan pendapat atau hanya
berdasarkan persepsi pemerintah atau
penyuluh sendiri.. Sangat rasional, jika
masyarakat pesisir belum mau terlibat
dalam berbagai program pembangunan
khususnya kegiatan penyuluhan karena
sejak awal masyarakat tidak terlibat
dalam menentukan kegiatan yang
diprog-ramkan. Terkait dengan hal ini,
proses aksi sosial dan proses
pengambilan keputusan dalam model
adopsi inovasi Rogers (1994) dapat
dimodifikasi.
Proses aksi sosial
12
S. Amanah
lima
tahap:
(1)
pengetahuan
(knowledge) seseorang menjadi sadar
akan adanya ide atau cara baru; (2)
persuasi (persuasion) yaitu individu
mulai mengembangkan sikap suka atau
tidak suka terhadap ide tersebut, (3)
keputusan (decision) adalah individu
membuat keputusan awal untuk
mengadopsi atau tidak ide tersebut; (4)
implementasi (implementation) adalah
individu mencoba ide atau cara baru
tersebut untuk pertama kali; dan (5)
konfirmasi
(confirmation)
adalah
individu memutuskan menerapkan ide
atau cara baru secara berulang dan dapat
disertai modifikasi.
Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
wilayah pesisir tidak cukup hanya
dengan mengidentifikasi isu yang
dihadapi saja, tetapi perlu diwujudkannya beberapa aspek yaitu adanya
aspek situasional, kolaborasi dan
evaluasi diri dari setiap unsur yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Agent of
change seyogyanya mampu mengembangkan empat aspek (Kemmis dan
McTaggart 1988), yaitu:
a. Suatu kondisi yang memungkinkan
tumbuhnya kebersamaan dalam
kelompok masyarakat dan rasa
memiliki problem yang tengah
dihadapi;
b. Adanya kemampuan berkreasi dan
pemikiran yang kritis;
c. Program yang dilaksanakan adalah
untuk tujuan perbaikan dan
pengembangan; dan
d. Kemampuan memfasilitasi masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah.
Keterlibatan masyarakat dalam
program-program pengembangan dan
proyek pembangunan dapat digolongkan kedalam tujuh tipe (Adnan et al.,
13
Tabel 5.
Tipologi Partisipasi Masyarakat menurut Adnan et al. (Pretty 1995)
Tipologi
1. Partisipasi pasif
2. Partisipasi dalam memberikan
informasi
3. Partisipasi melalui konsultasi
Karasteristik
Masyarakat hanya berpartisipasi karena diperintah.
Masyarakat berpartisipasi dengan menjawab kuesioner atau
dalam wawancara tertentu.
Masyarakat berpartisipasi dalam proses konsultasi. Agen
pembaharu berperan dalam membantu masyarakat
menyelesaikan persoalannya
4. Partisipasi dalam menyediakan Masyarakat berpartisipasi dalam menyediakan sumberdaya
materi penting dalam
seperti tenaga kerja, uang tunai, bahan pangan dsb.
program/proyek
5. Partisipasi fungsional
Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok
yang bekerja untuk pengembangan organisasi setempat.
Lembaga masyarakat ini masih bergantung sepenuhnya
kepada fasilitator
6. Partisipasi interaktif
Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama, guna
penyusunan rencana kegiatan dan program yang akan
dilaksanakan guna memperkokoh kelembagaan yang telah
dibentuk.
7. Mobilisasi diri
Masyarakat berpartisipasi dengan berinisiatif untuk
mengubah sistem, bebas dari pengaruh institusi luar.
Masyarakat bebas mengadakan kontak dengan dunia luar
dalam rangka pengembangan sumberdaya dan saran-saran
teknis yang dibutuhkan.
Sumber: Adnan et al. (dalam Pretty JN. 1995: 173)
5.4 Stakeholders
yang
dalam
Komunikasi
Pembangunan
Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir merupakan
sistem sosial, sehingga framework
CATWOE ini relevan dengan proses
transformasi masyarakat pesisir ke arah
yang lebih baik. Dengan demikian,
pihak terkait yang dapat komunikasi
pembangunan
berorientasi
pemberdayaan meliputi:
Customers:
Masyarakat
pesisir
termasuk nelayan dan anggota
keluarganya,
Actors: Pemuka masyarakat, agen
pembaharu, penyuluh, ketua dan
anggota kelompok nelayan,
Transformation: proses perubahan
berupa
proses
komunikasi
pembangunan yang ditujukan untuk
meningkatkan martabat masyarakat
14
S. Amanah
Metode pendekatan
Tahap komunikasi
Tahap adopsi
----------- Adopsi
I
---------------------K
---------------------
Meyakinkan
Membangkitkan keinginan
----------- Coba
------------ Evaluasi
------------ Minat
M
----------------- Menarik Perhatian
Gambar 3.
------------ Sadar
16
S. Amanah
Pesisir
Secara
Partisipatif.
Laporan
Penelitian
Hibah
Bersaing X. IPB, Bogor.
Amanah, S. dan Yulianto, G. 2002.
Profil
Penyelenggaraan
Penyuluhan Perikanan Menunjang
Kinerja DKP di Era Globalisasi.
Jakarta: STP (dulu AUP).
Bowling, Chester J., dan Barbara A.
Brahm.
2002.
Shaping
Communities through Extension
Programs. Journal of Extension,
June 2002 Volume 40 Number 3.
Checkland, P.
1984.
Systems
Thinking,
System
Practice.
Chichester: John Wiley & Sons.
Dahuri, R. 2000.
Pendayagunaan
Sumberdaya Kelautan Untuk
Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan
Pemikiran DR. Ir. Rokhmin
Dahuri, MS). Jakarta: LISPI
(Lembaga Informasi dan Studi
Pembangunan
Indonesia)
bekerjasama dengan DIrektorat
Jenderal Pesisir, Pantai dan PulauPulau Kecil, Dep. Eksplorasi Laut
dan Perikanan.
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Buleleng. 2003. Data Perikanan
Kabupaten Buleleng Tahun 2002.
Singaraja: Dinas Kelautan dan
Perikanan.
Direktur Jenderal Perikanan, 2000. Visi
dan
Misi
Pembangunan
Perikanan.
Jakarta:
Dep.
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Donnermeyer, Joseph F., Barbara A.
Plested, Ruth W. Edwards, Gene
Oetting,
dan
Lawrence
Littlethunder.
1997.
Community
Readiness
and
Prevention Programs. Journal of
the Community Development
Society, Vol. 28. No.1: 65-83.
Douglah, M dan Sicilima, N. 1997. A
Comparative Study of farmers
Participation in Two Agricultural
Extension
Approaches
in
Tanzania. Journal of International
18
Agricultural
and
Extension
Education. Volume 4, Number1,
Spring 1997
Dube, S.C. 1976. Development Change
and Communication in India.
Dalam Schramm, W dan Lerner,
D.(editors). Communication and
Change: The Last Ten Years
and The Next. Honolulu: An
East-West Center Book, The
University Press of Hawaii.
Garcia, M.B. 1985.
Sociology of
Development: Perspective and
Issues.
Philippines: National
Book Store, Inc.
Hanson, A. J.
1984.
Coastal
Community:
International
Perspectives. Paper Presented at
the 26 th Annual Meeting of the
Canadian
Commission
for
UNESCO,
St
Johns
Newfoundland, 6 th June 1984.
Harris, Elayne M. 1996. The Role of
Participatory
Development
Communication as a Tool of
Grassroots Nonformal Education:
Workshop Report. Dalam Guy
Bessette and C.V. Rajasundaram
(Editor)
.
Participatory
Development Communication: A
West African Agenda. The
International
Development
Research Centre: Science for
Humanity.
Kemmis, Stephen dan MacTaggart,
Robin.
1988. The Action
Research Planner. Melbourne:
Deakin University Press.
Kifli,Gontom C. 2007.
Strategi
Komunikasi Pembangunan pada
Komunitas Dayak di Kalimatan
Barat. Forum Penelitian Agro
Ekonomi.
Vol. 25 No. 2,
Desember 2007 : 117 125
Mubyarto, Sutrisno L, dan Dove, M.
1984. Nelayan dan Kemiskinan.
Jakarta: Rajawali.
Nasution,
Zulkarimen.
2004.
Komunikasi
Pembangunan:
S. Amanah
Pengenalan
Teori
dan
Penerapannya.
Edisi
Revisi.
Jakarta: Divisi Buku Perguruan
Tinggi PT RajaGrafindo Persada.
Nikijuluw, Victor.
2002.
Rezim
Pengelolaan
Sumberdaya
Perikanan. Jakarta: Kerjasama
Pusat
Pemberdayaan
dan
Pembangunan Regional (P3R)
dengan PT Pustaka Cidesindo.
Payne, Malcolm. 1997. Modern Social
Work Theory.
Edisi Kedua.
London: MacMillan Press Ltd.
Pretty, J. N. 1995. Regenerating
Agriculture. London: Earthscan
Publication.
Rogers, Everett M
1994.
The
Diffusion Process. Edisi Keempat.
New York: The Free Press.
Satria, A. 2000. Dinamika Modernisasi
Perikanan, Formasi Sosial dan
Mobilitas Nelayan. Humaniora
Utama Press, Bandung.
________. 2001. Sosiologi Masyarakat
Pesisir. Jakarta: PT Pustaka
Cidesindo.
Shumsky, A. 1988. Cooperation in
Action Research: A Rationale.
Dalam Kemmis, S dan R.
19